11 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Layanan Bimbingan Siswa (Studi Kasus) Layanan dan bimbingan siswa pada hakekatnya merupakan sebuah bantuan yang diberikan konselor kepada siswa untuk membantu menyelesaikan masalah atau kesulitan yang dihadapi. Untuk mempertegas pengertiannya, berikut adalah berbagai pengertian yang diungkapkan para ahli untuk memperjelas arti layanan dan bimbingan itu sendiri. (1) Menurut Leverner dalam Medaniel (1959). Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematis guna membantu pertumbuhan anak, dan juga kekuatan dalam menentukan dan mengarahkan hidupnya sendiri, yang pada akhirnya dia dapat memperoleh pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat. (2) Winkel (1977:12) Bimbingan dapat diartikan sebagai pemberian bantuan kepada seseorang atau kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam menyesuaikan diri terhadap tuntutan hidupnya. (3) Walgito (1985:10) Bimbingan adalah bantuan pertolongan yang diberikan kepada individu/sekumpulan individu dalam mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya agar individu / sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan dalam hidupnya.
(4) Frank W. Miller (1961) Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu-individu di dalam mencapai pemahaman dan pengarahan diri agar dapat menyesuaikan diri secara maksimal dengan sekolah, keluarga, dan masyarakat. (5) Crow (1975:25) Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia yang menolongnya mengemudikan kegiatankegiatan hidupnya sendiri-sendiri dan memikul bebannya sendiri. (6) Buku pedoman Pelaksanaan PPL UM (2008) Bimbingan adalah upaya mengenal, memahami dan menetapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar, khususnya kesulitan belajar bidang studi, dengan kegiatan mengidentifikasi, mendiagnosis, memprognosis, serta memberikan pertimbangan pemecahan masalah. Berdasarkan berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian bimbingan secara umum adalah usaha pemberian bantuan oleh orang yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang baik juga kepada siapapun yeng mengalami kesulitan dalam hidupnya. Layanan dan bimbingan siswa sebagai salah satu kegiatan bimbingan yang diadakan di sekolah mempunyai arti yaitu segala bentuk bantuan yang diberikan oleh pihak sekolah (dalam hal ini yaitu konselor) kepada siswa untuk membantu dalam mengatasi permasalahan baik yang berupa masalah akademis maupun non akademis atau sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupannya. 12
B. Pengertian Belajar Kegiatan wajib siswa dalam proses pendidikan adalah belajar. Banyak orang yang mengartikan belajar itu hanyalah kegiatan siswa yang membaca buku. Untuk lebih memahami makna belajar secara lebih jelas, berikut ini merupakan pengertian belajar yang diungkapkan oleh para ahli. 1. Menurut Chaplin (1972). Belajar merupakan perolehan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. 2. Menurut Gagne (1984) dalam Dahar (1988:12) Belajar merupakan suatu proses dimana seseorang berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman-pengalamannya. 3. Menurut Hintzman (1978). Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Dari beberapa pengertian yang diungkapkan beberapa ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi pada diri organisme (manusia) sebagai akibat dari pengalaman. Belajar diarahkan pada tercapainya pemahaman terhadap sesuatu secara luas. Selain pengertian-pengertian tersebut di atas, belajar juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar untuk mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu. Secara sadar contohnya bahwa manusia berusaha mengetahui sesuatu dengan cara bertanya atau mencari informasi tentang apa yang tidak diketahuinya, sedangkan secara 13
tidak sadar, sebagai contoh adalah ketika manusia melihat orang lain melakukan sesuatu maka hal tersebut juga dilakukannya dalam kehidupan. Hal yang penting yaitu bahwa sebuah proses belajar harus membawa perubahan dalam diri individu. Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan belajar, manusia akan mengerti dan memahami sesuatu dan pada akhirnya akan membawa perubahan jangka panjang dalam kehidupannya. C. Motivasi Belajar Proses belajar siswa melibatkan banyak faktor penting dalam mencapai keberhasilannya. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari luar pribadi siswa maupun berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor luar yang mempengaruhi belajar siswa antara lain lingkungan tempat belajar, guru/pengajar, dan sarana prasarana yang menunjang sedangkan faktor yang dari dalam diri siswa sendiri yaitu kondisi psikologis serta motivasi belajar. Faktor utama sebagai akar kegiatan belajar siswa adalah motivasi. Menurut Dirgagunarsa (1975) motivasi adalah dorongan atau kehendak yang menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar seseorang itu berbuat atau bertindak, dengan kata lain, bertingkah laku. Sedangkan menurut M.C Donald, motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam suatu bentuk aktivitas nyata untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Timbulnya motivasi dalam diri seseorang, selalu dilandasi oleh adanya kesadaran diri. Tanpa adanya kesadaran diri, motivasi tidak akan muncul dan akibatnya seseorang akan malas atau sulit untuk melakukan sesuatu. Begitu pentingnya motivasi dibutuhkan oleh manusia dalam berbagai kegiatan dalam aspek kehidupan, tidak terkecuali pendidikan yang sangat memerlukan kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah kemampuan atau kekuatan semangat untuk 14
melakukan proses belajar. Tanpa adanya motivasi belajar, siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pendidikan tidak akan tercapai dengan baik. Dalam hubungannya dengan motivasi belajar, guru merupakan faktor atau pihak penting yang memegang peranan tersebut. Dalam dunia pendidikan, guru tidak hanya berperan sebagai pihak penyampai materi saja, namun juga harus berperan sebagai pembangkit motivasi atau motivator. Untuk menjalankan peran tersebut, seorang guru harus memiliki kualitas motivator sebagai berikut. Meningkatkan kemampuan yang dapat menampilkan penguasaan terhadap materi atau pengetahuan. Untuk mendapatkan kualitas ini, guru hendaknya belajar secara terus menerus untuk selalu siap menghadapi siswa serta memberi dukungan agar siswa juga belajar. Menunjukkan kecintaan terhadap bidang studi yang diajarkannya. Dengan demikian, siswa juga akan terdorong untuk mencintai pelajaran sehingga pada akhirnya siswa akan belajar. Menunjukkan sikap memahami serta menguasai kondisi siswa yang menyangkut perasaan dan pengalaman siswa yang berupa kelemahan maupun kekurangan siswa. Dengan demikian, siswa akan merasa dihargai dan dipahami sehingga timbul semangat untuk mempelajari apa yang diberikan guru. Berdasarkan uraian di atas, telah jelas bahwa motivasi belajar siswa sangatlah penting. Dengan bantuan guru yang berperan sebagai motivator, maka diharapkan motivasi siswa akan meningkat sehingga tujuan pendidikan nasional akan tercapai. 15
D. Kesulitan Belajar Dalam sebuah pelaksanaan sesuatu, kadangkala hasil yang kita capai tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Ketidakberhasilan tersebut tentu tidak datang begitu saja, melainkan ada suatu faktor sebagai penyebab. Faktor-faktor tersebut merupakan hambatan yang harus diatasi. Dalam proses belajar, kondisi yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai keberhasilan belajar yaitu ketika terjadi perbedaan antara harapan dan pencapaian, disebut sebagai kesulitan belajar. Menurut Soedirman (dalam Indra:2006), kesulitan atau masalah belajar siswa adalah segala sesuatu yang menghambat kelancaran belajar siswa. Jika kesulitan belajar ini tidak ditangani dengan baik dan secara serius, maka akan terjadi kegagalan dalam proses belajar. Kesulitan belajar siswa itu sendiri dapat dipengaruhi oleh dua faktor, baik itu faktor intern maupun faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, antara lain sikap terhadap belajar, kesadaran diri, motivasi belajar serta konsentrasi. Sedangkan faktor ekstern yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa antara lain guru sebagai pembina belajar siswa, sarana prasarana, lingkungan sekolah dan sebagainya. Menurut Ross dalam Indra (2006), terdapat beberapa konsep dasar mengenai kesulitan belajar siswa yang harus diketahui oleh guru sehingga dapat dengan mudah mengatasinya. Konsep-konsep dasar tersebut antara lain: Learning disorder, yaitu keadaan dimana proses belajar mengajar seseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan. Pada dasarnya, siswa yang mengalami learning disorder tidak mengalami gangguan pada potensi dasarnya, tetapi proses belajarnya terganggu karena adanya respon yang bertentangan. Oleh 16
karena itulah, hasil belajar siswa tersebut tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Learning disfunction, yaitu mengacu pada gejala dimana proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun secara fisik, anak tidak mengalami gangguan. Under achiever, yaitu mengacu pada siswa-siswa yang mempunyai potensi intelektual yang tergolong di atas normal namun prestasi belajarnya rendah. Slow learner, yaitu siswa-siswa yang lambat dalam proses belajarnya sehingga siswa tersebut memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan tugastugasnya bila dibandingkan dengan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf intelegensi yang sama. Terdapat beberapa tingkah laku yang menunjukkan kesulitan belajar (Ross:1974) antara lain: Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah ini rata-rata nilai yang dicapai kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha belajar yang telah dilakukannya. Kemungkinaan ini terjadi yaitu pada siswa yang giat belajarnya namun nilai yang diraihnya selalu rendah. Lambat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Siswa yang mengalami kesulitan belajar ini selalu tertinggal dari teman-temannya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang tersedia. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, berdusta, sering bercanda, dan sebagainya. 17
Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, misalnya membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan tugas atau PR, mengganggu di dalam maupun di luar kelas, tidak mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri, tersisih dan tidak mau bekerja sama. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, dan sebagainya. Kesulitan belajar pada siswa akan mengakibatkan kegagalan belajar yang dialaminya. Burton mengungkapkan dalam bukunya bahwa terdapat beberapa jenis kegagalan. Siswa yang dikatakan mengalami kegagalan dapat dibedakan ke dalam ciriciri sebagai berikut. Siswa yang dalam batas waktu tertentu tidak dapat mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level). Nilai siswa cenderung di bawah nilai SKM (Standar Kelulusan Minimal) yang telah ditetapkan. Siswa yang tidak dapat mengerjakan atau mencapai hasil yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat intelegensi dan bakat). Siswa yang tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan termasuk penyesuaian sosial. Siswa yang tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai prasyarat pada tingkat selanjutnya. Dari uraian di atas, kesulitan belajar siswa merupakan hambatan yang dapat menghalangi pencapaian belajar secara maksimal sehingga siswa akan mengalami kegagalan dalam proses belajarnya. Oleh karena itulah, maka peran guru di sini sangat 18
diperlukan. Guru hendaknya mampu memahami kesulitan belajar yang dialami siswa sehingga pencapaian dalam belajar akan terwujud dan proses belajar akan berhasil dengan baik 19