BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi medis dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman terhadap gangguan integritas tubuh dan jiwa seseorang, pengaruh psikologis pasien terhadap pembedahan dapat berbeda-beda namun sesungguhnya selalu terjadi ketakutan yang umum yaitu takut diagnosa yang belum pasti, takut hasil pemeriksaan keganasan, takut anesthesia (biasanya takut tidak bangun lagi), takut nyeri akibat luka operasi, takut terjadi perubahan bentuk yang terjadi akibat kurang pengetahuan (Nightingale, K, 2003). Orang berbeda-beda dalam menanggapi operasi atau pembedahan sehingga responnya berbeda-beda, namun sesungguhnya selalu terjadi ketakutan dan penghayatan yang umum antara lain: keinginan untuk mengelak dan orang tidak ingin mengetahui penyebabnya, diagnosis belum pasti, takut hasil pemeriksaan keganasan, takut anesthesia dan takut tidak bangun lagi, takut nyeri, berubah bentuk, kurang pengetahuan atau salah persepsi (Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2002). Persiapan pra bedah penting sekali untuk memperkecil risiko operasi, karena hasil akhir suatu pembedahan sangat tergantung pada penilaian keadaan penderita dan persiapan pra bedah yang telah dilakukan, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferlina Indra tahun 1
2 2002 didapatkan sekitar 80% dari semua pasien yang menjalani pembedahan mengalami kecemasan (Ferlina Indra, 2002). Respon psikologis ini memerlukan dukungan mental atau sosial baik dari keluarga maupun dari perawat karena dukungan tersebut sangat penting bagi pasien dalam mengurangi kecemasan pra operasi. Peran keluarga dalam mengurangi kecemasan pasien yang akan menjalani pembedahan dapat berupa dukungan mental dan sosial dengan memberikan pendidikan kesehatan (Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2002). Sikap keluarga dalam mengurangi kecemasan pada pasien yang akan menjalani operasi dapat ditunjukkan dengan sikap keluarga terhadap pasien selama menunggu waktu operasi. Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan pre-disposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoadmojo, 2003). Hal ini dapat dilihat pada studi pendahuluan yang penulis telah lakukan pada 10 orang yang sedang menunggu anggota keluarganya di
3 RSUD Tugurejo Semarang dengan cara melakukan wawancara tentang seputar operasi yang akan dijalani anggota keluarganya dan tindakan pre operasi yang harus dijalani, didapatkan 75% mengatakan kurang begitu mengerti tentang jenis operasi dan persiapan sebelum operasi, sedangkan 25% dari mereka mengatakan sudah tahu jenis operasi yang akan dijalani anggota keluarganya dan memahami persiapan yang harus dilakukan karena sudah diberi tahu oleh perawat dan dokter. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini. Tabel 1.1 Pengetahuan Keluarga Tentang Persiapan Pra Operasi No Kriteria Jumlah Prosentase (%) 1. 2. Tahu persiapan operasi Kurang tahu persiapan operasi 2 8 25% 75% 10 100% Setelah dilakukan observasi pada 10 orang tersebut, tampak 80% cuek -cuek saja hanya sekedar menunggu, sedangkan 20% tampak menemani pasien sambil mengajak cerita, membantu kegiatan pasien sehari-hari dan memberi kesempatan klien untuk istirahat (tidak diajak bicara terus) sehingga banyak pasien menunjukkan gejala dan tanda kecemasan seperti perasaan takut nyeri, takut operasinya lama dan khawatir yang tidak tahu penyebabnya. Pengetahuan keluarga tentang tindakan pre operasi dapat mempengaruhi sikap keluarga dalam membantu pasien mengurangi kecemasan menjelang pembedahan/operasi, sedangkan sikap keluarga ini
4 dapat membantu pasien mengurangi kecemasan dalam menghadapi pembedahan. Pengetahuan keluarga tentang persiapan pra operasi akan bermanfaat atau tidak untuk pasien dalam mengurangi kecemasan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain tingkat kebutuhan keluarga akan informasi kesehatan, waktu pemberian informasi, media yang digunakan ketika memberikan informasi, metode yang digubakan serta ketepatan pemilihan isi pendidikan kesehatan. Adapun penelitian ini dengan judul : Hubungan antara Pengetahuan keluarga tentang dukungan keluarga dengan perilaku keluarga dalam mengurangi kecemasan pasien pra operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Tugurejo Semarang. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang dukungan keluarga dengan perilaku keluarga dalam mengurangi kecemasan pasien pra operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Tugurejo Semarang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan keluarga tentang dukungan keluarga dengan perilaku
5 keluarga dalam mengurangi kecemasan pasien pra operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Tugurejo Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang dukungan keluarga pasien pra operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Tugurejo Semarang. b. Mengidentifikasi perilaku keluarga dalam mengurangi kecemasan pasien pra operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Tugurejo Semarang. c. Mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan keluarga tentang dukungan keluarga dengan perilaku keluarga dalam mengurangi kecemasan pasien pra operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Tugurejo Semarang. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk : 1. Bagi RSU Tugu Rejo Semarang a. Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan di ruang rawat inap bedah dengan cara melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan keluarga pasien yang akan menjalani operasi.
6 b. Memperkaya ilmu pengetahuan tetang dukungan keluarga pada pasien pra operasi. 2. Bagi peneliti Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sendiri tentang pentingnya keterlibatan keluarga dalam memberikan dukungan keluarga pada pasien pra operasi. 3. Bagi pengembangan ilmu a. Dapat dijadikan informasi bagi akademik/pendidikan untuk kegiatan belajar mengajar atau sumber pengetahuan tetang ilmu keperawatan pasien pra operasi khususnya tentang dukungan keluarga. b. Sebagai bahan masukan atau pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut tetang kebutuhan dukungan keluarga pada pasien pra bedah. 4. Bagi pasien Sebagai fakta ilmiah bahwa pengetahuan dan perilaku keluarga tentang dukungan keluarga sangat diperlukan dalam mengurangi kecemasan pasien pre-operasi.