WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN, PEMBUDI DAYA IKAN, DAN PETAMBAK GARAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN, PEMBUDI DAYA IKAN, DAN PETAMBAK GARAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN, PEMBUDI DAYA IKAN, DAN PETAMBAK GARAM

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN, PEMBUDI DAYA IKAN, DAN PETAMBAK GARAM

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN.

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2006 NOMOR 5

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2013

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN DAN PEMBUDI DAYA IKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 6 Tahun 2016 Seri E Nomor 4 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

PARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN, PEMBUDI DAYA IKAN, DAN PETAMBAK GARAM

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI GORONTALO dan GUBERNUR GORONTALO MEMUTUSKAN:

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 56 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN, PEMBUDI DAYA IKAN, DAN PETAMBAK GARAM

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL, KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PERUSAHAAN

Transkripsi:

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan khususnya Nelayan Kecil dan Nelayan Tradisional harus diupayakan oleh Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kemakmuran dan keadilan guna pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi kepentingan serta kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperhatikan prinsip kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya, serta kearifan lokal di dalam kesinambungan pembangunan perikanan nasional; Mengingat b. bahwa upaya Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Nelayan Tradisional memerlukan arah kebijakan, strategi dan sasaran yang terukur dan terpadu agar berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka peningkatan kesejahteraan sosial; c. bahwa untuk memberikan arah, landasan, dan kepastian hukum kepada semua pihak yang terlibat di dalam perlindungan, pemberdayaan dan perbaikan perekonomian nelayan kecil dan Nelayan Tradisional di daerah, maka perlu pengaturan di bidang perlindungan dan pemberdayaan Nelayan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah Kota Pekalongan tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan; : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam

Lingkungan Propinsi Djawa Timur, Djawa Tengah, Djawa Barat, dan Daerah Istimewa Jogjakarta, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1954 tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 16 dan 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Kota-kota Besar dan Kota-kota Ketjil di Djawa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 551); 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073). 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5603); 6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5870); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan dan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3381);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya-Ikan Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5719); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PEKALONGAN dan WALIKOTA PEKALONGAN MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Pekalongan. 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Walikota adalah Walikota Pekalongan. 4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Walikota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. 5. Nelayan adalah Setiap Orang yang mata pencahariannya melakukan Penangkapan Ikan. 6. Nelayan Kecil adalah Nelayan yang melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, baik yang tidak menggunakan kapal penangkap ikan maupun yang menggunakan kapal penangkap ikan berukuran paling besar 10 (sepuluh) Gross Tonage (GT). 7. Nelayan Tradisional adalah Nelayan yang menggunakan bahan dan alat penangkapan ikan secara tradisional di perairan yang merupakan hak perikanan tradisional yang telah dimanfaatkan secara turun-temurun sesuai dengan budaya dan kearifan lokal, dan terhadapnya tidak dikenakan surat izin usaha dan bebas dari

pajak, serta bebas menangkap ikan di seluruh pengelolaan perikanan dalam wilayah Republik Indonesia. 8. Perlindungan Nelayan adalah segala upaya baik berupa pencegahan maupun penanganan untuk membantu Nelayan dalam menghadapi permasalahan dan/atau kesulitan dalam melakukan penangkapan ikan. 9. Pemberdayaan Nelayan dan keluarganya adalah segala upaya untuk meningkatkan kemampuan perekonomian yang lebih baik. 10. Perikanan adalah segala hal atau semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pasca produksi, dan pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis Perikanan. 11. Penangkapan Ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. 12. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau korporasi yang melakukan usaha prasarana dan/atau sarana produksi Perikanan, prasarana dan/atau sarana pengolahan, dan pemasaran hasil Perikanan yang berkedudukan di wilayah hukum Republik Indonesia. 13. Usaha Perikanan adalah kegiatan yang dilaksanakan dengan sistem bisnis perikanan yang meliputi pra produksi, produksi, pengolahan dan pemasaran. 14. Asuransi Nelayan adalah perjanjian antara nelayan, dengan pihak perusahaan asuransi untuk mengikatkan diri dalam pertanggungan risiko Penangkapan Ikan. 15. Gross Tonage yang selanjutnya disingkat GT adalah perhitungan volume semua ruang yang terletak di bawah geladak kapal ditambah dengan volume ruangan tertutup yang terletak di atas geladak ditambah dengan isi ruangan beserta semua ruangan tertutup yang terletak di atas geladak paling atas. BAB II TUJUAN Pasal 2 Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan bertujuan untuk: a. kepastian usaha yang berkelanjutan; b. peningkatan kemampuan dan kapasitas Nelayan; c. usaha yang mandiri, produktif, modern, dan berkelanjutan;

