BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun angka kejadian insomnia terus meningkat, diperkirakan sekitar 20% sampai 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur atau insomnia, dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Pada tahun 2011 survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep Foundation dengan melibatkan 1.508 responden, dimana responden dibagi dalam 4 kelompok usia yakni usia 13-18 tahun, 19-29 tahun, 30-45 tahun, 40-64 tahun. Sebagian besar responden mengaku tidak pernah atau jarang tidur pulas pada hari kerja atau sekolah, dengan persentase tertinggi sekitar 51% pada usia 19-29 tahun (Sulistiani.C, 2012). Menurut National Sleep Foundation di Amerika, lebih dari sepertiga (36%) dewasa muda usia 18-29 tahun dilaporkan mengalami kesulitan untuk bangun pagi (dibandingkan dengan 20% pada usia 30-64 tahun dan 9% diatas 65 tahun). Hampir seperempat dewasa muda (22%) sering terlambat masuk kelas atau bekerja karena sulit bangun (dibandingkan dengan 11% pada usia 30-64 tahun dan 5% diatas 64 tahun). Sebesar 40% dewasa muda juga mengeluhkan kantuk saat bekerja sekurangnya 2 hari dalam seminggu atau lebih (dibandingkan dengan 23% pada usia 30-64 tahun dan 19% pada usia diatas 64 tahun) (Sulistiani.C, 2012).
Sedangkan untuk wilayah Indonesia sendiri, berdasarkan hasil survei internasional, ketika penduduk Indonesia tahun 2004 berjumlah 238,452 juta sebanyak 28,053 juta orang Indonesia yang mangalami insomnia. Hal ini diperkuat dengan hasil survei terbaru bahwa prevalensi insomnia di Indonesia adalah 10% dari jumlah penduduk, dan akan terus meningkat seiring berjalannya waktu (Dewi.N, 2011). Terlebih lagi National Sleep Foundation menyatakan bahwa di Indonesia prevalensi penderita insomnia mencapai 70% paling sedikit seminggu sekali dan 30 juta orang sulit tidur setiap malamnya (Ulumuddin.B, 2011). Insomnia itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas. Insomnia bukan berarti sama sekali seseorang tidak bisa tidur ataupun kurang tidur. Karena orang yang menderita insomnia sering mereka dapat tidur lebih lama dari yang mereka perkirakan tetapi kualitasnya kurang (Green, 2009). Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering dikeluhkan karena gangguan tidur ini dapat mempengaruhi pekerjaan, aktivitas sosial, dan kesehatan penderitanya (Ulumuddin, 2011). Tidak hanya terjadi pada orang lanjut usia saja tetapi, seiring dengan kemajuan zaman dan pola gaya hidup yang semakin beragam membuat orang-orang dewasa muda juga sering mengalami insomnia. Penelitian terhadap pelajar di Jepang oleh Kanieta, et al. (2006) menyebutkan 23% pelajar mengalami kesulitan tidur atau insomnia yang disebabkan beberapa faktor diantaranya gaya hidup, status mental, dan waktu tidur yang buruk. Hal tersebut menunjukan kalau
sekarang ini usia remaja dan dewasa muda semakin rentan untuk mengalami gangguan tidur insomnia. Tidur pada remaja dan dewasa muda mempunyai pola yang berbeda dibanding usia lainnya. Pada masa remaja akhir dan dewasa muda terjadi pergeseran irama sirkardian (irama tidur dan bangun yang teratur) sehingga jam tidur pun bergeser (Green, 2009). Terlebih lagi pada usia mahasiswa dengan segala kesibukan baik yang berkaitan dengan akademis maupun non akademis yang meningkat. Dimana mahasiswa cenderung memiliki aktivitas dan mobilitas yang tinggi dalam menjalani kehidupan sehari-hari, dari jadwal studi akademik, berorganisasi, maupun karena bersosialisasi dengan komunitas mereka masingmasing. Kegiatan tersebut pasti menghabiskan banyak waktu sehingga terkadang mahasiswa tidak memiliki waktu cukup untuk tidur, dan akhirnya menyebabkan mahasiswa mudah mengantuk disaat proses perkuliahan sehingga dapat mengganggu konsentrasi mahasiswa dalam menerima pelajaran. Jika dibiarkan saja dapat mengganggu memori dan menurunnya prestasi akademik dari mahasiswa itu sendiri. Selain aktivitas yang beraneka ragam, gaya hidup mahasiswa sekarang semakin berlebihan dalam menggunakan teknologi seperti internet, apalagi dengan didukung dengan berbagai kemudahan dalam mengakses internet, mahasiswa dapat dengan mudah menggunakan internet dimana saja dan kapan saja. Mahasiswa sebagai akademisi biasanya mengakses internet dalam mencari materi perkuliahan untuk menyelesaikan tugas-tugas dari dosen. Karena melalui internet dirasa lebih praktis dan cepat untuk menyelesaikan tugas yang sedang
