BAB I PENDAHULUAN. kematian anak. Derajat kesehatan suatu negara dapat diukur dari berbagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sama. Angka tersebut yang akan menjadi indikator penilaian derajat

BAB I PENDAHULUAN. 11 bulan) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan keluarga. Setelah era Millenium Development Goals

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. PBB termasuk Indonesia sepakat untuk menghadapi Deklarasi Millenium

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan akibat langsung proses reproduksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB I PENDAHULUAN. pula 1 lahir mati. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia, trauma kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia, terdapat kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Millennium Development Goals (MDGs) kelima, berjalan. 200 selama dekade terakhir, meskipun telah dilakukan upaya-upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB I PENDAHULUAN. bayi berat lahir rendah (BBLR), dan infeksi (Depkes RI, 2011). mampu menurunkan angka kematian anak (Depkes RI, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. 1. perkembangan, dan peningkatan kualitas anak berperan penting sejak masa dini

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator utama derajat kesehatan suatu negara. AKI dan AKB juga

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Millenium Development Goals (MDGs) merupakan komitmen

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

BAB 1 : PENDAHULUAN. janin guna memenuhi peningkatan kebutuhan gizi selama kehamilan. (1)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi yanag berusia

BAB I PENDAHULUAN. khususnya untuk indikator kesehatan ibu (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berjumlah 228 per

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia yaitu World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu indikator status kesehatan masyarakat. Kesepakatan global Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupannya. Angka statistik yang tinggi ini meminta perhatian untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk. kehamilan, menegakan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

BAB I PENDAHULUAN. tahun Penurunan angka kematian ibu per kelahiran bayi. Millenium (Millenium Development Goals/MDGs).

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI KABUPATEN BOYOLALI 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI. NY. N DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI KAMAR BAYI RESIKO TINGGI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya, karena

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. dan atau perkembangan fisik dan mental anak. Seseorang yang sejak didalam

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Republik Indonesia dalam menyejahterakan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal care ini minimum

BAB I PENDAHULUAN. Proportional Mortality Ratio (PMR) masing-masing sebesar 17-18%. 1

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan kebidanan komperhensif mencangkup empat kegiatan. pemeriksaan berkesinambungan yaitu Asuhan Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) dalam suatu negara. Angka Kematian Bayi (AKB)

BAB I PENDAHULUAN. jiwa, Afrika Utara jiwa dan Asia Tenggara jiwa. AKI di negaranegara

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan

BAB I LATAR BELAKANG. nifas, bayi baru lahir, dan kontrasepsi (Manuaba, 2014; h.28).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah gizi menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. antara gram), dan berat badan lebih (berat lahir 4000 gram). Sejak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara-negara di dunia sebagai pengganti pembangunan global Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkeadilan. Dimana penduduk hidup dalam lingkungan dan perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara kat yang setinggitingginya.

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia?

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pemeriksaan kehamilan setiap 4 minggu sekali dari saat pemeriksaan

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga mampu untuk menekan AKI dan AKB. Angka Kematian Ibu (AKI)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeliharaan kesehatan anak merupakan suatu bentuk upaya guna menciptakan generasi muda masa depan yang sehat, cerdas, kreatif, dan inovatif. Upaya pemeliharaan kesehatan anak yang berkualitas sangat penting bagi kehidupan anak karena diharapkan dapat menurunkan angka kematian anak. Derajat kesehatan suatu negara dapat diukur dari berbagai indikator kesehatan seperti Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Bayi dan anak menjadi fokus penting karena masih mengalami berbagai ancaman masalah kesehatan selama masa pertumbuhannya yang akan berdampak pada kecacatan atau bahkan kematian (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Kematian neonatal menjadi salah satu indikator penentu kesehatan dan kesejahteraan anak. Era Millennium Development Goals (MDGs) telah berakhir pada tahun 2015, seluruh negara di dunia termasuk Indonesia menyetujui sebuah kerangka kerja yang baru yaitu The Sustainable Development Goals (SDGs) dimana terdapat salah satu target dan komitmen baru yang disepakati untuk menurunkan angka kematian anak yakni berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup (Bappenas, 2016). 1

