SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA KORUPSI (19)

dokumen-dokumen yang mirip
SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA NARKOTIKA (20)

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA PERBANKAN (14)

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA KEJAHATAN ANTAR WILAYAH (12)

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA PERTAMBANGAN (27)

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA KEAMANAN NEGARA DAN SEPARATIS (08)

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR SKEMA SERTIFIKASI PETUGAS PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KLASTER PELAKSANA PEMBERDAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT DOMPET DHUAFA Madya 2

SKEMA SERTIFIKASI UNIT KOMPETENSI BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi Manajer Energi

LSP Teknologi Informasi Indonesia

LSP Teknologi Informasi Indonesia

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi AUDITOR Energi

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

SKEMA SERTIFIKASI UNIT KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SUPERVISI KONSTRUKSI PEMBANGKIT

SKEMA SERTIFIKASI DIREKTUR TINGKAT 1 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

SKEMA SERTIFIKASI KLASTER KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SUPERVISI KONSTRUKSI TRANSMISI/JARINGAN

SKEMA SERTIFIKASI UNIT KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SUPERVISI KONSTRUKSI PEMBANGKIT

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

SUPERVISOR PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT LEVEL BIDANG BISNIS KONVENSI

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PEMELIHARAAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

SUB BIDANG BATUBARA. 1. Latar Belakang 1.1 Personel pengujian kualitas batubara harus memiliki sertifikat kompetensi

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN SUB BIDANG PDKB GI / GITET

SUB BIDANG BATUBARA. 1. Latar Belakang 1.1 Personel pengujian kualitas batubara harus memiliki sertifikat kompetensi

MANAJER PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PROSES SERTIFIKASI

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

JUDUL SKEMA: PENGEMBANG APLIKASI WEB

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN SUB BIDANG PDKB GI / GITET

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK JALAN

S O P PEMBERIAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

SKEMA SERTIFIKASI Analisa Laboratorium Kimia

WALIKOTA MAKASSAR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN SUB BIDANG PDKB GI / GITET

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

SKEMA SERTIFIKASI AHLI KESELAMATAN JALAN

SKEMA SERTIFIKASI KLASTER KOMPETENSI BIDANG DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PELAYANAN TEKNIK

SKEMA SERTIFIKASI KLASTER KOMPETENSI BIDANG DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PELAYANAN TEKNIK

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK LANSEKAP

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK TEROWONGAN

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI TEKNISI PEMBESARAN UDANG

PANDUAN UJI KOMPETENSI

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG SERTIFIKASI AMIL ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pertama : Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi ini merupakan acuan bagi Lembaga Sertifikasi Profesi untuk pembentukan tempat uji kompetensi.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG

BAB I P E N D A H U L U A N

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERLUASAN DAN PENGURANGAN RUANG LINGKUP SERTIFIKASI

PANDUAN UJI KOMPETENSI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG

PANDUAN UJI KOMPETENSI

{B,NSP. [rs 028) SKEMA SERTIFIKASI PETAKSANA LAPANGAN PEKERIAAN JATAN RIST KDIKTI 20L6 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAIUAT

PANDUAN MUTU 1. RUANG LINGKUP

2016, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketujuh Belas atas Peraturan Pemer

MEMUTUSKTKN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA TERAMPIL. BAB I KETENTUAN UMUM

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

PANDUAN UJI KOMPETENSI

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KLASTER PELAYANAN PERAWATAN MEDIKAL BEDAH DOMPET DHUAFA

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

MEMUTUSKAN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA AHLI. BAB I KETENTUAN UMUM.

