DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

P E R A T U R A N D A E R A H

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI CIAMIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

Dengan persetujuan bersama. DEWAN PERMUSYAWARATAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN dan BUPATI MUSI BANYUASIN MEMUTUSKAN :

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS,

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2007 WALIKOTA PRABUMULIH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN LEMBANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 6 TAHUN 2008

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI LOMBOK TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG (BPK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI DOMPU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SABU RAIJUA,

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2

PEMERINTAH KOTA BATU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 20 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 7 TAHUN 2006

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

...BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR.. 2 TAHUN TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

Transkripsi:

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang, maka Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 4 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Badan Perwakilan Desa perlu ditinjau kembali ; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang tentang Pedoman Pembentukan Badan Permusyawaratan Desa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerahdaerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 67 Tahun 1958 tentang perubahan Batas-batas Wilayah Kotapraja Salatiga Dan Daerah Swatantra Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1652); 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 1

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3079); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3500); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SEMARANG dan BUPATI SEMARANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Semarang. 2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 4. Bupati Semarang yang selanjutnya disebut Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Semarang. 5. Kecamatan adalah Wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah yang ada di Kabupaten Semarang. 6. Camat adalah unsur Perangkat Daerah sebagai kepala Kecamatan di Kabupaten Semarang. 7. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara kesatuan Republik Indonesia dan berada di Kabupaten Semarang. 8. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 9. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 10. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 11. Kepala Desa adalah Pejabat yang memimpin penyelenggaraan Pemerintah Desa. 12. Perangkat Desa adalah terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. 13. Perangkat Desa Lainnya adalah terdiri dari Sekretariat Desa, Pelaksana Teknis Lapangan dan Unsur Kewilayahan. 14. Lembaga Kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat. 15. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. BAB II PEMBENTUKAN BPD Bagian Kesatu Umum Pasal 2 Jumlah anggota BPD ditentukan berdasarkan jumlah penduduk dan kemampuan keuangan Desa dengan ketentuan : a. jumlah penduduk sampai dengan 2000 jiwa, 7 orang anggota; b. jumlah penduduk 2001 sampai dengan 3500 jiwa, 9 orang anggota; c. jumlah penduduk diatas 3500 jiwa, 11 orang anggota. 3

Bagian Kedua Persyaratan Anggota BPD Pasal 3 Yang dapat dipilih menjadi anggota BPD adalah Warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat sebagai berikut : a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945; c. berijasah paling rendah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan / atau sederajat; d. berumur paling rendah 25 tahun; e. sehat jasmani dan rohani; f. berkelakuan baik dibuktikan dengan surat keterangan dari kepolisian; g. tidak pernah dihukum karena tindak pidana dengan ancaman hukumannya sekurangkurangnya 5 (lima) tahun; h. mengenal desanya dan dikenal masyarakat serta terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal tetap di Desa yang bersangkutan, sekurang-kurangnya selama 2 (dua) tahun terakhir secara tidak terputus-putus; i. bersedia dicalonkan menjadi anggota BPD; dan j. tidak dalam status sebagai penjabat Kepala Desa maupun perangkat desa. Pasal 4 Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa yang bersangkutan. Pasal 5 (1) Dalam pemilihan anggota BPD dibentuk Panitia Pemilihan. (2) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari : a. tokoh masyarakat; b. lembaga kemasyarakatan; c. tokoh agama; dan d. ketua Rukun Tetangga dan / atau ketua Rukun Warga. (3) Anggota Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berjumlah 9 (sembilan) orang. (4) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. 4

