BAB IV PENUTUP. tesis ini untuk menjawab rumusan masalah dapat penulis uraikan sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pendidikan menurut Abu Bakar (2012),

BAB III PEMBAHASAN. A. Format Kurikulum Fiqih Siya>sah pada Madrasah Aliyah. Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata

Intisari Buku. Tarbiyah Siyasiyah. Bersama Dakwah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pemerintahannya juga mengalami banyak kemajuan. Salah satunya mengenai. demokrasi yang menjadi idaman dari masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. digolongkan dalam beberapa bagian: Pertama, perempuan mempunyai. Ketiga, teks keagamaan sangat menghargai perempuan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

Peraturan Daerah Syariat Islam dalam Politik Hukum Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat

BAB V PENUTUP. penulis angkat dalam mengkaji pendidikan ekologi dalam perspektif Islam,

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1

BAB IV ANALISIS PERSEPSI REMAJA TERHADAP URGENSI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA DI DESA PEGUNDAN KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter

BAB V PENUTUP A. Simpulan Agustinus Tanggu Daga, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20. Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN YANG MENGACU PADA KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDODNESIA (KKNI)

BAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang menentukan. keberhasilan pembangunan Indonesia. Penyelenggaraan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 202 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

TINJAUAN PUSTAKA. A. Politik Identitas. Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

SEMINAR NASIONAL SMK BERBASIS POTENSI UNGGULAN DAERAH DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA MENGELIMINASI CITRA SEKOLAH SECOND CHOICE

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

PENGEMBANGAN SIKAP TOLERANSI MELALUI PEMBINAAN KEAGAMAAN DALAM MEMANTAPKAN CIVIC DISPOSITION

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan

HAKIKAT PANCASILA TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Sani Hizbul Haq Kelompok F. Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 7 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2).

PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama : Oni Yuwantoro N I M : Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan

BAB II IHWAL NILAI NASIONALISME DAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK SERTA SILABUS. Pada bab II akan dijelaskan tentang hal-hal dibawah ini.

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah untuk membantu peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

A. Latar Belakang Penelitian

MENERAPKAN PENILAIAN AUTENTIK DI MADRASAH ALIYAH KARAWANG

PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

Transkripsi:

146 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Hal-hal yang dapat penulis simpulkan setelah melakukan penelitian tesis ini untuk menjawab rumusan masalah dapat penulis uraikan sebagai berikut : 1. Format kurikulum fiqih siya>sah pada Madrasah Aliyah telah dijabarkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) materi fiqih siya>sah sesuai Permenag No. 2 tahun 2008, dimana ada 2 topik bahasan : pertama, ketentuan Islam tentang pemerintahan (khilafah), yang terdiri atas : (1) Pengertian dan tujuan khilafah; (2) Dasar-dasar khilafah; (3) Perbedaan khilafah dan khalifah; (4) Cara pengangkatan dan bai`at khalifah; (5) Hak dan kewajiban rakyat. Sedangkan bagian kedua, Majlis shu>ra> dalam Islam, yang meliputi (1) Pengertian majlis shu>ra> dan ahlul halli wal aqdi; (2) Syarat-syarat menjadi anggota majlis shu>ra> ; (3) Hak dan kewajiban majlis shu>ra>. 2. Tinjauan kritis terhadap kurikulum fiqih siya>sah pada Madrasah Aliyah dalam penelitian tesis ini dilakukan pada dua aspek, yaitu : a. Tinjauan terhadap relevansi materi fiqih siya>sah dalam kurikulum ; Kurikulum fiqih siya>sah yang termaktub dalam SK-KD sesuai Permenag No. 2 tahun 2008 memiliki beberapa kelemahan :

147 1) Sebaran SK-KD mata pelajaran fiqih siya>sah tidak berkolerasi dengan dua mata pelajaran dari kelompok mata pelajaran serumpun, dimana sebaran SK-KD masing-masing mata pelajaran tidak berkesesuaian dalam tiap jenjangnya; 2) Terdapat gap (kesenjangan) dalam materi fiqih siya>sah antara kajian teoritis dengan realitas sosial dan politik yang dihadapi bangsa-negara Indonesia. Konsep khila>fah kurang relevan diterapkan pada konteks negara-bangsa semisal Indonesia yang memiliki keragaman budaya. Etnis dan kepercayaan agama (multikulturalisme). Konsep tentang demokrasi dan pluralitas bangsa justru lebih urgen untik dikaji dalam perspektif hukum Islam guna mengantisipasi maraknya paham radikalisme dan intoleransi di masyarakat. b. Tinjauan kritis terhadap topik kajian materi fiqih siya>sah; beberapa materi dalam kajian fiqih siyasah terkait konsep khila>fah memiliki kecenderungan untuk melahirkan pandangan eksklusif dan intoleran terhadap kelompok agama lain, demikian pula kajian tentang majlis shu>ra> pada bagian persyaratan menjadi anggota majlis shu>ra> terkesan diskriminatif dalam memperlakukan masyarakat non-muslim. Hal ini menunjukkan bahwa kajian materi dalam fiqih siya>sah memiliki kekurangan dalam upaya membentuk pribadi manusia yang toleran dan demokratis. 3. Urgensi kajian demokrasi dan pluralitas bangsa dalam kurikulum fiqih siya>sah dapat dilihat dari konteks sosial-politik bangsa-negara Indonesia. Demokrasi sebagai sistem politik negara telah mengatur peran serta

