BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain mencari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tekanan persaingan di antara pemain pasar yang ada dan new entrants,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan operasionalnya. Saat ini semua perusahaan wajib membuat

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan secara berkelanjutan (sustainable). Nilai perusahaan merupakan. menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang,

I. PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perusahaan yang semakin meningkat, pemilik

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. hanya mendapatkan profit tetapi untuk untuk memaksimalkan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Menurut Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah laba, karena laba mengandung informasi potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2012) laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem).

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemegang saham.good Corporate Governance (GCG) membantu menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan kegiatan operasinya untuk mencapai beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan jangka panjang perusahaan adalah untuk mengoptimalkan nilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. Dua komponen akrual yang utama yaitu discretionary accrual dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2013) tujuan laporan keuangan. pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate governance telah menjadi topik bahasan utama dalam. bisnis global seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan tekanan

ISNI WIYATMI B

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu cara perusahaan untuk mengembangkan usahanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan selain memaksimalkan laba adalah memaksimalkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pengguna laporan keuangan baik internal maupun eksternal. Menurut SFAC

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan sustainability. Perusahaan yang telah go public akan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan para investor yaitu memperoleh return yang maksimal dari dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Nilai perusahaan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan (principal) dan pengelola perusahaan (agent). Dengan pemisahan ini,

BAB I PENDAHULUAN. yang dipimpinnya, karena baik buruknya performa perusahaan akan. minat investor untuk menanam atau menarik investasinya dari sebuah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. harus terus meningkatkan eksistensinya agar dapat bertahan. Perusahaan dituntut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi tersebut berisikan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi banyak pihak.

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi kompetisi global seperti ini, Good Corporate Governance (GCG)

BAB I PENDAHULUAN. menyejahterakan para stakeholder dan shareholder, yang lainnya yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Upaya manajer perusahaan untuk mempengaruhi informasi-informasi

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.

BAB I PENDAHULUAN. Struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh di

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan lain

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. transaksi saham yang fair. Transaksi saham yang fair sulit tercapai karena adanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat menjalankan suatu kelangsungan usaha, suatu

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen laba (earning management) sering kali dianggap negatif oleh banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ( Mayangsari 2009 dalam Indahningrum dan Ratih 2009)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, dan instrumen lainnya (Darmadji dan Fakhruddin, 2011:1). Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain, dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. UU Nomor 8 Tahun 1995, memberikan pernyataan yang lebih spesifik mengenai pasar modal, yaitu Kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang beraitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Darmadji dan Fakhruddin, 2011:2). Salah satu instrumen yang diperdagangkan di dalam pasar modal adalah saham. Saham (stock) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suau perusahaan atau perseroan terbatas (Darmadji dan Fakhruddin, 2011:5). Pada praktek jual beli saham, pada umumnya investor mengacu pada indeks saham. Darmadji dan Fakhruddin (2011:129) mengemukakan bahwa dengan mengetahui posisi indeks, investor dapat memperkirakan apa yang sebaiknya dilakukan terhadap saham-saham yang dimilikinya. Indeks harga saham adalah indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator tren pasar, yang berarti pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu waktu, apakah pasar sedang aktif atau lesu. Di Indonesia, indeks saham yang cukup populer adalah indeks LQ-45. Diluncurkan pada tahun 1997, Indeks LQ-45 merupakan indeks yang terdiri atas 45 saham pilihan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mengacu pada dua variabel, yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Indeks LQ- 45 mencakup setidaknya 70% dari kapitalisasi dan nilai transaksi saham di Bursa Efek Indonesia (LQ-45 Index Methodology By IDX). 1

