BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap masalah kesehatan, khususnya terhadap kemungkinan jatuhnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Fenomena ini dikenal sebagai penuaan penduduk yang terjadi di seluruh dunia. Pada Tahun

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan memberikan dampak peningkatan pada angka Umur Harapan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada partisipasi masyarakat yang bersangkutan (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan lanjut usia Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut Usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU DI WILAYAH PUSEKSMAS MONGOLATO TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan. serta dalam berperan aktif dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. psikososial (Nugroho, 2008). Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Ayat 1 dan UU NO.36 Tahun 2009) dan sekaligus sebagai investasi, kesehatan yang optimal (Komnas Lansia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

Heni Maryati 1, Achmad Fatoni 1, Hexawan T 2 Program Studi D3 Perawatan STIKES Pemkab Jombang Puskesmas Tapen Kabupaten Jombang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas sehari-hari (Nugroho,2008). Kemandirian lansia dalam

BAB I PENDAHULUAN. mendorong pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di 14 posyandu lansia Tamantirto Kasihan

BAB I PENDAHULUAN. dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Menurut ramalan World

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. diantaranya berkurangnya massa otot, bertambahnya massa lemak, penurunan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap. lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup (Nugroho, 2008).

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemunduran (Padila, 2013). Penuaan biasanya diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. usia (lansia) di dunia. Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerataan dan meningkatkan derajat kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan kombinasi antara teori (ilmu) dan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lanjut usia (lansia). Kecenderungan peningkatan jumlah lansia. hidup mereka agar dapat mempertahankan kesehatannya.

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

GASTER, Vol. 9, No. 1 Februari 2012

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

Tajudin Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Secara teori perkembangan manusia dimulai dari masa bayi, anak,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOMBA OPU KABUPATEN GOWA TAHUN 2015

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU

BAB 5 : PEMBAHASAN. yang peneliti tanyakan sehingga pertanyaan tersebut dibacakan berulang kali.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

ANALISIS FAKTOR KEHADIRAN LANSIA DALAM MENGIKUTI POSYANDU DI DESA PAGERSARI KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup (life ecpectancy) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. yang menimbulkan respon ketidaknyamanan bagi ibu hamil (Bartini, 2012).

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia (Lansia) Di Desa Kedondong Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

FIFI AZISYAH NIM : S

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB 1 PENDAHULUAN. seksualnya sesuai dengan keinginan dan orientasi seksual yang dimilikinya (Lis Susanti,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lanjut usia (Departemen Kesehatan [Depkes], 2008). Jumlah lansia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan sosial lanjut usia (lansia) adalah proses pemberian

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PASCA SOSIALISASI CARRATIVE CARING

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 (Kemenkes RI, 2014). Semakin meningkat usia harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Kader posyandu mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami masa menopause yang salah satu dampaknya adalah menurunnya. yang belum siap dalam menghadapi masa menopause.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN LANSIA DALAM POSYANDU LANSIA

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara alamiah proses menjadi tua mengakibatkan kemunduran kemampuan fisik dan mental secara umum lebih banyak gangguan organ tubuh dikeluhkan oleh para usia lanjut lebih banyak menderita penyakit kronis dengan ini fokus atau pendekatan utama pelayanan atau upaya kesehatan bagi usia lanjut perlu mengakomordinasi dan dikaitkan dengan proses degeneratif yang dialami penduduk lanjut usia (Widyaning, 2013). Berbagai masalah yang akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lanjut usia baik terhadap individu maupun bagi keluarga dan masyarakat antara lain meliputi fisik, biologis, mental dan sosial ekonomi. Secara fisik usia mengalami kemunduran sel-sel yang berakibat pada kelemahan organ dan timbulnya berbagai macam penyakit degeneratif dan secara psikologis usia menjadi mudah lupa, mengalami rasa kebosanan apalagi jika kehilangan pekerjaan. Usia lanjut termasuk kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan, khususnya terhadap kemungkinan jatuhnya sakit dan ancaman kematian (BKKBN, 2012 dalam Maryati, 2013). Upaya Pembangunan lanjut usia dalam pelaksaannya memerlukan penanganan terpadu melalui sektor dan lembaga swadaya masyarakat serta partisipasi aktif masyarakat dalam koordinator program kerja, sejak ditertibkanya pedoma kemitraan lintas sektor pembinaan usia lanjut pada tanggal 4-7 September 2000 dibandung yang melibatkan semua wakil sektor/lembaga yang terkait dan pengelola program dari 16 provinsi 1

