BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat di era

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia usaha semakin lama semakin tajam dalam era globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keputusan pendanaan merupakan salah satu keputusan penting yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendanaan internal merupakan dana yang berasal dari internal perusahaan seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perusahaan lain. Sebagai contohnya perusahaan consumer goods yang

BAB I PENDAHULUAN. dana maka diperlukan keputusan pendanaan yang tepat. Keputusan pendanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB I PENDAHULUAN. Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya. mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendanaan ini bisa bersumber dari dalam perusahaan (internal financing) maupun

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan baru yang terjadi pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik industri maupun jasa, termasuk industri consumer goods.

BAB 1 PENDAHULUAN. baik mengunakan hutang (debt financing) ataupun dengan mengeluarkan saham

BAB I PENDAHULUAN. Peran industri-industri yang beroperasi di Indonesia memberikan dampak

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan antar negara untuk memenangkan pasar perdagangan dan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan adalah dengan mengelola serta memanfaatkan sumber daya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri. keputusan pendanaan yang baik untuk menentukan pertimbanganpertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengelola keuangan perusahaan dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan

BAB I PENDAHULUAN. kreditur, serta pihak manajemen perusahaan itu sendiri. Selain itu pendanaan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan dalam jangka panjang. Melalui penjualan barang dan jasa kepada

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat dan semakin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. persaingan yang dihadapi. Meningkatkan nilai perusahaan salah satunya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan akhir dari investor perorangan maupun badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Aktivitas perusahaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB I PENDAHULUAN. telah membuat suatu perusahaan berusaha meningkatkan nilai perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2012:263). Setiap keputusan pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pencaharian di bidang pertanian atau bercocok tanam. Pertanian di

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi dan cara berpikir manusia yang semakin pesat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di zaman era globalisasi sekarang ini dunia bisnis memasuki persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. merefleksikan penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan. Nilai

BAB I PENDAHULUAN. sebab sifat dari hutang yang tidak permanen, lebih murah untuk diadakan, dan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. ROA merupakan salah satu indikator untuk mengukur

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar BelakangMasalah. Banyaknya perusahaan dan kondisi perekonomian saat ini telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis yang sedang memasuki era globalisasi mengakibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjudul Factors Determining the Capital Structure of Pharmaceutical

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi membuka peluang interaksi dan komunikasi tanpa batas antar

BAB I PENDAHULUAN. keputusan keuangan lainnya (Sundjaja, 2003:283). Modal terdiri atas ekuitas

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam negeri maupun perusahaan-perusahaan asing yang memiliki modal

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tersedia bagi pemegang saham (Sartono:2001). Setiap keputusan pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis dewasa ini cenderung semakin pesat. Tingkat

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pembaca dalam memahami maksud dari variabel-variabel yang akan diteliti.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. harus dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dengan baik seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Teori struktur modal menjelaskan ada atau tidaknya pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Pendanaan dapat berasal dari internal yaitu dari modal sendiri dan eksternal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya, perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan tujuan perusahaan. Kegiatan pendanaan berhubungan penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Globalisasi bermuara pada masalah tantangan dan peluang yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. bidang jasa maupun produksi pasti menginginkan agar perusahaannya dapat

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.6 Latar Belakang Masalah. Investasi merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan, karena dengan

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan munculnya perjanjian kerjasama perdagangan antar dua negara atau yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan di dunia usaha saat ini semakin berkembang pesat. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana yang cukup besar, sehubungan dengan hal ini perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran, dan pertumbuhan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. struktur modal perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi suatu kinerja

BAB I PENDAHULUAN. lebih lanjut. Liem, Sutejo, & Murhadi (2013) menyatakan struktur modal

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Brigham dan Houston (2001) struktur modal adalah bauran dari hutang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perusahaan didirikan dengan berbagai tujuan yang hendak dicapai.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. industri perbankan. Selain menyangkut permasalahan modal, tingkat kepercayaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya akan memaksimalkan struktur modalnya. bagaimana posisi financial perusahaan tersebut. Struktur modal adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan dunia usaha dan industri menjadi semakin ketat. Perusahaan dituntut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis yang sedang mengalami era globalisasi menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. besar maupun perusahaan kecil. Upaya tersebut merupakan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatanya menjual atau memberi jasa kepada pihak lain atau masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menghadapi persaingan dalam era globalisasi saat ini setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam jumlah yang memadai. Dana ini tidak hanya dibutuhkan untuk membiayai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan. adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal, yaitu keputusan

perusahaan yaitu dari hutang (pinjaman) dan modal sendiri.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan sektor perekonomian yang mendukung kelancaran aktivitas

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Hasa, 2008) (Lusiana, 2006) (Meyulinda dan Yusfarita, 2010) Weston and Copeland (2010:19)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat pelaku bisnis. Setiap perusahaan memerlukan dana yang besar untuk tumbuh dan berkembang ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat di era globalisasi dewasa ini, yang senantiasa berhadapan dengan persoalan penambahan modal yang bertujuan untuk mengembangkan skala produksi dan memperluas pasar untuk mencapai tingkat operasional yang lebih efisien. Hal ini erat kaitannya dengan peran dan fungsinya sebagai mesin yang efektif untuk memperoleh dana sekaligus sebagai sarana untuk berinvestasi. Melalui kegiatan pasar modal, perusahaan dapat memperoleh dana untuk membiayai seluruh kegiatan operasionalnya dan untuk perluasan usaha. Investor sebagai pihak yang memiliki dana juga dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan dapat berdampak produktif dan menguntungkan. Masalah pendanaan ini harus diputuskan dengan hati-hati karena setiap kebijakan pendanaan memiliki konsekuensi finansial yang berbeda. Sumber dana adalah semua perkiraan yang terdapat pada sisi pasiva neraca, mulai dari utang dagang hingga laba ditahan. Menurut Bambang Riyanto (2004) dalam Devia Riasita (2014), bahwa sumber dana yang dapat diperoleh untuk membelanjai suatu perusahaan dapat dibedakan menjadi sumber dana dari dalam perusahaan dan sumber dana dari luar perusahaan. Sumber dana dari dalam perusahaan (internal source) dapat diartikan sebagai bentuk dana dimana pemenuhan kebutuhan dananya berasal 1

2 dari dalam perusahaan itu sendiri yaitu laba ditahan (retained earnings) dan depresiasi (depreciations). Sedangkan sumber dana dari luar perusahaan (external source) adalah pemenuhan kebutuhan dana diambil atau berasal dari sumber-sumber dana yang ada di luar perusahaan yaitu dari kreditur, pemilik, dan pengambil bagian dalam perusahaan (pemegang saham). Dana yang diperoleh dari kreditur disebut hutang sedangkan dana yang diperoleh dari pemilik disebut modal sendiri. Sumber dana suatu perusahaan dapat dilihat di sisi pasiva dari neraca perusahaan, sedangkan penggunaan dana dapat dilihat pada sisi aktiva dari neraca perusahaan. Dana yang diterima perusahaan digunakan untuk membeli aktiva tetap yang nantinya digunakan untuk memproduksi barang atau jasa, membeli bahan-bahan untuk kepentingan produksi dan penjualan, untuk melakukan pinjaman dana melalui hutang ke bank, untuk mengadakan persediaan kas, dan membeli surat berharga yang sering disebut efek atau sekuritas untuk kepentingan transaksi maupun untuk menjaga likuiditas perusahaan (Margaretha, 2003 dalam Devia Riasita, 2014). Keberhasilan suatu perusahaan dalam mengelola modal sangat tergantung pada kebijakan manajer keuangan dalam hal pembelanjaan perusahaan (financing policy). Kebijakan pembelanjaan yang dilakukan oleh manajer keuangan tidak hanya terbatas pada penekanan fungsi investasi/alokasi dan penentuan jumlah dana yang dibutuhkan, tetapi sekaligus melakukan fungsi pendanaan yaitu menentukan sumber dan cara bagaimana dana yang dibutuhkan tersebut dapat terpenuhi. Selain itu, penting bagi manajer keuangan untuk menentukan berapa

