1 PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/2/PADG/2018 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Bank Indonesia telah menyempurnakan kebijakan mengenai fasilitas likuiditas intrahari untuk mendukung terwujudnya penyelenggaraan sistem pembayaran yang efisien, lancar, aman, dan andal; b. bahwa agar kebijakan mengenai fasilitas likuiditas intrahari dapat dilaksanakan dengan optimal maka diperlukan ketentuan pelaksanaan sebagai pedoman bagi bank peserta sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement dalam penggunaan fasilitas likuiditas intrahari; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Anggota Dewan Gubernur tentang Tata Cara Penggunaan Fasilitas Likuiditas Intrahari; Mengingat : Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/18/PBI/2015 tentang Penyelenggaraan Transaksi, Penatausahaan Surat Berharga, dan Setelmen Dana Seketika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 273, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5762) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Bank Indonesia
2 Nomor 19/14/PBI/2017 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/18/PBI/2015 tentang Penyelenggaraan Transaksi, Penatausahaan Surat Berharga, dan Setelmen Dana Seketika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 301, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6169); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggara adalah Bank Indonesia yang menyelenggarakan sistem dalam kegiatan transaksi, penatausahaan surat berharga, dan setelmen dana seketika. 2. Surat Berharga adalah surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, pemerintah, dan/atau lembaga lain yang ditatausahakan pada Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System. 3. Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement yang selanjutnya disebut Sistem BI-RTGS adalah infrastruktur yang digunakan sebagai sarana transfer dana elektronik yang setelmennya dilakukan seketika per transaksi secara individual. 4. Transaksi dengan Bank Indonesia adalah transaksi yang dilakukan oleh peserta dengan Bank Indonesia untuk kegiatan operasi moneter, operasi moneter syariah, dan/atau transaksi surat berharga negara untuk dan atas nama pemerintah, serta transaksi lainnya yang dilakukan dengan Bank Indonesia.
3 5. Transaksi Pasar Keuangan adalah transaksi Surat Berharga dan transaksi pinjam meminjam antarpeserta yang dilakukan secara konvensional atau yang dipersamakan berdasarkan prinsip syariah dalam transaksi pasar uang dan/atau transaksi Surat Berharga di pasar sekunder. 6. Transaksi adalah Transaksi dengan Bank Indonesia dan Transaksi Pasar Keuangan. 7. Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System yang selanjutnya disingkat BI-SSSS adalah infrastruktur yang digunakan sebagai sarana penatausahaan Transaksi dan penatausahaan Surat Berharga yang dilakukan secara elektronik. 8. Fasilitas Likuiditas Intrahari yang selanjutnya disingkat FLI adalah fasilitas pendanaan yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada bank peserta Sistem BI-RTGS baik secara konvensional maupun berdasarkan prinsip syariah untuk mengatasi kesulitan pendanaan yang terjadi selama jam operasional Sistem BI-RTGS. 9. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan termasuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri dan bank umum syariah termasuk unit usaha syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan syariah. 10. Bank Peserta Sistem BI-RTGS adalah Bank yang telah memenuhi persyaratan dan memperoleh persetujuan dari Penyelenggara sebagai peserta Sistem BI-RTGS. 11. Rekening Setelmen Dana adalah rekening Bank Peserta Sistem BI-RTGS dalam mata uang rupiah dan/atau valuta asing yang ditatausahakan di Bank Indonesia untuk pelaksanaan setelmen dana. 12. Setelmen Dana adalah proses penyelesaian akhir transaksi keuangan melalui pendebitan dan pengkreditan Rekening Setelmen Dana.
4 Pasal 2 (1) Untuk kelancaran Setelmen Dana dalam Sistem BI-RTGS, Bank Peserta Sistem BI-RTGS dapat menggunakan FLI. (2) FLI digunakan pada saat dana yang terdapat pada Rekening Setelmen Dana dalam rupiah milik Bank Peserta Sistem BI-RTGS tidak mencukupi untuk melakukan Setelmen Dana. (3) Penggunaan FLI oleh Bank Peserta Sistem BI-RTGS tidak dikenakan biaya. BAB II PENYEDIAAN SURAT BERHARGA DAN PERSYARATAN BANK PESERTA SISTEM BI-RTGS Bagian Kesatu Penyediaan Surat Berharga untuk Memperoleh FLI Pasal 3 (1) Bank Peserta Sistem BI-RTGS yang akan menggunakan FLI harus menyediakan Surat Berharga dalam rekening FLI. (2) Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Surat Berharga diterbitkan oleh Bank Indonesia dan/atau pemerintah; b. Surat Berharga tidak sedang menjadi agunan kepada Bank Indonesia atau pihak lain; dan c. Surat Berharga dapat ditransaksikan secara repurchase agreement (repo) dengan Bank Indonesia dalam lending facility atau financing facility. (3) Tata cara penyediaan Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan penatausahaan surat berharga melalui Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System.