2 termasuk jawa untuk pembinaan lanjut usia maka sejak tahun 2001 dikelurkan himbauan dari dinas kesehatan agar seluruh puskesmas mensosialisasikan dan melaksanakan kegiatan pos pelayanan terpadu lanjut usia (widyaning, 2013). Kegiatan posyandu lansia yang berjalan dengan baik akan memberi kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, sehingga kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan optimal. Berbagai kegiatan dan program posyandu lansia tersebut sangat baik dan banyak memberikan manfaat bagi para orang tua di wilayahnya. Seharusnya para lansia berupaya memanfaatkan adanya posyandu tersebut sebaik mungkin, agar kesehatan para lansia dapat terpelihara dan terpantau secara optimal (Grahacendikia, 2009). Dukungan keluarga merupakan dorongan/motivasi yang diberikan olehkeluarga untuk membantu lansia ikut berperandalam kegiatan posyandu. Untuk memenuhi pelayanan secara holistik dibutuhkan dukungan dari keluarga. Di Indonesia kebanyakan para lansia tinggal bersama keluarganya (anak). Keluarga menghendaki lansia tinggal bersama agar dapat dirawat olehkeluarga, hal ini memberi manfaat bagi kedua belah pihak sehingga lansia dapat merasakan kedamaian berada di tengah-tengah keluarga. Sedangkan keluarga dapat memetik manfaat kepuasan batin dalam memberikan pengabdian, balas budi dan membahagiakan orang tua Cara ini sesuai dengan agama, maupun budaya yang mengikat mereka. Permasalahan bagi lansia adalah permasalahan kesehatan, oleh karena itu peran keluarga sangat diperlukan sebagai

3 bentuk dukungan bagi lansia terutama dalam memeriksakan kesehatan secara rutin ke Posyandu Lansia. Dukungan keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan lansia, karena merasa memperoleh dukungan keluarga, secara emosional karena merasa diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya dan perilaku suatu kegiatan atau aktifitas yang dapat diamatimaupun tidak (Rahayu, 2008). Berdasarkan data WHO (2012),saat ini jumlah penduduk yang berusia 60 tahun lebih dua kali lipat sejak tahun 1980, jumlah penduduk yang berusia 80 tahun hampir empat kali lipat menjadi 395 juta antara tahun sekarang sampai dengan tahun 2050. Dalam lima tahun ke depan, jumlah orang dewasa berusia 65dan lebih akan melebihi jumlah anak di bawah usia 5 tahun dan pada tahun 2050, orang dewasa yanglebih tuaakanmelebihi jumlahsemua anak dibawah usia 14 tahun. WHO menarik kesimpulan bahwa pada tahun 2050, jumlah lansia ini akanmeningkat menjadi 80% dari jumlah penduduk di seluruh dunia pada tahun 2012. DiIndonesia tahun 2012 Penduduk lansia sebesar 7,59% jumlah lansia perempuan (10.046.073) jiwa/ 54% lebih banyak dari pada lansia laki-laki (8.538.832) jiwa (Kemenkes,2014). Di Indonesia Posyandu dirancang pada tahun 1986, jumlah posyandu tercatat sebanyak 25.000 posyandu, sedangkan pada tahun 2004, meningkat menjadi 238.699 posyandu, tahun 2005 menjadi 315.921 posyandu dan pada tahun 2006 menurun menjadi 269.202 posyandu. Namun bila ditinjau dari aspek kualitas, masih ditemukan masalah, seperti kelengkapan sarana dan keterampilan kader

