PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH MUARA LAKITAN, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
S A R I. Oleh : Asep Suryana dkk Sub Direktorat Batubara, DIM

EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH BUNGAMAS, KABUPATEN LAHAT PROPINSI SUMATERA SELATAN

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH BAYUNG LINCIR, KABUPATEN MUSI BANYUASIN, PROPINSI SUMATERA SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

By : Kohyar de Sonearth 2009

EKSPLORASI BATUBARA DI DAERAH BABAT KAB. MUSI BANYUASIN DALAM RANGKA PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA SUMATERA SELATAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DENGAN OUTCROP DRILLING DAERAH MUARA SELAYA, PROVINSI RIAU

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH BATUSAWAR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TEBO DAN BATANGHARI, PROVINSI JAMBI

Bab II Tektonostrigrafi II.1 Tektonostratigrafi Regional Cekungan Sumatra Selatan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTIM DI DAERAH SUNGAI SANTAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

SURVAI TINJAU BATUBARA DAERAH KOTANEGARA KABUPATEN OKU, PROVINSI SUMATERA SELATAN

STRATIGRAFI REGIONAL CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

Bab II Kondisi Umum Daerah Penelitian

PENGKAJIAN BATUBARA BERSISTEM DALAM CEKUNGAN SUMATERA SELATAN DI DAERAH LUBUKMAHANG, KEC. BAYUNGLINCIR, KAB. MUSIBANYUASIN, PROP.

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN. Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian

SURVEI TINJAU ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH TALANG KARANGAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUARA ENIM PROPINSI SUMATERA SELATAN

KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG DI DAERAH SUNGAI MERDEKA, KAB. KUTAI KARTANEGARA, PROV. KALIMANTAN TIMUR

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PENELITIAN SUMUR GEOLOGI UNTUK TAMBANG DALAM DAN CBM DAERAH SRIJAYA MAKMUR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN SARI

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB II KEADAAN UMUM DAN KONDISI GEOLOGI

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI UMUM

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTEM DAERAH TANJUNG LANJUT KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI. Oleh : Wawang Sri Purnomo, Didi Kusnadi dan Asep Suryana

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH LUBUK JAMBI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN INDRAGIRI HULU, PROPINSI RIAU

Geologi Daerah Penelitian. III Hubungan Stratigrafi

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

EKPLORASI CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH HARUWAI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TABALONG, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PENYELIDIKAN GEOFISIKA BATUBARA DENGAN METODA WELL LOGGING DI DAERAH MUSI BANYUASIN, MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN ( LEMBAR PETA

PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTIM DALAM CEKUNGAN SUMATERA SELATAN DI DAERAH BENAKAT MINYAK DAN SEKIRANYA, KABUPATEN MUARA ENIM PROPINSI SUMATERA SELATAN

BAB V EVALUASI SUMBER DAYA BATUBARA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTEM DAERAH SENYIUR, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (LEMBAR PETA I816-24

INVENTARISASI BATUBARA PEMBORAN DALAM DAERAH SUNGAI SANTAN-BONTANG KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DAERAH LOA JANAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KOTA SAMARINDA, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya energi yang cukup besar seperti minyak bumi, gas, batubara

BAB II KERANGKA GEOLOGI CEKUNGAN SUMATERA UTARA

BAB II GOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

SURVEI PENDAHULUAN POTENSI GAS DALAM BATUBARA DAERAH TAMIANG, KABUPATEN MUSI BANYUASIN, PROPINSI SUMATRA SELATAN

Pengaruh struktur geologi terhadap kualitas batubara lapisan d formasi muara enim

EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH PAINAN, KABUPATEN PAINAN PROPINSI SUMATERA BARAT

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH PRONGGO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA. SARI

BAB IV SEJARAH GEOLOGI

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lapangan YTS adalah lapangn minyak yang terletak di Cekungan Sumatra

SEBARAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PT. HASWI KENCANA INDAH TAMBANG SEMAMBU, KECAMATAN SUMAY, KABUPATEN TEBO, PROVINSI JAMBI

Struktur Geologi dan Sebaran Batubara daerah Bentian Besar, Kabupaten Kutai Barat, Propinsi Kalimantan Timur

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

BAB IV SEJARAH GEOLOGI

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan. Secara regional ada beberapa Formasi yang menyusun Cekungan Sumatera

PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTEM PADA CEKUNGAN SUMATERA SELA- TAN, DAERAH MUARAKILIS DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TEBO, PROVINSI JAMBI.

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

GEOLOGI DAERAH KLABANG

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Bab II Geologi Regional

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB IV SEJARAH GEOLOGI

BAB III GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Transkripsi:

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH MUARA LAKITAN, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Agus Pujobroto Sub Dit. Eksplorasi Batubara dan Gambut, DSM S A R I Daerah penyelidikan termasuk dalam Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan. Daerah ini ada dalam lembar 0913-31 dari peta topografi Bakosurtanal skala 1:50.000. Batuan yang tersingkap adalah batupasir dari Formasi Gumai, perselingan batupasir berfosil dan batulempung dari Formasi Air Benakat, perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batubara dari Formasi Muara Enim dan batupasir tufaan dari Formasi Kasai serta endapan lumpur banjir dari endapan aluvial. Formasi pembawa batubara yaitu Formasi Muara Enim dengan ketebalan sekitar 300 m dan menipis ke arah barat hingga 150 m. Batubara di daerah penyelidikan paling tidak terdiri dari 17 lapisan dengan ketebalan berkisar dari beberapa sentimeter sampai 10 m. Lapisan paling tebal adalah lapisan Suban yaitu maksimum 10 m. Kemiringan lapisan 6 o - 30 o. Lapisan batubara diduga menipis dan sebagian tidak diendapkan di daerah bagian Barat lembar peta sesuai dengan menipisnya Formasi Muara Enim. Hal ini ditunjukkan oleh lapisan Suban dimana tidak ditemukannya lapisan batubara tersebut di titik bor LK11, LK 12, LK 13 dan LK14. Pada arah Utara Selatan lapisan batubara tersebut ternyata cukup konsisten tebalnya walaupun ternyata terpecah menjadi beberapa lapisan di bagian utara peta. Batubara Muara Lakitan termasuk dalam klas Subbituminus - hingga high volatile bituminus, dengan kisaran nilai kalor 6130-7088 kkal/kg (daf), kandungan abu 1.5-16.1%, Inherent Moisture 10.8-19.1% dan Belerang total sangat rendah yaitu 0.18-0.63%. Sumberdaya batubara dengan batasan kedalaman maksimum 50 m dengan ketebalan 1m adalah 152.173.977 ton. 1. PENDAHULUAN Kegiatan Lapangan berupa pengkajian cekungan batubara di daerah Muara Lakitan ini adalah dalam rangka Proyek Daftar Isian Kegiatan Suplemen Batubara (DIK S Batubara) Tahun Anggaran 1998-1999. Daerah Muara Lakitan secara administratif termasuk dalam Kabupaten Musi Rawas Propinsi Sumatra Selatan, bisa dicapai dari Kota Lubuk Linggau dengan menggunakan kendaraan roda empat memakai dua jalur yaitu Lubuk linggau - Muara Beliti, Klingi - Muara Lakitan kemudian diteruskan memakai ojeg ke desa SP-1 Trans dan jalur kedua adalah Lubuk Linggau - Muara Rupit - Karang Dapo ke SP-1 Trans, atau Desa Pelita Jaya. Rute kedua bisa seluruhnya menggunakan kendaraan roda 4. Daerah penelitian sebagian besar berupa lahan perkebunan kelapa sawit dari PT. LONSUM dan PT. Juanda - Sinar Mas. Sebagaian lainnya adalah lahan perkebunan karet rakyat dan hutan sekunder. Kegiatan ini dimulai sejak awal bulan September 1998 dan berakhir bulan Maret 1999. Pekerjaan lapangan meliputi pemetaan geologi, pemetaan topografi skala 1: 10.000, pemboran inti dan loging geofisika. 2. GEOLOGI REGIONAL Daerah penyelidikan terdapat di bagian barat laut dari cekungan Sumatra Selatan. Disebelah barat daerah ini diperkirakan merupakan salah satu pintu ke laut lepas dari cekungan Sumatra Selatan pada 9-1

saat pengendapan sedimen di Cekungan ini pada awal Tersier. Sedimen ini kemudian terlipat dan tersesarkan bersamaan dengan berkembangnya Sesar Semangko pada masa Pliosen. Cekungan Sumatra Selatan termasuk dalam katagori cekungan back arch atau retro arch basin yang posisinya berada di belakang busur vulkanik (terhadap tumbukan). Tektonik yang mempengaruhi cekungan Sumatra Selatan menurut Soedarmono (1974) terjadi pada tiga perioda yaitu dua periode tektonisme yang terjadi sebelum Tersier yang membentuk graben graben yang menjadi dasar pengendapan sedimen Tersier dan satu orogenesa Plio-pleistosen. Orogenesa Pra Tersier pertama menghasilkan patahan patahan dengan arah baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya. Patahan patahan ini menghasilkan cekungan dimana batuan Tersier diendapkan. Tektonik Pra-Tersier kedua membentuk patahan patahan berarah utara selatan. Hasil patahan ini juga mempengaruhi bentuk dasar cekungan Tersier. Contoh hasil orogenesa ini adalah Benakat Gully yang berarah utara selatan. Orogenesa terakhir terjadi setelah pengendapan Tersier hampir selesai yaitu pada kala Pliopleistosen. Orogenesa ini menghasilkan lipatan lipatan landai dengan arah sumbu lipatan barat-laut tenggara searah dengan garis tumbukan. Disamping itu patahan Semangko juga terjadi pada orogenesa ini. Dengan batuan dasar cekungan adalah batuan terlipat dan termetamorfosakan berumur pra Tersier maka pengendapan batuan berumur Tersier awal mulai diendapkan. Mula mula endapannya berupa endapan darat kemudian karena penurunan dasar cekungan atau terjadinya genang laut berkembang ke lingkungan transisi dan berlanjut hingga menjadi endapan laut dangkal. Dari endapan laut ternyata endapannya berkembang kembali menjadi endapan darat. Siklus ini kemudian dikenal sebagai siklus pengendapan transgresi regresi cekungan Sumatra selatan. Endapan yang terjadi kemudian secara berurutan dari bawah keatas dikenal sebagai Formasi Lahat, Talang Akar, Gumai, Baturaja, Air Benakat, Muara Enim dan Kasai. Formasi Pembawa Batubara terpenting yaitu Formasi Muara Enim terdiri dari batulempung dengan sisipan sisipan batupasir, batubara dan batulanau. Formasi ini kaya akan batubara. Interseam sedimennya menunjukkan adanya 9-2 pengaruh endapan laut tetapi tidak ditemukan adanya fosil foraminifera, kecuali fosil fosil lamelibranchiata di beberapa tempat. Dalam Formasi Muara Enim terdapat paling tidak 12 lapisan batubara utama, yaitu dari bawah keatas Kladi, Merapi, Petai (C), Suban (B), Mangus (A), Enim, Kebon, Benakat/Jelawatan, Niru. Pengendapan batubara di Formasi Muara Enim dipengaruhi oleh siklus perubahan permukaan laut yang terjadi pada kala Tersier. Batubara ini kemungkinan terbentuk pada saat susut laut. Struktur Geologi yang mempenguruhi perlapisan batuan di cekungan Sumatra Selatan adalah struktur lipatan yang berarah barat laut-tenggara dan sesar sesar yang jurusnya mendekati tegak lurus sumbu lipatan tersebut. 3. GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN Daerah penyelidikan secara umum merupakan daerah dataran dengan ketinggian berkisar antara 20 hingga 60 meter di atas permukaan laut. Sebagian kecil di sudut timurlaut dan di tenggara merupakan daerah perbukitan landai. Nampaknya perbukitan di sudut timurlaut terjadi akibat terlipatnya batuan di daerah tersebut. Karena sebagian adalah lapisan batubara yang lebih resistan terhadap pelapukan maka perbukitan tersebut morfologinya lebih tinggi dari pada tempat lainnya yang tidak terlipat. Sungai terbesar yang mengeringkan daerah penelitian adalah sungai Lakitan yang merupakan anak sungai Musi. Anak anak sungai sebagian besar bermuara ke sungai Lakitan. Sebagian lainnya bermuara ke sungai Rawas di utara. Pola aliran sungai secara umum berpola denritik atau semi paralel. Berdasarkan peta geologi batubara regional dari Shell Mijnbouw (1978), dalam lingkup daerah penelitian tersingkap batuan batuan dari Formasi Gumai, Air Benakat, Muara Enim dan Kasai. Endapan Aluvial juga terendapkan di sekitar sungai besar di daerah Penelitian. Dalam laporan ini Formasi Kasai, Air Benakat dan Gumai tidak diteliti secara khusus. Hanya formasi Pembawa Batubara yaitu formasi Muara Enim yang dibahas lebih rinci (Gambar 9-1). Formasi Muara Enim di bagian timur daerah penelitian mempunyai ketebalan sekitar 300 m tetapi kemudian menipis hingga sekitar 150 m di bagian barat daerah penelitian. Di daerah penelitian Formasi Muara Enim secara umum tidak banyak berbeda dengan Formasi Muara Enim dipusat cekungan. Hanya saja di daerah ini tidak banyak

ditemukan lensa lensa gamping atau ironstone seperti halnya di Tanjung Enim. Fosil lamelli branchiata ditemukan di strata M1 dan M2 dibawah lapisan batubara Suban. Lapisan batubara berlimpah hanya di bagian timur, sebagian besar menghilang kearah barat. Daerah penelitian merupakan daerah yang terlipat landai terdiri dari beberapa sinklin dan antiklin yang sumbunya menunjam. Sesar sesar berupa sesar normal geser terindentifikasi dari perubahan jurus dan kemiringan lapisan batuan. Umumnya sesar sesar tersebut tegak lurus jurus perlapisan. Batubara hanya berkembang di bagian timur daerah penyelidikan. Ketebalan lapisan berkisar antara 5 cm hingga 10 m. Batubara paling tebal diwakili oleh batubara dari anggota M2 Formasi Muara Enim yaitu lapisan Suban. Di daerah S. Gaung di selatan Lapisan Suban ketebalannya mencapai 9.8 m. Ke arah utara menebal hingga 11.8 m (bor ML 08) kemudian terpecah menjadi lima lapisan di bor ML05 mengumpul kembali menjadi dua lapisan di LK06 kemudian splitting lagi keutara menjadi tiga lapisan di LK03. Kemungkinan lapisan ini menipis ke bagian utara daerah penyelidikan dengan tidak ditemukannya lapisan tebal di bagian ini. Lapisan lain yang cukup tebal adalah lapisan Kebon yang merupakan batas M3 dan M4 yang mencapai ketebalan 4.3 m di ML11. Nampaknya ke arah utara lapisan ini juga menipis. Lapisan lainnya berupa lapisan tipis sekitar 1m dan tidak konsisten ketebalannya. 4. KUALITAS BATUBARA Dari hasil analisa proximat diketahui bahwa batubara daerah Muara lakitan termasuk dalam klas subbituminus mendekati kearah high volatile bituminus. Kisaran nilai kalornya adalah 6130 7088 kkal/kg dengan rata-rata sekitar 6500 kkal/kg. Kandungan abu bervariasi dari 1.5% hingga 16.1%, batubara yang cukup tebal biasanya mempunyai kadar abu sekitar 3 hingga 4%. Kandungan sulfur totalnya sangat rendah yaitu rata-rata 0.3%. Nilai HGI berkisar antara 36 hingga 67. Batubara dengan nilai 36 (keras) adalah batubara dari strata M3. Hal ini kemungkinan karena kandungan abu yang relatif tinggi. batubara dari lapisan Suban dan Kebon adalah 152,173,977 ton. 6. PROSPEK PENGEMBANGAN BATUBARA Batubara di daerah Muara Lakitan cukup layak ntuk penambangan terbuka. Penambangan ini bisa dilakukan di bagian Timur daerah penyelidikan yaitu sayap timurlaut antiklin Lakitan. Kemiringan lapisan memang agak besar di beberapa tempat (25 o ) tetapi ada juga yang cukup rendah yaitu sekitar 10 o. Lapisan batubara utama yang bisa ditambang adalah batubara di anggota M2 dari Formasi Muara Enim yaitu lapisan Suban yang mempunyai ketebalan cukup konsisten sekitar 10 m, kecuali di daerah yang splitting di ML 05. Lapisan ini juga cukup tebal di daerah S. Gaung di Selatan, tetapi bila ditambang kemungkinan ada masalah hidrologi karena lokasi S. Gaung beda tingginya dengan S. lakitan tidaklah besar. Sehingga bila musim banjir akan menjadi masalah saat proses penambangan. Kualitas batubara daerah ini cukup baik, yang dengan nilai kalori 6500 kal/gr atau sama dengan rangk subbituminus, kadar abu cukup rendah sekitar 10 % dan kandungan sulfur sangat rendah sekitar 0,2 %. Lapisan batubara Kebon dengan ketebalan sekitar 4 m juga layak untuk ditambang. Pengangkutan batubara daerah Muara Lakitan sebaiknya dirancang secara selaras dengan rencana penambangan batubara lainnya di Cekungan Sumatra Selatan yang lokasinya berdekatan. 7. KESIMPULAN Batubara hanya melimpah di bagian timur daerah penyelidikan. Ketebalan batubara tertinggi dipunyai oleh lapisan Suban dengan ketebalan maksimum 11,8 m Kualitas batubara adalah subbituminus mendekati high volatile bituminus, dengan kadar abu yang rendah dan kandungan sulfur yang sangat rendah. Sumberdaya batubara minimal 152,173,977 ton dengan batasan kedalaman 50 m. 5. SUMBERDAYA Dengan batasan kedalaman maksimum 50 m dan batas terluar dari data terakhir 1000 m sumberdaya 9-3

DAFTAR PUSTAKA De Coster, G.L., 1974, The Geologi of Central and South Sumatera Basin: Procc. Indo. Petr. Ass. 3 rd Ann conv. p 77. Koesoemadinata, R.P., et all., 1978, Tertiary coal Basins of Indonesia, Prepared for the10th Ann. of CCOP, Geology Survey of Indonesia. Taupitz, K.C., 1987. Oligocene/Miocene Coals in South East and South-west Asia and South-east Europe. Coal Exploration, Evaluation and Exploration, Escap Series on Coal, Vol. 5., United Nation, p.37-51. 9-4

9-5 Gambar 9-1. Peta Lokasi daerah Penyelidikan

Gambar 9-2. Peta Geologi Daerah Muara Latan dan Sekitarnya, Kab. Musirawas, Propinsi Sumatera Selatan 9-6