HUBUNGAN PENIMBANGAN BALITA BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) TERHADAP STATUS GIZI BADUTA BAWAH GARIS MERAH (BGM) (Relationship between weighing of Children Under Two Years (BADUTA) With Nutrition Status of Below The Red Line (BGM)) Eny Hastuti, Hesty Marlina Email : enyhastuti24@yahoo.co.id ABSTRACT Malnutrition is the most devastating problem currently happen the majority of the poor people in the world. Based on toddler weighing in Posyandu, found there are 26.518 malnutrition toddlers. Based on the data of Community Health Clinic East Martapura amount of toddlers below the red line (BGM) it is 258 toddlers or in precentase 10% in 2016. The weighing decreased in 2016 is 64,6% compared in 2015 is 69,8%. For know the relationship between weighing of Children Under Two Years (BADUTA) With Nutrition Status of Below The Red Line (BGM) In Community Health Clinic East Martapura Year 2016. For know the relationship between weighing of Children Under Two Years (BADUTA) With Nutrition Status of Below The Red Line (BGM) In Community Health Clinic East Martapura Year 2016. Used analitic survey with approach case control. The population in this research is 768 it is all children under two years in Community Health Clinic East Martapura 2016 and used total sampling technic, there are 51 toddlers below the red line (BGM) as case. There are 51 childrens under two years with categories age one years up to two years ago, it is used random sampling. The instrument of research used secunder data. The research used chi square test with value ρ<α=0,05. Showed that many childrens non-routine weighing, whose nutrition statuse is below under red line 37 (36,3%) compared with the routine weighing and not below under red line 35 (34,3%) withρ=0,000 <α= 0,05 and OR 5.781 (2.463-13.570). There is the relationship between weighing of Children Under Two Years (BADUTA) With Nutrition Status of Below The Red Line (BGM) In Community Health Clinic East Martapura Year 2016. Keywords: Nutrition Status Below the Red Line 17
rumah tangga adalah 76,2%. Presentase penimbangan 6 bulan terakhir umur 6-59 bulan sebesar 38,5%. Pada tahun 2010 balita dengan status gizi Bawah Garis Merah (BGM) di Kabupaten Banjar sebanyak 3,51% (Dinkes Prov Kalsel, 2012). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar 2015 tercatat ada 45.730 balita. Tercatat 69,8% balita yang ditimbang dengan jumlah balita sebanyak 31.938 balita. Sebanyak 1.973 balita berada pada Bawah Garis Merah (BGM) dengan presentase 6,2%. Balita BGM menurut jenis kelamin, ada 923 balita laki-laki dan 1.050 balita perempuan (Dinkes Kabupaten Banjar, 2015). Berdasarkan data Puskesmas Martapura Timur tahun 2015 ada sebanyak 1.153 Balita Bawah Dua Tahun (BADUTA) dan dan yang ditimbang 946 Baduta dengan jumlah BGM sebanyak 79 Baduta dan pada tahun 2016 ada senyak 768 Baduta dengan jumlah Baduta ditimbang sebanyak 567 Baduta dengan jumlah Baduta BGM sebanyak 51 Baduta. Pada tahun 2016 tercatat ada sebanyak 2.475 balita. Jumlah balita yang ditimbang yaitu sebanyak 1.599 balita atau 64% dan jumlah balita Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 258 balita atau dalam presentase yaitu 10% (Puskesmas Martapura Timur, 2016). PENDAHULUAN Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan daya tahan anak sehingga anak mudah sakit hingga berakibat pada kematian. Gizi buruk dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang lebih perlu diperhatikan adalah pada kelompok bayi dan balita (Depkes RI, 2014). Status gizi mempengaruhi orangorang di setiap negara. Sekitar 1,9 milyar di seluruh dunia mengalami kelebihan berat badan, sementara 462 juta kekurangan berat badan. Diperkirakan 41 juta anak di bawah 5 tahun kelebihan berat badan atau obesitas, sementara 159 juta terhambat dan 50 juta meninggal (WHO, 2016). Berdasarkan penimbangan balita di posyandu, ditemukan sebanyak 26.518 balita gizi buruk secara nasional. Kasus gizi buruk yang dimaksud ditentukan berdasarkan perhitungan berat badan berdasarkan tinggi badan balita Zscore <-3 standar deviasi (balita sangat kurus). Sedangkan menurut hasil Riskesdas 2013 prevalensi gizi sangat kurus pada balita sebesar 5,3%. Jika diestimasikan terhadap jumlah sasaran balita yang terdaftar di posyandu yang melapor sebanyak 21.436.940 balita, maka perkiraan jumlah balita gizi buruk (sangat kurus) sebanyak sekitar 1,1 juta jiwa (Depkes RI, 2015). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Kalimantan Selatan tahun 2007 prevalensi gizi buruk dan gizi kurang sebesar 26,6% (rentang 17-35%), prevalensi masalah pendek sebesar 41,8% (rentang 27,8-50,4%) dan prevalensi gizi sangat kurus pada balita masih cukup tinggi yaitu sebesar 7,8% (rentang 3,7-17,0%). Rata-rata konsumsi kalori di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 1532,2 kkal dan protein 58,7 gram. Kualitas konsumsi garam cukup iodium pada METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan menggunakan pendekatan case-control. Pada penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah untuk mengetahui Adakah Hubungan Penimbangan Balita dengan Status Gizi Balita Bawah Garis Merah Di Puskesmas Martapura Timur Tahun 2016. Populasi dari penelitian ini adalah 18
