BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki keinginan untuk memperkuat dan memperluas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan (Lusiyanti, 2014). Nilai perusahaan dapat diukur dengan Price to

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan analisis baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dasar perusahaan agar tetap bertahan dalam persaingan

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan Current Ratio, Debt to Equity dan Return on Investment terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam Purwanto (2011: 16) mengemukakan konsep Triple Bottom Line yang

BAB I PENDAHULUAN. pasar untuk menilai perusahaan secara keseluruhan. memaksimalkan kemakmuran para pemegang saham (stockholders) melalui

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB I PENDAHULUAN. dipakai investor ketika menanamkan dananya pada suatu perusahaan dan juga para

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi karena harga saham menunjukkan prestasi emiten, pergerakan harga

BAB I PENDAHULUAN. hotel, pusat pusat perbelanjaan dan fasilitas fasilitas lainnya semakin

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan saat ini juga diiringi dengan ketatnya persaingan bisnis.

keuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara

BAB I PENDAHULUAN. jawab sosial dan peningkatkan kesejahteraan sosial. Sehingga perusahaan bukan

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan akan komunitas lokal yang ada disekitarnya (stakeholder).

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan usaha dengan tingkat persaingan yang ada saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) diselenggarakan sejak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat melakukan pengelolaan terhadap fungsi-fungsi penting yang

BAB I PENDAHULUAN. dagang bertujuan untuk mencari laba, agar kelangsungan hidup dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meningkatkan atau memperluas jaringan bisnisnya. terlebih lagi jika jumlah uang yang akan diinvestasikan sangat besar.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemilik perusahaan. Disamping itu, terdapat stakeholder yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat juga dapat dengan mudah berinvestasi. Kegiatan investasi merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama berdirinya sebuah perusahaan adalah untuk. dipastikan perusahaan beroperasi secara maksimal. Profitabilitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tingkat kompetisi bisnis pada masa ini semakin ketat dikarenakan adanya

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi perusahaan yang lebih kompetitif dan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk memaksimalkan hasil (return) yang diharapkan dalam batas

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan industri di sebuah Negara.Perkembangan perusahaan manufaktur

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi selular yang digunakan untuk berkomunikasi dengan. banyak permintaan dari konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. di bidang ekonomi. Perusahaan berlomba-lomba untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kerusakan lingkungan dan masyarakat (Prastowo dan Huda, 2011:39).

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibangun dengan paradigma berbasis ekonomi atau single P (Profit).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tetapi perusahaan juga memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan. kekayaan pemegang saham. Melihat bahwa kekayaan pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya masyarakat maupun investor mengukur sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam laporan tahunan perusahaan (annual report). Informasi tambahan itu dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi ekonomi yang berubah pesat, memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ke publik, dalam era sekarang ini berkembangnya perusahaan-perusahaan juga

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang. yang dibutuhkan dengan menawarkan surat-surat berharga tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. dari tantangan-tantangan yang harus di hadapi, para pelaku bisnis property di

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) semakin banyak di bahas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dewasa ini masyarakat semakin cermat dalam menilai dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat bisnis. Tujuan semua investasi dalam berbagai bidang dan jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalosasi saat ini pasar modal memiliki peran besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Prastowo (2002), Seorang investor membeli dan mempertahankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab sosial dan lingkungan yang berlaku bagi perseroan yang mengelola atau

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah Corporate Social Responsibility (CSR). bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban financial

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan keputusan yang tepat dan cepat. Dalam bisnis setiap

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tandelin (2010) pasar modal itu sendiri adalah pertemuan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN LANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi menjadikan masyarakat sebagai stakeholder semakin. kegiatan bisnisnya terhadap lingkungan dan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban terhadap pihak lain termasuk masyarakat. Menurut Suwaldiman (2000),

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak atas single bottom line, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian di Indonesia mengalami krisis moneter yang sempat

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya bagi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, dengan

BAB I PENDAHULUAN. karya, yang sedikitnya menyerap 1,8 juta pekerja. Dari sisi tenaga kerja, tekstil adalah industri yang berorientasi ekspor.

