PENINGKATAN TRANSPARANSI PEMILIK PERPRES NO. 13 TAHUN 2018 DALAM PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME MANFAAT DARI KORPORASI SESUAI

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SATINAN. bahwa berdasarkan standar internasional di bidang NOMOR 13 TAHUN bahwa korporasi dapat dijadikan sarana baik langsung. Menimbang: a.

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, T

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45/PMK.06/2013 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA BAGI BALAI LELANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PIALANG BERJANGKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22/ POJK.04 / 2014 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PENYEDIA JASA KEUANGAN DI SEKTOR PASAR MODAL

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI PENGGUNAAN UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Huruf a Cukup jelas.

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak As

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

^uur#i,io,',?i5n,u'o TENTANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 20 /PBI/2010

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK!NQONES!A SALIN AN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.01/2016 TENTANG LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

- 1 - FORMULIR 1 PERMOHONAN PENDAFTARAN PENYELENGGARA

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

Non Bank. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

MATRIKS PERUBAHAN PERATURAN V.D.10

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P e d o m a n. Prinsip Mengenal Nasabah (PMN)

2016, No Manusia Nomor 4 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar sert

PETUNJUK PENYUSUNAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/27/PBI/2012 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

Assalamuallaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS)

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No. 11/ 24 /DPbS Jakarta, 29 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

2017, No penguatan basis data perpajakan untuk memenuhi kebutuhan penerimaan pajak dan menjaga keberlanjutan efektivitas kebijakan pengampunan

2014, No Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 143 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2...

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3. Cukup jelas.

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

BAB I. KETENTUAN UMUM

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.05/2015 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PENGELOLA STATUTER PADA LEMBAGA JASA KEUANGAN


2017, No Cara Pemblokiran dan Pembukaan Pemblokiran Akses Sistem Administrasi Badan Hukum Perseroan Terbatas; Mengingat : 1. Undang-Undang Nom

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 28 /PBI/2009 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM

S U R A T E D A R A N

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. URAIAN Dasar Hukum a. Bukti Pemenuhan persyaratan modal di setor (dalam Anggaran Dasar)

PERBANDINGAN PENGATURAN TENTANG TENAGA KERJA ASING PERPRES 72 TAHUN 2014 DAN PERPRES NO 20 TAHUN 2018

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36 /POJK.05/2015 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL VENTURA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 2 - e. ketentuan mengenai pengangkatan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus memperoleh pers

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2013 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN DI INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK

Dalam Bahasa dan Mata Uang Apa Laporan Keuangan Disajikan?

KETERANGAN Uraian Ya Tidak Dasar Hukum Keterangan 1. Apakah surat permohonan perizinan telah sesuai dengan format yang ditetapkan?

2017, No lain ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; c. bahwa sesuai dengan Undang-Un

No. 18/42/DKSP Jakarta, 30 Desember 2016 S U R A T E D A R A N. Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS)

2018, No Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik

PF~ESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2016 TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA

Transkripsi:

PENINGKATAN TRANSPARANSI PEMILIK MANFAAT DARI KORPORASI SESUAI PERPRES NO. 13 TAHUN 2018 DALAM REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN Jakarta, 25 April 2018

FATF RECOMMENDATION NO. 24 DAN NO. 25 Standar Internasional FATF meminta bahwa setiap jurisdiksi/negara wajib memiliki akses untuk mengetahui kecukupan dan keakuratan informasi terkini secara tepat waktu mengenai Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) serta kontrol terhadap legal persons (R.24) maupun legal arrangements (R.25) yang didirikannya.

FATF IMMEDIATE OUTCOME (IO) 5 Legal persons and arrangements are prevented from misuse for money laundering or terrorist financing, and information on their beneficial ownership is available to competent authorities without impediments. 5.1. To what extent is the information on the creation and types of legal persons and arrangements in the country available publicly? 5.2. How well do the relevant competent authorities identify, assess and understand the vulnerabilities and the extent to which legal persons created in the country can be, or are being misused for ML/TF? 5.3. How well has the country implemented measures to prevent the misuse of legal persons and arrangements for ML/TF purposes? 5.4. To what extent can relevant competent authorities obtain adequate, accurate and current basic and beneficial ownership information on all types of legal persons created in the country, in a timely manner? 5.5. To what extent can relevant competent authorities obtain adequate, accurate and current beneficial ownership information on legal arrangements, in a timely manner? 5.6. To what extent are effective, proportionate and dissuasive sanctions applied against persons who do not comply with the information requirements?