d. menumbuhkembangkan sistem dan kelembagaan pembiayaan yang melayani kepentingan usaha Nelayan; e. perlindungan dari risiko bencana alam, perubahan iklim; dan f. perlindungan hukum dan keamanan dalam kegiatan usaha Nelayan. BAB III RUANG LINGKUP Pasal 3 Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Daerah ini meliputi: a. perlindungan dan pemberdayaan Nelayan Kecil; dan b. perlindungan dan pemberdayaan Nelayan Tradisional. BAB IV PERENCANAAN Bagian Kesatu Umum Pasal 4 (1) Perencanaan Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan dilakukan secara sistematis, terpadu, terarah, menyeluruh, transparan, dan akuntabel. (2) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan dengan berdasarkan pada: a. data Nelayan; b. potensi sumber daya ikan di Daerah; c. perkembangan ilmu pengetahuan teknologi; d. kebutuhan sarana dan prasarana; e. kelayakan teknis dan ekonomis serta kesesuaian dengan kelembagaan dan budaya setempat; f. tingkat pertumbuhan ekonomi; g. aspirasi masyarakat; dan h. jumlah nelayan. (3) Untuk penentuan jumlah nelayan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf h, Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban mencantumkan pekerjaan nelayan di dalam pencatatan administrasi kependudukan. (4) Rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian yang integral dari rencana anggaran pendapatan dan belanja Daerah dan rencana pembangunan Daerah.

Pasal 5 (1) Perencanaan perlindungan dan pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) memuat kebijakan, strategi dan sasaran. (2) Pemerintah Daerah menyusun kebijakan, strategi dan sasaran perlindungan dan pemberdayaan nelayan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang ditetapkan dalam Peraturan Walikota. Pasal 6 Pemerintah Daerah menjamin menyelenggarakan program dan kegiatan Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan berdasarkan kebijakan, strategi, dan sasaran Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan sesuai dengan kewenangannya. Bagian Kedua Strategi Pasal 7 Strategi Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan meliputi: a. penyelarasan program antar Perangkat Daerah; b. pengembangan dan penguatan kerjasama dengan nelayan; dan c. pengembangan program secara keberlanjutan. Bagian Keempat Sasaran Pasal 8 Sasaran Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan meliputi: a. mengelola data Nelayan secara akurat; b. membangun dan menguatkan sinergi antara Pemerintah Daerah dengan Nelayan; c. memenuhi kebutuhan dasar Nelayan; dan d. meningkatkan kemampuan Nelayan dalam mengembangkan potensi.

BAB V PENDATAAN Pasal 9 (1) Perangkat Daerah yang membidangi perikanan dan kelautan menyusun data Nelayan di Daerah. (2) Data Nelayan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian integral dari: a. sistem informasi pembangunan Daerah; b. sistem informasi pengembangan usaha Penangkapan Ikan; dan c. pusat data dan informasi Perikanan. Pasal 10 (1) Setiap Nelayan wajib memiliki identitas dalam bentuk kartu Nelayan. (2) Pemerintah Daerah memberikan fasilitas kepemilikan kartu Nelayan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kartu nelayan sebagimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Walikota. BAB VI PERLINDUNGAN NELAYAN Bagian Kesatu Umum Pasal 11 (1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas Perlindungan Nelayan di Daerah. (2) Upaya Perlindungan Nelayan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. akses perizinan; b. prasarana; c. kepastian usaha; d. jaminan keamanan dan keselamatan; e. jaminan risiko Penangkapan Ikan; dan f. fasilitasi dan bantuan hukum.

(3) Upaya perlindungan nelayan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan berkoordinasi bersama Pemerintah dan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah secara sinergis, berkesinambungan dan berkelanjutan. Bagian Kedua Akses Perizinan Pasal 12 (1) Pemerintah Daerah memberikan fasilitasi terhadap perizinan yang wajib dimiliki oleh setiap Nelayan di Daerah. (2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pembinaan; b. pendampingan; dan/atau c. bantuan dana. (3) Pemerintah Daerah memfasilitasi pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tanpa dipungut biaya. Pasal 13 Pemerintah Daerah menjamin memberikan informasi mengenai proses perizinan serta memberikan kemudahan aksesibilitas pelayanan perizinan untuk nelayan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. Bagian Ketiga Prasarana Pasal 14 (1) Pemerintah Daerah menyediakan prasarana Perikanan dalam melakukan kegiatan usaha Penangkapan Ikan sesuai dengan kewenangannya. (2) Penyediaan prasarana Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melibatkan badan usaha dan/atau masyarakat. Pasal 15 (1) Prasarana Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, diberikan oleh Pemerintah Daerah melalui pengelolaan dan penyelenggaraan tempat pelelangan ikan.

(2) Tempat pelelangan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan: a. fasilitas pokok; b. fasilitas fungsional; dan c. fasilitas penunjang. Pasal 16 Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan Pasal 15 diatur dengan Peraturan Walikota. Bagian Keempat Kepastian Usaha Pasal 17 (1) Pemerintah Daerah menjamin kepastian usaha bagi Nelayan atas hasil Penangkapan Ikan dengan menciptakan kondisi yang menghasilkan harga ikan yang menguntungkan. (2) Pemerintah Daerah menciptakan harga ikan yang menguntungkan bagi Nelayan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melalui kegiatan yang meliputi: a. mendorong terselenggaranya pelelangan ikan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; b. penerapan sistem informasi pasar; c. penyuluhan cara penanganan ikan yang baik dan sistem rantai dingin; dan d. cara lainnya sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kelima Jaminan Keamanan dan Keselamatan Pasal 18 Setiap Nelayan memiliki hak atas keselamatan dan keamanan dalam usaha Penangkapan Ikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Keenam Jaminan Risiko Penangkapan Ikan Pasal 19 (1) Pemerintah Daerah mendorong penjaminan terhadap risiko Penangkapan Ikan terhadap Nelayan dalam bentuk asuransi. (2) Pemerintah Daerah memfasilitasi setiap Nelayan menjadi peserta asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi: a. kemudahan pendaftaran untuk menjadi peserta asuransi; b. kemudahan akses terhadap perusahaan asuransi atau instansi/lembaga penyelenggara jaminan sosial di bidang ketenagakerjaan; dan c. sosialisasi program asuransi terhadap Nelayan dan perusahaan asuransi. Pasal 20 (1) Setiap Nelayan wajib turut serta dalam program asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1). (2) Nelayan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenai sanksi teguran lisan dan/atau teguran tertulis. Bagian Ketujuh Fasilitasi dan Bantuan Hukum Pasal 21 (1) Setiap Nelayan memiliki hak atas fasilitasi dan bantuan hukum dalam upaya perlindungan aktivitas Nelayan. (2) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap Nelayan dilakukan baik secara litigasi maupun non litigasi. Pasal 22 (1) Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya memberikan fasilitasi dan bantuan hukum pada Nelayan termasuk keluarga Nelayan yang mengalami permasalahan hukum dalam kegiatan usaha Penangkapan Ikan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. (2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa koordinasi, kerja sama dan mediasi.

BAB VII PEMBERDAYAAN NELAYAN Pasal 23 (1) Pemerintah Daerah melaksanakan pemberdayaan Nelayan, melalui: a. fasilitasi bantuan permodalan dan investasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; b. fasilitasi akses kredit bagi Nelayan, untuk modal usaha, atau biaya operasional sesuai dengan kemampuannya; c. fasilitasi peningkatan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan perilaku Nelayan; d. pengembangan kelompok Nelayan, kelompok masyarakat pengawas, dan koperasi Perikanan; dan e. bantuan sosial kepada Nelayan baik perorangan maupun kelompok, serta keluarga Nelayan dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Pemberdayaan Nelayan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan keterlibatan perempuan dan kebutuhan rumah tangga Nelayan. Pasal 24 (1) Pemerintah Daerah menjamin kesempatan peningkatan skala usaha kepada Nelayan melalui penyuluhan dan pendampingan. (2) Penyuluhan dan pendampingan peningkatan skala usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Perangkat Daerah yang membidangi perikanan dan kelautan. (3) Penyuluhan dan pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan. BAB VIII KERJA SAMA DAN KEMITRAAN Pasal 25 (1) Pemerintah Daerah mengembangkan pola kerja sama dalam rangka Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan. (2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan antara Pemerintah Daerah dengan: a. Pemerintah; b. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah;

c. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; d. badan usaha milik negara; e. badan usaha milik Daerah; f. badan usaha swasta; g. perguruan tinggi; h. koperasi Nelayan/Perikanan; dan/atau i. organisasi / lembaga lainnya; Pasal 26 (1) Pemerintah Daerah membentuk kemitraan dengan dunia usaha dan lembaga lain dalam rangka Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan. (2) Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dalam kegiatan: a. penangkapan ikan sesuai dengan perjanjian Penangkapan Ikan; b. pemberian bantuan hukum bagi Nelayan; c. penyelesaian sengketa Nelayan; d. pendidikan dan pelatihan peningkatan kompetensi sumber daya nelayan, keluarga Nelayan, dan kelompok masyarakat pengawas; e. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kegiatan Nelayan; dan f. kegiatan lain sesuai kesepakatan. BAB IX PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 27 (1) Setiap orang pribadi, pelaku usaha, organisasi kemasyarakatan, dan/atau perguruan tinggi di Daerah dapat berperan serta dalam Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan. (2) Bentuk peran serta dalam Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa, antara lain: a. penyediaan dan/atau pengelolaan prasarana Perikanan yang dibutuhkan Nelayan; b. penyediaan sarana penangkapan yang dibutuhkan Nelayan; c. turut serta dalam forum konsultasi, dengar pendapat, dan musyawarah perencanaan pembangunan Daerah; d. penyelenggaraan pendidikan formal dan non formal; e. pemagangan;

f. pemberian bantuan bagi Nelayan yang mengalami bencana; dan g. pemberian fasilitas akses terhadap informasi. (3) Pelaksanaan peran serta dalam Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berkoordinasi dengan Perangkat Daerah yang membidangi perikanan dan kelautan. Pasal 28 (1) Masyarakat dapat memberikan saran, pelaporan, dan/atau pengaduan atas pelaksanaan kegiatan Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan. (2) Pemerintah Daerah membangun sistem pengelolaan pelaporan dan/atau pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Sistem pengelolaan pelaporan dan/atau pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dipublikasikan kepada masyarakat secara berkala. BAB X INSENTIF DAN DISINSENTIF Pasal 29 (1) Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif kepada Nelayan, pelaku usaha Perikanan, dan masyarakat yang berperan serta dalam perlindungan dan pemberdayaan Nelayan. (2) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dalam bentuk: a. bantuan keuangan; b. dukungan program dan kegiatan pembangunan; c. penyediaan infrastruktur; dan/atau d. penghargaan. (3) Ketentuan mengenai mekanisme pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Walikota. Pasal 30 (1) Pemerintah Daerah dapat memberikan disinsentif kepada Nelayan, pelaku usaha, dan masyarakat yang menghambat perlindungan dan pemberdayaan Nelayan.

