BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare sampai saat ini masih merupakan penyakit yang tersering menyebabkan dehidrasi. Di Indonesia sendiri diare masih merupakan urutan ke-6 dari 10 besar pola penyakit yang ada (Sjaifoellah Noer, 1996 : hal. 463). Diare adalah buang air besar yang terjadi pada bayi atau anak yang sebelumnya nampak sehat dengan frekuensi lebih dari 3 kali atau lebih dalam sehari, disertai perubahan tinja menjadi cair dengan atau tanpa darah dan lendir bahkan kadang-kadang juga disertai dengan muntah (A.H. Markum, 1991 : hlm. 448). Diare merupakan masalah yang serius di berbagai tempat di seluruh dunia yang sering timbul pada anak umur 1-4 tahun saat mana frekuensi serangan diare mengakibatkan kematian mencapai angka tertinggi dan sering bertumpang tindih dengan malnutrisi, dan diare mangakibatkan kehilangan sejumlah besar air dan elektrolit, terutama natrium dan kalium dan seringkali dikomplikasikan oleh asidosis sistematik berat (Raymond, 1999 : hlm. 266). Dalam kenyataannya, diare tanpa melihat penyebabnya dapat menimbulkan satu masalah yang sama yaitu dehidrasi (kekurangan cairan), tingkat kekurangan cairan ini berbeda-beda yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidrasi berat (http://www.waspa-online.com.id). Dehidrasi yang berlangsung lama dapat menimbulkan gangguan pada keseimbangan asam basa tubuh, gangguan elektrolit tubuh, demam, kejang, dan dapat berakhir pada kematian. Pada penderita diare yang tidak dirawat dengan baik dapat
menemui ajal dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari akibat kekurangan cairan tubuh, ini karena air merupakan komponen penting dalam tubuh manusia, sekitar 75% komposisi tubuh manusia terdiri dari air sehingga bayi dan anak-anak jauh lebih mudah mengalami dehidrasi dan shock karena komposisi tubuhnya lebih besar dari orang dewasa sehingga lebih rentang terutama anak dibawah 5 tahun biasanya dapat terserang diare sebanyak 1-2 kali pertahun karena bayi dan anak belum cukup mapan mekanisme regulasi cairan tubuhnya sehingga mudah terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (http://www.waspada-online.com.id). Dari penelitian epidemiologis di Indonesia dan Negara berkembang lainnya diketahui bahwa hanya sedikit kecil penderita diare yang berobat ke sarana kesehatan karena sebagian penderita diare biasanya masih dalam keadaan dehidrasi ringan atau belum dehidrasi. Penelitian menunjukkan bahwa hanya 0,8-1,8% dari penderita diare yang ada di masyarakat yang memerlukan perawatan di rumah sakit, perkiraan secara kasar menunujukkan bahwa dari 1.000 kasus diare yang ada di masyarakat, 900 dalam keadaan dehidrasi ringan atau belum dehidrasi, 90 dalam keadaan dehidrasi sedang dan 10 dalam keadaan dehidrasi berat 1 diantaranya disertai komplikasi dan penyakit penyerta yang penatalaksanaannya cukup rumit (A.H. Markum, 1991) Di dunia, diare akut menyebabkan kematian sebanyak 5 juta setahun, 25 % diantaranya disebabkan oleh diare kronik. Di Indonesia kematian karena diare sekitar 200.000-250.000/tahun, 20% diantaranya disebabkan oleh diare kronik selain meyebabkan kesakitan dan kematian diare akut dan kronik juga merupakan penyebab utama malnutrisi (A.H. Markum, 1991 : hlm. 448).
Berdasarkan data profil kesehatan 2003, jumlah kasus diare di Jawa Tengah tahun 2003 berdasarkan laporan puskesmas sebanyak 420.587 kasus sedangkan kasus diare di rumah sakit sebanyak 7.648 kasus sehingga jumlah keseluruhan penderita yang terdeteksi adalah 428.235 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 54 orang (CFR = 0,13%). Cakupan penemuan diare di Jawa Tengah hanya sebesar 37,11% dari target cakupan yang harus dicapai yaitu sebanyak 1.154.031 kasus diare. Urutan pada balita (0-5 tahun) sebanyak 191.107 kasus (45,4%) (http://www.healthlrc.or.id/profil/bab4.htm). Cakupan penemuan kasus diare yang dilaporkan di RSUD Kota Semarang pada bulan januari-bulan desember 2005 tercatat sejumlah kasus 762 penderita. urutan pertama pada bayi sebanyak 573 kasus, yang meninggal 14 orang, urutan kedua anak umur 1-4 tahun sebanyak 189 kasus (RSUD Kota Semarang). Hasil-hasil survey menunjukkan bahwa angka kesakitan diare untuk seluruh golongan umur adalah berkisar antara 120-360 per 1000 penduduk dan untuk balita menderita satu atau dua kali episode diare setiap tahunnya atau 60% dari semua kesakitan diare. 12% dari semua kematian pada semua golongan umur disebabkan diare atau 84,4 per 100.000 penduduk. Sebagian besar kematian 76% terjadi pada bayi dan anak balita. Proporsi penyebab kematian karena diare pada bayi, anak balita atau balita masingmasing adalah 15,5%; 26,4% atau 19,1% (Sutoto, 1992 : hlm. 11). Sekitar 20-30% tempat tidur dirumah sakit dihuni oleh penderita diare baik penyebab utama maupun sebagai penyakit penyerta, survey rumah tangga tahun 2003 menunjukkan kematian bayi akibat diare sebanyak 49.966 kasus (15%) sedangkan
tahun 2004 menunjukkan penderita diare sebanyak 9.583 kasus (13%) berdasarkan data diatas kejadian diare terjadi penurunan. (Dkk Semarang Tahun 2004). Meskipun penyebab diare atau dehidrasi telah diketahui tetapi ada faktorfaktor lain yang mempengaruhi timbulnya diare atau dehidrasi yaitu : lingkungan yang masih belum memadai, keadaan gizi, kepadatan penduduk, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi penyakit diare atau dehidrasi (Sutoto, 1992). Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui sejauh mana hubungan tingkat pengetahuan orang tua tentang derajat dehidrasi pada anak diare dengan derajat dehidrasi pada saat anak masuk rumah sakit di RSUD Kota Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka perumusan masalah yang muncul pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Adakah hubungan tingkat pengetahuan orang tua tentang derajat dehidrasi yang terjadi pada anak diare yang dirawat di rumah sakit di RSUD Kota Semarang? 2. Adakah hubungan derajat dehidrasi pada saat anak masuk rumah sakit di RSUD Kota Semarang? 3. Adakah hubungan tingkat pengetahuan orang tua tentang derajat dehidrasi pada anak diare dengan derajat dehidrasi pada saat anak masuk rumah sakit di RSUD Kota Semarang? C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang derajat dehidrasi pada anak diare dengan derajat dehidrasi pada saat anak masuk rumah sakit di RSUD Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Medeskripsikan tingkat pengetahuan orang tua tentang derajat dehidrasi yang terjadi pada anak yang mengalami diare untuk dirawat di rumah sakit di RSUD Kota Semarang. b. Medeskripsikan derajat dehidrasi pada saat anak masuk rumah sakit di RSUD Kota Semarang. c. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan orang tua tentang derajat dehidrasi pada anak diare dengan derajat dehidrasi pada saat anak masuk rumah sakit di RSUD Kota semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Mengidentifikasi fakto-faktor yang mempengaruhi perilaku orang tua, keluarga/masyarakat dalam mencari bantuan kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kemantapan dalam keilmuan sosiomedik dan memberi gambaran keilmuan perilaku masyarakat dalam melakukan pengambilan keputusan mencari pelayanan kesehatan.
2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Memberikan kontribusi terhadap pentingnya peran orang tua dalam melakukan perawatan anak dan sekaligus mengidentifikasi adanya bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang perlu diterapkan yang mana tidak hanya dilihat dari sisi kuratif, namun juga dari sisi preventif, khususnya pada orang tua yang memiliki balita atau anak dengan diare. 3. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan, memperluas wawasan dan memberikan pengalaman langsung bagi penulis dalam melaksanakan penelitian serta mengaplikasikan berbagai teori dan konsep mengenai dehidrasi khususnya yang berkaitan dengan diare. E. Bidang Ilmu Bidang keilmuan yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu komunitas dengan penekanan pada epidemologi penyakit menu