Menurut WHO, pada tahun 2015 angka kematian bayi secara global mencapai 31,7 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal 19,2 per 1000 kelahiran hidup, sementara itu angka kematian bayi untuk negara berpenghasilan menengah kebawah sendiri mencapai 40 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal 25,8 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan negara berpenghasilan tinggi hanya memiliki angka kematian bayi 5,8 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal 3,7 per 1000 kelahiran hidup. Afrika memiliki tingkat kematian yang paling tinggi, dimana angka kematian bayi sebesar 55,4 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal 28 per 1000 kelahiran hidup. Eropa menjadi kawasan paling sedikit tingkat kematiannya dengan angka kematian bayi 9,8 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal 6 per 1000 kelahiran hidup. Asia, terutama Asia Tenggara memiliki angka kematian bayi sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal 24,3 per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2015). Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia tergolong tinggi dibanding dengan beberapa negara serumpun Asia Tenggara lainnya. AKB di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 22,8 per 1000 kelahiran hidup dan AKN 13,5 per 1000 kelahiran hidup, Malaysia AKB sebesar 6 per 1000 kelahiran hidup dan AKN 3,9 per 1000 kelahiran hidup, Filipina dengan AKB 22,2 per 1000 kelahiran hidup dan AKN 12,6 per 1000 kelahiran hidup, Singapura yang memiliki 2

tingkat AKB terendah hanya sebesar 2,1 per 1000 kelahiran hidup dan AKN sebesar 1 per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2015). Data Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup. Kematian neonatal perlu mendapat perhatian khusus karena sebagian besar kematian bayi terjadi pada masa awal kelahiran (neonatus) didukung dengan data yang menunjukkan tingkat proporsi Angka Kematian Neonatal (AKN) sebagai penyumbang kematian bayi sebesar 59% di Indonesia (BPS dkk, 2013). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Tengah tahun 2015 menunjukkan angka kematian bayi sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal Provinsi Jawa Tengah sebesar 7,3 per 1000 kelahiran hidup. Tingginya Angka Kematian Neonatal dapat menggambarkan rendahnya tingkat pelayanan kesehatan yang diperoleh ibu dan anak baik selama kehamilan maupun setelah kehamilan (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2015). Kabupaten Boyolali pada tahun 2014 termasuk 10 besar dalam Angka Kematian Neonatal (AKN) se-provinsi Jawa Tengah mencapai 8,91 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2015 tercatat 90 kasus kematian neonatal dari total 14705 kelahiran hidup pada tahun tersebut yang menunjukkan Angka Kematian Neonatal (AKN) di Boyolali tahun 2015 mencapai 6,12 per 1000 kelahiran hidup, sementara pada tahun 2016 3

sampai bulan September tercatat 69 kasus kematian neonatal dari 10289 kelahiran hidup atau 6,70 per 1000 kelahiran hidup yang artinya terdapat peningkatan jumlah kematian neonatal selama kurun waktu setahun terakhir meskipun tidak signifikan (Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, 2016). Kabupaten Boyolali pada tahun 2013 tercatat mempunyai rata-rata penduduk sebanyak 949 jiwa/. Persebaran penduduk di Kabupaten Boyolali tidaklah merata, dimana penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Boyolali sebanyak 2.311 jiwa/ dan yang sedikit penduduknya di Kecamatan Juwangi sebanyak 444 jiwa/. Selain itu terdapat wilayah di Boyolali yaitu Kemusu yang mempunyai wilayah luas namun memiliki pertumbuhan penduduk yang kecil. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk, selain itu dapat mencerminkan pertumbuhan perekonomian dan juga pembangunan fasilitas yang tidak merata antara daerah yang satu dengan yang lainnya terkait letak geografisnya (Profil Kesehatan Kabupaten Boyolali, 2014). Angka Kematian Neonatal (AKN) merupakan angka kematian yang terhitung sejak bayi baru dilahirkan hingga berumur kurang dari 28 hari per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. Bayi usia kurang dari satu bulan merupakan golongan yang memiliki risiko untuk terjadi gangguan kesehatan paling tinggi, sehingga berbagai masalah kesehatan bisa muncul. Masalah dari kematian neonatal di Indonesia 4

sebagian besar dikarenakan asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi/sepsis kemudian terdapat masalah kematian neonatal yang lainnya seperti ikterus, hipotermia, tetatus neonatorum, trauma lahir, sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Terdapat faktor lain yaitu faktor sosial ekonomi yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup neonatal (Titaley dkk, 2008). Selain itu faktor kurangnya kesadaran akan kesehatan ibu bisa mempengaruhi angka kematian bayi, diantaranya seperti ibu jarang memeriksakan kandungan ke pelayanan kesehatan, mengalami masalah kehamilan, pengetahuan yang rendah akan kehamilan, asupan gizi ibu selama kehamilan kurang. Kondisi ibu yang tidak sehat disaat hamil juga akan berakibat pada kandungan yang dapat berujung kematian, seperti faktor fisik dan psikis (Walyani dan Endang, 2015). Di Kabupaten Boyolali memiliki target untuk cakupan K4 sebesar 95%, namun cakupan K4 pada tahun 2014 sebesar 94,3%. Hal ini menunjukkan belum tercapainya target cakupan K4 di Kabupaten Boyolali, meskipun terjadi kenaikan 1,84% dari tahun 2013 sebesar 92,40% (Profil Kesehatan Kabupaten Boyolali, 2014). Kematian neonatal dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko seperti status sosial ekonomi, kunjungan ANC, komplikasi kehamilan, dan juga jenis kelamin bayi. Ibu Hamil yang berstatus sosial ekonomi rendah berisiko mengalami kematian neonatal dikarenakan tidak tercukupinya 5

