Dwi Oktaviani Wulandari, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi, dengan komunikasi kita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia bukan tentang ilmu bahasa atau ilmu sastra, melainkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Erni Susanti 1, Riyadi 2, Yulianti 2 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan yang berperan sebagai ratu dan pelayan ilmu. James dan James

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dalam era globalisasi ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertulis dalam pasal 1 butir 14 Undang-undang RI Nomor 20. tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan manusia lain. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Tarigan. bahasa tertentu sebagai alat komunikasinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) saja, tetapi masyarakat mulai mengenal PAUD. Dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, orang lain, dan lingkungan anak dalam dunia bermain.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, khususnya di SD. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehidupan anak tidak dapat dipisahkan dari tumbuh-kembang. Tumbuhkembang

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN TIPE KANCING GEMERINCING

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghasilkan bunyi yang disebut dengan bahasa. laku bahkan kebiasaan-kebiasaan tokoh idolanya sendiri. Seperti misalnya jika

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan yang. memfasilitasi proses pertumbuhan dan perkembangan anak.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK PADA ANAK USIA DINI 5-6 TAHUN DENGAN METODE BERCERITA MELALUI WAYANG KERTAS DI TK MAKEDONIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latifah Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

NURUL HUDA LOSARI BREBES SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

Eksperimentasi metode pembelajaran TGT (Teams Games

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dapat mengubah pola pikir seseorang dalam mencapai tujuan kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

JURNAL PENELITIAN. Oleh: SITI HINDUN M. H. NPM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Liana, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang sistematis dan teratur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK B TK TERATAI SUNJU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi Mekanik merupakan salah satu mata pelajaran yang penting

I. PENDAHULUAN. disebut proses komunikasi. Proses komunikasi berguna untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), hlm. 27.

BAB 1 PENDAHULUAN. membaca, dan menulis. Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR DI KELOMPOK B TK PERTIWI MOJAYAN I KLATEN TENGAH TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Anak diibaratkan sebagai kertas putih, pertumbuhannya akan tergantung

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. budaya baca tulis, yaitu perwujudan perilaku yang mencakup kemampuan, Pertanyaan yang diajukan sekarang ini adalah kapan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dan global. Maka, untuk meningkatkan mutu pendidikan pemerintah selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan tersebut sudah diperoleh ketika ia sudah mulai belajar berbicara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bercerita merupakan salah satu bentuk kemampuan berbicara. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rika Samrotul Huda,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat penting di

Kata Kunci : Metode Jigsaw, Finishing Bangunan, mahasiswa Arsitektur I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat penting untuk dipelajari. adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan.

BAB I PENDAHULUAN. ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan.

BAB I PENDAHULUAN. lulus tidaknya seorang siswa. Oleh sebab itu mutu pelajaran Bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian INDAH KOMALA SARI, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah rangkaian bunyi-bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia

BAB I PENDAHULUAN. lukisan, dan mimik muka. (Syamsu Yusuf, 2000:118)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa, seorang dapat menyampaikan ide, pikiran, perasaan kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini sejalan dengan pendapat Keraf (2004:1), bahwa bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Pengembangan bahasa di TK ialah usaha atau kegiatan mengembangkan kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan lingkungannya melalui bahasa. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang terdiri dari keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis (Tarigan,1984:1). Keempat keterampilan tersebut memiliki hubungan yang saling terkait satu sama lain, yang merupakan satu kesatuan. Keterampilan tersebut perlu dilatih pada anak usia dini karena dengan kemampuan berbahasa tersebut anak akan belajar berkomunikasi dengan orang lain, sebagaimana dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009 diungkapkan bahwa standar tingkat pencapaian perkembangan bahasa anak untuk anak usia dini yaitu menerima bahasa, mengungkapkan bahasa, dan keaksaraan. Pentingnya perkembangan bahasa dalam pendidikan anak usia dini menurut Yusuf (2000) bahwa setiap anak memiliki potensi perkembangan bahasa agar dapat berinteraksi dan dapat tumbuh serta berkembang menjadi individu dengan kecerdasan berbahasa yang baik, maka dalam kegiatan pengajaran dan pendidikan di TK sudah seharusnya jika guru membantu merangsang perkembangan bahasa dalam diri anak menjadi kebutuhan anak dalam memanfaatkan masa-masa keemasan dalam hidupnya. Pada masa ini anak memerlukan bahasa untuk menerima stimulus-stimulus tertentu yang

bermanfaat bagi mereka dalam memahami dan menguasai lingkungannya. Dengan kemampuan berbahasa yang baik maka anak akan mudah menerima stimulus yang diterima dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran di TK mempunyai peranan penting dalam mengembangkan kemampuan berbicara anak. Kemampuan berbicara merupakan aspek yang penting yang perlu dikuasai anak, khususnya mempengaruhi perkembangan kognisinya karena dengan berbicara anak dapat mengkomunikasikan pendapat dan pikirannya. Tetapi ketika melihat fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari tidak semua anak mampu menguasai keterampilan berbicara, ketidakmampuan anak berkomunikasi secara baik karena keterbatasan kemampuan menangkap pembicaraan anak lain atau tidak mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan orang lain secara benar. Berdasarkan hasil pengamatan di TK Bhayangkari 17 Cimahi dan wawancara dengan guru kelas kelompok B, kemampuan anak dalam berbicara masih rendah. Hal ini dapat diamati pada saat anak menyampaikan pesan/informasi. Isi pembicaraan yang disampaikan oleh anak tersebut kurang jelas. Anak berbicara tersendat-sendat sehingga isi pembicaraan menjadi tidak jelas. Ada pula di antara anak didik yang tidak mau berbicara di depan kelas. Selain itu, pada saat guru bertanya kepada seluruh siswa, umumnya anak lama sekali untuk menjawab pertanyaan guru. Beberapa orang anak ada yang tidak mau menjawab pertanyaan guru karena takut jawabannya itu salah. Apalagi untuk berbicara di depan kelas, para anak didik belum menunjukkan keberanian. Kegiatan belajar mengajarpun guru masih melakukan kegiatan klasikal. Pembelajaran lebih ditekankan pada model yang banyak diwarnai dengan ceramah dan lebih berpusat pada guru, contohnya guru tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan gagasannya. Hal ini mengakibatkan anak kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan anak hanya duduk, diam, dan mendengarkan.

Kegiatan ini mengakibatkan anak kurang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran yang cenderung menjadikan mereka cepat bosan dan malas belajar. Melihat kondisi nyata tentang kemampuan berbicara anak di TK Bhayangkari 17 melalui refleksi awal dan diskusi dengan guru kelas kelompok B1, sebagai solusi untuk mengatasi masalah meningkatkan kemampuan berbicara terdapat banyak metode yang dapat digunakan, metode tersebut antara lain metode bercerita, metode bercakap-cakap, metode tanya jawab, metode karya wisata, metode demonstrasi, metode bermain peran, metode eksperimen, metode proyek, metode pemberian tugas dan metode cooperative learning. Dari berbagai metode tersebut yang akan diangkat dalam penelitian ini, untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak dilakukan dengan menggunakan metode cooperative learning. Untuk lebih memudahkan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) ada beberapa teknik yang bisa digunakan dan disesuaikan dengan kebutuhan atau kompetensi yang diinginkan dicapai oleh anak, yaitu teknik mencari pasangan, teknik bertukar pasangan, teknik berfikir, teknik berpasangan, teknik betempat, teknik berkirim salam dan soal, teknik kepala bernomor, teknik kepala bernomor tersrtruktur, teknik dua tinggal dua tamu, teknik keliling kelompok, teknik kancing gemerincing, teknik keliling kelas, teknik lingkaran kecil lingkaran besar, teknik tari bamboo, teknik jigsaw, dan teknik bercerita berpasangan. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk bekerja sama dengan tugas-tugas terstruktur (Lie, 1999:12). Melalui pembelajaran ini siswa bersama kelompok secara gotong royong maksudnya setiap anggota kelompok saling membantu antara teman yang satu dengan teman yang lain dalam kelompok tersebut sehingga di dalam kerja sama tersebut yang cepat harus membantu yang lemah, oleh karena itu penilaian akhir setiap anggota

kelompok ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok dan sebaliknya keberhasilan individu adalah keberhasilan kelompok. Sebagai solusi untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak di TK Bhayangkari 17 Cimahi adalah digunakannya metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan. Metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan ini dapat mengoptimalkan partisipasi atau keikutsertaan anak dalam proses belajar mengajar, memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan gagasan/pendapatnya, serta mengajarkan anak untuk saling bekerja sama. Berdasarkan pernyataan tersebut diharapkan akan merangsang anak untuk mau berbicara mengungkapkan gagasannya dan lebih komunikatif dengan teman kelompoknya dalam suasana yang menyenangkan dan bersahabat. Penelitian yang dilakukan oleh Emma Rahmawati (2009) di TK INDRI dengan judul Pengaruh pembelajaran kooperatif dengan teknik Jigsaw terhadap tingkat kecerdasan emosi anak TK menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw di TK INDRI dapat meningkatkan kecerdasan emosi dengan hasil kategori tinggi sebanyak 11 anak dengan persentasi 79% sedangkan anak dengan tingkat kecerdasan rendah 21%. Kondisi tersebut melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan. B. Rumusan Masalah

Dari permasalahan yang telah diungkapkan diatas, penulis dapat merumuskan beberapa permasalahan, dan perumusan permasalahan dari penelitian dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : Rumusan masalah secara umum adalah bagaimana upaya meningkatkan kemampuan berbicara anak TK melalui metode cooperative lerning dengan teknik cerita berpasangan, agar penelitian lebih terarah maka rumusan masalah ini dituangkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan berbicara anak TK Kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 17 sebelum diterapkan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan? 2. Bagaimana penerapan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak TK Kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 17? 3. Bagaimana peningkatan kemampuan berbicara anak TK Kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 17 setelah menggunakan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan? 4. Kendala apa saja yang dihadapi guru ketika diterapkan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan di TK Kemala Bhayangkari 17? C. Tujuan Penelitian Perumusan tujuan dalam suatu penelitian merupakan hal yang paling penting, karena tujuan yang jelas akan mengarahkan penelitian dalam mencapai sasaran yang tepat. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui kondisi objektif kemampuan berbicara anak sebelum diterapkan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan di TK Kemala Bhayangkari 17. 2. Mengetahui penerapan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak TK.

3. Mengetahui peningkatan kemampuan berbicara anak setelah diterapkan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan. 4. Mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam menerpakan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan di TK Kemala Bahayangkari 17. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi semua pihak khususnya guru TK, Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, bagi peneliti selanjutnya, dan umumnya bagi orang tua anak didik dan pihak-pihak terkait yang memerlukan sehingga dapat memberikan nilai positif untuk peningkatan kemampuan pengembangan bahasa khususnya kemampuan berbicara anak. Secara spesifik manfaat yang diharapkan tersebut diantaranya: 1. Bagi guru TK, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan sehingga termotivasi untuk menjadi guru yang inisiator dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini melalui metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan. 2. Bagi Prodi PGPAUD sebagai lembaga yang menghasilkan calon guru PAUD, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan untuk senantiasa meningkatkan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik terutama dalam meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode kooperatif bagi anak usia dini. 3. Bagi peneliti sendiri penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan sehingga dapat memanfaatkan

dan mengembangkan suatu cara dalam meningkatkan kemampuan berbicara pada anak usia dini melalui metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan.. 4. Bagi orang tua, penelitian ini diharapkan dapat menjadikan para orang tua memahami pembelajaran berbicara di Taman Kanak-Kanak, sehingga kebebasan anak untuk menyampaikan ide/gagasannya dan menikmati dunia anak yang sesungguhnya sangat menyenangkan menjadi lebih terbentang luas dalam kegiatan berbicara melalui metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan. E. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi Struktur organisasi dalam penulisan skripsi ini terdiri dari BAB I yang didalamnya terdapat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang ditujukan baik bagi guru, bagi Prodi PG PAUD, bagi peneliti selanjutnya dan bagi orang tua, serta struktur organisasi penulisan skripsi. BAB II membahas kajian teori tentang perkembangan bahasa anak, kemampuan berbicara anak, metode cooperative learning, serta metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan. BAB III akan membahas tetntang metode penelitian, desain penelitian, teknik pengumpulan data dan instrument penelitian, definisi operasional, teknik analisis data serta lokasi dan subjek penelitian. BAB IV adalah hasil penelitian dan pembahasan. Pada bagian hasil penelitian berisi tentang kondisi objektif kemampuan berbicara anak kelompok B TK Bhayangakari 17 Cimahi, penerapan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini TK Bhayangkari 17 Cimahi,

peningkatan kemampuan berbicara anak TK Kelompok B di TK Bhayangkari 17 Cimahi setelah menggunakan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan dan kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan. Sedangkan pada bagian pembahasan berisi tentang kemampuan berbicara anak kelompok B TK Bhayangakari 17 Cimahi sebelum penggunaan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan, pelaksanaan pembelajaran metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini di TK Bhayangkari 17 Cimahi, kemampuan berbicara anak usia dini di TK Bhayangkari 17 Cimahi setelah penggunaan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan, serta kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan.