BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang digunakan. dalam pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. pada anak di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah

BAB I PENDAHULUAN. masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Anak yang merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. anak yang berusia di bawah 5 tahun terdapat kematian di. miliar kasus diare yang terjadi setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran program dari Dinas Kesehatan adalah berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, teknologi, pendidikan, perilaku terhadap upaya kesehatan (Depkes RI, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. dunia melalui WHO (World Health Organitation) pada tahun 1984 menetapkan

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan termasuk masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular mengutamakan aspek promotif dan preventif dengan membatasi

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Tahun 2010 di Idonesia (Kemenes RI, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara termasuk Indonesia.Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, setiap tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka kematian 760.000 anak dibawah 5 tahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya, diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak dan menjadi penyebab kematian kedua pada anak berusia dibawah 5 tahun. Berdasarkan data United Nation Children s Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, secara global terdapat dua juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare. Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah, sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran bakteri penyebab diare. Jika diare disertai muntah berkelanjutan akan menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan). Inilah yang harus selalu diwaspadai karena sering terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan mengakibatkan kematian. Dehidrasi yang terjadi pada bayi ataupun anak akan cepat menjadi parah. Hal ini disebabkan karena seorang anak berat badannya lebih ringan daripada orang dewasa. Maka cairan tubuhnya pun relatif sedikit, sehingga jika kehilangan sedikit saja cairan dapat mengganggu organ-organ vitalnya. Apalagi sang anak juga belum mampu 1

2 mengomunikasikan keluhannya, sehingga tidak mudah mendeteksinya. Dehidrasi akan semakin parah jika ditambah dengan keluhan lain seperti mencret dan panas karena hilangnya cairan tubuh lewat penguapan. Kasus kematian balita karena dehidrasi masih banyak ditemukan dan biasanya terjadi karena ketidakmampuan orang tua mendeteksi tanda-tanda bahaya ini (Cahyono, 2010). Berdasarkan hasil Riskesdas (2007) diketahui bahwa prevalensi diare pada balita di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan di 33 provinsi pada tahun 2007, melaporkan bahwa angka nasional prevalensi diare adalah 9,0%. Prevalensi diare berdasarkan kelompok umur pada balita (1-4 tahun) terlihat tinggi menurut hasil Riskesdas (2007), yaitu 16,7%. Demikian pula pada bayi (<1 tahun), yaitu 16,5% (Kemenkes RI, 2011). Masalah diare di Indonesia sering terjadi dalam bentuk Kejadian Luar Biasa (KLB). KLB diare sering terjadi terutama di daerah yang pengendalian faktor risikonya masih rendah. Cakupan perilaku hygiene dan sanitasi yang rendah sering menjadi faktor risiko terjadinya KLB diare (Kemenkes RI, 2011). Jumlah penderita KLB diare tahun 2013 di Indonesia menurun secara signifikan dibandingkan tahun 2012 dari 1.654 kasus menjadi 646 kasus pada tahun 2013. KLB diare pada tahun 2013 terjadi di 6 provinsi dengan penderita terbanyak terjadi di Jawa Tengah yang mencapai 294 kasus. Sedangkan angka kematian (CFR) akibat KLB diare tertinggi terjadi di Sumatera Utara yaitu sebesar 11,76%. CFR diare yang terjadi di Sumatera Utara Tahun 2013 mengalami

3 kenaikan dibandingkan Tahun 2012, yaitu dari 1,22% menjadi 11,76% (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2013), jumlah kasus diare yang tercatat ada sebanyak 285.183 kasus, yang ditemukan dan ditangani sebanyak 223.895 kasus (78,5%), sehingga angka kesakitan (IR) diare per 1.000 penduduk mencapai 16,80. Capaian ini mengalami kenaikan dari tahun 2012 yaitu 16,36/1.000 penduduk. Namun, capaian ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 yaitu 19,35% dan 2010 yaitu 18,73%. Pencapaian IR ini jauh di bawah target program yaitu 214 per 1.000 penduduk. Rendahnya IR dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnya kejadian penyakit diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak terdata. Berdasarkan Riskesdas (2013), total rumah yang memenuhi syarat kesehatan di Sumatera Utara sampai dengan akhir 2013 (termasuk yang memenuhi syarat tahun 2012) ada sebanyak 1.821.173 unit (54,27%). Proporsi penduduk atau rumah tangga yang yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi layak (dikatakan layak apabila sarana tersebut milik sendiri atau bersama, kloset jenis leher angsa dan pembuangan akhir tinjanya ke tangki septik atau SPAL) provinsi sebesar 84,2%, dan proporsi RT yang ber-phbs baik sebesar 24,6%, sedangkan sisanya 75,4% adalah RT yang ber-phbs kurang baik. Pengelolaan sampah yang tidak baik dapat menjadi sarang vektor penyakit, terutama lalat. Lalat merupakan salah satu vektor yang dapat membawa bakteri penyebab diare Menurut Depkes (2001), jarak terbang lalat

4 efektif adalah 450-900 m sehingga mempermudah lalat untuk hinggap dimana saja terutama di pemukiman penduduk. Selain faktor sanitasi lingkungan, faktor personal hygiene (kebersihan perorangan) ibu juga sangat berpengaruh terhadap kejadian diare Perilaku ibu berkontribusi meningkatkan kasus diare Ibu merupakan orang terdekat dengan balita yang mengurus segala keperluan balita seperti mandi, menyiapkan dan memberi makanan/minuman. Perilaku ibu yang tidak hygienis seperti tidak mencuci tangan pada saat memberi makan anak, tidak mencuci bersih peralatan masak dan makan, dapat menyebabkan balita terkena diare. Personal hygiene ibu dan sanitasi lingkungan perumahan yang baik bisa terwujud apabila didukung oleh perilaku masyarakat yang baik (Depkes RI, 2008). Daerah dengan jumlah diare yang cukup tinggi di Sumatera Utara adalah Sibolga. Sibolga merupakan salah satu kota di Propinsi Sumatera Utara yang secara geografis berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah di sebelah utara, timur, selatan, dan barat. Sibolga merupakan satu-satunya kota pantai sebagai pusat pelayanan primer di pantai barat Sumatera Utara dengan fungsi utama sebagai pusat pemerintahan kota, pusat perdagangan barang dan jasa, pusat pelayanan pariwisata, pengolahan hasil perikanan, pusat transportasi laut dan pusat pendidikan (Profil Kota Sibolga, 2014). Dinas Kesehatan Kota Sibolga mencatat sebanyak 2150 masyarakat yang mengalami diare selama tahun 2010. Pada tahun 2011-2013 penderita diare di sibolga mengalami penurunan masing-masing tiap tahun menjadi 1737, 1712, dan

5 1307 orang. Akan tetapi pada tahun 2014, jumlah penderita diare kembali meningkat menjadi 1572 orang. (Dinkes Sibolga, 2010-2014). Kota sibolga terdiri dari beberapa lingkungan, yaitu lingkungan aek habil, pelabuhan, sambas, dan pintu angin. Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Sibolga, jumlah penderita diare di lingkungan pintu angin selalu tinggi tiap tahunnya dibandingkan jumlah penderita diare di lingkungan lain. Jumlah penderita diare dari tahun 2010-2014 di lingkungan pintu angin masing-masing tiap tahunnya 705, 694, 655, 514, dan 589 orang. Berdasarkan hasil survei pendahuluan diketahui jumlah balita di Kelurahan Sibolga Hilir ada 756 balita yang terdiri dari 429 laki-laki dan 327 perempuan dimana setiap tahunnya banyak balita yang menderita diare. Berdasarkan data laporan bulanan yang dilakukan di Puskesmas Pintu Angin, didapatkan data Kelurahan Sibolga Hilir sebagai daerah dengan jumlah penderita diare pada balita yang tertinggi dibandingkan kelurahan yang lain. Jumlah balita dari Kelurahan Sibolga Hilir yang mengalami diare dan berkunjung di Puskesmas Pintu Angin pada Bulan Januari hingga Bulan Juli 2015 ada 68 balita dan pada Bulan Agustus hingga Bulan Desember 2015 ada 120 balita yang terdiri dari 52 laki-laki dan 68 perempuan. Sedangkan pada Bulan Januari 2016 terdapat 15 balita dan Bulan Februari 2016 terdapat 25 balita yang mengalami diare dan berkunjung di Puskesmas. Kelurahan Sibolga Hilir terletak di daerah pinggir pantai dengan kondisi sanitasi lingkungan yang kurang sehat, sehingga menyebabkan semakin tingginya angka kejadian diare Jumlah keluarga yang bertempat tinggal di

6 Kelurahan Sibolga Hilir sekitar 1512 keluarga. Dari jumlah keluarga tersebut, yang memiliki jamban hanya 769 keluarga dan yang memiliki jamban sehat hanya 487 keluarga. Sementara untuk penyediaan tempat sampah hanya dimiliki oleh 897 keluarga dan yang memiliki tempat sampah sehat 627 keluarga. Untuk pengelolaan air limbah dimiliki oleh 769 keluarga dan yang memiliki pengelolaan air limbah sehat hanya 487 keluarga (Profil Kesehatan Puskesmas Pintu Angin Kota Sibolga, 2014). Berdasarkan latar belakang di atas, maka saya tertarik mengangkat permasalahan tersebut untuk dilakukan penelitian dengan judul Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare Pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2016. 1.2 Rumusan Masalah Tingginya angka kejadian diare pada balita dan kondisi sanitasi di Lingkungan Pintu Angin yang sebagian besar berada di tepi laut dengan akses sanitasi yang kurang serta personal hygiene ibu yang memiliki peranan penting dalam mencegah terjadinya penyakit diare pada balita, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian, yaitu bagaimana Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare Pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2016. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

7 Untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dan personal hygiene ibu dengan kejadian diare pada balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kejadian diare pada balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga. 2. Mengetahui hubungan sarana penyediaan air bersih dengan kejadian diare 3. Mengetahui hubungan sarana jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita. 4. Mengetahui hubungan sarana pembuangan air limbah dengan kejadian diare 5. Mengetahui hubungan sarana pembuangan sampah dengan kejadian diare 6. Mengetahui hubungan kebiasaan cuci tangan oleh ibu dengan kejadian diare 7. Mengetahui hubungan kebiasaan menjaga kebersihan kuku oleh ibu dengan kejadian diare 8. Mengetahui hubungan kebiasaan penggunaan botol susu oleh ibu dengan kejadian diare 9. Mengetahui hubungan kebiasaan menjaga kebersihan peralatan makanan oleh ibu dengan kejadian diare

8 10. Mengetahui hubungan kebiasaan menjaga kebersihan bahan makanan oleh ibu dengan kejadian diare 11. Mengetahui angka kepadatan lalat. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Institusi a. Dinas Kesehatan Sebagai masukan guna meningkatkan program kesehatan lingkungan khususnya dalam hal penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, pengelolaan air limbah, dan pemanfaatan jamban. b. Puskesmas dan Posyandu Sebagai masukan dalam rangka pengambilan keputusan dan meningkatkan penyuluhan serta membina partisipasi masyarakat dalam meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 2. Bagi Masyarakat Masyarakat setempat mengetahui sebab, gejala, dampak, serta cara pencegahan dan penanggulangan penyakit diare. 3. Bagi Peneliti Lain Sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang hubungan sanitasi lingkungan dan personal hygiene ibu dengan kejadian diare