Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

dokumen-dokumen yang mirip
Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

FREKUENSI PENIMBANGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

Kepatuhan Kunjungan Posyandu dan Status Gizi Balita di Posyandu Karangbendo Banguntapan, Bantul, Yogyakarta

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1


BAB I PENDAHULUAN. digambarkan oleh pita warna hijau muda sampai hijau tua.

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI IBU MENGIKUTI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA MULUR RT 03/VI BENDOSARI SUKOHARJO

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI KEC. RATU SAMBAN KOTA BENGKULU. Zulkarnain

ABSTRAK DESTIANA SUPARDI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN DAN KESEHATAN 2016

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian terhadap Hubungan Penyuluhan Ibu

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN IMBALAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI KECAMATAN MODOINDING KABUPATEN MINAHASA SELATAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO SUHUFIL ULA NIM:

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELAWANG.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

EFEKTIVITAS PROGRAM PMT PEMULIHAN TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN PADA BALITA STATUS GIZI BURUK DI KABUPATEN BANYUMAS

KETERATURAN IBU KE POSYANDU DENGAN KEMAMPUAN IBU MENILAI STATUS GIZI BALITA DI DESA SIDOREJO KECAMATAN SUGIO KABUPATEN LAMONGAN

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

Jurnal Darul Azhar Vol 4, No.1 Agustus 2017 Januari 2018 : 21-28

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOKOAU TAHUN 2015

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

GAMBARAN PEMANFAATAN KMS OLEH KADER POSYANDU BALITA SEHAT DI DUSUN BEDOYO KIDUL,DESA BEDOYO, KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA

GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGOLAHAN MAKANAN DENGAN STATUS GIZI BALITA

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Balita di Posyandu Desa Bulak Lor Wilayah Kerja Puskesmas Jatibarang

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

HUBUNGAN PEMANFAATAN POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KECAMATAN KOTA JANTHO

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

HUBUNGAN PELAKSANAAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DENGAN STATUS GIZI ANAK 1-4 TAHUN

GAMBARAN TINGKAT PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PENIMBANGAN ANAK USIA 0-5

Kata Kunci : Pola Asuh Ibu, Status Gizi Anak Balita

ENERGI DARI SUSU BERDASARKAN STATUS KEGEMUKAN PADA BALITA USIA BULAN

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

HUBUNGAN RIWAYAT ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 7-36 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS GONDOKUSUMAN I TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Balita BGM di Desa Karangpasar Wilayah Kerja Puskesmas Tegowanu

Gambaran Tinggi Badan Anak Umur 0-36 Bulan Di Desa Banyu Irang Kecamatan Bati Bati Kabupaten Tanah Laut Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

S. Hindu Mathi 1, Heru Santosa 2, Maya Fitria 2. Abstract

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

Keywords : diarrhea, zinc, diarrhea

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR ANAK DAN POLA ASUH IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

ABSTRAK. Kata Kunci : Pengetahuan Ibu Balita, Sikap Ibu Balita, Status Pekerjaan Ibu Balita, Frekuensi Penimbangan Balita.

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Penatih Dangin Puri

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

Transkripsi:

HUBUNGAN PENIMBANGAN BALITA BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) TERHADAP STATUS GIZI BADUTA BAWAH GARIS MERAH (BGM) (Relationship between weighing of Children Under Two Years (BADUTA) With Nutrition Status of Below The Red Line (BGM)) Eny Hastuti, Hesty Marlina Email : enyhastuti24@yahoo.co.id ABSTRACT Malnutrition is the most devastating problem currently happen the majority of the poor people in the world. Based on toddler weighing in Posyandu, found there are 26.518 malnutrition toddlers. Based on the data of Community Health Clinic East Martapura amount of toddlers below the red line (BGM) it is 258 toddlers or in precentase 10% in 2016. The weighing decreased in 2016 is 64,6% compared in 2015 is 69,8%. For know the relationship between weighing of Children Under Two Years (BADUTA) With Nutrition Status of Below The Red Line (BGM) In Community Health Clinic East Martapura Year 2016. For know the relationship between weighing of Children Under Two Years (BADUTA) With Nutrition Status of Below The Red Line (BGM) In Community Health Clinic East Martapura Year 2016. Used analitic survey with approach case control. The population in this research is 768 it is all children under two years in Community Health Clinic East Martapura 2016 and used total sampling technic, there are 51 toddlers below the red line (BGM) as case. There are 51 childrens under two years with categories age one years up to two years ago, it is used random sampling. The instrument of research used secunder data. The research used chi square test with value ρ<α=0,05. Showed that many childrens non-routine weighing, whose nutrition statuse is below under red line 37 (36,3%) compared with the routine weighing and not below under red line 35 (34,3%) withρ=0,000 <α= 0,05 and OR 5.781 (2.463-13.570). There is the relationship between weighing of Children Under Two Years (BADUTA) With Nutrition Status of Below The Red Line (BGM) In Community Health Clinic East Martapura Year 2016. Keywords: Nutrition Status Below the Red Line 17