seluruh baduta di Puskesmas Berdasarkan tabel 2 didapatkan Martapura Timur pada tahun 2016 sebanyak 102 orang BADUTA yang yang berjumlah 768 baduta. Adapun BGM dan tidak BGM, BADUTA perbandingan case control adalah yang BGM sebanyak 51 orang 1:1. Sampel kasus ini adalah baduta (50,0%) dan yang tidak BGM bawah garis merah sebanyak 51 sebanyak 51 orang (50,0%). baduta di Puskesmas Martapura Timur Tahun 2016 dengan teknik total sampling. Sampel kasus ini adalah baduta tidak bawah garis merah sebanyak 51 baduta di Puskesmas Martapura Timur Tahun 2016 dengan teknik random sampling. Analisis data yang digunakan adalah uji chi-square. Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Martapura Timur pada bulan mei 2017 tahun 2017. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Univariat Berdasarkan hasil analisis univariat dihasilkan distribusi frekuensi dari variabel independen yaitu penimbangan baduta dan variabel dependen yaitu status baduta BGM. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penimbangan BADUTA No. Kategori Jumlah Presentase Penimbangan (N) (%) 1 Rutin 49 48,0 2 Tidak Rutin 53 52,0 Jumlah 102 100 Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa ada sebanyak 102 balita ditimbang, BADUTA ditimbang dengan frekuensi rutin sebanyak 49 orang (48,0%) dan BADUTA tidak ditimbang sebanyak 53 orang (52,0%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi BGM No. Status Gizi Jumlah Presentase (N) (%) 1 BGM 51 50,0% 2 Tidak 51 50,0% BGM Jumlah 102 100% Analisa Bivariat Tabel 3 Hubungan Penimbangan BADUTA dengan Status Gizi Baduta Bawah Garis Merah (BGM) Di Puskesmas Martapura Timur 2016 Penimbangan Status gizi BADUTA BGM Tidak BGM Total N % N % N % 37 36,3 16 15,7 53 52 Tidak Rutin Rutin 14 13,7 35 34,3 49 48 Jumlah 51 50,0 51 50,0 102 100 p-value = 0,000 OR (95% CI) = 5.781 (2.463-13.570) Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui BADUTA dengan penimbangan tidak rutin lebih banyak yang status gizinya dibawah garis merah (BGM) sebanyak 36,3%, dibandingkan dengan BADUTA yang penimbangannya rutin dan tidak BGM sebanyak 34,3%. Hasil uji chi-square didapatkan nilai p=0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Kriteria uji hubungan antara variabel penelitian berdasarkan nilai ρ yang dihasilkan dibandingkan dengan nilai kemaknaan yaitu α=0,05, bila nilai ρ<α=0,05 maka H 0 ditolak, H a diterima berarti ada hubungan yang bermakna antara penimbangan baduta dengan status gizi bawah garis merah di Puskesmas Martapura Timur 2016 dengan nilai Odds Ratio (OR) 5,781 yang artinya 19
menimbulkan gizi kurang atau gizi buruk hingga kematian. Penelitian Ababa (2013) juga mengatakan bahwa malnutrisi anak juga dapat menyebabkan tingkat yang lebih tinggi dari penyakit kronis dan cacat dalam kehidupan dewasa yang mungkin memiliki efek antar generasi sebagai perempuan kurang gizi lebih mungkin untuk melahirkan bayi berat badan rendah. BADUTA yang tidak rutin ditimbang mempunyai resiko mengalami BGM karena tidak terpantaunya tubuh tumbuh kembang. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Penimbangan BADUTA Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa ada sebanyak 102 balita ditimbang, BADUTA ditimbang dengan frekuensi rutin sebanyak 49 orang (48,0%) dan BADUTA tidak ditimbang sebanyak 53 orang (52,0%). Sesuai dengan data puskesmas yaitu lebih banyak balita tidak ditimbang dibandingkan balita yang ditimbang secara rutin dalam artian selama satu bulan sekali rutin melakukan penimbangan berat badan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Setyowati (2005) yang mengatakan bahwa penimbangan anak balita yang dilakukan tiap bulan (growth monitoring) merupakan salah satu kegiatan yang vital dalam pemantauan status kesehatan dan gizi. Penimbangan bulanan yang teratur dapat diketahui growth faltering lebih awal sehingga dapat dilakukan growth promotion untuk mencegah kejadian gizi kurang dan gizi buruk lebih dini. 2. Status Gizi