(2) Disinsentif kepada Nelayan, pelaku usaha dan masyarakat, dapat diberikan dalam bentuk: a. pengurangan bantuan keuangan; b. pembatalan penghargaan; c. rekomendasi pencabutan izin di luar kewenangan Pemerintah Daerah; dan/atau d. sanksi administratif. (3) Ketentuan mengenai mekanisme pemberian disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Walikota. Pasal 31 Pengenaan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dan Pasal 30, diselenggarakan oleh Perangkat Daerah yang membidangi perencanaan dan pembangunan, keuangan, serta perikanan dan kelautan. BAB XI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 32 (1) Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan untuk menjamin terselenggaranya Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan sesuai dengan kewenangannya. (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Perangkat Daerah yang membidangi perikanan dan kelautan. BAB XII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 33 Dalam hal terjadi bencana, cuaca buruk, atau musim paceklik, Pemerintah Daerah menjamin pemberian bantuan dana dan/atau bantuan lainnya bagi Nelayan yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 34 (1) Pemerintah Daerah mendukung Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan melalui Program Gerakan Makan Ikan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Program Gerakan Makan Ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota. Pasal 35 Pembiayaan kegiatan Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan sebagai pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini bersumber dari: a. anggaran pendapatan dan belanja Daerah; dan b. sumber dana lainnya yang sah dan tidak mengikat. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 36 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua produk hukum Daerah yang berkaitan dengan Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini. Pasal 37 Peraturan Walikota sebagai pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan. Pasal 38 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Pekalongan. Ditetapkan di Pekalongan pada tanggal 13 September 2017 Plt.WALIKOTA PEKALONGAN WAKIL WALIKOTA, Ttd M.SAELANY MACHFUDZ

Diundangkan di Pekalongan pada tanggal 13 September 2017 SEKRETARIS DAERAH, SRI RUMININGSIH NOREG PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH: ( 10 /2017) LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017 NOMOR 10

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN I. UMUM Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memiliki kedaulatan dan yurisdiksi atas wilayah perairan Indonesia, serta kewenangan dalam rangka menetapkan ketentuan tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan. Untuk itu, Pemerintah Daerah wajib meningkatkan kemakmuran dan keadilan guna pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi kepentingan Nelayan dengan tetap memperhatikan prinsip kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya, serta kearifan lokal di dalam kesinambungan pembangunan Perikanan nasional. Salah satu keberhasilan dalam melakukan Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan adalah melakukan upaya yang sinergi, berkesinambungan, dan berkelanjutan antara Pemerintah Daerah dengan stakeholders. Upaya tersebut diperlukan agar Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah berjalan dengan baik agar segera dapat mengentaskan permasalahan Nelayan demi terwujudkan kesejahteraan sosial sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan. Oleh karenanya, diperlukan pedoman bagi Pemerintah Daerah dan stakeholders dalam melakukan Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan dengan menetapkan arah kebijakan, strategi dan sasaran yang jelas, terukur, terarah, dan terpadu. Adapun pengaturan di dalam Peraturan Daerah tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan harus tetap memperhatikan kewenangan Daerah sesuai dengan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Kewenangan Pemerintah Daerah Kota berdasarkan Undang-Undang ini dibatasi pada Sub Urusan Perikanan Tangkap, yaitu kewenangan di dalam Pemberdayaan Nelayan Kecil serta pengelolaan dan penyelenggaraan tempat pelelangan ikan. Peraturan Daerah ini dimaksudkan sebagai acuan untuk menyelenggarakan program dan kegiatan Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan secara komprehensif. Semua tahapan kegiatan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pembinaan dan pengawasan, hingga pelaporan harus dilakukan secara terpadu. Semua pelaksana Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, baik Pemerintah Daerah, swasta, masyarakat, maupun Nelayan sendiri harus didorong untuk saling bersinergi.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Perlindungan dan pemberdayaan nelayan ditujukan untuk nelayan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16

Pasal 17 Pasal 18 Ayat (1) Ayat (2) Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Cukup Jelas Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Cukup Jelas Cukup Jelas Yang dimaksud Sistem Rantai Dingin adalah suatu upaya untuk mempertahankan kesegaran ikan dengan cara menerapkan suhu rendah mendekati 0 (nol) derajat Celsius, mulai dari produksi, distribusi, hingga ikan tersebut sampai ke tangan konsumen. Sistem ini memegang peranan penting dalam mempertahankan mutu hasil tangkapan ikan. Yang dimaksud Cara Penanganan Ikan yang Baik adalah pedoman dan tata cara penanganan ikan hasil tangkapan di atas kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan, termasuk kegiatan pembongkaran ikan hasil tangkapan di pelabuhan Perikanan untuk memenuhi persyaratan jaminan mutu dan keamanan hasil tangkapan.

Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Yang dimaksud dengan bantuan lainnya adalah bantuan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah misalnya, bantuan beras dan/atau bahan pokok lainnya untuk Nelayan. Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38