Emiten yang terdaftar di dalam Indeks LQ-45, harus memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan 2. Aktivitas transaksi di pasar regular, yaitu nilai, volume dan frekuensi transaksi 3. Jumlah hari perdagangan di pasar regular 4. Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu 5. Selain mempertimbangkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar tersebut diatas, akan dilihat juga keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan. Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja emitenemiten yang masuk ke dalam perhitungan indeks LQ-45. Jika Saham yang terdaftar di dalam indeks LQ-45 tidak lagi memenuhi kriteria yang ditetapkan, maka saham tersebut akan digantikan pada siklus pemilihan berikutnya. Saham yang terdaftar di Indeks LQ-45 diperbaharui setiap 6 bulan sekali, yaitu setiap awal bulan Februari dan Agustus (LQ-45 Index Methodology by IDX). Pada periode 2010-2012 terdapat 71 perusahaan yang terdaftar di dalam Indeks LQ-45 pada Bursa Efek Indonesia. Perusahaan-perusahaan ini adalah perusahaan yang telah memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia untuk dapat terdaftar di dalam Indeks LQ-45, yang berarti perusahaan-perusahaan tersebut adalah perusahaan yang memiliki likuiditas dan tingkat kapitalisasi pasar yang tinggi. 1.2 Latar Belakang Penelitian Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui pengingkatan kemakmuran para investor atau pemegang saham. Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang ditransaksikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan (Rahmawati dkk., 2007). Harga saham yang tinggi merupakan dampak dari besarnya jumlah permintaan akan saham suatu perusahaan, yang menunjukkan besarnya keyakinan 2

investor untuk menanamkan modal pada suatu perusahaan. Harga saham yang tinggi dipengaruhi salah satunya oleh keputusan dan kebijakan yang dilakukan manajemen. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham yang tinggi. Dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul konflik kepentingan antara manajer dan pemilik perusahaan yang sering disebut dengan agency problem. Tidak jarang manajemen perusahaan mempunyai tujuan lain yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama perusahaan. Perbedaan kepentingan inilah yang menyebabkan timbulnya konflik yang biasa disebut dengan konflik keagenan (Agency Conflict). Perbedaan tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi dari manajer karena apa yang dilakukan manajer tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan dividen yang akan diterima oleh pemegang saham (Haruman, 2008). Praktik manajemen laba adalah suatu praktik penyimpangan yang didasari oleh teori agensi (Agency Theory). Jansen dan Meckling (1976), menjelaskan bahwa teori agensi muncul ketika satu orang atau lebih (Principal) mempekerjakan orang lain (Agent) untuk menjalankan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Kewenangan yang dimiliki agen seringkali tidak memaksimalkan kepentingan pemilik karena adanya perbedaan kepentingan (conflict of interest) (Darwis, 2012). Konflik kepentingan yang terjadi ini, muncul dikarenakan adanya pemisahan kepengurusan suatu perusahaan dari pemilik perusahaan. Hal ini selanjutnya akan menimbulkan kecenderungan salah satu pihak (Agent) untuk melakukan tindakan yang menyimpang dan tidak semestinya, untuk meningkatkan kesejahteraan pihaknya sendiri. Manajemen laba (Earnings Management) adalah suatu tindakan yang mengatur laba sesuai dengan yang dikehendaki oleh pihak tertentu, atau terutama oleh manajemen perusahaan (Fahmi, 2012:279), sedangkan menurut Fernandes & 3