BGM Berdasarkan tabel 2 didapatkan sebanyak 102 orang BADUTA yang BGM dan tidak BGM, BADUTA yang BGM sebanyak 51 orang (50,0%) dan yang tidak BGM sebanyak 51 orang (50,0%). Jumlah BADUTA BGM masih tergolong banyak karena masih belum memenuhi target yaitu <10% dan dalam kurun waktu satu tahun pada 2016 ditemukan sebanyak 51 BADUTA yang berada di bawah garis merah atau sekitar 10%, dalam pemenuhan kebutuhan gizi masih banyak balita yang belum terpenuhi kebutuhan gizinya sehingga jika tidak segera ditangani akan 3. Hubungan Penimbangan BADUTA dengan Status Gizi Bawah Garis Merah di Puskesmas Martapura Timur 2016 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui BADUTA dengan penimbangan tidak rutin lebih banyak yang status gizinya dibawah garis merah (BGM) sebanyak 36,3%, dibandingkan dengan BADUTA yang penimbangannya rutin dan tidak BGM sebanyak 34,3%. Hasil uji chi square didapatkan nilai p=0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Kriteria uji hubungan antara variabel penelitian berdasarkan nilai ρ yang dihasilkan dibandingkan dengan nilai kemaknaan yaitu α=0,05, bila nilai ρ<α=0,05 maka H 0 ditolak, H a diterima berarti ada hubungan yang bermakna antara penimbangan baduta dengan status gizi bawah garis merah di Puskesmas Martapura Timur 2016 dengan nilai Odds Ratio (OR) 5,781 yang artinya BADUTA yang tidak rutin ditimbang mempunyai resiko mengalami BGM karena tidak terpantaunya tubuh tumbuh kembang Berdasarkan penelitian yang dilakukan Reihana (2016) yang juga mengatakan bahwa balita dengan status gizi Bawah Garis Merah (BGM) adalah penyebab utama status gizi buruk. Bawah Garis Merah (BGM) adalah kondisi dimana balita beratnya berada di bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Prevalensi status gizi 20
BADUTA yang BGM dan tidak BGM, BADUTA yang BGM sebanyak 51 orang (50,0%) dan yang tidak BGM sebanyak 51 orang (50,0%). 3. Ada hubungan penimbangan BADUTA dengan status gizi BADUTA Bawah Garis Merah (BGM) di Puskesmas Martapura Timur Tahun 2016 dengan nilai ρ = 0.00< 0,05. dikaitkan dengan tingginya kematian bayi dan angka kematian balita. Menurut Sugiyarti (2014) pada penelitiannya dikatakan bahwa penimbangan balita di posyandu merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan imunisasi serta prevalensi gizi kurang. Ibu yang tidak aktif berkunjung ke posyandu mengakibatkan ibu kurang mendapatkan informasi mengenai pentingnya status gizi balita, tidak mendapat dukungan dan dorongan dari petugas kesehatan apabila ibu mempunyai permasalahan kesehatan pada balitanya, serta pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita yang tidak dapat terpantau secara optimal, karena pemantauan pertumbuhan balita dapat dipantau melalui Kartu Menuju Sehat (KMS).KMS juga berfungsi untuk menilai status gizi bayi. Kegiatan posyandu salah satunya adalah menimbang bayi, kemudian diikuti dengan pengisian KMS berdasarkan berat badan dengan umur sehingga dapat diketahui dengan segera bila terdapat kelainan atau ketidaksesuaian dengan gerak pertumbuhan pada KMS. IMPLIKASI Dari penelitian Hubungan Penimbangan BADUTA dengan Status Gizi Baduta Bawah Garis Merah di Puskesmas Martapura Timur Tahun 2016 yang berjumlah 102 BADUTA sebagai sampel didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Penimbangan BADUTA di Puskesmas Martapura Timur Tahun 2016 adalah sebanyak 102 balita ditimbang, BADUTA ditimbang dengan frekuensi rutin sebanyak 49 orang (48,0%) dan BADUTA tidak ditimbang sebanyak 53 orang (52,0%). 2. Status gizi BADUTA BGM di Puskesmas Martapura Timur Tahun 2016 sebanyak 102 orang DAFTAR PUSTAKA Ababa, A. 2013. Determinants of Child Malnutrition: Empirical Evidence from Kombolcha District of Eastern Hararghe Zone, Ethiopia dalam Quarterly Journal of International Agriculture 52 (2013), No. 4: 357-372. Departemen Kesehatan RI, 2014. Profil Kesehatan Indonesia. Indonesia. Kemenkes. Departemen Kesehatan RI, 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Indonesia. Kemenkes. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Banjar. Banjar. Dinkes Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin. Dinkes Puskesmas Martapura Timur. 2016. Register Data Balita Tahun 2016. Banjar: Puskesmas Sugiyati, R. 2014. Kepatuhan Kunjungan Posyandu dan Status Gizi Balita di Posyandu Karangbendo Banguntapan, Bantul, Yogyakarta dalam ISSN2354-7642 Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia Journal Ners And Midwifery Indonesia WHO. 2016. What is Malnutrition? dalam http://www.who.int/features/qa /malnutrition/en/ diakses 21
tanggal 24 Maret 2017, Pukul 12.12 WITA 22