3 lama dana tersebut akan digunakan sehingga diperoleh suatu kombinasi penggunaan modal yang optimal. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang memaksimumkan nilai perusahaan dan meminimumkan biaya modalnya, kondisi dimana sebuah perusahaan dapat menggunakan kombinasi utang dan ekuitas secara ideal, yaitu menyeimbangkan atas struktur modalnya. Struktur modal yang optimal dapat berubah sepanjang waktu, yang dapat mempengaruhi biaya modal tertimbang (weighted average cost of capital). Selanjutnya, perubahan biaya modal akan mempengaruhi keputusan anggaran modal dan akhirnya akan mempengaruhi harga saham perusahaan (Firnanti,2011). Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara total hutang dan modal sendiri. Struktur modal dapat diukur dari rasio perbandingan antara total hutang terhadap modal sendiri yang biasa disebut DER (debt to equity ratio). DER dapat menunjukkan tingkat risiko suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio DER, akan semakin tinggi pula risiko yang akan terjadi dalam perusahaan karena pendanaan perusahaan dari unsur utang lebih besar daripada modal sendirinya. Mengingat DER dalam perhitungannya adalah hutang dibagi dengan modal sendiri, artinya jika hutang perusahaan lebih tinggi dari modal sendirinya berarti rasio DER lebih dari satu atau penggunaan hutang lebih besar dalam mendanai aktivitas perusahaan (Houston, 2001 dalam Andi Kartika, 2016). Berikut merupakan analisa DER pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang diambil secara acak pada tahun 2013-2015.

4 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 Struktur Modal 1.39 1.48 1.32 1.16 1.04 1.02 1.16 1.08 1.13 2013 2014 2015 INDF SKLT CEKA Sumber :BEI, data yang diolah Gambar 1.1 Struktur Modal Dari gambar 1.1 terdapat inkonsistensi data pada struktur modal dengan proxy debt to equity ratio, dapat dilihat bahwa PT.Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT.Sekar Laut Tbk (SKLT) secara terus menerus mengalami peningkatan dari tahun 2013 sampai tahun 2015, kemudian yang terjadi pada PT.Cahaya Kalbar Tbk (CEKA) terdapat data fluktuatif setiap tahunnya, yakni pada tahun 2013 sebesar 1,02 kemudian pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 1,39 sedangkan pada tahun 2015 terjadi penurunan menjadi 1,32. Dapat dilihat bahwa perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman memiliki struktur modal lebih dari satu. Hal ini menunjukkan masih banyak menggunakan hutang dari pada modal sendiri dalam mendanai aktivitas perusahaannya pada periode tahun 2013-2015. Faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan struktur modal antara lain adalah stabilitas penjualan, struktur aset, pengungkit operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi

5 pinjaman, lembaga penilai peringkat, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, dan fleksibilitas keuangan (Brigham dan Houston, 2006 dalam Defia Riasita, 2014). Dalam penelitian ini tidak akan dibahas keseluruhannya, akan tetapi hanya beberapa dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Hal ini disebabkan untuk mengukur dan menganalisis rentangnya terlalu besar serta sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini, faktor-faktor yang akan dijadikan variabel Independen adalah profitabilitas (net profit margin), likuiditas (current ratio), pertumbuhan penjualan (growth of sales) dan struktur aset (fixed asset ratio). Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang dapat diperoleh sebuah perusahaan dari kegiatan operasional yang mana keuntungan tersebut ada yang dibagikan kepada pihak pemegang saham dalam bentuk dividen dan bisa juga keuntungan tersebut disimpan dan digunakan untuk meningkatkan kinerja kegiatan operasional. Semakin tinggi profitabilitas maka struktur modal perusahaan tersebut semakin rendah, maka profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Menurut teori Pecking Order dan pendapat peneliti sebelumnya perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan yang besar mempunyai sumber pendanaan internal yang lebih besar dan mendorong perusahaan untuk menggunakannya terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan melakukan pembiayaan investasi perusahaan sehingga tingkat penggunaan hutangnya atau pendanaan external yang digunakan relatif kecil dan akan memperkecil resiko timbulnya kebangkrutan serta biaya hutang yang tinggi (Wijaya dan Hadianto,

6 2008 dalam Hasni Yusrianti, 2013). Hal ini menyatakan perusahaan dengan tingkat profit tinggi lebih cenderung menggunakan sumber pendanaan internal terlebih dahulu yaitu seperti dari laba yang ditahan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaannya. Berikut merupakan analisa net profit margin pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang diambil secara acak pada tahun 2013-2015. Sumber :BEI, data yang diolah Gambar 1.2 Profitabilitas Dari gambar 1.2 memperlihatkan data dari nilai faktor-faktor yang mempengaruhi DER. Net profit margin merupakan salah satu jenis rasio profitabilitas yang menunjukkan keuntungan netto dari setiap penjualan. Pada PT.Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) terjadi fluktuatif pada tahun 2013-2014 mengalami peningkatan dari 0,06 menjadi 0,08, sedangkan pada tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 0,06. Hal ini terjadi pada PT.Cahaya Kalbar Tbk (CEKA) terjadi fluktuatif pada setiap tahunnya yaitu dari 0,30 mengalami penurunan menjadi 0,01 lalu terjadi peningkatan sebesar 0,30, sedangkan