Ferreira (2007) Earnings Management is defined as the extent to which the distribution of reported earnings fails to provide information about the distribution of true earnings, yang secara garis besar berarti manajemen laba merupakan praktik untuk memberikan informasi keuangan yang tidak relevan untuk memenuhi kepentingan pihak tertentu. Tujuan manajemen laba adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pihak tertentu (Agen) walaupun dalam jangka panjang tidak terdapat perbedaan laba kumulatif perusahaan dengan laba yang dapat diidentifikasikan sebagai suatu keuntungan (Darwis, 2012). Pihak manajemen yang memiliki kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan laba yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi kepentingan prinsipal (Rahmawati dkk., 2007). Dorongan tindakan pihak manajemen melakukan manajemen laba adalah untuk memperlihatkan kepada pihak pemegang salah terhadap prestasi kinerja perusahaan yang semakin lama semakin baik, yang akan berpengaruh kepada harga saham, dan akan mempengaruhi nilai perusahaan. Kasus yang melibatkan PT.Kimia Farma pada tahun 2002 merupakan salah satu bentuk dari manajemen laba. Pada kasus tersebut terungkap mark-up laporan keuangan dari PT.Kimia Farma yang overstated, yaitu adanya penggelembungan laba bersih sebesar Rp 32.668 miliar. Laba bersih yang seharusnya Rp 99.594 miliar ditulis sebesar Rp 132 miliar pada laporan keuangan PT.Kimia Farma. Tujuan dari PT.Kimia Farma memanipulasi laba bersih pada laporan keuangannya adalah untuk memperlihatkan kepada para investor bahwa kinerja perusahaan tinggi, yang akan meningkatkan nilai perusahaannya. Hal ini tentu akan meningkatkan minat investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Meskipun demikian, praktek manajemen laba dinilai dapat merugikan perusahaan dan juga investor karena dapat menurunkan nilai laporan keuangan dan memberikan informasi yang tidak relevan bagi investor. Menyikapi hal ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak, salah satunya adalah dengan menerapkan Good Corporate Governance. Tujuan Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Corporate Governance yang mengandung empat unsur penting yaitu kewajaran, 4

transparansi, pertanggungjawaban dan akuntabilitas diharapkan dapat menjadi suatu jalan dalam mengurangi konflik keagenan maupun praktik manajemen laba. Dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai baik oleh investor (Rahmawati dkk., 2007). Berdasarkan surat edaran Menteri BUMN No. 106 Tahun 2000 dan keputusan Menteri BUMN No. 23 Tahun 2000 yang mengatur dan merumuskan tentang pengembangan praktik Good Corporate Governance dalam perusahaan perseroan, kemudian disempurnakan dengan KEP-117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktik Good Corporate Governance (GCG) pada BUMN, maka perusahaan perseroan, baik BUMN maupun tidak, patut menerapkan praktik Good Corporate Governance untuk kemajuan dan kesejahteraan perusahaan. Perusahaan yang melanggar praktik penerapan Good Corporate Governance masih ada, seperti contoh yang telah disebutkan sebelumnya, pada kasus PT. Kimia Farma. Hal ini dipicu oleh kurangnya transparansi dalam suatu perusahaan dan tindakan mementingkan diri sendiri dipihak manajer perusahaan sehingga mengganggu kelancaran operasional perusahaan tanpa memperhatikan aspek keinginan dari pemilik perusahaan. Tindakan mementingkan diri sendiri oleh para manajer, seperti melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan, dapat membuat investor kehilangan kepercayaan terhadap perusahaan tersebut. Mekanisme Corporate Governance merupakan suatu mekanisme pengendalian yang diharapkan dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara Agent dan Principal. Mekanisme Corporate Governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba (Boediono, 2005). Mekanisme Corporate Governance bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan. Pada penelitian ini variabel mekanisme corporate governance yang digunakan yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan komisaris independen. Mekanisme pertama Corporate Governance adalah Kepemilikan Manajerial. Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer (Managerial Ownership), diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan principal karena 5

manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kerja (Midiastuty dan Mas ud, 2003). Mekanisme kedua adalah kepemilikan institusional. Adanya kepemilikan institusional dapat memantau secara profesional perkembangan investasi karena tingkat pengendalian terhadap manajemen sangat tinggi sehingga potensi kecurangan dapat ditekan (Herawaty, 2008). Mekanisme ketiga adalah Komisaris Independen. Komisaris independen, yang termasuk ke dalam dewan komisaris, memegang peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan good corporate governance. Dewan komisaris merupakan suatu mekanisme untuk mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan kepada pengelola perusahaan (FCGI, 2001). Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam melakukan pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas (Boediono, 2005). Pada penelitian tentang pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan yang dilakukan oleh Fernandes & Ferreira (2007) menyatakan manajemen laba berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2008), sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2010) menemukan bahwa manajemen laba berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dengan pertimbangan adanya praktik corporate governance. Penelitian tentang Mekanisme corporate governance, kualitas laba dan nilai perusahaan yang dilakukan oleh Siallagan dan Machfoedz (2006), menunjukkan bahwa mekanisme corporate governance secara statistik berpengaruh terhadap nilai perusahaaan. Penelitian selanjutnya oleh Rahmawati dkk (2007) yang menguji mekanisme corporate governance terhadap nilai perusahaan, menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan keberadaan komisaris independen tidak berpengaruh kepada nilai perusahaan. 6

Penelitian yang dilakukan oleh Praditia (2010), menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Dalam penelitian ini Indeks LQ-45 dipilih sebagai objek penelitian dikarenakan perusahaan yang terdaftar di dalam indeks LQ-45 memiliki tingkat likuiditas tinggi, volume perdagangan saham yang besar dan frekuensi transaksi yang tinggi, dan seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa prospek pertumbuhan perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ-45 juga baik, sehingga menarik minat para investor untuk berinvestasi di perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ- 45. Keputusan investor untuk berinvestasi pada sebuah perusahaan atau lebih sangatlah berpengaruh kepada penyajian laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan, yang berkaitan dengan bagaimana mekanisme corporate governance dan praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Uraian diatas telah menunjukkan hasil penelitian yang berbeda-beda. Atas dasar itu maka peneliti tertarik untuk meneliti kembali pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan dengan mekanisme corporate governance sebagai variabel pemoderasi. Sehingga penelitian ini mengambil judul : Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Nilai Perusahaan dengan Mekanisme Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ-45 Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012). 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana manajemen laba, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen dan nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ-45 Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012? 7

2. Bagaimana pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ-45 Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012? 3. Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan komisaris independen secara simultan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ-45 Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012? 4. Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan komisaris independen secara parsial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ-45 Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012? 5. Apakah hubungan manajemen laba terhadap nilai perusahaan dipengaruhi dengan adanya kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan komisaris independen secara parsial pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ-45 Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana manajemen laba, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen dan nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ-45 Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012 2. Untuk mengetahui pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ-45 Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012. 3. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan komisaris independen secara simultan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ-45 Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012. 8

4. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan komisaris independen secara parsial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ-45 Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012. 5. Untuk mengetahui apakah hubungan manajemen laba terhadap nilai perusahaan dipengaruhi dengan adanya kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan komisaris independen secara parsial pada perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ-45 Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012. 1.5 Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1.5.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi penelitian yang akan datang Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan juga sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya terutama penelitian-penelitian yang berkaitan dengan manajemen laba terhadap nilai perusahaan dengan mekanisme corporate governance sebagai moderating variable. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam membantu memberikan gambaran mengenai kinerja perusahaan dengan melihat penerapan mekanisme Corporate Governance dan pengaruhnya terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan dalam usaha untuk meningkatkan nilai perusahaan, sehingga dapat membantu investor dalam membuat keputusan investasi yang tepat. 2. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada para praktisi penyelenggara perusahaan dalam memahami struktur dan praktik mekanisme Corporate Governance serta efek dari 9

manajemen laba sehingga dapat meningkatkan nilai dan pertumbuhan perusahaan. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan bertujuan untuk mempermudah pemahaman dan penelaahan penelitian. Dalam laporan penelitian ini, sistematika penulisan terdiri dari lima bab, masing-masing uraian yang secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian yang mengangkat fenomena yang menjadi isu penting sehingga layak untuk diteliti disertai dengan argumentasi teoritis yang ada, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian mengenai pustaka, teori-teori yang berkaitan dengan penelitian dan mendukung pemecahan permasalahan, dan kerangka pemikiran. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang jenis penelitian yang digunakan, operasionalisasi variabel dan skala pengukuran, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan secara rinci tentang pembahasan dan analisisanalisis yang dilakukan sehingga akan jelas gambaran permasalahan yang terjadi dan hasil dari analisis pemecahan masalah. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan akhir dari analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya serta saran-saran yang dapat dimanfaatkan oleh para investor ataupun oleh peneliti selanjutnya 10