Bagian Ketiga Tugas Panitia Pasal 6 Panitia pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) mempunyai tugas sebagai berikut : a. mengajukan rencana anggaran biaya; b. menyusun tata cara pemilihan anggota BPD; c. melakukan pendaftaran calon anggota BPD; d. meneliti kelengkapan persyaratan administrasi calon anggota BPD; e. menolak atau menerima calon anggota BPD; f. menetapkan calon anggota BPD menjadi calon tetap; g. mengumumkan calon tetap anggota BPD; h. melaksanakan pemilihan; i. membuat berita acara hasil pemilihan; j. menyampaikan laporan pelaksanaan pemilihan kepada Kepala Desa; dan k. mengusulkan calon terpilih kepada Kepala Desa. Bagian Keempat Mekanisme Pemilihan Anggota BPD Pasal 7 (1) Tiap-tiap Rukun Warga paling banyak mengajukan 5 (lima) orang calon anggota BPD. (2) Calon anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berasal dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama, dan tokoh masyarakat lainnya. (3) Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya dilakukan penelitian kelengkapan persyaratan administrasi oleh panitia pemilihan. (4) Calon tetap anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf f, mengadakan musyawarah dan mufakat untuk memilih anggota BPD yang dipimpin oleh Panitia dengan mempertimbangkan asas pemerataan. (5) Apabila dalam musyawarah dan mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak dicapai kata sepakat, maka dilakukan dengan cara pemungutan suara. 5

(6) Apabila dengan cara sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak tercapai, maka pemilihan anggota BPD diserahkan sepenuhnya kepada panitia dengan tetap mempertimbangkan asas pemerataan. (7) Hasil pemilihan dituangkan dalam berita acara untuk dilaporkan kepada Kepala Desa paling lama 7 (tujuh) hari. (8) Pengusulan calon anggota BPD terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (7) oleh Kepala Desa disampaikan kepada Bupati melalui Camat paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya laporan untuk mendapatkan pengesahan. Bagian Kelima Pelantikan Pasal 8 (1) Anggota BPD terpilih dilantik oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak terpilih. (2) Apabila dalam waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak bisa dilaksanakan, maka anggota BPD terpilih dinyatakan sah. (3) Sebelum memangku jabatannya, anggota BPD mengucapkan sumpah atau janji secara bersama-sama. (4) Pengucapan sumpah atau janji sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan dihadapan warga masyarakat dan dipandu oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. (5) Susunan kata-kata sumpah atau janji BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah sebagai berikut : Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah / berjanji, bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku anggota BPD dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, seadil-adilnya ; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara ; dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang- Undang Dasar Tahun 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (6) Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati. 6

BAB III FUNGSI Pasal 9 (1) BPD mempunyai fungsi : a. menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa; dan b. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. (2) Pelaksanaan fungsi BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam tata tertib BPD. BAB IV WEWENANG Pasal 10 BPD mempunyai Wewenang : a. membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa ; b. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa ; c. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa ; d. membentuk Panitia pemilihan Kepala Desa ; e. menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat ; f. menyusun tata tertib BPD ; g. memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa jabatan Kepala Desa secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa jabatannya ; dan h. memproses pemilihan Kepala Desa, paling lama 4 (empat) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Kepala Desa. BAB V HAK, KEWAJIBAN, DAN LARANGAN Pasal 11 BPD mempunyai hak : a. meminta keterangan kepada Pemerintah Desa; dan b. menyatakan pendapat. 7

Pasal 12 (1) Anggota BPD mempunyai hak : a. mengajukan rancangan Peraturan Desa; b. mengajukan pertanyaan; c. menyampaikan usul dan pendapat; d. memilih dan dipilih ; dan e. memperoleh tunjangan. (2) Anggota BPD mempunyai kewajiban: a. mengamalkan Pancasila,melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala Peraturan Perundang-undangan yang berlaku ; b. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa; c. mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; d. menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat; e. memproses pemilihan kepala desa; f. mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan; g. menghormati nilai - nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat; dan h. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan Lembaga kemasyarakatan. Pasal 13 (1) Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. (2) Pimpinan dan Anggota BPD dilarang : a. sebagai pelaksana proyek desa ; b. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain. c. melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan / atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya ; d. menyalahgunakan wewenang ; dan e. melanggar sumpah/janji jabatan. 8