7 PT.Sekar Laut Tbk (SKLT) pada tahun 2013-2014 sebesar 0.02 pada tahun 2015 terjadi peningkatan sebesar 0.03. Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya hubungan negatif antara profitabilitas dengan struktur modal menunjukkan bahwa semakin besar tingkat profitabilitas yang diperoleh perusahaan maka struktur modal perusahaan yang berasal dari hutang akan semakin menurun dan sebaliknya. Dari peneliti sebelumnya menunjukkan hasil yang berbeda-beda, dalam penelitian yang dilakukan oleh Winahyuningsih (2011), Galih Dwi (2014), Lies Indriyatni (2015), Seftianne (2011), Yayuk (2015) berpengaruh positif terhadap struktur modal, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Defia Riasita (2014), Raja Patresia (2014), Selly Zuliani (2014), Joni dan Lina (2010), Seftianne dan Handayani (2011), Furi dan Saifudin (2012), Andi Kartika (2016), Firnanti (2011) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Faktor lain yang mempengaruhi struktur modal adalah likuiditas. Likuiditas merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Likuiditas juga dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya. Semakin besar rasio likuiditas suatu perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan tersebut membayar kewajiban maka struktur modal perusahaan tersebut semakin rendah, jadi likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini di sebabkan

8 perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internal terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan external menggunakan hutang. Salah satu proxy dari rasio likuiditas adalah current ratio, dimana rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar (curent asset) dengan utang lancar (current liability) Defia Riasita (2014). Berikut merupakan analisa likuiditas pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang diambil secara acak pada tahun 2013-2015. 2 1.5 1 0.5 0 Likuiditas 1.67 1.63 1.81 1.47 1.71 1.53 1.23 1.18 1.19 2013 2014 2015 INDF SKLT CEKA Sumber :BEI, data yang diolah Gambar 1.3 Likuiditas Dari gambar 1.3 dapat dilihat bahwa PT.Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) terjadi fluktuatif tahun 2013-2015. Dari 1.67 terjadi peningkatan sebesar 1.81, kemudian mengalami penurunan menjadi 1.71. PT.Sekar Laut Tbk (SKLT) mengalami fluktuatif penurunan pada tahun 2013-2014 dari 1.23 menjadi 1.18 lalu pada tahun 2015 sedikit ada paningkatan 1.19. PT.Cahaya Kalbar Tbk (CEKA) mengalami naik turun dari tahun 2013 sejumlah 1.63 kemudian

9 mengalami penurunan pada pada tahun 2014 menjadi 1.47 dan terjadi peningkatan tahun 2015 sebesar 1.53. Aktiva lancar yang semakin besar menunjukan bahwa perusahaan berhasil melunasi hutang jangka pendeknya, sehingga hutang jangka pendek berkurang dan berakibat menurunnya proporsi hutang dalam struktur modal. Dari peneliti sebelumnya likuiditas dalam penelitian yang dilakukan oleh Furi dan Saifudin (2012), Seftianne dan Handayani (2011) menyatakan bahwa tingkat likuiditas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian tersebut juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Galih Dwi K (2013), Defia Riasita (2014) menunjukan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal. Pertumbuhan penjualan (growth of Sales) adalah perubahan (peningkatan atau penurunan) total penjualan yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Brigham dan Huston (2006) dalam Galih Dwi (2013) juga mengatakan bahwa perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Penjualan yang terus meningkat harus didukung modal yang lebih besar agar terus tumbuh. Pemakaian dana external (utang) dapat didapatkan lebih mudah dari perusahaan dengan penjualan yang tinggi. Perusahaan yang sedang tumbuh pesat memerlukan dana yang besar untuk berkembang, akan tetapi dana internal saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Semakin tinggi pertumbuhan penjualan, maka dana yang dihasilkan perusahaan semakin besar sehingga semakin rendah tingkat hutang perusahaan maka struktur modal berpengaruh negatif terhadap struktur modal.

