POTENSI LIMBAH SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN ALTERNATIF PADA AYAM NUNUKAN PERIODE PRODUKSI IMAM SULISTIYONO dan NUR RIZQI BARIROH Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur JI. Pangeran M. Noor PO Box 1237 Sempaja - Samarinda ABSTRA K Ayam Nunukan adalah plasma nutfah lokal Kalimantan Timur yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Tetapi pada kenyataannya terjadi penurunan populasi. Penyebabnya antara lain karena pemeliharaan yang tradisional dan harga pakan yang mahal. Kalimantan timur yang memiliki perkebunan kelapa sawit yang cukup Was akan menghasilkan limbah sawit yang berlimpah. Solid sawit dan bungkil inti sawit merupakan limbah sawit bemilai nutrisi tinggi yang diperkirakan dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas ayam Nunukan. Kandungan protein solid sawit dan bungkil inti sawit yang hampir sama dengan bekatul akan dapat menggantikan peran bekatul dalam formulasi pakan alternatif untuk ayam Nunukan. Penggunaan bungkil inti sawit dan solid sawit sebesar 5-10% dalam formulasi pakan disarankan untuk pakan ayam Nunukan. Analisis finansial dari penggunaan solid sawit dan bungkil inti sawit diperkirakan dapat menghemat pengeluaran ongkos produksi sebesar 13,3-33,3 %. Kata kunci : Ayam Nunukan, plasma nutfah, limbah sawit PENDAHULUAN Ayam Nunukan merupakan plasma nutfah khas Kalimantan Timur yang sangat berpotensi untuk dikembangkan dan dilestarikan. Keunggulan-keungguIan ayam Nunukan yang patut dikembangkan antara lain : dapat mencapai berat hidup 3,5 kg pada umur 6 bulan dan bila sudah dewasa bisa mencapai lebih dari 4 kg. Bila dijadikan sebagai ayam pedaging dengan sistem pemeliharaan intensif, pertumbuhannya berlangsung lebih cepat tanpa mengurangi bobot hidup (IRAWAN, 1996). Disamping itu potensi produksi telur cukup tinggi yaitu 182 butir per tahun dibandingkan dengan produksi ayam buras yang hanya 115 butir/tahun, sehingga ayam ini dikatagorikan sebagai ayam dwiguna (CRESSWELL dan GUNAWAN, 1987). Pada' kenyataannya perkembangannya di daerah asalnya yaitu di Kabupaten Tarakan dan Nunukan, ayam Nunukan mengalami penurunan populasi dan penurunan kemurnian karena pemeliharaan yang bercampur dengan ayam buras lainnya (SULISTYONO, el al., 2005). Hal ini dapat mengakibatkan kepunahan bila tidak ditangani secara baik. Sampai saat ini pola pemeliharaan masih bersifat tradisional, seperti teknik pemberian pakan dan kandungan nutrisi dalam pakan yang belum sesuai perkembangan umur dan tujuan pemeliharaan serta program pencegahan dan pengobatan penyakit yang belum intensif. Permasalahan lain selain rendahnya mutu genetik ayam adalah tingginya harga pakan ayam yang disebabkan karena sebagian besar bahan baku dariransum jadi yang didatangkan dari luar negeri/impor (RESNAWATI, et al., 2000). Di lain pihak pakan merupakan salah satu input produksi yang penting karena merupakan biaya produksi terbesar yaitu mencapai hampir 80 persen dari semua input produksi peternakan. Selama ini peternak memberikan pakan seadanya seperti dedak dan sisa dapur, hanya sekali-sekali diberi pakan komersial, sehingga produktivitas dan pertumbuhan ayam yang dipelihara serta keuntungan yang diperoleh petani rendah. Untuk itu diperlukan sumber lain untuk alternatif pakan ayam Nunukan, karena ayam Nunukan dalam memanfaatkan pakan sangat bervariasi mulai dari hasil pertanian, limbah pertanian dan industri. Hasil samping perkebunan kelapa sawit yaitu solid sawit dan bungkil sawit diperkirakan dapat dijadikan pakan alternatif ayam Nunukan. Di samping ketersediaannya 114
Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam limbah sawit cukup tinggi serta kontinuitasnya akan memberikan nilai ekonomis yang tinggi terhadap usaha peternakan rakyat. Potensi limbah sawit sebagai pakan ayam Nunukan Tanaman sawit sudah dikenal sejak lama di Kalimantan Timur. Penanamannya juga telah sangat luas. Perkebunan sawit yang sangat luas ini akan memberikan limbah yang cukup berlimpah bagi peternakan. Produk samping yan dihasilkan sari tanaman yang sedang berproduksi adalah pelepah dan daun sedangkan produk samping yang berasal dari pengolahan buah kelapa sawit adalah berupa janjang kosong, serat perasan, lumpur sawit/ solid dan bungkil kelapa sawit. Semua produk samping perkebunan kelapa sawit dan pengolahan buah sawit dapat dimanfaatkan oleh ternak ruminansia. Penelitian pakan untuk ternak ruminansia juga sudah banyak dilakukan, sedangkan hal ini berlaku sebaliknya untuk ternak non ruminansia. Ayam Nunukan merupakan salah satu ternak non ruminansia yang sangat potensial menggunakan pakan dari produk samping pengolahan buah sawit antara lain solid dan bungkil inti sawit. Potensi limbah samping pengolahan buah kelapa sawit (solid dan bungkil inti sawit) ini sangat besar untuk pakan ayam Nunukan, karena kandungan nutrisi dari kedua macam limbah tersebut sangat tinggi. Penelitian mengenai pakan alternatif untuk ayam Nunukan ini sangat sedikit, sehingga diperlukan berbagai kajian tentang penggunaan pakan alternatif yang berbahan baku lokal untuk mengoptimalkan produktivitas ayam ini. Pada tahun 2005, BPTP Kalimantan Timur telah melakukan penelitian mengenai pakan alternatif berbahan baku lokal pada ayam Nunukan. Formulasi pakan yang telah digunakan tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Formulasi pakan alternatif dengan penggunaan bahan baku lokal.. No Komponen ransum Prosentase (%) 1. Jagung giling 52 2. Bekatul 15 3. Tepung kedelai 19 4. Tepungikan 6 5. Tepung daun gamal 4 6. Minyak kelapa sawit 1 7 Premix 1 8 Kapur 2 Sumber-sumber pakan alternatif ayam Nunukan tersebut berasal dari bahan baku lokal yang banyak terdapat di Kalimantan Timur seperti tepung ikan, tepung daun gamal serta bekatul. Tepung kedelai digunakan sebagai salah satu unsur pakan alternatif tersebut disebabkan ketersediaan bungkil kedelai sangat rendah. Hasil yang didapatkan dari penelitian pakan alternatif dengan formula yang tercantum pada Tabel 1, cukup menggembirakan seperti tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil pengamatan produktivitas ayam Nunukan Perlakuan (pakan) No. Parameter Pakan buras komersial (PI) Pakan petelur komersial (P2) Pakan alternatif (P3) 1. Konsumsi pakan (gr/ekor) 3.931,7 4.482,7 3.903,3 2. PBB (gr/ekor) 115,83' 130,24' 225,13c 3. Produksi telur (butir/ekor) 9,03 10,39 9,45 4. Berat telur (gr/ekor) 365,14 450,52 372,07 5. Berat telur (gr/butir) 41,02 40,92 42,26 6. Konversi pakan 8,22' 7,93ab 6,34' 7. Berat Badan akhir (gr/ekor) 1.536,67 1.581,67 1.549,17 Keterangan : Superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata Bungkil inti sawit dan solid sawit mempunyai potensi untuk pakan alternatif ayam Nunukan, karena komposisi nutrisinya hampir sama dengan bekatul, seperti tercantum pada Tabel 3. Komposisi nutrisi bungkil inti sawit dan lumpur sawit yang hampir sama tersebut 1 1 5
Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak berpotensi untuk menggantikan bekatul. Salah satu keuntungan yang didapat adalah pakan alternatif berbahan baku solid sawit ataupun bungkil inti sawit diperkirakan lebih murah karena harga bekatul di Kalimantan Timur cukup tinggi sekitar Rp. 1000-1500. Formulasi pakan yang mengandung solid sawit dan bungkil inti sawit tercantum pada Tabel 4 dan 5. Formulasi pakan tersebut mempunyai komposisi nutrien yang sama dengan formulasi pakan alternatif yang telah dicobakan pada ayam Nunukan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas ayam Nunukan. Penggunaan solid sawit dan bungkil inti sawit tidak boleh melebihi 10 persen (SINURAT, 2001). Hal ini disebabkan bungkil inti sawit dan solid sawit memiliki serat kasar yang cukup tinggi. Selain faktor protein kasar yang terdapat pada ransum, kandungan serat kasar juga ber-pengaruh terhadap pertambahan bobot badan. Kandungan serat kasar mempengaruhi daya cerna, sesuai pendapat FARRELL (1985) yang menyatakan bahwa pakan yang masuk ke dalam saluran pencernaan akan dilewatkan lebih cepat pada pakan yang mengandung serat kasar tinggi, sehingga proses pencernaan tidak sempurna. Tabel 3. Komposisi nutrisi bungkil inti sawit, lumpur sawit dan bekatul No. Uraian Bungkil Inti sawit Lumpur sawit Bekatul 1. Protein kasar 14,2 11,4 13,8 2. Protein