4 yang belum memadai (Depkes RI, 2006). Berdasarkan data Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar tahun 2015 yang didapat dari laporan daerah, jumlah puskesmas yang telah melaksanakan pelayanan kesehatan santun lanjut usia adalah 824 puskesmas atau sekitar 10% dari jumlah puskesmas seluruhnya. Di Jawa Timur terdapat jumlah lansia pada tahun 2015 perempuan (2.418.830)/jiwa dengan presentasi 12,30% dan laki-laki (2.030.963)/jiwa presentasi 10,60%(BPS,2015). Di Ponorogo jumlah lansia laki-laki (434.302) dan lansia perempuan (434.512) dengan totalnya (868.814) terdapat jumlah terbesar yang menjadi 5 besar yaitu Ngrayun, Sukorejo, Sawoo, Balong dan Jambon (Dinkes, 2016). Kecamatan Sawoo Mempunyai Jumlah populasi lansia Terbesar Ketiga di Kabupaten Ponorogo Dengan total lansia 48.092 terdiri dari jumlah lansia laki-laki yaitu 23.655 dan lansia perempuan yaitu 24.437 (Dinkes, 2016). Di Kecamatan Sawoo sasaran posyandu terbanyak terbanyak adalah di Desa Grogol dengan jumlah 2.995 jiwa. Di Desa grogol mempunyai posyandu 1 posyandu lansia dengan angka ke tidak aktifan 58,5% pertahun. Namun fenomena di lapangan menunjukkan fakta yang berbeda.posyandu lansia ternyata hanya ramai pada awal pendirian saja, Selanjutnya lansia yang memanfaatkan posyandu semakin berkurang. Hal ini dibuktikan pemanfaatan posyandu lansia sangat minim. Ini menunjukkan bahwa kecenderungan pemanfaatan pelayanan kesehatan di posyandu lansia sangat minim, dan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu juga sangat rendah (Komnas Lansia, 2010 dalam Fadli, 2015). Banyak faktor yang mempengaruhi minat lansia terhadap posyandu

5 lansia menjelaskan bahwa ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu, faktor predisposisi (predisposising factor) yang mencakup pengetahuan atau kognitif, faktor pendukung (enabling factor) yang mencakup fasilitas sarana kesehatan (jarak posyandu lansia), dan faktor penguat (reinforcing factor) yang mencakup dukungan keluarga Pertama, faktor predisposisi yang mencakup pengetahuan atau kognitif adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, Perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, akan bersifat langgeng, sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2005 dalam Ningsih, 2014). Lansia yang tidak mau memanfaatkan posyandu ini dapat disebabkan karena lansia tidak atau belum mengetahui manfaat dari posyandu lansia itu sendiri. Predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan ini adalah kurangnya pengetahuan lansia, keluarga serta masyarakat tentang posyandu lansia baik dalam memahami dan mengetahui tujuan dan adanya kegiatan posyandu lansia menyebabkan motivasi atau pemanfaatan posyandu lansia oleh lansia akan berkurang (Ramdan, 2012). Tingginya persentase responden yang kurang aktif dalam mengikuti posyandu lansia berkemungkinan keluarga tidak mendukung. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia, Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantarkan lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala

6 permasalahan bersama lansia (Mutiah, 2014). Kehadiran orang lain di dalam kehidupan pribadi seseorang begitu sangat diperlukan. Hal ini terjadi karena seseorang tidak mungkin memenuhi kebutuhan fisik maupun psikologisnya sendirian. Individu membutuhkan dukungan sosial yang dimana salah satunya berasal dari keluarga (Sarafino, 2011). Dukungan interaksi sosial dapat mempengaruhi seorang dalam berperilaku terhadap kesehatan, demikian juga dengan lanjut usia, mereka memerlukan dukungan dari keluarga untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan atau posyandu, dukungan dapat diwujudkan dengan menghormati dan menghargai orang tua, mengajak dalam acara keluarga serta memeriksakan kesehatannya (Notoadmojo, 2003 dalam Widyaning, 2013). Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia, Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia (Purnama, 2010 dalam Jamlinah, 2013). Hasil penelitian yang dilakukan peneliti didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Jamalinah (2013) yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh dukungan keluarga terhadap minat lansia dalam mengikuti posyandu, dengan nilai p- value 0,001.