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SUB KONTRAK ASESOR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PANDUAN UJI KOMPETENSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK

SKEMA SERTIFIKASI FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL SUB BIDANG SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS JENJANG KOMPETENSI OPERATOR 2018

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PANDUAN UJI KOMPETENSI

PANDUAN UJI KOMPETENSI

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SKEMA SERTIFIKASI RUANG LINGKUP PEREKAM MEDIS LSP BIDANG KETEKNISIAN MEDIK SNI ISO/IEC : 2012

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. ==================================== Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi Cabang (LSP Cabang)

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PANDUAN UJI KOMPETENSI

TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

PERATURAN KEPALA BADAN RESERSE KRIMINAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Akreditasi Lembaga Pelatihan Kerja; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentan

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013

2017, No Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 324, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5793); MEMUTUSK

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

Transkripsi:

MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA KORUPSI (19) JAKARTA, 21 MARET 2016 1

MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA KORUPSI Disusun berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Organisasi padatingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia yang memberikan tugas dan wewenang kepada Ka LSP Polri untuk melaksanakan sertifikasi Penyidik dan Penyidik Pembantu Tindak Pidana Korupsi. Skema ini dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan sertifikasi profesi Penyidik dan Penyidik Pembantu di bidang Tindak Pidana Korupsi. Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : Maret 2016 KEPALA BADAN RESERSE KRIMINAL POLRI Disahkan di : Jakarta pada tanggal : Maret 2016 KA LSP POLRI Dr. ANANG ISKANDAR, S.I.K., S.H., M.H. KOMISARIS JENDERAL POLISI Drs. FIANDAR KOMISARIS BESAR POLISI NRP 63050899 Menyetujui, a.n. KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KALEMDIKLAT Drs. SYAFRUDDIN, M.Si. KOMISARIS JENDERAL POLISI Nomor Dokumen : Nomor Salinan : Status Distribusi : Terkendali Takterkendali Konseptor: 1. Kasubbag Sertifikasi: 2. Paurmin LSP Polri :. 2

1. LATAR BELAKANG Kepastian hukum yang biasanya dipertentangkan dengan keadilan, sesungguhnya mengandung unsur keadilan itu sendiri. Dalam proses penegakan hukum di Indonesia tentunya sudah seharusnya searah dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai hukum yang berlaku di Indonesia, yaitu yang terdapat dalam Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 (selanjutnya disingkat UUD 1945). Dalam proses penegakan hukum dengan memperhatikan ekonomi kerakyatan dan turut menciptakan ketertiban dunia serta perdamaian abadi, khususnya dalam penyelidikan dan penyidikan di bidang tindak pidana korupsi. Kewenangan dan wewenang Penyidik membawa konsekuensi pada prinsip Negara Hukum, yaitu Negara memerlukan suatu lembaga yang dibebani tugas untuk menegakkan hukum dimaksud, agar hukum tetap dihormati dan dipatuhi oleh masyarakat. Fungsi penegakan hukum secara universal adalah menjamin ditaatinya norma-norma yang berlaku sehingga masyarakat menjadi tentram, terjaga dari segala ancaman dan gangguan yang datangnya dari masyarakat sendiri. Konsep dasarnya adalah segala kesulitan yang dirasakan oleh masyarakat, maka masyarakat berhak menuntut kepada penyelenggara keamanan dan ketertiban umum, sebagai tanggungjawab pemerintah.semua ini ditujukan dalam rangka menjamin keamanan, ketertiban dan ketentraman bagi masyarakat, sehingga pada gilirannya dapat menjamin kelangsungan/kelestarian masyarakat dalam negara. Wewenang Penyidik dan Penyidik Pembantu dalam tindak pidana korupsi adalah melakukan penyelidikan berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) huruf a KUHAP dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), dan ayat (2) KUHAP. Hal ini memberikan makna bahwa tugas dan wewenang Penyelidik dan Penyidik untuk melakukan tindakan hukum berdasarkan ketentuan undang-undang merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang Penyelidik dan Penyidik. Wewenang pada pasal di atas sebagai bagian tugas dari penegak hukum yang mengandung makna adanya norma perintah. Makna norma perintah tersebut implikasi hukumnya adalah bersifat harus/wajib dipatuhi, jika tidak dipatuhi maka akan menimbulkan sanksi hukum. Hanya saja sanksi hukumnya tidak jelas jika tidak dipatuhinya perintah undang-undang tersebut, yaitu Pasal 18 ayat (1) UU RI Nomor: 2 Tahun 2002 3