dikerjakannya. Selain untuk mengerjakan tugas perkuliahan, mahasiswa semester akhir sering sekali berlama-lama mengakses internet untuk mencari refrensirefrensi terbaru terkait penelitiannya, hal tersebut membuat mereka bosan dan jenuh. Biasanya untuk mengusir kejenuhan dalam mengerjakan tugas kuliah ataupun skripsi, mahasiswa juga mengakses internet untuk sarana hiburan. Seperti untuk mengakses jejaring sosial, email, chating, game online, dan lain sebagainya. Sehingga sering kali mahasiswa menghabiskan waktu berjam-jam hingga larut malam untuk mengakses internet dan tanpa disadari mahasiswa mengalami kecanduan internet atau internet addiction sehingga menyebabkan mereka mengalami gangguan tidur atau insomnia. Keadaan seperti ini seperti yang dikemukakan Weaver (dalam Dewi, 2011) bahwa salah satu dari gejala kecanduan internet atau internet addiction ialah mengalami gangguan tidur atau perubahan pola tidur karena penggunaan internet yang belebihan. Sedangkan masalah gangguan tidur yang sering dialami oleh masyarakat modern saat ini ialah insomnia. Selain karena gaya hidup penggunaan internet yang berlebihan yang dapat menimbulkan mahasiswa mengalami insomnia, terdapat faktor lainnya yakni faktor psikologis berupa kecemasan atau stres. Seperti yang dikemukakan Dewi (2011) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecanduan internet dan kecemasan dengan insomnia pada mahasiswa. Hal ini sejalan dengan teori Wendy green (2009) bahwa faktor yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia diantaranya adalah faktor psikologis seperti (stres, kecemasan, depresi),
lingkungan tidur, gaya hidup, kondisi medis, masalah kesehatan mental, kelainan tidur, tindakan pengobatan, obat-obat reaksi. Badan kesehatan dunia (WHO) menyebutkan bahwa 19 per mil penduduk Jawa Tengah menderita stres. Jumlah tersebut mencapai sekitar 2,2% dari total penduduk Jawa Tengah mengalami stres. Tercatat 704.000 orang mengalami gangguan kejiwaan, 608.000 orang mengalami stres (Ulumuddin,2011). Data tersebut menunjukan bahwa stres bersifat universally, yang berarti mahasiswa pun dengan segudang aktifitas seperti diatas, dan tuntutan tanggungjawabnya sebagai akademisi sangat memungkinkan dapat terkena stres. Stres sendiri menurut Rasmun (2004) ialah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat di hindari, setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total pada individu yaitu seperti fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres dapat mengancam keseimbangan fisiologis. Stres intelektual akan mengganggu persepsi dan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah, stres sosial akan mengganggu hubungan individu terhadap kehidupan. Berdasarkan uraian di atas ternyata insomnia dapat menjadi masalah bagi setiap orang baik usia muda sampai lansia. Terlebih lagi pada era sekarang ini yang penuh dengan banyak pilihan aktivitas dan gaya hidup membuat orang rentan mengalami insomnia, dan salah satunya adalah mahasiswa. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto adalah mahasiswa yang relatif sibuk dalam menjalani aktifitas-aktifitas akademik
dibandingkan dengan mahasiswa program studi yang lain. Hal ini karena mahasiswa keperawatan tidak hanya dituntut untuk menguasai tentang teori-teori keperawatan saja, namun juga harus dapat menguasai ketrampilan tentang mengenai ilmu keperawatan itu sendiri. Sehingga aktifitas mahasiswa padat akan perkuliahan, mengerjakan tugas-tugas, praktik laborat, praktek rumah sakit, dan biasanya sibuk mengerjakan tugas laporan praktik klinis, bagi sebagian mahasiswa semester akhir juga disibukan dengan mengerjakan skripsi dan penelitian. Aktifitas tersebut dapat membuat mahasiswa mudah lelah, jenuh, dan bahkan bisa sampai terkena stres. Untuk menghilangkan rasa jenuh, atau untuk mencari refrensi teori biasanya dengan mengakses internet berjam-jam hingga tanpa sadar mereka mengalami insomnia. Susanto (2013) mengungkapkan bahwa 79,9% mahasiswa Keperawatan S1 Universitas Muhammadiyah Purwokerto mengalami insomnia. Hal ini membuat penulis melakukan pengambilan data awal dengan membagikan 10 kuisioner terkait insomnia, dan didapatkan hasil bahwa 90% mahasiswa keperawatan mengalami insomnia. Yang melatarbelakangi karena mengerjakan tugas ataupun skripsi hingga larut malam, ada yang karena mengakses jejaring sosial atau bermain game online untuk menghilangkan kejenuhan hingga mereka lupa waktu. Berdasarkan uraian di atas membuat penulis ingin meneliti lebih lanjut tentang Hubungan Antara Internet Addiction Dan Tingkat Stres Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (FIKES UMP).