CONTOH PENYALAHGUNAAN PERUSAHAAN

PERATURAN PRESIDEN NO. 13 TAHUN 2018 Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang telah mengatur ketentuan mengenai transparansi pemilik manfaat atau BO. Namun, ketentuan dimaksud hanya bersifat terbatas, dan belum dapat meng-capture informasi pemilik maanfaat dari suatu korporasi yang ada di Indonesia. Inisiasi penyusunan PerPres Nomor 13 Tahun 2018 dilakukan oleh PPATK pada bulan November 2016. Adapun proses Pembahasan Antar Kementerian (PAK) dan proses harmonisasi dilakukan di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI dengan melibatkan Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM, Bank Indonesia, serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Penyusunan PerPres Nomor 13 Tahun 2018 dilakukan dengan mempertimbangkan pula berbagai kajian ilmiah mengenai transparansi pemilik manfaat, baik yang dilakukan oleh KPK maupun PPATK.

PERATURAN PRESIDEN NO. 13 TAHUN 2018 Pada tanggal 5 Maret 2018, Presiden Joko Widodo telah menetapkan Peraturan Presiden (PerPres) Nomor 13 Tahun 2018 tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat Atas Korporasi Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme. Peraturan Presiden ini pada hakikatnya memuat pengaturan dan mekanisme untuk mengenali pemilik manfaat atau beneficial owner (BO) dari suatu korporasi sehingga diperoleh informasi mengenai BO yang akurat, terkini, dan tersedia untuk umum. Setidaknya ada 3 (tiga) urgensi dari pengaturan dan penerapan transparansi BO yang dapat diindentifikasika yaitu: (i) untuk melindungi korporasi dan pemilik manfaat yang beritikad baik, (ii) untuk kepastian hukum atas pertanggungjawaban pidana, dan (iii) untuk efektivitas penyelamatan aset (asset recovery).

PENETAPAN PEMILIK MANFAAT KORPORASI Setiap Korporasi wajib menetapkan Pemilik Manfaat dari Korporasi. Pemilik Manfaat dari Korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit merupakan 1 (satu) personil yang memiliki masing-masing kriteria sesuai dengan bentuk Korporasi.

KETENTUAN UMUM Pemilik Manfaat adalah orang perseorangan yang dapat menunjuk atau memberhentikan direksi, dewan komisaris, pengurus, pembina, atau pengawas pada Korporasi, Memiliki kemampuan untuk mengendalikan Korporasi,berhak atas dan/atau menerima manfaat dari Korporasi baik langsung maupun tidak langsung, merupakan pemilik sebenamya dari dana atau saham Korporasi dan atau me:nenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden ini.

KETENTUAN UMUM Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

BENTUK KORPORASI Perseroan Terbatas Yayasan Perkumpulan Koperasi Persekutuan Komanditer Persekutuan Firma Bentuk Korporasi lainnya

PENETAPAN PEMILIK MANFAAT KORPORASI PERSEROAN TERBATAS (PT): Pemilik Manfaat dari perseroan terbatas merupakan orang perseorangan yang memenuhi kriteria: a. memiliki saham lebih dari 25% (dua puluh lima persen) pada perseroan terbatas sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar; b. memiliki hak suara lebih dari 25% (dua puluh lima persen) pada perseroan terbatas sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar; c. menerima keuntungan atau laba lebih dari 25% (dua puluh lima persen) dari keuntungan atau laba yang diperoleh perseroan terbatas per tahun; d. memiliki kewenangan untuk mengangkat, menggantikan, atau memberhentikan anggota direksi dan anggota dewan komisaris;

PENETAPAN PEMILIK MANFAAT KORPORASI e. memiliki kewenangan atau kekuasaan untuk mempengaruhi atau mengendalikan perseroan terbatas tanpa harus mendapat otorisasi dari pihak manapun; f. menerima manfaat dari perseroan terbatas; dan/atau g. merupakan pemilik sebenarnya dari dana atas kepemilikansaham perseroan terbatas.