BAB VI SUSUNAN KEANGGOTAAN DAN TATA KERJA Bagian Pertama Susunan Keanggotaan Pasal 14 (1) Susunan Keanggotaan BPD terdiri dari unsur pimpinan dan anggota. (2) Unsur pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua, dan 1 (satu) orang Sekretaris. (3) Unsur pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipilih dari dan oleh anggota BPD. (4) Dalam pemilihan unsur pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda dalam rapat khusus. Bagian Kedua Tata Kerja Pasal 15 Dalam melaksanakan tugasnya, pimpinan BPD wajib menerapkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan pemerintah desa atau dengan Instansi lain di luar pemerintahan desa sesuai dengan permasalahannya. Pasal 16 Pimpinan BPD bertanggungjawab memimpin dan mengkoordinasikan anggotanya, memberikan bimbingan serta petunjuk dalam melaksanakan tugas. Pasal 17 Pimpinan BPD wajib mengawasi anggotanya dan bila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 18 Setiap laporan yang diterima dari masyarakat oleh Pimpinan BPD wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan dalam rangka menampung aspirasi masyarakat untuk disampaikan kepada pemerintah desa. 9

Pasal 19 Dalam menyampaikan laporan, tembusan laporan wajib disampaikan kepada Bupati melalui Camat. Pasal 20 Dalam melaksanakan tugas, pimpinan BPD wajib mengadakan rapat berkala. Pasal 21 Pimpinan BPD wajib mengikuti dan mematuhi ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. (1) Rapat BPD dipimpin oleh Pimpinan BPD. BAB VII MEKANISME RAPAT BPD Pasal 22 (2) Rapat BPD sebagaimana dimaksud ayat (1 ) dinyatakan sah apabila dihadiri sekurangkurangnya ½ (satu perdua) dari jumlah anggota BPD, dan Keputusan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak. (3) Dalam hal tertentu rapat BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ⅔ (dua pertiga) dari jumlah anggota BPD dan keputusan ditetapkan dengan persetujuan sekurang-kurangnya ½ (satu perdua) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPD yang hadir. (4) Hasil rapat BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilengkapi dengan notulen rapat yang dibuat oleh Sekretaris BPD. BAB VIII PEMBERHENTIAN SEMENTARA DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA BPD Pasal 23 (1) Pemberhentian sementara anggota BPD, paling lama 1 (satu) tahun. (2) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan BPD. 10

(3) Selama anggota BPD dikenakan pemberhentian sementara, maka pekerjaan sehari-hari dilakukan oleh anggota BPD lainnya. (4) Anggota BPD diberhentikan sementara karena : a. menderita sakit lebih dari 6 (enam) bulan secara berturut-turut dan belum menampakkan kesembuhan, yang dikuatkan dengan Surat Keterangan Dokter; b. diduga tersangkut dalam suatu tindak pidana kejahatan sampai dengan adanya Putusan Pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap; c. berdasarkan Putusan Pengadilan sebagaimana dimaksud pada huruf b, maka BPD mencabut keputusan pemberhentian Sementara anggota BPD untuk dikukuhkan kembali dalam hal yang bersangkutan dinyatakan tidak bersalah atau diberhentikan dalam hal yang bersangkutan dinyatakan bersalah. Pasal 24 (1) Anggota BPD berhenti atau diberhentikan, karena : a. meninggal dunia; b. mengajukan permintaan sendiri; c. berakhir masa baktinya; d. tidak lagi memenuhi syarat dan / atau melanggar sumpah / janji; e. tidak lagi berdomisili di Desa; f. melanggar salah satu larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13; atau g. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. (2) Dalam hal terdapat kekosongan anggota BPD, maka Pimpinan BPD menunjuk anggota BPD lainnya untuk melaksanakan tugas sehari-hari dan paling lambat dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan harus sudah dilaksanakan pengisiannya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. (3) Penunjukan anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan BPD. (4) Dalam hal Pimpinan BPD berhenti atau diberhentikan, maka pergantian Pimpinan BPD berpedoman pada Pasal 14. Pasal 25 (1) Apabila ada anggota BPD berhenti atau diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, maka keanggotaannya digantikan oleh Calon Anggota yang berasal dari tempat tinggal anggota yang telah berhenti dan / atau diberhentikan dengan musyawarah dan mufakat. 11

(2) Pengganti anggota BPD yang berhenti dan / atau diberhentikan, ditetapkan dengan Keputusan BPD disampaikan kepada Kepala Desa dan diusulkan kepada Bupati melalui Camat untuk mendapat pengesahan. Pasal 26 (1) Masa jabatan anggota BPD 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan. (2) Apabila masa jabatan anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah berakhir, yang bersangkutan dapat diangkat / diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. BAB IX KEUANGAN DAN ADMINISTRASI Pasal 27 (1) Pimpinan dan anggota BPD menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan keuangan Desa. (2) Tunjangan Pimpinan dan anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap tahun dalam APB Desa. Pasal 28 (1) Untuk kegiatan BPD disediakan biaya operasional sesuai kemampuan keuangan Desa yang dikelola oleh Sekretaris BPD. (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap tahun dalam APB Desa. Pasal 29 Pertanggungjawaban administrasi tunjangan dan operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 28 dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB X PENYIDIKAN Pasal 30 (1) Tindakan penyidikan terhadap anggota BPD dilaksanakan setelah adanya persetujuan tertulis dari Bupati. 12

(2) Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diberikan paling lambat 30 ( tiga puluh ) hari,apabila dalam jangka waktu tersebut tidak diberikan maka proses penyidikan dapat dilaksanakan. (3) Hal- hal yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan ; b. diduga telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati. (4) Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberitahukan secara tertulis oleh atasan penyidik kepada Bupati paling lama 3 (tiga) hari. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 31 Anggota Badan Perwakilan Desa yang ada pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, tetap menjalankan tugas sampai terbentuknya Badan Permusyawaratan Desa. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 32 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur oleh Bupati. Pasal 33 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 4 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Badan Perwakilan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2000 Nomor 18) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 13

Pasal 34 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Semarang. Ditetapkan di Ungaran pada tanggal 01-06-2006 BUPATI SEMARANG, CAP TTD BAMBANG GURITNO Diundangkan di Ungaran pada tanggal 01-06-2006 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SEMARANG CAP TTD SOETRISNO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 11 SERI D NOMOR 4 Diperbanyak Sesuai Dengan Aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM CAP TTD BUDI KRISTIONO 14

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA I. UMUM Bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang, khususnya Pasal 210 ayat (4) yang menentukan pengaturan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara Penetapan Anggota dan Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten dengan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan Undang- Undang ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 4 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Badan Perwakilan Desa yang telah diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2000 Nomor 18, perlu ditinjau kembali. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 Angka 2 Angka 3 Angka 4 Angka 5 Angka 6 15

Angka 7 Angka 8 Angka 9 Angka 10 Angka 11 Angka 12 Angka 13 Angka 14 Angka 15 Pasal 2 Yang dimaksud dengan Sekretariat Desa adalah unsur staf yang dipimpin oleh Sekretaris Desa yang mempunyai tugas dan kewajiban membantu Kepala Desa dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan unsur pelaksana teknis dan unsur kewilayahan. Yang dimaksud dengan Pelaksana Teknis Lapangan adalah pembantu Kepala Desa sesuai dengan bidangnya dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa, seperti keamanan dan ketertiban, pengairan, keagamaan dan adat istiadat, pertanian, pemungut pendapatan desa, dan lainnya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Yang dimaksud dengan Unsur Kewilayahan adalah pembantu tugas-tugas Kepala Desa di wilayah yang bersangkutan, seperti Kepala Dusun. Penetapan jumlah anggota BPD disamping memperhatikan jumlah penduduk, juga memperhatikan luas wilayah dan kemampuan keuangan desa. Pasal 3 16

Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Ijasah SLTP atau yang sederajat dibuktikan dengan menunjukkan ijasah formal Yang dimaksud dengan sehat jasmani dan rohani adalah disamping Panca Indera dapat berfungsi dengan baik, juga tidak menderita penyakit yang dapat mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya, yang kesemuanya itu dibuktikan dengan surat keterangan dokter. Berkelakuan baik dibuktikan dengan SKCK yang diterbitkan oleh POLRI. Yang dimaksud dengan Tindak Pidana di sini adalah Tindak Pidana Kejahatan sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Perundang-undangan lainnya dan / atau Tindak Pidana Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Dibuktikan dengan Putusan dari Pengadilan Tingkat Pertama. Yang dimaksud dengan Mengenal Desanya adalah mengerti situasi dan kondisi desanya serta segala sesuatu yang ada didesanya termasuk batas-batas desanya. Yang dimaksud dengan Masyarakat adalah masyarakat desa yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan Bertempat Tinggal Terakhir Paling Singkat 2 (Dua) Tahun Tidak Terputus-putus adalah selama 2 (dua) tahun sebelum pelaksanaan pemilihan Anggota BPD, yang bersangkutan telah bertempat tinggal di desanya dan selama 2 (dua) tahun tersebut yang bersangkutan tidak pernah bertempat tinggal diluar desanya. 17

Huruf i Huruf j Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Yang dimaksud dengan Anggaran Biaya adalah anggaran yang diperlukan untuk pembentukan BPD. Didalam melakukan pendaftaran calon anggota BPD disertai dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat. 18

Huruf i Huruf j Huruf k Pasal 7 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Ayat (7) Ayat (8) Pasal 8 Ayat (1) Yang dimaksud dengan Tokoh Masyarakat adalah meliputi unsur perempuan, unsur kepemudaan, dan pengurus partai politik. 19

Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Pasal 9 Ayat (1) Ayat (2) Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pada waktu pengucapan sumpah/janji lasimnya dipakai kata-kata tertentu sesuai dengan agama masing-masing. Misalnya untuk penganut agama islam didahului dengan kata-kata Demi Allah dan untuk penganut agama kristen/katholik diawali kata-kata Demi Tuhan Saya Berjanji dan diakhiri dengan kata-kata Semoga Tuhan Menolong Saya, untuk agama Budha diawali dengan ucapan Demi Sang Yang Adi Budha, dan untuk Agama Hindu diawali dengan ucapan Om Atah Paramawisesa Tata Tertib BPD ditetapkan dalam Peraturan BPD. 20

Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Ayat (1) Pemberhentian sementara paling lama 1 (satu) tahun khusus untuk yang terkena sakit. Ayat (2) Pasal 24 Ayat (1) Huruf a Huruf b Huruf c 21

Ayat (2) Ayat (3) Pasal 25 Ayat (1) Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Tidak lagi berdomisili di desa maksudnya selama 6 (enam) bulan berturutturut telah meninggalkan desanya. Apabila dari asal tempat tinggal anggota BPD yang telah berhenti dan / atau diberhentikan dengan musyawarah tidak ada calon, maka diambilkan dari calon anggota BPD yang berasal dari wilayah terdekat. Ayat (2) Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Cukup Jelas Pasal 29 Cukup Jelas 22

Pasal 30 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan Terhitung Paling Lama 30 (Tiga Puluh) Hari adalah sejak tanggal diterimanya pemberitahuan secara tertulis dari Atasan Penyidik. Ayat (3) Ayat (4) Pasal 31 Pemberitahuan secara tertulis dapat didahului dengan pemberitahuan secara lisan melalui alat komunikasi. Cukup Jelas Pasal 32 Cukup Jelas Pasal 33 Cukup Jelas Pasal 34 Cukup Jelas BUPATI SEMARANG, CAP TTD BAMBANG GURITNO TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 10 23