sejati 13,59 10,94 - f 3. Lemak 9,6 10,40 14,1 4. Abu 3,5 28,65 11,7 5. Serat kasar 21,7 29,76 11,6 6. Kalsium 0,36 0,74 0,12 7. Fosfor 0,71 0,46 1,51 8. Gross energy 4408 3260 Sumber : * MATHIUS, et al., (2005) ** HARTADI, et al., (1993) Tabel 4. Alternatif formulasi pakan berbahan solid sawit No. Bahan pakan Formula I (%) Formula 2 (%) 1. Jagung 52 52 2. Bekatul 10 5 3 Tepung kedelai 19 19 4 Tepung ikan 6 6 5 Solid sawit 5 10 6 Tepung daun gamal 4 4 7 Minyak kelapa sawit I 1 9 Premix I 1 10. CaCO3 2 2 Total 100 100 Komposisi nutrisi pakan ME (Kkal) 3038,73 3184,70 Protein kasar (%) 17,6 17,7 Ca (%) 0,96 0,92 P (%) 0,20 0,22 Metionin (%) 0,313 0,32 Lemak (%) 7,4 7,43 SK (%) 5,43 6,35 1 1 6
Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak Tabel 5. Alternatif formulasi pakan berbahan bungkil inti sawit No. Bahan pakan Formula 1 (%) Formula 2 (%) I. Jagung 52 52 2. Bekatul 10 5 3 Tepung kedelai 19 19 4 Tepung ikan 6 6 5 Bungkil inti sawit 5 10 6 Tepung daun gamal 4 4 7 Minyak kelapa sawit I 1 9 Premix 1 1 10 CaC03 2 2 Total 100 100 Komposisi nutrien pakan ME (Kcal) 3038,73 3184,70 Protein kasar (%) 17,78 17,98 Ca (%) 0,94 0,92 P (%) 0,22 0,24 Metionin (%) 0,41 0,32 Lemak (%) 7,36 7,35 SK (%) 5,03 5,54 Tabel 6. Standar nasional Indonesia untuk pakan layer No. Uraian Komposisi I. Protein kasar Min 16 2. Lemak kasar Maks 7 3. Serat kasar Maks 7 4. Ca 3.25-4.25 5. P 0.6-1.2 Formulasi pakan yang berbahan baku solid sawit dan bungkil inti sawit yang tercantum pada Tabel 4 dan 5 hampir memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh SNI (label 6), sehingga layak diuji cobakan pada ayam Nunukan. Penggunaan solid sawit dan bungkil inti sawit ini diperkirakan dapat menghemat biaya pakan karena dapat mengurangi penggunaan bekatul (label 7). Penggunaan solid sawit dan bungkil inti sawit dapat mengurangi pengeluaran minimal 13,3-33,3%. Tabel 7. Analisis finansial penggunaan solid sawit dan bungkil inti sawit dibandingkan dengan penggunaan bekatul per 100 kg pakan No Uraian Formula Formula I Solid Formula If altematif sawit solid sawit Formula I BIS Formula II BIS 1. Bekatul 15 kg 10 kg 5 kg 10 kg 5 kg (Rp. 1000/kg) Rp 15.000 Rp.10000 Rp 5000 Rp.10000 Rp 5000 2. Solid sawit - 5 kg 10 kg - (Rp. 500/kg) Rp 2500 Rp 5000 3. BIS 5 kg 10 kg (Rp. 600/kg) Rp 3000 Rp. 6000 Total (Rp.) 15000 12500 10000 13000 11000 Penghematan (%) - 20 33,3 13,3 26,7 1 1 7
Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak KESIMPULAN Pakan alternatif yang berbahan baku solid sawit dan bungkil inti sawit dimungkinkan dapat meningkatkan produktivitas ayam Nunukan. Penggunaan solid sawit dan bungkil inti sawit dapat menghemat pengeluaran minimal 13,3-33,3%. Pakan alternatif berbahan baku limbah sawit ini perlu diujicobakan pada ayam Nunukan untuk diketahui respon pertumbuhannya. DAFTAR PUSTAKA CRESSWELL, D.C. dan GUNAWAN, B. 1982. Ayam lokal di Indonesia, Sifat-sifat produksi pada lingkungan yang baik. Balitnak Bogor. HARTADI H., S. REKSOHADIPRODJO, dan A.D. TILLMAN. 1993. Tabel komposisi pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. IRAWAN, A. 1996. Ayam-ayam pedaging unggul. Kiat beternak yang produktif dan berkualitas. CV. Aneka. Solo. MATHIUS, I-W., A.P. SINURAT, B.P. MANURUNG, D.M. SITOMPUL dan AzMI. 2005. Pemanfaatan produk fermentasi lumpur bungkil sebagai bahan pakan sapi potong. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor. RESNAWATI, H., A.G. NATAAMIJAYA, U. KUSNADI, H. HAMID, S. ISKANDAR dan SUGIYONO. 2000. Optimalisasi teknologi budidaya ternak ayam lokal penghasil daging dan telur. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor. SINURAT, A.P., I.A.K. BINTANG, T. PURWADARIA dan T. PASARIBU. 2001. Pemanfaatan lumpur sawit untuk ransum unggas : 2. lumpur sawit kering dan produkfermentasi sebagai bahan pakan itik jantan yang sedaang tumbuh. JITV vol (6) no (1). Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen PertaniPn. Bogor. P. 28-33 SULISTYONO, I., WAFIATININGSIH, N.R. BARIROH, dan KARSADI. 2005. Laporan Tahunan Pengkajian Budidaya Ayam Nunukan di Kalimantan Timur. BPTP Kalimantan Timur. Samarinda. 1 1 8