7 Oleh karena itu dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa manjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, memberikan informasi yang berhubungan dengan posyandu lansia dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia (Fadli, 2015). Berdasarkan uraian diatas penelitian ingin mengetahui lebih lanjut tentang dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam mengikuti posyandu lansia. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam mengikuti posyandu lansia Di Dukuh Krajan, Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk menjelaskan hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam mengikuti posyandu lansia Di Dukuh Krajan, Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1. Mengidentifikasi dukungan keluarga Di Dukuh Krajan, Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo. 1.3.2.2. Mengidentifikasi keaktifan lansia dalam mengikuti posyandu lansia Di Dukuh Krajan, Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo.

8 1.3.2.3. Menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia mengikuti posyandu lansia Di Dukuh Krajan, Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo. 1.4 Manfaat Praktis 1.4.1 Manfaat teoritis Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan penelitian lebih lanjut sebagai dasar untuk memberikan dukungan keluarga akan pentingnya posyandu lansia. 1.4.2 Manfaat praktis 1. Bagi responden Menambah wawasan pada lansia dan keluarga lansia pentingnya dukungan keluarga dengan kehadiran lansia di posyandu. 2. Bagi profesi keperawatan Hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk asuhan keperawatan keluarga dalam memberikan dukungan keluarga pada lansia. 3. Bagi Puskesmas penelitian dapat digunakan sebagai acuan sebagai dasar untuk memberikan dukungan keluarga pada lansia akan minat minat lansia dalam mengikuti posyandu. 1.5 Keaslian penelitian 1. Herdini widyaning Pertiwi (2013) dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi kehadiran usia lanjut di posyandu lansia dari hasil penelitian kepada lansia yang mengikuti posyandu terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kehadiran lansia diposyandu lansia p value (0,000<0,05) dengan

9 besarnya hubungan 0,967. Persamaan penelitian berupa frekuensi kehadiran lansia diposyandu dengan adanya dukungan keluarga, Perbedaan penelitian ini mengunakan variabel yang berbeda, mengunakan metode observasional analitik, Rancangan dalam penelitian adalah cross sectional mengunakan variabel yang berbeda yaitu pengetahuan lansia tentang posyandu lansia, pendidikan lansia dan penelitian yang akan di lakukan mengunakan metode penelitian retrospektif. 2. Dwi Handayani (2012) dengan judul hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan lansia dalam mengikuti posyandu lansia jetis desa krajan kecamatan weru kabupaten sukoharjo dari hasil penelitian analisa univariat menunjukan bahwa sebagian responden memiliki kepatuhan rendah (71%) dan sebagian besar memiliki dukungan keluarga yang rendah (60%) dengan kesimpulan tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam mengikuti posyandu lansia di posyandu lansia jetis desa krajan kecamatan weru kabupaten sukoharjo. Persamaan berupa dukungan keluarga dengan kehadiran lansia ke posyandu lansia, perbedaan pada penelitian ini mengunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional dan penelitian yangakan dilakukan mengunakan retrospektif. 3. Heny Maryati (2013) gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi lansia tidak mengikuti posyandu dahlia 2 dusun ngabar desa sumberteguh kecamatan kudu kabupaten jombang tahun 2013 dari hasil penelitian Populasinya 58 lansia yang tidak mengikuti posyandu

10 lansia pada bulan juni di posyandu dahlia 2 Dusun Ngabar Desa Sumberteguh Kecamatan kudu kabupaten Jombang dan di dapatan 53 lansia. Hasil dari penelitian yang didapatkan bahwa sebagian besar yaitu sejumlah 28 lansia (52,84%) jarak rumah lansia dengan lokasi posyandu lansia dekat, sebagian besar pengetahuan lansia yaitu sebanyak 30 lansia (56,60%) pengetahuannya kurang, dan sedangkan dukungan keluarga lansia sebagian besar yaitu sejumlah 32 lansia (60,38%) dukungan keluarga lansia tergolong rendah. Persamaan berupa dukungan keluarga dengan kehadiran lansia di posyandu Perbedaan metode penelitian ini deskriptif dengan pendekatan Cross sectional. Penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian Retropsektif.