10 Galih Dwi K (2013) yang menyatakan pertumbuhan berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Berikut merupakan analisa pertumbuhan penjualan pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang diambil secara acak pada tahun 2013-2015. 150 100 50 0-50 Pertumbuhan Penjualan 125.35 41.15 46.21 15.33 20.17 10.15 9.35-5.84 0.74 0 2013 2014 2015 INDF SKLT CEKA Sumber :BEI, data yang diolah Gambar 1.4 Pertumbuhan Penjualan Dapat dilihat pada gambar 1.4 bahwa nilai pertumbuhan pada tahun 2013-2015 mengalami penurunan pada setiap tahunnya. PT.Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dari 15.33%, 10.15%, menjadi 0.74%. PT.Sekar Laut Tbk (SKLT) dari 41.15%, 20.17%, kemudian 9.35%. PT.Cahaya Kalbar Tbk (CEKA) dari 125.35%, 46.21%, bahkan sampai minus pada tahun 2015 yakni -5.84%. Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Dimana pertumbuhan penjualan yang semakin tinggi dapat menghasilkan laba yang besar pula. Peneliti sebelumnya menghasilkan perbedaan pertumbuhan penjualan dalam penelitian yang dilakukan oleh Andi Kartika (2016), Winahyuningsih, Sumekar dan Prasetyo (2011), Selly Zuliani (2014), Lies

11 Indiyatni (2015) menyatakan bahwa pertumbuhan berpengaruh positif terhadap struktur modal, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Furi dan Saifudin (2012), Yayuk Susanti (2015), Bunga Indah (2015) yang menyatakan pertumbuhan berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Struktur aset diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yang pertama aset lancar (meliputi kas, investasi jangka pendek, piutang wesel, piutang dagang, persediaan, piutang penghasilan). Kedua aset tidak lancar (meliputi investasi jangka panjang, aset tetap, aset tidak berwujud. Struktur aset atau Fixed Asset Ratio (FAR) dan dikenal juga dengan tangible asset merupakan rasio antara aset tetap perusahaan dengan total aset. Perusahaan yang memiliki aset dalam jumlah besar maka struktur modal perusahaan semakin rendah, hal ini menunjukkan bahwa struktur aset berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Kebanyakan dari perusahaan manufaktur yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aset tetap biasanya mengutamakan pemenuhan untuk modalnya diambil dari modal sendiri, sedangkan modal asing (hutang) hanya digunakan sebagai pelengkap (Saidi, 2004 dalam Raja Patresia, 2014). Berikut merupakan analisa struktur aset pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang diambil secara acak pada tahun 2013-2015.

12 0.5 Struktur Aset 0.4 0.42 0.41 0.39 0.3 0.2 0.1 0.29 0.2 0.26 0.27 0.17 0.15 INDF SKLT CEKA 0 2013 2014 2015 Sumber :BEI, data yang diolah Gambar 1.5 Struktur Aset Berdasarkan gambar 1.5 diatas pada tahun 2013-2015 perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman mengalami fluktuatif setiap tahunnya. PT.Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) 0.29, 0.26, 0.27. PT.Sekar Laut Tbk (SKLT) 0.42, 0.41, 0.39. PT.Cahaya Kalbar Tbk (CEKA) 0.20, 0.17, 0.15. Bahwa semakin besar tingkat struktur aset yaitu dalam hal ini adalah aset tetap atau aset berwujud yang dimiliki perusahaan maka struktur modal perusahaan juga semakin rendah dan sebaliknya. Struktur aset dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Joni dan Lina (2010), Devia Riasita (2014), Husni (2013), Lies Indriyatni (2015), Winahyuningsih, Sumekar dan Prasetyo (2011), Furi dan Saifudin (2012) menunjukkan berpengaruh positif terhadap struktur modal, begitupun sebaliknya penelitian yang dilakukan oleh Kesuma (2008), Triyono (2009), Seftianne dan Handayani (2011), Selly Zuliani (2014), Andi Kartika (2016), Raja Patresia (2014) menunjukkan bahwa struktur aset berpengaruh negatif terhadap struktur modal.

13 Perbedaan hasil penelitian dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor seperti perbedaan dalam pemilihan jumlah sampel perusahaan yang menjadi objek penelitian, perbedaan periode tahun dalam penelitian, pengujian variabel dan masih banyak lagi. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan hasil penelitian yang berbeda atau ketidakkonsistenan pada penelitian terdahulu. Dalam penelitian ini, yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang mempublikasikan laporan tahunan selama periode 2011-2015 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Yang dimaksud perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengubah barang mentah menjadi produk jadi melalui proses produksi kemudian dijual kepada pelanggan. Alasan mengapa mengambil perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman sebagai sampel dalam penelitian ini adalah karena industri konsumsi sub sektor makanan dan minuman merupakan kebutuhan setiap orang untuk kelangsungan hidupnya, sehingga sektor ini tidak ada matinya. Perusahaan sub sektor makanan dan minuman memiliki skala produksi yang cukup besar dan membutuhkan modal yang besar pula untuk pengembangan produk dan ekspansi pangsa pasarnya, sehingga cenderung mempunyai tingkat DER yang cukup tinggi. Maka hal tersebut yang memotivasi untuk melakukan penelitian ini karena adanya ketidakkonsistenan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini mengambil judul mengenai PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, PERTUMBUHAN PENJUALAN DAN STRUKTUR ASET TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN YANG TELAH TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2011-2015