rumah tangga adalah 76,2%. Presentase penimbangan 6 bulan terakhir umur 6-59 bulan sebesar 38,5%. Pada tahun 2010 balita dengan status gizi Bawah Garis Merah (BGM) di Kabupaten Banjar sebanyak 3,51% (Dinkes Prov Kalsel, 2012). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar 2015 tercatat ada 45.730 balita. Tercatat 69,8% balita yang ditimbang dengan jumlah balita sebanyak 31.938 balita. Sebanyak 1.973 balita berada pada Bawah Garis Merah (BGM) dengan presentase 6,2%. Balita BGM menurut jenis kelamin, ada 923 balita laki-laki dan 1.050 balita perempuan (Dinkes Kabupaten Banjar, 2015). Berdasarkan data Puskesmas Martapura Timur tahun 2015 ada sebanyak 1.153 Balita Bawah Dua Tahun (BADUTA) dan dan yang ditimbang 946 Baduta dengan jumlah BGM sebanyak 79 Baduta dan pada tahun 2016 ada senyak 768 Baduta dengan jumlah Baduta ditimbang sebanyak 567 Baduta dengan jumlah Baduta BGM sebanyak 51 Baduta. Pada tahun 2016 tercatat ada sebanyak 2.475 balita. Jumlah balita yang ditimbang yaitu sebanyak 1.599 balita atau 64% dan jumlah balita Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 258 balita atau dalam presentase yaitu 10% (Puskesmas Martapura Timur, 2016). PENDAHULUAN Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan daya tahan anak sehingga anak mudah sakit hingga berakibat pada kematian. Gizi buruk dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang lebih perlu diperhatikan adalah pada kelompok bayi dan balita (Depkes RI, 2014). Status gizi mempengaruhi orangorang di setiap negara. Sekitar 1,9 milyar di seluruh dunia mengalami kelebihan berat badan, sementara 462 juta kekurangan berat badan. Diperkirakan 41 juta anak di bawah 5 tahun kelebihan berat badan atau obesitas, sementara 159 juta terhambat dan 50 juta meninggal (WHO, 2016). Berdasarkan penimbangan balita di posyandu, ditemukan sebanyak 26.518 balita gizi buruk secara nasional. Kasus gizi buruk yang dimaksud ditentukan berdasarkan perhitungan berat badan berdasarkan tinggi badan balita Zscore <-3 standar deviasi (balita sangat kurus). Sedangkan menurut hasil Riskesdas 2013 prevalensi gizi sangat kurus pada balita sebesar 5,3%. Jika diestimasikan terhadap jumlah sasaran balita yang terdaftar di posyandu yang melapor sebanyak 21.436.940 balita, maka perkiraan jumlah balita gizi buruk (sangat kurus) sebanyak sekitar 1,1 juta jiwa (Depkes RI, 2015). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Kalimantan Selatan tahun 2007 prevalensi gizi buruk dan gizi kurang sebesar 26,6% (rentang 17-35%), prevalensi masalah pendek sebesar 41,8% (rentang 27,8-50,4%) dan prevalensi gizi sangat kurus pada balita masih cukup tinggi yaitu sebesar 7,8% (rentang 3,7-17,0%). Rata-rata konsumsi kalori di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 1532,2 kkal dan protein 58,7 gram. Kualitas konsumsi garam cukup iodium pada METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan menggunakan pendekatan case-control. Pada penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah untuk mengetahui Adakah Hubungan Penimbangan Balita dengan Status Gizi Balita Bawah Garis Merah Di Puskesmas Martapura Timur Tahun 2016. Populasi dari penelitian ini adalah 18

seluruh baduta di Puskesmas Berdasarkan tabel 2 didapatkan Martapura Timur pada tahun 2016 sebanyak 102 orang BADUTA yang yang berjumlah 768 baduta. Adapun BGM dan tidak BGM, BADUTA perbandingan case control adalah yang BGM sebanyak 51 orang 1:1. Sampel kasus ini adalah baduta (50,0%) dan yang tidak BGM bawah garis merah sebanyak 51 sebanyak 51 orang (50,0%). baduta di Puskesmas Martapura Timur Tahun 2016 dengan teknik total sampling. Sampel kasus ini adalah baduta tidak bawah garis merah sebanyak 51 baduta di Puskesmas Martapura Timur Tahun 2016 dengan teknik random sampling. Analisis data yang digunakan adalah uji chi-square. Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Martapura Timur pada bulan mei 2017 tahun 2017. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Univariat Berdasarkan hasil analisis univariat dihasilkan distribusi frekuensi dari variabel independen yaitu penimbangan baduta dan variabel dependen yaitu status baduta BGM. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penimbangan BADUTA No. Kategori Jumlah Presentase Penimbangan (N) (%) 1 Rutin 49 48,0 2 Tidak Rutin 53 52,0 Jumlah 102 100 Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa ada sebanyak 102 balita ditimbang, BADUTA ditimbang dengan frekuensi rutin sebanyak 49 orang (48,0%) dan BADUTA tidak ditimbang sebanyak 53 orang (52,0%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi BGM No. Status Gizi Jumlah Presentase (N) (%) 1 BGM 51 50,0% 2 Tidak 51 50,0% BGM Jumlah 102 100% Analisa Bivariat Tabel 3 Hubungan Penimbangan BADUTA dengan Status Gizi Baduta Bawah Garis Merah (BGM) Di Puskesmas Martapura Timur 2016 Penimbangan Status gizi BADUTA BGM Tidak BGM Total N % N % N % 37 36,3 16 15,7 53 52 Tidak Rutin Rutin 14 13,7 35 34,3 49 48 Jumlah 51 50,0 51 50,0 102 100 p-value = 0,000 OR (95% CI) = 5.781 (2.463-13.570) Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui BADUTA dengan penimbangan tidak rutin lebih banyak yang status gizinya dibawah garis merah (BGM) sebanyak 36,3%, dibandingkan dengan BADUTA yang penimbangannya rutin dan tidak BGM sebanyak 34,3%. Hasil uji chi-square didapatkan nilai p=0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Kriteria uji hubungan antara variabel penelitian berdasarkan nilai ρ yang dihasilkan dibandingkan dengan nilai kemaknaan yaitu α=0,05, bila nilai ρ<α=0,05 maka H 0 ditolak, H a diterima berarti ada hubungan yang bermakna antara penimbangan baduta dengan status gizi bawah garis merah di Puskesmas Martapura Timur 2016 dengan nilai Odds Ratio (OR) 5,781 yang artinya 19

menimbulkan gizi kurang atau gizi buruk hingga kematian. Penelitian Ababa (2013) juga mengatakan bahwa malnutrisi anak juga dapat menyebabkan tingkat yang lebih tinggi dari penyakit kronis dan cacat dalam kehidupan dewasa yang mungkin memiliki efek antar generasi sebagai perempuan kurang gizi lebih mungkin untuk melahirkan bayi berat badan rendah. BADUTA yang tidak rutin ditimbang mempunyai resiko mengalami BGM karena tidak terpantaunya tubuh tumbuh kembang. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Penimbangan BADUTA Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa ada sebanyak 102 balita ditimbang, BADUTA ditimbang dengan frekuensi rutin sebanyak 49 orang (48,0%) dan BADUTA tidak ditimbang sebanyak 53 orang (52,0%). Sesuai dengan data puskesmas yaitu lebih banyak balita tidak ditimbang dibandingkan balita yang ditimbang secara rutin dalam artian selama satu bulan sekali rutin melakukan penimbangan berat badan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Setyowati (2005) yang mengatakan bahwa penimbangan anak balita yang dilakukan tiap bulan (growth monitoring) merupakan salah satu kegiatan yang vital dalam pemantauan status kesehatan dan gizi. Penimbangan bulanan yang teratur dapat diketahui growth faltering lebih awal sehingga dapat dilakukan growth promotion untuk mencegah kejadian gizi kurang dan gizi buruk lebih dini. 2. Status Gizi BGM Berdasarkan tabel 2 didapatkan sebanyak 102 orang BADUTA yang BGM dan tidak BGM, BADUTA yang BGM sebanyak 51 orang (50,0%) dan yang tidak BGM sebanyak 51 orang (50,0%). Jumlah BADUTA BGM masih tergolong banyak karena masih belum memenuhi target yaitu <10% dan dalam kurun waktu satu tahun pada 2016 ditemukan sebanyak 51 BADUTA yang berada di bawah garis merah atau sekitar 10%, dalam pemenuhan kebutuhan gizi masih banyak balita yang belum terpenuhi kebutuhan gizinya sehingga jika tidak segera ditangani akan 3. Hubungan Penimbangan BADUTA dengan Status Gizi Bawah Garis Merah di Puskesmas Martapura Timur 2016 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui BADUTA dengan penimbangan tidak rutin lebih banyak yang status gizinya dibawah garis merah (BGM) sebanyak 36,3%, dibandingkan dengan BADUTA yang penimbangannya rutin dan tidak BGM sebanyak 34,3%. Hasil uji chi square didapatkan nilai p=0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Kriteria uji hubungan antara variabel penelitian berdasarkan nilai ρ yang dihasilkan dibandingkan dengan nilai kemaknaan yaitu α=0,05, bila nilai ρ<α=0,05 maka H 0 ditolak, H a diterima berarti ada hubungan yang bermakna antara penimbangan baduta dengan status gizi bawah garis merah di Puskesmas Martapura Timur 2016 dengan nilai Odds Ratio (OR) 5,781 yang artinya BADUTA yang tidak rutin ditimbang mempunyai resiko mengalami BGM karena tidak terpantaunya tubuh tumbuh kembang Berdasarkan penelitian yang dilakukan Reihana (2016) yang juga mengatakan bahwa balita dengan status gizi Bawah Garis Merah (BGM) adalah penyebab utama status gizi buruk. Bawah Garis Merah (BGM) adalah kondisi dimana balita beratnya berada di bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Prevalensi status gizi 20