tentang Kepolisian Negara RI yang menyatakan bahwa guna kepentingan umum, pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri, dalam Pasal 18 ayat (2) UU RI Nomor 2 Tahun 2002 hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundangundangan, serta Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Artinya, alat ukur untuk kewenangan sebagai Penyidik dan Penyidik Pembantu dalam bertindak harus mempunyai sertifikasi sebagai Penyidik dan Penyidik Pembantu. Oleh karena itu, perlu disusun Skema Sertifikasi Penyidik atau Penyidik pembantu dengan bidang tugas penyidikan tindak pidana korupsi. Skema sertifikasi ini akan dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan sertifikasi kompetensi Penyidik atau Penyidik pembantu. 4

2. RUANG LINGKUP SKEMA SERTIFIKASI Ruang lingkup Skema Sertifikasi Penyidik atau penyidik pembantu ini meliputi Penyidik/Penyidik Pembantu Tindak Pidana Korupsi yang berisi persyaratan proses sertifikasi sebagai berikut: a. Metode penilaian untuk sertifikasi awal dan sertifikasi ulang b. Kriteria untuk sertifikasi awal dan sertifikasi ulang c. Kriteria untuk pembekuan dan pencabutan sertifikat 3. TUJUAN SERTIFIKASI 3.1. Untuk organisasi 3.1.1. Membantu organisasi meyakinkan kepada stakeholder bahwa pelaksanaan tugas organisasi dilaksanakan oleh tenaga-tenaga yang kompeten. 3.1.2. Memastikan organisasi mendapatkan personil yang kompeten. 3.1.3. Memastikan dan meningkatkan produktivitas kerja. 3.2. Untuk personel 3.2.1. Membantu personel meyakinkan kepada organisasi/stakeholder bahwa dirinya kompeten dalam bekerja. 3.2.2. Membantu memastikan dan memelihara kompetensi kerja untuk meningkatkan percaya diri personel. 3.2.3. Membantu personel dalam mengukur tingkat pencapaian kompetensi kerja dalam pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan Tindak Pidana Korupsi. 3.2.4. Membantu personel dalam memenuhi persyaratan regulasi. 3.2.5. Membantu pengakuan kompetensi kerja lintas sektoral. 3.2.6. memberikan legitimasi bagi personel yang ditunjuk dalam pelaksanaan tugas sebagai penyidik dan penyidik pembantu Tindak Pidana Korupsi. 5

4. ACUAN NORMATIF 4.1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1946 tentang KUHP; 4.2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana; 4.3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah Undan- Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; 4.4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia; 4.5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Keuangan Negara; 4.6. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang TPPU; 4.7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian; 4.8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah 4.9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Presiden RI nomor 70 Tahun 2012 tentang perubahan kedua atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 172 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 4.10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 4.11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 4.12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaiman telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011; 4.13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bansos; 6

4.14. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri; 4.15. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi; 4.16. Peraturan Bank Indonesia No 2/19/PBI/2000 tentang Persyaratan dan tata cara pemberian perintah atau ijin tertulis membuka rahasia Bank; 4.17. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Organisasi pada Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia; 4.18. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri; 4.19. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 tentang Penyidikan Tindak Pidana; 4.20. Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Nomor 1 Tahun 2014 tentang SOP Perencanaan Penyidikan Tindak Pidana; 4.21. Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Nomor 2 Tahun 2014 tentang SOP Pengorganisasian Penyidikan Tindak Pidana; 4.22. Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Nomor 3 Tahun 2014 tentang SOP Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana; 4.23. Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Nomor 4 Tahun 2014 tentang Standar Operasional Prosedur Pengawasan Penyidikan Tindak Pidana; 4.24. Peraturan Direktur Tindak Pidana Korupsi Nomor 2 Tahun 2013 tentang Prosedur Operasional Baku (Standard Operating Procedure/SOP) penyelidikan Tindak Pidana Korupsi di Lingkungan Direktorat Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri; 4.25. Peraturan Direktur Tindak Pidana Korupsi Nomor 3 Tahun 2013 tentang Prosedur Operasional Baku (Standard Operating Procedure/SOP) penyidikan Tindak Pidana Korupsi di Lingkungan Direktorat Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri; 4.26. Peraturan BNSP Nomor 5 tahun 2014 tentang Pedoman Pengembangan dan Pemeliharaan Skema Sertifikasi Profesi. 7

5. KEMASAN/PAKET KOMPETENSI KERJA 5.1. Jenis Kemasan: Klaster 5.2. Rincian Unit Kompetensi Penyidik Tindak Pidana Korupsi adalah anggota Polri yang ditugaskan sebagaipenyidik dan penyidik pembantu Tindak Pidana Korupsi, sesuai unit kompetensi: NO KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI 1 RSK.PK01.085.01 2 RSK.PK01.086.01 Melakukan Kegiatan Penyelidikan Tindak Pidana Korupsi Merencanakan penyidikan Tindak Pidana Korupsi 3 RSK.PK01.087.01 Melakukan Kegiatan Upaya Paksa 4 RSK.PK01.088.01 Melakukan Pemeriksaan 5 RSK.PK01.089.01 6 RSK.PK01.090.01 7 RSK.PK01.091.01 Melakukan Penyelesaian dan Penyerahan Berkas Perkara Melakukan Penyerahan Tersangka dan Barang Bukti Melakukan Penghentian PenyidikanTindak Pidana Korupsi 6. PERSYARATAN 6.1. Persyaratan dasar pemohon sertifikasi 6.1.1. Memiliki SK Penyidik 6.1.2. Telah Direkomendasi kompeten terhadap kompetensi penyidik dasar dari asesor. 6.1.3. Memiliki pengalaman dinas yang bertugas sebagai penyidik di fungsi Reskrim 6.1.4. Telah mengikuti Dikbangspes dan/atau pelatihan di bidang penyidikansebagai penyidik dan penyidik pembantu tindak pidana korupsi. 8

6.1.5. Sehat jasmasni dan rohani 6.1.6. Direkomendasikan oleh Kepala satuan Kerja. 6.2. Persyaratan asesor kompetensi 6.2.1. Memiliki sertifikat asesor kompetensi yang masih berlaku. 6.2.2. Anggota Polri atau Punawirawan Polri. 6.2.3. Sehat jasmani dan rohani. 6.2.4. Untuk anggota Polri direkomendasikan oleh Kasatkernya untuk purnawirawan Polri direkomendasian oleh Ka LSP. 6.2.5. Memiliki Surat Perintah Tugas melakukan uji kompetensi dari Ka LSP Polri. 7. HAK PEMOHON SERTIFIKASI DAN KEWAJIBAN PEMEGANG SERTIFIKAT 7.1. Hak peserta sertifikasi 7.1.1. Peserta sertifikasi yang dinyatakan kompeten dalam asesmen pada semua unit kompetensi akan diberikan sertifikat kompetensi. Sertifikat kompetensi dapat dijadikan dasar penugasan sebagai penyidik/penyidik pembantu bidang Tindak Pidana Korupsi. 7.1.2. Mempunyai hak banding jika dalam proses uji kompetensi ada yang merasa dirugikan. 7.2. Kewajiban Peserta Sertifikasi 7.2.1. Memenuhi semua persyaratan administrasi asesmen. 7.2.2. Mengikuti seluruh rangkaian kegiatan asesmen. 7.2.3. Mematuhi peraturan dalam proses asesmen. 8. BIAYA SERTIFIKASI Biaya sertifikasi bersumber dari APBN atau sumber lain yang sah secara hukum dan bersifat tidak mengikat. Biaya sertifikasi mencakup: 8.1. Tahap persiapan 8.1.1. Biaya rapat persiapan. 8.1.2. Biaya ATK termasuk penggandaan soal. 8.1.3. Biaya penggunaan sarana, fasilitas dan peralatan uji kompetensi. 9

8.2. Tahap pelaksanaan 8.2.1. Biaya akomodasi dan transportasi 8.2.2. Honor panitia dan asesor 8.2.3. Biaya rapat komite 8.2.4. Biaya cetak sertifikat 8.2.5. Biaya pendistribusian sertifikat 8.3. Tahap pembuatan laporan 8.3.1. Biaya penyusunan laporan 8.3.2. Biaya pencetakan dan penggandaan laporan 8.3.3. Biaya pengiriman laporan 9. PROSES SERTIFIKASI 9.1. Proses pendaftaran 9.1.1. Permohonan Permohonan sertifikasi dilakukan melalui surat permohonan dari kepala satuan kerja dengan melampirkan: a. Foto copy ijazah pendidikan umum terakhir. b. Foto copy Keputusan Penempatan pada fungsi Reskrim sebagai penyidik atau penyidik pembantu tindak pidana korupsi. c. Foto copy ijazah/ sertifikat / surat keterangan pendidikan kejuruan dan atau pendidikan dan pelatihan penyidikan tindak pidana korupsi. d. Fotocopy surat perintah tugas pada fungsi reskrim sebagai penyidik/ penyidik pembantu Tindak Pidana Korupsi e. Daftar riwayat hidup. f. Surat perintah untuk mengikuti sertrifikasi dari kepala satuan kerja. g. Pas foto berwarna dengan PDH Polri dengan ukuran 3x4 = 2 lembar, 4x6= 2 lembar. h. Dokumen Portofolio memadai terdiri dari : 1) Skep Penyidik / Penyidik Pembantu 2) SK Penempatan pada fungsi Reskrim akumulasi 5 tahun 3) Sprin Dik Terakhir 10

4) Dokumen penyelesai perkara berupa berkas perkara dan P 21. 5) Laporan Hasil penyeldikan (LHP) 6) Dokumen pendukung lain yang terkait dengan fungsi penyidikan 9.1.2. Verifikasi a. Panitia sertifikasi melakukan penelitian terhadap berkas/ persyaratan yang diajukan oleh pemohon meliputi : - Keaslian - Kecukupan - Kesesuaian dokumen persyaratan dengan ruang lingkup kompetensi yang diajukan. b. Apabila dokumen persyaratan calon peserta sertifikasi belum memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan atau tidak sesuai dengan ruang lingkup uji kompetensi yang diajukan maka yang bersangkutan ditolak sebagai peserta sertifikasi. c. Apabila dokumen persyaratan calon peserta sertifikasi sesuai dengan ruang lingkup kompetensi yang diajukan maka yang bersangkutan diterima sebagai peserta sertifikasi. 9.1.3. Persiapan uji kompetensi a. Penentuan Tempat Uji Kompetensi (TUK) berupa TUK sewaktu atau tempat kerja. b. Penunjukan asesor kompetensi dan panitia uji kompetensi ditunjuk oleh LSP Polri dengan menugaskan Tim Asesor untuk melakukan uji kompetensi sesuai dengan skema dan rencana uji kompetensi setelah berkoordinasi dengan pembina fungsi. c. Penyiapan Materi Uji Kompetensi (MUK) oleh LSP Polri. 11

9.2. Proses Asesmen 9.2.1. Proses asesmen dilaksanakan berdasarkan jadwal yang ditetapkan, menerapkan metoda dan prosedur asesmen sesuai yang ditetapkan dalam skema sertifikasi. 9.2.2. Apabila ada perubahan skema sertifikasi yang mengharuskan asesmen tambahan, LSP Polri mendokumentasikan metode dan prosedur yang diperlukan untuk melakukan verifikasi agar para pemegang sertifikat memenuhi persyaratanyang diubah. 9.2.3. Untuk menjamin verifikasi persyaratan skema sertifikasi, asesmen direncanakan dan disusun secara obyektif dan sistematis dengan bukti terdokumentasi untuk memastikan kompetensi peserta. 9.2.4. Untuk menjamin setiap asesmen sah dan adil, LSP Polri melakukan verifikasi metoda untuk asesmen peserta sertifikasi. 9.2.5. LSP Polri melakukan verifikasi terhadap kebutuhan peserta asesmen secara umum dan menyediakan kebutuhan khusus bagi peserta sertifikasi yang berkebutuhan khusus, sepanjang integritas asesmen tidak dilanggar, serta mempertimbangkan aturan yang berlaku di ligkungan Polri. 9.2.6. LSP Polri akan mempertimbangkan hasil penilaian dari badan atau lembaga lain berkaitan dengan portofolio peserta sertifikasi, LSP Polri menjamin ketersediaan laporan, data dan rekaman yang menunjukkan bahwa hasil-hasilnya setara, dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam skema sertifikasi. 9.2.7. Apabila bukti-bukti kompetensi telah memenuhi aturan bukti Valid, Asli, Terkini dan Memadai (VATM), direkomendasikan kompeten dan apabila bukti-bukti kompetensi belum memenuhi VATM direkomendasikan untuk mengikuti uji kompetensi. 9.3. Proses uji kompetensi 9.3.1. Pengisian formulir asesmen mandiri dan konsultasi pra asesmen. 9.3.2. Penilaian uji kompetensi dapat dilakukan dengan cara: tertulis, lisan, simulasi/praktek di tempat kerja atau Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang disimulasikan seperti tempat kerja. 12

9.3.3. Peserta yang memenuhi bukti portofolio memadai akan disertifikasi menggunakan metode verifikasi portofolio dan wawancara, sedangkan bagi peserta yang belum memenuhi bukti portofolio yang memadai atau peserta yang memenuhi bukti memadai tetapi asesor meragukan kompetensi peserta, maka metode yang digunakan observasi demonstrasi, pertanyaan lisan dan atau pertanyaan tulisan. 9.3.4. Uji kompetensi dilaksanakan di TUK tempat kerja atau ditempat lain yang telah diverifikasi sesuai dengan skema sertifikasi. 9.3.5. Uji kompetensi dilaksanakan oleh asesor kompetensi yang kompeten sesuai dengan ruang lingkup skema sertifikasi. 9.3.6. Rekomendasi hasil uji kompetensi diputuskan oleh asesor kompetensi dan dilaporkan ke LSP. 9.3.7. Pembuatan rekomendasi dan laporan a. Setelah melakukan uji kompetensi maka asesor memberikan rekomendasi terhadap hasil pelaksanaan asesmen. b. Berdasarkan hasil uji kompetensi yang dilaksanakan oleh asesor kompetensi peserta direkomendasikan atau tidak direkomendasikan untuk mendapatkan sertifikat kompetensi. c. Asesor kompetensi melaporkan hasil pelaksanaan asesmen kepada panitia uji kompetensi. d. Panitia mengecek kelengkapan berkas uji kompetensi. e. Panitia uji kompetensi melaporkan hasil pelaksanaan asesmen kepada Ka LSP Polri. 9.4. Keputusan Sertifikasi 9.4.1. Keputusan sertifikasi dilakukan oleh LSP Polri melalui rapat komite sertifikasi yang dilaksanakan oleh komite sertifikasi LSP Polri. 9.4.2. LSP Polri akan melakukan verifikasi dokumen rekaman asesmen berdasarkan informasi yang dikumpulkan selama proses asesmen dan menetapkan status kompetensi sesuai skema sertifikasi. 9.4.3. LSP Polri memberikan sertifikat kepada semua peserta yang dinyatakan kompeten sesuai dengan skema sertifikasi. 13