asupan gizi selama kehamilan. Hal ini sejalan dengan Penelitian Septiana, dkk (2011), yang menunjukkan bahwa keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah memiliki kematian bayi perinatal 10 persen dibanding keluarga dengan tingkat sosial ekonomi tinggi dengan bayi perinatal hidup sebesar 58 persen. Akan tetapi tidak sejalan dengan penelitian Pertiwi (2010) dimana tingkat sosial ekonomi (P=0,057) tidak berhubungan dengan kematian neonatal. Kunjungan ANC juga mempengaruhi kematian neonatal, dimana kunjungan ANC ibu hamil yang tidak sesuai standar membuat ibu tidak mendapat informasi yang penting seputar kehamilan. Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Dina dan Lamria (2015), diperoleh kunjungan K4 (P=0,004) berhubungan dengan kematian neonatal. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Pertiwi (2010) dimana pemeriksaan antenatal (P=0,431) tidak berhubungan dengan kematian neonatal. Kematian neonatal juga dipengaruhi oleh komplikasi kehamilan, perlunya deteksi dini apakah ibu hamil tergolong berisiko tinggi atau tidak. Komplikasi kehamilan akan mengganggu kelangsungan kehamilan dan ketahanan hidup janin. Penelitian Lestari pada tahun 2009 menunjukkan bahwa komplikasi kehamilan berpengaruh terhadap terjadinya kematian maternal (P=0,001). Namun, penelitian Sambolon (2012) menunjukkan tidak terdapat hubungan antara komplikasi kehamilan dengan kelangsungan hidup neonatal (P=0,129). 6

Jenis kelamin bayi dapat mempengaruhi kematian neonatal. Bayi dengan jenis kelamin laki-laki lebih sering mengalami kematian neonatal karena faktor biologis yang lebuh menguntungkan bayi perempuan. Penelitian terdahulu Pertiwi (2010) diketahui terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kematian neonatal (P=0,001). Sementara itu dalam penelitian Ummah (2014) tidak terdapat hubungan jenis kelamin dengan kematian neonatal di daerah rural Indonesia (P=0,458). Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa kematian neonatal dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, selain itu berdasarkan survei pendahuluan dimana data dari DKK Kabupaten Boyolali menunjukkan bahwa kematian neonatal di Kabupaten Boyolali meningkat dalam kurun waktu tahun 2015 hingga 2016, sehingga peneliti tertarik untuk menganalisis faktor-faktor status sosial ekonomi, kunjungan ANC, komplikasi kehamilan, dan jenis kelamin bayi yang berhubungan dengan kematian neonatal di Kabupaten Boyolali. B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara faktor risiko status sosial ekonomi, kunjungan ANC, komplikasi kehamilan, dan jenis kelamin bayi dengan kematian neonatal di Kabupaten Boyolali? 7

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan antara faktor risiko status sosial ekonomi, kunjungan ANC, komplikasi kehamilan, dan jenis kelamin bayi dengan kematian neonatal di Kabupaten Boyolali. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan status sosial ekonomi, kunjungan ANC, komplikasi kehamilan, dan jenis kelamin bayi dan kematian neonatal di Kabupaten Boyolali b. Menganalisis hubungan status sosial ekonomi dengan kematian neonatal di Kabupaten Boyolali. c. Menganalisis hubungan kunjungan ANC dengan kematian neonatal di Kabupaten Boyolali. d. Menganalisis hubungan komplikasi kehamilan dengan kematian neonatal di Kabupaten Boyolali. e. Menganalisis hubungan jenis kelamin bayi dengan kematian neonatal di Kabupaten Boyolali. 8

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti dan sebagai bentuk penerapan ilmu serta teori yang telah diperoleh selama perkuliahan di Program Studi Kesehatan Masyarakat terutama mengenai faktor risiko yang berhubungan dengan kematian neonatal. 2. Masyarakat Penelitian ini mengharapkan masyarakat mengetahui berbagai faktor yang berisiko untuk terjadi kematian neonatal, sehingga masyarakat lebih memikirkan dan mempersiapkan berbagai upaya kesehatan selama kehamilan, persalinan, hingga kelahiran bayi, dan keberlangsungan hidup bayi sehingga dapat mengurangi kejadian kematian neonatal. 3. Bagi Institusi Kesehatan Penelitian ini bisa digunakan untuk menjadi bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak sehingga mampu menekan tingkat morbiditas dan mortalitas guna dapat mengurangi angka kematian neonatal. 9

4. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Penelitian ini dapat digunakan kalangan akademisi lain sebagai masukan dan tambahan wawasan mengenai berbagai faktor risiko kematian neonatal serta dapat dimanfaatkan informasinya dalam melakukan penelitian selanjutnya. 10