BADUTA yang BGM dan tidak BGM, BADUTA yang BGM sebanyak 51 orang (50,0%) dan yang tidak BGM sebanyak 51 orang (50,0%). 3. Ada hubungan penimbangan BADUTA dengan status gizi BADUTA Bawah Garis Merah (BGM) di Puskesmas Martapura Timur Tahun 2016 dengan nilai ρ = 0.00< 0,05. dikaitkan dengan tingginya kematian bayi dan angka kematian balita. Menurut Sugiyarti (2014) pada penelitiannya dikatakan bahwa penimbangan balita di posyandu merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan imunisasi serta prevalensi gizi kurang. Ibu yang tidak aktif berkunjung ke posyandu mengakibatkan ibu kurang mendapatkan informasi mengenai pentingnya status gizi balita, tidak mendapat dukungan dan dorongan dari petugas kesehatan apabila ibu mempunyai permasalahan kesehatan pada balitanya, serta pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita yang tidak dapat terpantau secara optimal, karena pemantauan pertumbuhan balita dapat dipantau melalui Kartu Menuju Sehat (KMS).KMS juga berfungsi untuk menilai status gizi bayi. Kegiatan posyandu salah satunya adalah menimbang bayi, kemudian diikuti dengan pengisian KMS berdasarkan berat badan dengan umur sehingga dapat diketahui dengan segera bila terdapat kelainan atau ketidaksesuaian dengan gerak pertumbuhan pada KMS. IMPLIKASI Dari penelitian Hubungan Penimbangan BADUTA dengan Status Gizi Baduta Bawah Garis Merah di Puskesmas Martapura Timur Tahun 2016 yang berjumlah 102 BADUTA sebagai sampel didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Penimbangan BADUTA di Puskesmas Martapura Timur Tahun 2016 adalah sebanyak 102 balita ditimbang, BADUTA ditimbang dengan frekuensi rutin sebanyak 49 orang (48,0%) dan BADUTA tidak ditimbang sebanyak 53 orang (52,0%). 2. Status gizi BADUTA BGM di Puskesmas Martapura Timur Tahun 2016 sebanyak 102 orang DAFTAR PUSTAKA Ababa, A. 2013. Determinants of Child Malnutrition: Empirical Evidence from Kombolcha District of Eastern Hararghe Zone, Ethiopia dalam Quarterly Journal of International Agriculture 52 (2013), No. 4: 357-372. Departemen Kesehatan RI, 2014. Profil Kesehatan Indonesia. Indonesia. Kemenkes. Departemen Kesehatan RI, 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Indonesia. Kemenkes. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Banjar. Banjar. Dinkes Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin. Dinkes Puskesmas Martapura Timur. 2016. Register Data Balita Tahun 2016. Banjar: Puskesmas Sugiyati, R. 2014. Kepatuhan Kunjungan Posyandu dan Status Gizi Balita di Posyandu Karangbendo Banguntapan, Bantul, Yogyakarta dalam ISSN2354-7642 Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia Journal Ners And Midwifery Indonesia WHO. 2016. What is Malnutrition? dalam http://www.who.int/features/qa /malnutrition/en/ diakses 21

tanggal 24 Maret 2017, Pukul 12.12 WITA 22