5 Pasal 4 Penetapan harga, haircut, dan perhitungan nilai Surat Berharga yang tersedia di rekening FLI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai: a. kriteria dan persyaratan surat berharga, peserta, dan lembaga perantara dalam operasi moneter; dan b. kriteria dan persyaratan surat berharga, peserta, dan lembaga perantara dalam operasi moneter syariah. Pasal 5 (1) Bank Peserta Sistem BI-RTGS dapat memindahkan Surat Berharga yang tersedia dalam rekening FLI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) sebelum batas akhir periode cut-off warning Sistem BI-RTGS. (2) Pemindahan Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam hal: a. Bank Peserta Sistem BI-RTGS telah melunasi penggunaan FLI; dan/atau b. nilai Surat Berharga yang tetap disediakan dalam rekening FLI masih mencukupi untuk penggunaan FLI. Bagian Kedua Persyaratan Bank Peserta Sistem BI-RTGS yang dapat Menggunakan FLI Pasal 6 Bank Peserta Sistem BI-RTGS yang dapat menggunakan FLI harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. berstatus aktif dalam kepesertaan Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS; dan b. memiliki Surat Berharga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2).
6 BAB III PENGGUNAAN FLI Pasal 7 (1) Penggunaan FLI dalam Sistem BI-RTGS dilakukan dengan mekanisme repo atas Surat Berharga milik Bank Peserta Sistem BI-RTGS yang disediakan pada rekening FLI. (2) Penggunaan FLI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. penggunaan FLI dilakukan sejak Sistem BI-RTGS dibuka sampai dengan awal periode cut-off warning Sistem BI-RTGS; b. penggunaan FLI dilakukan berdasarkan kecukupan nilai Surat Berharga yang tersedia pada rekening FLI; c. pencairan dana untuk penggunaan FLI dilakukan sebesar kebutuhan dana untuk pelaksanaan Setelmen Dana Bank Peserta Sistem BI-RTGS; d. Surat Berharga yang ditransaksikan secara repo memiliki total nilai paling sedikit sebesar pencairan dana sebagaimana dimaksud dalam huruf c; dan e. perhitungan nominal atas Surat Berharga yang ditransaksikan secara repo sebagaimana dimaksud dalam huruf d mengacu pada kelipatan nilai unit terkecil Surat Berharga yang ditatausahakan dalam rekening FLI, dengan pembulatan ke atas. (3) Mekanisme repo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan penatausahaan surat berharga melalui Bank Indonesia- Scripless Securities Settlement System. (4) Mekanisme pencairan dana untuk penggunaan FLI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dilakukan dengan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan setelmen dana seketika melalui Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement.
7 BAB IV PELUNASAN FLI Bagian Kesatu Mekanisme Pelunasan FLI Pasal 8 (1) Bank Peserta Sistem BI-RTGS harus melunasi FLI pada hari yang sama dengan hari penggunaan FLI sejak Sistem BI-RTGS dibuka sampai dengan batas akhir periode cut-off warning Sistem BI-RTGS. (2) Pelunasan FLI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui BI-SSSS dengan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan penatausahaan surat berharga melalui Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System. (3) Dalam hal Bank Peserta Sistem BI-RTGS belum melunasi FLI sampai dengan batas akhir periode cut-off warning Sistem BI-RTGS, Bank Indonesia mendebit Rekening Setelmen Dana Bank Peserta Sistem BI-RTGS untuk melunasi atau mengurangi penggunaan FLI. Bagian Kedua FLI yang Tidak Lunas Pasal 9 (1) Dalam hal pendebitan Rekening Setelmen Dana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) belum mencukupi atau tidak terdapat dana dalam Rekening Setelmen Dana untuk pelunasan atas penggunaan FLI maka: a. FLI yang tidak dapat dilunasi, dinyatakan dan dikonversi sebagai transaksi lending facility atau financing facility dengan Bank Indonesia; dan b. Surat Berharga dalam rekening FLI dipindahkan ke rekening Bank Indonesia untuk transaksi lending facility atau financing facility dengan Bank Indonesia.