Nama : Ryan Adi Putra ( )

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ROE PERBANKAN SWASTA DI INDONESIA TAHUN 2005, 2006, 2007

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang dilakukan untuk menentukan UKDW

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki keinginan untuk memperkuat dan memperluas bisnis mereka. Terutama dalam era globalisasi ini, persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Sehingga perusahaan dituntut untuk mampu mengelola sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien. Seperti pada sektor pertambangan yang berkaitan erat dengan eksploitasi sumber daya alam yang melibatkan limbah dan pencemaran lingkungan sehingga memiliki tingkat risiko industri dan lingkungan yang tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebaiknya perusahaan tidak hanya bertanggungjawab pada single bottom line yaitu nilai perusahaan yang dicerminkan dalam kondisi keuangan. Namun tanggungjawab perusahaan harus berpedoman pada triple bottom line yang meliputi kinerja ekonomi (profit), kinerja sosial (people) dan kinerja lingkungan (planet) karena kondisi keuangan saja tidak cukup untuk menjamin suatu perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Konsep triple bottom line ini dikemukakan oleh John Elkington pada tahun 1997 dimana tanggung jawab sosial berkelanjutan atau CSR (Corporate Social Responsibility) memiliki tiga elemen penting yang konsisten dan seimbang pada nilai ekonomi, sosial dan 1

2 lingkungan yang disediakan oleh perusahaan. Menurut Lako (2011) CSR merupakan suatu komitmen dari suatu perusahaan yang berkelanjutan untuk bertanggungjawab secara ekonomik, legal dan etis terhadap dampak dari tindakan ekonomi serta komunitas masyarakat dan lingkungan juga proaktif dalam upaya berkelanjutan yang bertujuan mencegah potensi adanya dampak negatif untuk masyarakat dan lingkungan serta meningkatkan kualitas sosial dan lingkungan yang menjadi stakeholder-nya. Perusahaan yang memiliki komitmen untuk melakukan CSR secara terus menerus dengan tujuan untuk memperkuat hubungan baik dengan stakeholder akanberdampak yang positif terhadap perusahaan dalam jangka panjang. Tanggung jawab sosial dapat diungkapkan sebagai informasi keuangan dan nonkeuangan yang berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya (Sembiring, 2005). Perusahaan yang telah melakukan CSR akan mengemas dan menyajikan informasinya dalam laporan tahunan atau media pelaporan lainnya. Dalam laporan tersebut, harus memuat informasi mengenai investasi, pembiayaan, aktivitas dan kinerja CSR dengan tujuan supaya stakeholder memperoleh informasi yang utuh mengenai posisi dan kinerja keuangan, risiko dan keberlanjutan suatu perusahaan sebelum stakeholder mengambil suatu keputusan ekonomi.

3 Penelitian ini menggunakan konsep slack resource theory dimana perusahaan dikatakan mampu melakukan aktivitas sosial apabila perusahaan tersebut memiliki corporate financial performance yang baik. Menurut Waddock dan Grave (1997), slack resource theory berpendapat bahwa financial performance yang baik berpotensi menghasilkan tersedianya slack sumber daya (keuangan atau nonkeuangan) yang memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk menginvestasikan sumber daya tersebut pada social performance seperti pada relasi antar komunitas, relasi antar karyawan atau lingkungan. Jika slack resource tersedia, maka kinerja sosial yang baik akan dihasilkan dari pengalokasian sumber daya pada bidang sosial sehingga kinerja keuangan yang baik diukur dari kinerja CSR yang baik dan dengan demikian kinerja keuangan yang baik akan menjadi prediktor kinerja CSR yang baik. Menurut Lys et al. (2015) pelaksanaan CSR akan meningkatkan reputasi perusahaan, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan, mengurangi biaya perusahaan sebagai dampak dari penurunan risiko dengan menghasilkan produk yang lebih baik bagi pasar sehingga akan meningkatkan penjualan. Hal tersebut akan berdampak positif pada kinerja dan nilai perusahaan dalam jangka panjang karena stakeholder lebih mengapresiasi perusahaan yang melakukan aktivitas sosial seperti CSR. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kinerja keuangan yang baik perusahaan berpotensi memiliki sumber daya yang memadai, sehingga perusahaan mempunyai peluang untuk berinvestasi dalam aktivitas CSR dan perusahaan yang