14 1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah Dari latar belakang penelitian yang diuraikan diatas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Perusahaan mengalami kesulitan dalam pengembalian keputusan pendanaan yang berkaitan dengan faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan tentang struktur modal. 2. Tinggi rendahnya struktur modal yang tidak konsisten setiap tahunnya mempengaruhi para investor ketika akan menanamkan modalnya. 3. Perusahaan mengalami kesulitan menentukan struktur modal yang optimal. 4. Profitabilitas yang fluktuatif pada industri konsumsi sub sektor makanan dan minuman pada tahun 2013-2015 5. Likuiditas yang fluktuatif pada industri konsumsi sub sektor makanan dan minuman pada tahun 2013-2015 6. Pertumbuhan penjualan yang terus mengalami penurunan pada industri konsumsi sub sektor makanan dan minuman pada tahun 2013-2015 7. Struktur aset yang fluktuatif pada industri konsumsi sub sektor makanan dan minuman pada tahun 2013-2015

15 1.2.2. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang ditemukan, maka dalam penelitian ini dibatasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. Setelah mengetahui identifikasi masalah dalam penelitian ini, hanya meneliti beberapa variabel yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal (Debt Equity Ratio), yaitu profitabilitas (Net Profit Margin), likuiditas (Current Ratio), pertumbuhan penjualan (Growth of Sales) dan struktur aset (Fixed Asset Ratio). 2. Dalam penelitian ini hanya mengambil sampel penelitian dari perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan konsisten mempublikasi laporan tahunannya selama periode penelitian. 3. Dalam penelitian ini periode penelitian yang akan dilakukan adalah pada tahun 2011-2015. 1.3. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka pada penelitian ini dapat didapatkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah profitabilitas (Net Profit Margin), likuiditas (Current Ratio), pertumbuhan penjualan (Growth of Sales), dan struktur aset (Fixed Asset Ratio) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang telah terdaftar di BEI (Periode 2011-2015)?

16 2. Apakah profitabilitas (Net Profit Margin) secara persial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang telah terdaftar di BEI (Periode 2011-2015)? 3. Apakah likuiditas (Current Ratio) secara persial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang telah terdaftar di BEI (Periode 2011-2015)? 4. Apakah pertumbuhan penjualan (Growth of Sales) secara persial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang telah terdaftar di BEI (Periode 2011-2015)? 5. Apakah struktur aset (Fixed Asset Ratio) secara persial berpengaruh sighifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang telah terdaftar di BEI (Periode 2011-2015)? 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah diuraikan, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis apakah profitabilitas (Net Profit Margin), likuiditas (Current Ratio), pertumbuhan penjualan (Growth of Sales), dan struktur aset (Fixed Asset Ratio) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang telah terdaftar di BEI (Periode 2011-2015)?

17 2. Untuk menganalisis apakah profitabilitas (Net Profit Margin) secara persial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang telah terdaftar di BEI (Periode 2011-2015)? 3. Untuk menganalisis apakah likuiditas (Current Ratio) secara persial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang telah terdaftar di BEI (Periode 2011-2015)? 4. Untuk menganalisis apakah pertumbuhan penjualan (Growth of Sales) secara persial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang telah terdaftar di BEI (Periode 2011-2015)? 5. Untuk menganalisis apakah struktur aset (Fixed Asset Ratio) secara persial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang telah terdaftar di BEI (Periode 2011-2015)? 1.5. Manfaat dan Kegunaan Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan struktur modal yang optimal atau keputusan pendanaan, baik sumber dananya berasal dari pinjaman maupun modal sendiri dalam membiayai kegiatan operasional perusahaan.

18 2. Bagi investor, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi pada perusahaan yang akan ditanamkan dananya dengan melihat struktur modal perusahaaan tersebut. 3. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat memberikan acuan pengambilan keputusan investasi pada perusahaan untuk meningkatkan pendapatan negara dengan melihat struktur modal.