8 (2) Nilai atas lending facility atau financing facility sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu sebesar nilai FLI yang tidak dapat dilunasi. (3) Mekanisme setelmen FLI yang tidak lunas menjadi lending facility atau financing facility sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan penatausahaan surat berharga melalui Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 10 Pada saat Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai berlaku, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 17/33/DPSP tanggal 13 November 2015 perihal Tata Cara Penggunaan Fasilitas Likuiditas Intrahari, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 11 Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2019. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan penempatan Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 1 Maret 2018 ANGGOTA DEWAN GUBERNUR, TTD SUGENG
2 PENJELASAN ATAS PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/2/PADG/2018 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI I. UMUM Untuk mendukung terwujudnya penyelenggaraan sistem pembayaran yang efisien, lancar, aman, dan andal, Bank Indonesia telah melakukan penyempurnaan kebijakan mengenai FLI. Kebijakan tersebut antara lain bahwa FLI disediakan bagi Bank Peserta Sistem BI-RTGS untuk memperlancar Setelmen Dana khususnya dalam mengatasi permasalahan likuiditas intrahari (intraday liquidity mismatch). Sehubungan dengan itu, diperlukan pengaturan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan FLI, antara lain mengenai mekanisme FLI tidak lunas yang diberlakukan sebagai transaksi lending facility atau financing facility. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Ayat (1) Yang dimaksud dengan rekening FLI adalah rekening Surat Berharga pada BI-SSSS untuk mencatat Surat Berharga yang akan digunakan oleh Bank Peserta Sistem BI-RTGS untuk memperoleh FLI pada Sistem BI-RTGS.
2 Ayat (2) Huruf a Surat Berharga yang diterbitkan Bank Indonesia antara lain sertifikat deposito Bank Indonesia dalam mata uang rupiah. Surat Berharga yang diterbitkan pemerintah antara lain surat utang negara dan/atau surat berharga syariah negara dalam mata uang rupiah. Huruf b Huruf c Ayat (3) Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Ayat (1) Ayat (2) Huruf a Huruf b Yang dimaksud dengan nilai Surat Berharga adalah nilai tunai (cash value) yang ditetapkan sesuai dengan perhitungan nilai setelmen first leg transaksi lending facility dan/atau financing facility. Huruf c
3 Huruf d Huruf e Contoh: Bank A menyediakan Surat Berharga seri FR0xx di rekening FLI dengan total nominal sebesar Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Nominal seri FR0xx per unit yaitu sebesar Rp1.000.000,- (satu juta rupiah) dengan nilai Surat Berharga per unit sebesar Rp950.000,- (sembilan ratus lima puluh ribu rupiah). Untuk kebutuhan Setelmen Dana di Sistem BI- RTGS, Bank A membutuhkan FLI sebesar Rp150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah). Perhitungan nominal atas Surat Berharga yang ditransaksikan secara repo untuk FLI sebagai berikut: a. jumlah unit yang dibutuhkan adalah sebesar jumlah FLI dibagi nilai Surat Berharga per unit: Rp150.000.000,00 : Rp950.000,00 = 157,89 unit, sehingga dengan pembulatan ke atas menjadi sejumlah 158 unit seri FR0xx; dan b. jadi nominal seri FR0xx yang ditransaksikan secara repo untuk FLI yaitu 158 x Rp1.000.000,00 = Rp158.000.000,00. Ayat (3) Ayat (4) Pasal 8 Pasal 9 Ayat (1) Huruf a
4 Huruf b Perhitungan nominal atas Surat Berharga yang dipindahkan dari rekening FLI ke rekening Bank Indonesia untuk transaksi lending facility atau financing facility dengan Bank Indonesia mengacu pada kelipatan nilai unit terkecil Surat Berharga yang ditatausahakan dalam rekening FLI, dengan pembulatan ke atas. Contoh: Bank A menyediakan Surat Berharga seri FR0xx di rekening FLI dengan total nominal sebesar Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Nominal seri FR0xx per unit yaitu sebesar Rp1.000.000,- (satu juta rupiah) dengan nilai Surat Berharga per unit sebesar Rp950.000,- (sembilan ratus lima puluh ribu rupiah). Untuk kebutuhan Setelmen Dana di Sistem BI-RTGS, Bank A membutuhkan FLI sebesar Rp150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah). Sampai dengan akhir periode cut-off warning Bank A tidak melakukan pelunasan FLI, sehingga pada awal periode pre cut-off Penyelenggara melakukan pendebitan untuk pelunasan FLI sesuai saldo Rekening Setelmen Dana rupiah dalam hal ini sebesar Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Dengan demikian FLI yang tidak lunas sebesar Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah) diberlakukan menjadi transaksi lending facility. Sebagai underlying transaksi lending facility, Penyelenggara memindahkan sebagian seri FR0xx dari rekening FLI ke rekening Bank Indonesia dengan perhitungan sebagai berikut: 1. jumlah unit yang dibutuhkan yaitu sebesar jumlah FLI yang tidak lunas dibagi nilai Surat Berharga per unit: Rp100.000.000 : Rp950.000 = 105,26 unit, sehingga dengan pembulatan ke atas menjadi sejumlah106 unit seri FR0xx; 2. jadi nominal seri FR0xx dalam rekening FLI yang dipindahkan ke rekening Bank Indonesia untuk transaksi lending facility yaitu 106 x Rp1.000.000,- = Rp106.000.000,-. Ayat (2) Ayat (3)
5 Pasal 10 Pasal 11