148 (partisipasi) politik seluruh warganegara yang didasarkan pada kesamaan hak dan kewajiban serta kesederajatan di mata hukum. Walaupun konsep ini lahir dari peradaban Barat, nilai-nilai dalam sistem demokrasi tidak dapat dikatakan bertentangan secara inheren dengan konsep politik-islam. Demokrasi sebagai realitas politik negara-bangsa Indonesia semestinya layak untuk dikaji dalam konteks fiqih siyas>ah. Karena itu, kajian materi dalam kurikulum fiqih siyas>ah pada Madasah Aliyah seyogyanya ditujukan untuk menggali dan menemukan sejauhmana konsep demokrasi sesuai dengan tujuan dan sistem pemerintahan yang dikehendaki oleh syariat Islam. Hal yang sama juga perlu dilakukan terhadap paham adanya keragaman dalam masyarakat (pluralisme). Kenyataan bahwa negara Indonesia terbentuk dari berbagai macam masyarakat dengan ragam tradisi, bahasa, agama dan kepercayaan yang berbeda menuntut tanggungjawab segenap pihak untuk mengembangkan sikap toleransi demi menjaga integritas nasional dan keutuhan bangsa dan negara. Dalam hal ini, penting untuk dirumuskan bagaimana seharusnya pemahaman terhadap kemajemukan (pluralisme) dalam masyarakat menurut sudut pandang syariat Islam. Karena kajian seputar konsep demokrasi dan kemajemukan (pluralitas) bangsa sangat urgen untuk bahas dalam kurikulum fiqih siya>sah pada madrasah Aliyah. Dalam perspektif fiqih Khaled Abou el-fadl, pada dasarnya demokrasi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Al-Qur'an tidak pernah memberikan preferensi secara spesifik dan eksplisit

149 mengenai bagaimana bentuk pemerintahan Islam. Al-Qur'an hanya memaparkan seperangkat nilai penting dalam bidang politik dan kemasyarakatan (sosial) yang bersifat sentral bagi umat Islam, antara lain: (1) menggapai keadilan dengan kerjasama dan tolong menolong ; (2) menegakkan pemerintahan yang non-autokratik ; dan (3) pelembagaan kasih sayang, simpati dan empati dalam interaksi-sosial. Sehingga demokrasi, terutama yang bersifat konstitusional, merupakan salah-satu bentuk pemerintahan yang dimaksudkan oleh al-qur'an. Keberagaman (pluralitas) umat manusia dalam perspektif Fiqih Abou el-fadl, telah menjadi keniscayaan (sunnatullah) yang merupakan bentuk kasih-sayang (rahmat) Tuhan kepada umat manusia. al-qur'an merayakan dan mensakralkan keberagaman manusia yang menjadi tujuan dari pencarian keadilan. Persepsi ini akan memungkinkan seseorang untuk saling memahami, meng-apresiasi dan mengembangkan doktrin keberagaman (pluralisme) manusia sebagai salah satu kunci guna menemukan keadilan sosial dan menggapai keadilan yang sesungguhnya. Islam juga telah mengajarkan konsep tentang toleransi dan kasih-sayang sebagai upaya mengaplikasikan nilai-nilai kasih-sayang (mercy) yang menjadi acuan moral dari teks-teks al-qur'an, Dalam berinteraksi antara Muslim-Non Muslim, seorang muslim perlu memperhatikan ayat-ayat sala>m atau kedamaian yang menekankan kebutuhan tidak saja akan toleransi antar umat beragama, melainkan untuk bekerjasama secara moral yang berusaha menegakkan kebajikan di muka bumi.

150 B. Saran-Saran Dari hasil Penelitian yang penulis lakukan, ada beberapa rekomendasi yang kiranya dapat penulis sampaikan : 1. pihak pimpinan lembaga pendidikan Madrasah Aliyah perlu untuk mengkaji lebih lanjut sejauhmana urgensi materi tentang demokrasi dan pluralisme dalam pengembangan kurikulum fiqih siya>sah di tingkat satuan Pendidikannya untuk mengatasi berbagai kelemahan kurikulum pendidikan agama Islam, khususnya mata pelajaran fiqih. 2. Guru pengajar ilmu-ilmu Fiqih, perlu memperluas pengetahuan seputar metodologi hukum Islam dan produk hukumnya, baik dari kajian fiqih klasik maupun kontemporer sehingga mampu melakukan analisa hukum secara komprehenship karena guru sebagai ujung tombak dalam sistem pendidikan madrasah dalam mencerdaskan calon generasi penerus bangsa. 3. diperlukan kajian lebih dalam terhadap konsep demokrasi dan pluralisme dengan melibatkan pihak-pihak yang berkompeten, baik dari kalangan akademisi, agamawan, birokrat, tokoh masyarakat dan segenap unsur dewan pendidikan untuk mencari titik temu guna memformulasikan kurikulum fiqih siya>sah yang sesuai dengan karakteristik, watak, dan kepribadian bangsa Indonesia dalam upaya mengantisipasi merebaknya paham radikalisme dan eksklusifisme yang intoleran.