BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Anak yang merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada dewasa, konsistensi

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk

BAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena adanya hubungan interaktif antara manusia, perilaku serta

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir,sedangkan diare akut adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

Oleh: Aulia Ihsani

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN.


BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang digunakan. dalam pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sindrom penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melambat sampai mencair, serta bertambahnya frekuensi buang air besar dari biasanya hingga 3 kali atau lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan. Kandungan air pada tinja lebih banyak dari pada biasanya (normal 100 200 ml per jam tinja) atau frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan 3 kali pada anak (Mahayu, 2016). Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Penyebab kematian lain adalah disentri, kurang gizi dan infeksi yang serius seperti pneumonia. Penyakit diare lebih sering terjadi pada bayi dan balita dari pada anak yang lebih besar. Perbandingan kejadian diare antara anak laki laki hampir sama dengan anak perempuan. Cara penularan penyakit diare adalah secara fecal oral, yaitu melalui makanan atau minuman yang sudah tercemar (Sodikin, 2011). Menurut WHO, diare adalah buang air besar 3 kali atau lebih sering dari biasanya dengan konsistensi cair. Ini merupakan gejala infeksi gastrointestinal yang dapat disebabkan oleh berbagai organisme bakteri, 1

2 virus dan parasit. Infeksi menyebar melalui makanan yang terkontaminasi atau air minum atau dari orang ke orang sebagai akibat dari kebersihan yang buruk. Diare menyumbang untuk 29% kematian anak secara global. Kebanyakan orang meninggal akibat diare sebenarnya meninggal karena dehidrasi parah dan kehilangan cairan. Penyakit diare adalah penyebab utama kedua kematian pada anak-anak balita (bawah lima tahun). Setiap tahunnya diare membunuh sekitar 760.000 anak balita. Penyakit diare dapat dicegah melalui air minum yang aman, memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan, sanitasi yang memadai dan kebersihan. Secara global ada hampir 1,7 milliar kasus diare setiap tahun. Diare merupakan penyebab utama kekurangan gizi pada anak-anak di bawah lima tahun. Diseluruh dunia, 780 juta orang kekurangan akses terhadap air minum layak dan 2,5 miliar kurangnya sanitasi (WHO, 2013). Periode prevalen diare pada Riskesdas 2013 (3,5%) lebih kecil dari Riskesdas 2007 (9,0%). Penurunan period prevalen yang tinggi ini dimungkinkan karena waktu pengambilan sampel yang tidak sama antara 2007 dan 2013. Pada Riskesdas 2013 sampel diambil dalam rentang waktu yang lebih singkat. Insiden diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3,5%. Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare. Insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7%. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%) (Depkes, 2013).

3 Menurut hasil penelitian (Mauliku, 2008) tentang perilaku ibu didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku ibu dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Batujajar Kabupaten Bandung Barat. Menurut hasil penelitian (Hardi, 2012) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor pemberian ASI ekslusif dengan kejadian diare pada balita. Menurut penelitian (Wardoyo, 2011) bahwa berdasarkan hasil analisis hubungan antara ketersediaan jamban dengan kejadian diare pada anak balita di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen diperoleh hasil ada hubungan antara ketersediaan jamban dengan kejadian diare pada anak balita di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen. Hal ini dapat diketahui bahwa responden dengan ketersediaan jamban yang tidak memenuhi syarat memiliki kecenderungan pada kejadian diare sedangkan pada responden dengan ketersediaan jamban yang memenuhi syarat memiliki kecenderungan pada tidak terjadi diare. Hal ini memberikan gambaran bahwa responden dengan ketersediaan jamban yang tidak memenuhi syarat dengan kejadian diare lebih besar dibandingkan dengan responden dengan ketersediaan jamban yang memenuhi syarat. Berdasarkan data kumulatif penemuan kasus diare balita yang diperoleh dari data Puskesmas se-kabupaten Tangerang tampak peningkatan angka cakupan tahun 2014 seperti berikut yaitu pada tahun 2011 terdapat penemuan kasus diare pada balita sebanyak 21.807 kasus

4 (29,4%), pada tahun 2012 terdapat penemuan kasus diare pada balita sebanyak 24.200 kasus (31,65%), pada tahun 2013 terdapat penemuan kasus diare pada balita sebanyak 20.648 kasus (25,38%) dan pada tahun 2014 terdapat penemuan kasus diare pada balita sebanyak 27.492 kasus (47,83%). Cipondoh merupakan sebuah kecamatan di Kota Tangerang, Provinsi Banten. Jumlah penduduk di wilayah Cipondoh adalah 217.412 jiwa (Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2014). Puskesmas ini merupakan puskesmas kelurahan. Wilayah kerja Puskesmas tersebut yaitu kelurahan Petir. Kelurahan Petir terdiri dari 13 RT. Data yang diperoleh, angka kejadian diare pada tahun 2016 di Puskesmas sebanyak 1.069 terjadi pada usia 0-70. Angka kejadian diare tertinggi terjadi pada balita, yaitu sebanyak 318 balita. Dari 13 RT yang ada di kelurahan Petir, angka kejadian diare tertinggi terdapat di RT 011. Karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten. Salah satu pemicu diare disebabkan oleh perilaku ibu. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti bahwa dari hasil pengamatan 8 dari 10 ibu yang tinggal di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten memiliki perilaku yang buruk salah satunya adalah tidak mencuci tangan setelah menceboki anaknya dan pada saat ingin menyusui bayinya mereka. Lalu masih banyak ibu yang tidak memberikan ASI ekslusif selama bulan karena sudah terlebih dahulu memberikan makanan pada saat usia anaknya 6 bulan.

5 Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor yang Berhubungan Kejadian Diare Pada Balita 12-59 Bulan di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2017. 1.2 Perumusan Masalah Diare merupakan penyebab kematian balita di seluruh dunia. Kebanyakan balita meninggal akibat diare sebenarnya meninggal karena dehidrasi parah dan kehilangan cairan. Penelitian ini dilakukan di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten yang merupakan terdapatnya kejadian diare paling tinggi. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dirumuskan masalah yang akan di teliti yaitu apakah ada hubungan antara kondisi jamban, perilaku ibu dan pemberian ASI dengan kejadian diare pada Balita 12-59 bulan di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2017. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2017? 2. Bagaimana gambaran kondisi jamban di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2017? 3. Bagaimana gambaran perilaku ibu di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2017?

6 4. Bagaimana gambaran pemberian ASI di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2017? 5. Bagaimana gambaran kejadian diare di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2017? 6. Apakah ada hubungan antara kondisi jamban dengan kejadian diare pada Balita di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2017? 7. Apakah ada hubungan antara perilaku ibu dengan kejadian diare pada Balita di di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2017? 8. Apakah ada hubungan antara ASI dengan kejadian diare pada Balita di di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2017? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan Kejadian Diare Pada Balita di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2017. 1.4.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran kondisi jamban di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2017.

7 b. Mengetahui gambaran perilaku ibu di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2017. c. Mengetahui gambaran pemberian ASI di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2017. d. Mengetahui gambaran kejadian diare pada balita 12-59 bulan di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2017. e. Menganalisis hubungan antara kondisi jamban dengan kejadian diare pada balita di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2017. f. Menganalisis hubungan antara perilaku ibu dengan kejadian diare pada balita di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2017. g. Menganalisis hubungan antara pemberian ASI kejadian diare pada balita di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun 2017. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan masyarakat agar masyarakat mengetahui mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare sehingga masyarakat dapat

8 mengontrol dan mencegah faktor tersebut tidak menyebabkan diare. 1.5.2 Manfaat Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan Dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau sebagai masukan dalam membuat suatu kebijakan khususnya dalam upaya penurunan tingkat kejadian diare di wilayah tersebut. 1.5.3 Manfaat Bagi Peneliti Dapat memperoleh pemahaman tentang penyakit diare serta mendapatkan ilmu pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang diperoleh dari lahan yang telah diteliti. 1.5.4 Manfaat Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Dapat menambah wawasan dan kepustakaan yang bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peningkatan kualitas pengetahuan di bangku perkuliahan dan pembekalan untuk masa yang akan datang setelah lulus kuliah. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Peneliti akan melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor yang Berhubungan Kejadian Diare Pada Balita di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten. Penelitian ini akan dilakukan kepada ibu yang memiliki balita usia 12-59 bulan. Penelitian ini dilaksanakan di RT 011 RW 03 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Provinsi Banten. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Mei tahun 2017. Penelitian yang dilakukan merupakan

9 penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode Cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah balita berusia 12-59 bulan berjumlah 77 responden. Pengumpulan data melalui kuisioner pada ibu balita dan lembar observasi untuk kondisi jamban.