4 melakukan CSR akan mendapatkan dampak yang positif pada peningkatan nilai perusahaan. Sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan tercermin melalui kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya perusahaan yang dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan dengan melakukan analisis informasi data data keuangan perusahaan seperti menggunakan rasio rasio keuangan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diantaranya yaitu yang pertama rasio likuiditas yang diukur dengan menggunakan CR (Current Ratio) dimana perusahaan memiliki aktiva lancar yang cukup untuk melunasi kewajiban jangka pendek perusahaan. Rasio kedua yaitu rasio profitabilitas yang diukur dengan menggunakan ROA (Return On Assets) penggunaan asset yang optimal akan meningkatkan laba perusahaan sehingga sumber daya perusahaan akan meningkat. Rasio ketiga yaitu rasio hutang yang diukur dengan menggunakan DER (Debt To Equity Ratio) merupakan rasio yang menunjukkan berapa banyak jumlah hutang yang digunakan perusahaan untuk menjalankan operasi perusahaan. Rasio keempat yaitu rasio aktivitas yang diukur dengan menggunakan ITO (Inventory Turnover) yang merupakan rasio untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan persediaan.

5 Beberapa peneliti sebelumnya menguji pengaruh rasio likuiditas terhadap CSR. Rasio likuiditas yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut dalam keadaan sehat dan memiliki kinerja yang baik. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa perusahaan memiliki sumber daya yang memadai sehingga manajemen semakin fleksibel dalam mengelola sumber daya tersebut terutama dalam hal pengeluaran dana untuk aktivitas sosial. Menurut Saputro (2013),Wahyunda (2016), Khoyum (2012),Putri dan Yulius (2014) dan Widyastuti (2015) pengaruh likuiditas terhadap CSR adalah positif. Namun Kamil (2012) menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap CSR. Rasio profitabilitas juga dapat meningkatkan kinerja CSR. Dimana rasio profitabilitas yang semakin meningkat akan meningkatkan laba yang diperoleh perusahaan sehingga perusahaan akan melakukan aktivitas sosial perusahaan sebagai perwujudan perusahaan bahwa perusahaan mampu mengatasi timbulnya biaya- biaya atas aktivitas tanggung jawab sosial tersebut. Menurut Yintayani (2011), Putri (2014), Setyono dan Anang (2014), Batohir (2015), Fahmi (2015) dan Kurniawati (2013) pengaruh rasio profitabilitas terhadap CSR adalah positif. Namun Kamil (2012) menyatakan bahwa rasio profitabilitas tidak berpengaruh terhadap CSR. Selain itu, rasio hutang juga berpengaruh terhadap CSR. Rasio hutang merupakan indikator perusahaan dalam kemampuannya untuk memenuhi kewajiban. Sehingga rasio ini bisa dijadikan dasar bagi perusahaan untuk melakukan CSR karena tingkat pengungkapan perusahaan mengikuti pengeluaran yang harus dibayarkan

6 yang akan menurunkan pendapatan. Menurut Putri (2014), Yintayani (2011), Arthana (2013), Nur (2012) dan Astuti (2015) pengaruh rasio hutang terhadap adalah negatif. Namun Kurniawati(2013) menyatakan bahwa rasio hutang tidak berpengaruh terhadap CSR. Rasio aktivitas juga dirasa berpengaruh terhadap CSR. Rasio aktivitas digunakan untuk kemampuan perusahaan dalam mengelola aktivanya untuk proses produksi. Dimana aktiva yang dimiliki perusahaan ini digunakan sebagai sarana untuk memperoleh pendapatan. Sehingga pengelolaan aktiva yang baik akan menambah sumber daya perusahaan dan perusahaan akan mengalokasikan beberapa sumber dayanya untuk aktivitas perusahaan seperti CSR. Menurut Budijanto (2013) dan Widyastuti (2014) pengaruh rasio aktivitas terhadap CSR adalah positif. Namun Nasir, dkk (2014) menyatakan bahwa rasio aktivitas tidak berpengaruh terhadap CSR. Peneliti juga menambahkan variabel kinerja nonkeuangan dimana kinerja nonkeuangan ini merupakan faktor yang mendukung dalam kegiatan operasi perusahaan. Kinerja nonkeuangan antara lain rasio pasar yang diukur dengan PER (Price Earning Ratio) dimana investor menilai dari harga saham dan laba yang meningkat yang menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik, sehingga akan meningkatkan sumber daya perusahaan. Ukuran perusahaan yang diukur menggunakan total asset yang menunjukkan semakin meningkatnya total asset perusahaan berarti perusahaan tersebut memiliki kinerja perusahaan yang baik.

7 Pertumbuhan perusahaan yang diukur menggunakan pertumbuhan penjualan dimana perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang meningkat akan memiliki sumber daya yang lebih banyak lagi. Beberapa peneliti menguji kinerja nonkeuangan yang dapat mempengaruhi kinerja CSR adalah rasio pasar. Rasio ini mengukur harga saham perusahaan terhadap nilai bukunya. Dimana semakin tinggi harga saham dan laba perusahaan maka perusahaan berpotensi memiliki sumber daya yang lebih yang dapat digunakan untuk investasi sosial. Menurut Saputra (2014) rasio pasar berpengaruh terhadap CSR.Sedangkan menurut Cahyono (2012) rasio pasar tidak berpengaruh terhadap CSR Ukuran perusahaan juga dirasa berpengaruh terhadap kinerja CSR. Dimana perusahaan dengan skala besar mencerminkan bahwa perusahaan juga memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan skala kecil sehingga perusahaan mampu melakukan kegiatan CSR. Menurut Shubiri et al (2012), Kamil (2012),Evandini dan Darsono (2014), Putri (2014) dan Sembiring (2003) pengaruh ukuran perusahaan terhadap CSR adalah positif. Namun Cahyaningsing (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap CSR. Selain itu, pertumbuhan perusahaan juga berpengaruh terhadap kinerja CSR. Dimana investor menggunakan pertumbuhan perusahaan sebagai pertimbangan dalam melakukan investasi. Perusahaan dengan pertumbuhan perusahaan yang tinggi akan

8 mendapat banyak keuntungan sehingga perusahaan memiliki sumber daya untuk mempeerluas kegiatan CSR. Menurut Munsaidah, dkk (2016) dan Shubiri et al (2012) pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap CSR adalah positif. Namun Batohir (2015) dan Hastuti (2014) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap CSR. Penelitian terdahulu yang dilakukan memberikan hasil penelitian yang tidak konsisten. Hasil yang tidak kosisten tersebut terjadi karena teori yang digunakan oleh setiap peneliti berbeda beda. Penulis menggunakan teori slack resource dalam penelitian karena teori slack resource ini berbeda dengan teori teori yang banyak digunakan dalam penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap CSR. Pada penelitian sebelumnya seperti penelitian Sembiring (2003), Cahya (2011), Shubiri et al (2012) banyak menggunakan teori stakeholder, teori legitimasi, teori keadilan, dan teori sinyal. Dimana teori teori tersebut berpandangan bahwa perusahaan diharapkan untuk melakukan kegiatan yang dianggap penting oleh stakeholder (masyarakat dan komunitas, pemerintah, karyawan, shareholder) sehingga masyarakat dan lingkungan merupakan faktor penting untuk mencapai keberhasilan dan keberlanjutan perusahaan. Sedangkan teori slack resource ini, didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan melakukan aktivitasnya berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Dimana pelaksanaan CSR ini akan menimbulkan biaya CSR. Sehingga

9 perusahaan mampu melakukan aktivitas CSR apabila perusahaan tersebut memiliki sumber daya yang memadai yang tercermin dari keberhasilan kinerja keuangan perusahaan.sebaliknya perusahaan yang sumber dayanya belum memadai maka pelaksanaan CSR akan membahayakan keuangan perusahaan. Dengan demikian kinerja keuangan yang lebih baik akan menjadi alat ukur kinerja CSR yang lebih baik dan akan memberikan dampak positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian diatas peneliti akan melakukan penelitian dengan judul ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN NONKEUANGAN TERHADAP KINERJA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DAN IMPLIKASINYA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN : PENGUJIAN BERBASIS TEORI SLACK RESOURCE. 1.2 Perumusan Masalah 1. Apakah kinerja keuangan (rasio likuiditas, rasio hutang, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas) berpengaruh terhadap kinerja CSR? 2. Apakah kinerja nonkeuangan (rasio pasar, ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan) berpengaruh terhadap kinerja CSR? 3. Apakah kinerja CSR (CSRDI) memiliki implikasi terhadap nilai perusahaan?