B. Rumusan Masalah Kehidupan mahasiswa yang sarat sekali dengan gaya hidup yang beraneka ragam dan segala aktifitas akademiknya membuat mereka rentan mengalami insomnia. Insomnia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor gaya hidup yang di dalamnya mencakup kecanduan internet atau internet addiction, dan juga dapat disebabkan oleh faktor psikologis seperti kecemasan, stres, atau depresi (Dewi. N, 2011). Dari uraian latar belakang masalah di atas maka penulis membuat rumusan masalah : Adakah Hubungan Antara Internet Addiction Dan Tingkat Stres Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara internet addiction dan tingkat stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : a. Mengidentifikasi kejadian internet addiction pada mahasiswa keperawatan. b. Mengidentifikasi tingkat stres pada mahasiswa keperawatan. c. Mengidentifikasi kejadian insomnia pada mahasiswa keperawatan.
d. Membuktikan hubungan antara internet addiction dengan kejadian insomnia pada mahasiswa keperawatan. e. Membuktikan hubungan antara tingkat stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi mahasiswa program studi keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. a. Untuk mengetahui dampak dari internet addiction dan insomnia bagi kehidupan sehari-hari. b. Untuk mengetahui cara mengelola stres, agar mahasiswa dapat melakukan mekanisme koping dengan baik agar tidak terkena stres. c. Agar mahasiswa dapat menjaga pola tidurnya dengan baik, karena pola tidur yang buruk dapat berpengaruh terhadap kesehatan. 2. Bagi program studi ilmu keperawatan universitas muhammadiyah purwokerto. a. Untuk menambah kepustakaan tentang internet addiction, stres, dan insomnia. 3. Bagi penulis a. Menambah pengetahuan dan pengalaman terutama yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu internet addiction dan tingkat stres pada mahasiswa yang dikaitkan dengan insomnia. 4. Bagi peneliti lainnya a. Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan insomnia.
E. Penelitian Terkait Penelitian yang terkait dengan judul penelitian diatas diantaranya adalah : 1. Ulumuddin.B.(2011) dengan judul penelitian Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif studi korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro angkatan tahun 2009 dan 2010 dan memenuhi kriteria inklusi penelitian yaitu sebanyak 145 responden. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji statistik Fisher-Exact.Hasil penelitian ini adalah: 34 responden (23,4%) mengalami stres ringan, 31 (21,4%) responden mengalami stres sedang, 3 responden (2,1%) mengalami stres berat, 1 responden (0,7%) mengalami stres sangat berat, dan 62 responden (42,8%) mengalami insomnia. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro. 2. Dewi.N,(2010) dengan judul Hubungan Antara Kecanduan Internet Dan Kecemasan Dengan Insomnia Pada Mahasiswa S1 FK UNS Yang Sedang Melakukan Skripsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecanduan internet dan kecemasan dengan insomnia. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS. Penelitian ini mengambil
populasi dari mahasiswa prodi pendidikan dokter angkatan 2007. Sampel dalam penelitian ini yaitu 53 mahasiswa prodi pendidikan dokter yang dipilih sesuai kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu combined sampling yang terdiri dari purposive sampling dan incidental sampling. Kriteria dalam purposive sampling meliputi: mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran UNS, berusia 18-21 tahun, sedang mengerjakan skripsi. Insidental sampling artinya siapa saja yang dijumpai yang sesuai dengan karakteristik yang ditentukan dapat digunakan sebagai sampel penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala insomnia yang diadaptasi dari skala insomnia (SI) yang telah dibakukan oleh KSPBJ, adaptasi internet addiction tes (IAT),dan skala kecemasan (SK). Analisis yang digunakan adalah analisis regresi dua prediktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai F-test = 20,784, p 0,05, dan nilai R = 0,674. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu ada hubungan yang signifikan antara kecanduan internet dan kecemasan dengan insomnia pada mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran UNS. Nilai R2 dalam penelitian ini sebesar 0,454 atau 45,4%, sumbangan efektif kecanduan internet terhadap insomnia sebesar 36,526% dan sumbangan efektif kecemasan terhadap insomnia sebesar 8,874%. Sumbangan relatif kecanduan internet terhadap insomnia sebesar 80,45% dan sumbangan relatif kecemasan terhadap insomnia sebesar 19,55%. Perbedaan penelitian ini dengan yang penulis teliti ialah : Penulis meneliti tentang hubungan internet addiction dan tingkat stress dengan kejadian insomnia.
3. Susanto.J.(2013) meneliti tentang Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa S1 Keperawatan Angkatan 2009 Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara stres dengan kejadian insomnia pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Metode penelitian menggunakan desain deskriptif studi korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto angkatan 2009 dan memenuhi kriteria inklusi penelitian yaitu sebanyak 117 responden. Dengan hasil penelitian : 28 responden (23,9%) mengalami stres ringan, 72 responden (61,5%) mengalami stres sedang, 17 responden (14,5%) mengalami stres berat, 90 responden (76,9%) mengalami insomnia. Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian insomnia pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan S1 Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Perbedaan dengan penelitian penulis ialah : Penulis menggunakan instrument kuesioner stress dari DASS 42, dan penulis membagi tingkatan insomnia dalam tingkatan insomnia ringan, insomnia sedang, dan insomnia berat. Selain itu cakupan sampel yang penulis teliti lebih luas dari penelitian sebelumnya yang hanya meneliti Mahasiswa Keperawatan S1 angkatan 2009.