PENETAPAN PEMILIK MANFAAT KORPORASI YAYASAN: Pemilik Manfaat dari yayasan merupakan orang perseorangan yang memenuhi kriteria: a. memiliki kekayaan awal lebih dari 25% (dua puluh lima persen) pada yayasan sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar; b. memiliki kewenangan untuk mengangkat atau memberhentikan pembina, pengurus, dan pengawas yayasan; c. memiliki kewenangan atau kekuasaan untuk mempengaruhi atau mengendalikan yayasan tanpa harus mendapat otorisasi dari pihak manapun; d. menerima manfaat dari yayasan; dan/atau e. merupakan pemilik sebenarnya dari dana atas kekayaan lain atau penyertaan pada yayasan.

PENETAPAN PEMILIK MANFAAT KORPORASI PERKUMPULAN: Pemilik Manfaat dari perkumpulan merupakan orang perseorangan yang memenuhi kriteria: a. memiliki sumber pendanaan lebih dari 25% (dua puluh lima persen) pada perkumpulan sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar; b. menerima hasil kegiatan usaha lebih dari 25% (dua puluh lima persen) dari keuntungan atau laba yang diperolehperkumpulan per tahun; c. memiliki kewenangan untuk memberhentikan pengurus mengangkat atau dan pengawas perkumpulan; d. memiliki kewenangan atau kekuasaan untuk mempengaruhi atau mengendalikan perkumpulan tanpa harus mendapat otorisasi dari pihak manapun; e. menerima manfaat dari perkumpulan; dan/atau f. merupakan pemiliksebenarnya dari dana atas sumber pendanaan perkumpulan.

PENETAPAN PEMILIK MANFAAT KORPORASI KOPERASI: Pemilik Manfaat dari koperasi merupakan orang perseorangan yang memenuhi kriteria: a. menerima sisa hasil usaha lebih dari 25% (dua puluh lima persen) dari keuntungan atau laba yang diperoleh koperasi per tahun; b. memiliki kewenangan baik langsung maupun tidak langsung, dapat menunjuk atau memberhentikan pengurus dan pengawas koperasi; c. memiliki kewenangan atau kekuasaan untuk mempengaruhi atau mengendalikan koperasi tanpa harus mendapat otorisasi dari pihak manapun; d. menerima manfaat dari koperasi; dan/atau e. merupakan pemilik sebenarnya dari dana atas modal koperasi.

PENETAPAN PEMILIK MANFAAT KORPORASI PERSEKUTUAN KOMANDITER (CV): Pemilik Manfaat dari persekutuan komanditer merupakan orang perseorangan yang memenuhi kriteria: a. memiliki modal dan/ atau nilai barang yang disetorkan lebih dari 25% (dua puluh lima persen) sebagaimana tercantum dalam perikatan pendirian persekutuan komanditer; b. menerima keuntungan atau laba lebih dari 25% (dua puluh lima persen) dari keuntungan atau laba yang diperoleh persekutuan komanditer per tahun; c. memiliki kewenangan atau kekuasaan untuk mempengaruhi atau mengendalikan persekutuan komanditer tanpa harus mendapat otorisasi dari pihak manapun; d. menerima manfaat dari persekutuan komanditer; dan/atau e. merupakan pemilik sebenarnya dari dana atas modal dan/atau nilai barang yang disetorkan pada persekutuan komanditer.

PENETAPAN PEMILIK MANFAAT KORPORASI FIRMA (Fa): Pemilik Manfaat dari persekutuan firma merupakan orang perseorangan yang memenuhi kriteria: a. memiliki modal yang disetorkan lebih dari 25% (dua puluh lima persen) sebagaimana tercantum dalam perikatan pendirian persekutuan firma; b. menerima keuntungan atau laba lebih dari 25% (dua puluh lima persen) dari keuntungan atau laba yang diperoleh persekutuan firma per tahun; c. memiliki kewenangan atau kekuasaan untuk mempengaruhi atau mengendalikan persekutuan firma tanpa harus mendapat otorisasi dari pihak manapun; d. menerima manfaat dari persekutuan firma; dan/atau e. merupakan pemilik sebenarnya dari dana atas modal pada persekutuan firma.

PENETAPAN PEMILIK MANFAAT KORPORASI KORPORASI LAINNYA: Pemilik Manfaat dari bentuk korporasi lainnya merupakan orang perseorangan yang memenuhi kriteria: a. memiliki modal, baik dalam bentuk uang atau aset lainnya yang bernilai lebih dari 25% (dua puluh lima persen) sebagaimana tercantum dalam perikatan pendirian korporasi; b. menerima keuntungan atau laba lebih dari 25% (dua puluh lima persen) atau laba yang diperoleh korporasi per tahun; c. memiliki kewenangan atau kekuasaan untuk mempengaruhi atau mengendalikan korporasi tanpa harus mendapat otorisasi dari pihak manapun; d. menerima manfaat dari korporasi; dan/atau e. merupakan pemilik sebenarnya dari dana atas modal yang disetorkan pada korporasi.

PENETAPAN PEMILIK MANFAAT KORPORASI Selain Pemilik Manfaat yang telah ditetapkan oleh Korporasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Perpres 13/2018, Instansi Berwenang dapat menetapkan Pemilik Manfaat lain. Instansi Berwenang yang dimaksud meliputi: a. Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum untuk perseroan terbatas, yayasan, dan perkumpulan (KEMENKUMHAM); b. Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koperasi dan usaha kecil dan menengah untuk koperasi (KEMENKOP & UKM); c. Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan untuk persekutuan komanditer, persekutuan firma, dan bentuk korporasi lainnya (KEMENDAG); dan d. lembaga yang memiliki kewenangan pengawasan dan pengaturan bidang usaha Korporasi.

PENETAPAN PEMILIK MANFAAT KORPORASI Penetapan Pemilik Manfaat lain oleh Instansi Berwenang sebagaimana dimaksud diatas dilakukan atas dasar penilaian Instansi Berwenang yang bersumber dari: a. hasil audit terhadap Korporasi yang dilakukan oleh Instansi Berwenang berdasarkan Peraturan Presiden; b. informasi instansi pemerintah atau lembaga swasta yang mengelola data dan/atau informasi Pemilik Manfaat, dan/ atau menerima laporan dari profesi tertentu yang memuat informasi Pernil.k Manfaat; dan/atau c. informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PEMILIK MANFAAT/BENEFICIARY OWNER (PMBO) - 1 1. 2. Korporasi wajib menerapkan prinsip mengenali Pemilik Manfaat dari Korporasi. Korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menunjuk pejabat atau pegawai untuk: melaksanakan penerapan prinsip mengenali Pemilik Manfaat dari Korporasi; dan menyediakan informasi mengenai Korporasi dan Pemilik Manfaat dari Korporasi atas dasar permintaan Instansi Berwenang dan instansi penegak hukum.

PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PEMILIK MANFAAT/BENEFICIARY OWNER (PMBO) - 2 Prinsip mengenali Pemilik Manfaat oleh Korporasi tersebut meliputi: a. identifikasi Pemilik Manfaat; dan b. verifikasi Pemilik Manfaat. Penerapan prinsip mengenali Pemilik Manfaat oleh Korporasi sebagaimana dimaksud diatas dilakukan pada saat: a. permohonan pendirian, pendaftaran, pengesahan, persetujuan, atau perizinan usaha Korporasi; dan/atau b. Korporasi menjalankan usaha atau kegiatannya.

PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PEMILIK MANFAAT/BENEFICIARY OWNER (PMBO) - 3 Pengumpulan informasi Pemilik Manfaat dari Korporasi paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut: a. nama lengkap; b. nomor identitas kependudukan, surat izin mengemudi, atau paspor; c. tempat dan tanggal lahir; d. kewarganegaraan; e. alamat tempat tinggal yang tercantum dalam kartu identitas; f. alamat di negara asal dalam hal warga negara asing; g. Nomor Pokok Wajib Pajak atau nomor identitas perpajakan yang sejenis; dan h. hubungan antara Korporasi dengan Pemilik Manfaat. * Semua wajib dilengkapi dengan dokumen pendukung!

PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PEMILIK MANFAAT/BENEFICIARY OWNER (PMBO) - 4 Korporasi wajib melakukan pengkinian (updating) informasi Pemilik Manfaat secara berkala setiap 1 (satu) tahun!!!

PENGAWASAN - 1 (1) Pengawasan terhadap pelaksanaan penerapan pnnsip mengenali Pemilik Manfaat dilakukan oleh Instansi Berwenang. (2) Dalam melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud diatas, Instansi Berwenang memiliki kewenangan: a. menetapkan regulasi atau pedoman sebagai pelaksanaan Perpres sesuai dengan kewenangannya; b. melakukan audit terhadap Korporasi; dan c. mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan Perpres.

PENGAWASAN - 2 (3) Pengawasan oleh Instansi Berwenang sebagaimana dimaksud sebelumnya dilakukan berdasarkan hasil penilaian risiko tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana pendanaan terorisme. (4) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Berwenang bekerja sama dengan PPATK. (5) Dalam hal diperlukan untuk kepentingan pengawasan, Instansi Berwenang dapat berkoordinasi dengan lembaga terkait sesuai dengan kewenangannya.

KERJA SAMA DAN PERMINTAAN INFORMASI PEMILIK MANFAAT (BO) - 1 1) Dalam rangka pencegahan dan pernberantasan tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana pendanaan terorisrne oleh Korporasi, Instansi Berwenang dapat melaksanakan kerja sama pertukaran informasi Pemilik Manfaat dengan instansi peminta, baik dalam lingkup nasional maupun internasional. 2) Pelaksanaan kerja sama pertukaran informasi tersebut dalam lingkup nasional dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3) Pelaksanaan kerja sama pertukaran informasi tersebut dalam lingkup internasional dilakukan oleh Instansi Berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang hubungan luar negeri dan perjanjian internasional.

KERJA SAMA DAN PERMINTAAN INFORMASI PEMILIK MANFAAT (BO) - 2 1. Kerja sarna pertukaran inforrnasi Pemilik Manfaat antara Instansi Berwenang dengan instansi peminta berupa permintaan atau permberian informasi Pemilik Manfaat secara elektronik atau non-elektronik. 2. Instansi peminta sebagaimana dimaksud diatas meliputi: instansi penegak hukurn; instansi pemerintah; dan otoritas berwenang negara atau jurisdiksi lain. 3. Pemberian informasi Pemilik Manfaat secara elektronik oleh Instansi Berwenang sebagairnana dimaksud diatas dilakukan melalui pemberian hak akses kepada instansi peminta. 4. Pemberian hak akses tersebut didasarkan pada kerja sama antara Instansi Berwenang dan instansi peminta.

KERJA SAMA DAN PERMINTAAN INFORMASI PEMILIK MANFAAT (BO) - 3 (1) Selain dengan instansi perninta sebagairnana dirnaksud dalarn Pasal 26 ayat (1), Instansi Berwenang dapat mnelaksanakan kerja sarna pertukaran inforrnasi Pernilik Manfaat dengan pihak pelapor. (2) Pihak pelapor sebagaimana dimaksud diatas merupakan setiap orang yang menurut peraturan perundang-undangan mengenai Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang wajib rnenyampaikan laporan kepada PPATK. (3) Pemberian informasi Pemilik Manfaat kepada pihak pelapor sebagaimana dimaksud pada poin 1 diatas dilakukan oleh Instansi Berwenang dalam rangka penerapan prinsip rnengenali pengguna jasa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

HAL LAINNYA Pada saat Perpres ini mulai berlaku, Korporasi yang telah mendapatkan atau masih dalam proses pendaftaran, pengesahan, persetujuan, pemberitahuan, dan perizinan usaha berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan, wajib mengikuti penerapan prinsip mengenali Pemilik Manfaat sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Perpres No. 13 tahun 2018 paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak Perpres berlaku.

TINDAK LANJUT -1 Memenuhi permintaan Asesor terkait ketentuan R. 24 dan R. 25 FATF seperti: permintaan data beneficial owner maupun data informasi dasar dapat diakses secara umum Penyelesaian saham atas unjuk, yang dianggap asesor masih dapat dijadikan sarana pencucian uang Permintaan data dari luar negeri termasuk hasil monitoringnya Pembuatan regulasi atau pedoman sebagai pelaksanaan Perpres Pengefektifan ketentuan Perpres No. 13 tahun 2018 dengan melakukan audit terhadap Korporasi terutama yang berisiko tinggi sebagaimana disebutkan dalam Kajian yang diinisiasi oleh KPK

TINDAK LANJUT -2 Sinkronisasi Rekomendasi Kajian Beneficial Owner dengan Rencana Aksi Tahun 2018 atas Stranas TPPU (Rabu 21 Maret) Sosialisasi Perpres No. 13 tahun 2018 kepada pihak terkait (termasuk pihak pelapor) (Selasa 27 Maret) Koordinasi Mutual Evaluation Indonesia terkait R. 24 dan R.25 (PPATK, Kumham, Kementerian Koperasi, Kementerian Perdagangan, OJK dan pihak terkait lainnya) (3-6 April)

TERIMA KASIH Indonesian Financial Transaction Reports and Analysis Centre