9.4.4. Sertifikat kompetensi kerja berlaku dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung mulai tanggal penerbitannya dan dapat diperpanjang, selama pemegang sertifikat masih bertugas di fungsi reserse. 9.5. Pembekuan dan Pencabutan Sertifikat 9.5.1. Pembekuan dan pencabutan sertifikat dilakukan kepada pemegang sertifikat, bilamana: a. Pengguna sertifikat kompetensi tidak seusai dengan tugas pokok. b. Terbutki melanggar kode etik profesi Polri. c. Apabila pemegang sertifikat kompetensimenjadi status tersangka dalam satu tindak pidana maka LSP membekukan sementara sertifikat kompetensi. d. Sudah tidak bertugas pada fungsi reserse. 9.5.2. Selama pembekuan sertifikat, pemegang sertifikat diwajibkan mengikuti program pembinaan yang ditetapkan oleh satuan kerja pada fungsi reserse. 9.5.3. Setelah pencabutan sertifikat, pemegang sertifikat tidak berhak menggunakan sertifikat tersebut. 9.6. Pemeliharaan sertifikasi/surveillance 9.6.1. Surveillance minimal dilakukan sekali dalam jangka waktu masa berlaku sertifikat kompetensi. 9.6.2. Surveillance dilaksanakan dengan memonitor kinerja pemegang sertifikat. 9.7. Proses Sertifikasi Ulang/Perpanjangan 9.7.1. Persyaratan sertifikasi ulang. Sertifikat kompetensi dapat diperpanjang sebelum masa berlakunya berakhir dengan persyaratan: 14

a. Dua bulan sebelum masa berlaku sertifikat berakhir, kasatker mengajukan surat permohonan perpanjangan sertifikat kompetensi. b. Melampirkan surat rekomendasi dari kepala satuan kerja pemegang sertifikat kompetensi. c. Melampirkan sertifikat kompetensi asli yang akan diperpanjang. d. Melampirkan fotocopy Logbook (catatan penugasan selama memegang sertifikat) dilampiri bukti pendukung. e. Pas photo berwarna PDH Polri dengan ukuran 3x4 = 2 lembar, 4x6 = 2 lembar. 9.7.2. Persyaratan sertifikasi ulang sama dengan persyaratan awal sertifikasi. 9.7.3. Proses sertifikasi ulang dilaksanakan dengan cara melakukan asesmen yang didasarkan pada laporan kinerja. 9.8. Penggunaan Sertifikat 9.8.1. Sertifikat hanya berlaku di lingkungan Polri. 9.8.2. Sertifikat dapat digunakan sebagai dokumen pendukung usulan promosi ke tingkat jabatan berikutnya. 9.8.3. Penyidik atau Penyidik pembantu pada Tindak Pidana Korupsi yang disertifikasi harus menandatangani pernyataan untuk: 9.8.3.1. mematuhi ketentuan yang relevan dalam skema sertifikasi; 9.8.3.2. membuat pernyataan bahwa sertifikasi yang diterima hanya untuk ruang lingkup sertifikasi yang telah diberikan; 9.8.3.3. tidak menyalahgunakan sertifikat yang dapat mencemarkan Polri secara umum dan LSP Polri khususnya dan tidak membuat pernyataan terkait sertifikasi yang dianggap menyesatkan atau tidak dapat dipertanggungjawabkan; 9.8.3.4. menghentikan penggunaan semua pengakuan atas sertifikasi apabila sertifikat dibekukan atau dicabut, dan mengembalikan sertifikat ke LSP Polri. 15

9.9. Banding 9.9.1. LSP Polri menetapkan prosedur untuk menerima, melakukan kajian, dan membuat keputusan terhadap banding secara konstruktif, tidak berpihak dan diselesaikan selambant-lambatnya tujuh hari kerja setelah banding diterima. 9.9.2. Penjelasan mengenai keputusan hasil penanganan banding dapat diketahui publik. 16