10 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan (rasio likuiditas, rasio hutang, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas) terhadap kinerja CSR 2. Untuk menganalisis pengaruh kinerja nonkeuangan (rasio pasar, ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan) terhadap kinerja CSR 3. Untuk menganalisis implikasi kinerja CSR (CSRDI) terhadap nilai perusahaan 1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Teoritis Hasil penelitian ini akan memberikan penjelasan dan dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya mengenai kinerja keuangan dan nonkeuangan terhadap kinerja CSR dan implikasinya terhadap nilai perusahaan. 2. Praktik Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah informasi pengetahuan praktek mengenai kinerja keuangan dan nonkeuangan terhadap kinerja CSR danimplikasinya terhadap nilai perusahaan. 3. Konstribusi Kebijakan

11 a. Bagi pemerintah : Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pemerintah (OJK) untuk penyusunan standar pelaporan CSR yang sesuai dengan kondisi Indonesia. b. Bagi investor dan calon investor : Penelitian ini dapat memperkaya informasi dan wawasan bagi pihak investor dan calon investor, sebagai acuan kebijakan dalam melakukan investasi pada suatu perusahaan. c. Bagi perusahaan Penelitian ini dapat digunakan pihak manajemen dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial yang diungkapakan dalam laporan tahunan perusahaan. 1.4 Kerangka Pikir Kinerja Keuangan : 1. Rasio Likuiditas 2. Rasio Hutang 3. Rasio Aktivitas 4. Rasio Profitabilitas Kinerja Nonkeuangan : 1. Rasio Pasar 2. Ukuran perusahaan 3. Pertumbuhan perusahaan H 1 H 2 Kinerja CSR H 3 Nilai Perusahaan

12 Penelitian ini menggunakan 2 tahap yaitu Kinerja keuangan dan nonkeuangan yang mempengaruhi kinerja CSR dan kinerja CSR mempengaruhi nilai perusahaan. Tahap tersebut didasarkan pada penggunaan teori slack resource. Berdasarkan konsep teori slack resource yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang lebih baik terjadi karena tersedianya slack resource (keuangan atau nonkeuangan) yang memberikan peluang bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam aktivitas aktivitas sosial. Yang berarti dengan tersedianya sumber daya yang memadai perusahaan akan mampu melakukan aktivitas CSR sebaliknya apabila sumber daya perusahaan tidak memadai maka pelaksanaan CSR akan membahayakan kondisi keuangan perusahaan. Karena dalam melakukan aktivitas sosial (CSR) perusahaan membutuhkan dana yang diperoleh dari keberhasilan kinerja keuangan. Maka kinerja keuangan dan nonkeuangan dapat dikatakan mempunyai berpengaruh signifikan terhadap kinerja CSR dan keberlanjutan perusahaan. Perusahaan yang melakukan aktivitas CSR merupakan perusahaan yang berkelanjutan dan dapat dikatakan akan mampu beradaptasi dengan tekanan dari eksternal maupun internal, karena dengan melakukan CSR perusahaan akan mendapatkan nama baik, citra dan reputasi serta mendapat dukungan dari stakeholder. Sehingga pangsa pasar dan penjualan akan meningkat menyebabkan kenaikan laba, dimana laba yang meningkatkan akan meningkatkan harga saham perusahaan yang tercermin dalam nilai perusahaan.

13 1.5. Sistematika Penulisan Skripsi BAB I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka pikir penelitian, serta sistematika pembahasan dalam penelitian ini BAB II merupakan tinjauan pustaka dan pengembangan hipotesis yang akan menguraikan berbagai teori, konsep, dan penelitian sebelumnya yang relevan sampai dengan hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini. BAB III merupakan metode penelitian yang berisi mengenai sumber dan jenis data yang akan dipergunakan, gambaran umum obyek penelitian, definisi dan pengukuran variabel yang diperlukan dalam penelitian ini, dan metode analisis data. BAB IV merupakan hasil dan analisis data yang akan menguraikan berbagai perhitungan yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. BAB V merupakan kesimpulan, keterbatasan, dan implikasi dari analisis yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya.