BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

EVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam terselenggaranya pemerintahan daerah yang baik. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Negara Indonesia telah sejak lama mencanangkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desentralisasi merupakan salah satu perwujudan dari pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. (Diana Sari, 2013:40). Selanjutnya Diana Sari menyatakan, sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya penyelenggaraan Otonomi Daerah menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum pada Undang-Undang. Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah. untuk melaksanakan otonomi, pemerintah melakukan berbagai kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan, pembiayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. mengubah atau memperbaiki keadaan suatu negara. Dengan adanya kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara Kesatuan menganut asas

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan Daerah memerlukan sumber pendanaan yang tidak sedikit

BAB 1 PENDAHULUAN. wilayah yang lebih kecil. (Josef Riwu Kaho, 1998:135) pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi atau pelayanan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM :

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. utuh, sehingga wilayah negara Indonesia terbagi ke dalam daerah otonom.

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut dapat dijelaskan melalui

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah. memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuntutan reformasi disegala bidang membawa dampak terhadap hubungan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dapat menetepkan berbagai jenis sumber penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan untuk menyelenggarakan otonomi daerah dengan mengeluarkan Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan terbesar pemerintahan

I. PENDAHULUAN. kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bahwa pajak merupakan iuran wajib dari rakyat kepada

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengartikan pajak sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pembangunan itu dilaksanakan ditiap-tiap daerah. Dalam. ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi juga merupakan indikator pencapaian pembangunan nasional. akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan.undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat di dalam Undang Undang Dasar tahun 1945, yaitu untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pemerintahan Daerah memiliki tujuan untuk membangun daerahnya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, disebutkan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan diterapkannya Undang-Undang tersebut, maka pemerintah daerah harus mempersiapkan diri untuk menerima kewenangan yang diserahkan dari Pemerintah Pusat. Artinya, pemerintah daerah diberikan otonomi yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Tujuan dari otonomi daerah adalah daerah mampu mengurusi persoalan daerahnya secara lebih otonom, termasuk dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran daerah, karena yang lebih mengetahui persoalan daerah adalah daerah itu sendiri. Harapannya setiap Pemerintah Daerah mampu menggali dan mengelola kekayaan daerahnya untuk membiayai pembangunan daerahnya. Dengan diberlakukannya otonomi daerah, Pemerintah Daerah diharapkan mampu menggali potensi sumbersumber pendapatan daerahnya, sehingga kemandirian keuangan daerah juga meningkat, yang pada akhirnya dapat dioptimalkan untuk pembangunan daerah. 1

Kebijakan otonomi daerah yang secara efektif mulai dilaksanakan pada Januari 2001 menimbulkan reaksi pro dan kontra dalam masyarakat, akan tetapi bagi pemerintah daerah yang memiliki sumber daya alam yang banyak menanggapi peraturan otonomi daerah tersebut dengan sangat antusias, sebaliknya pemerintah daerah yang kurang memiliki sumber daya alam merasa sedikit kawatir. Kekawatiran ini disebabkan karena pemerintah daerah selalu menerima sumbangan dari pemerintah pusat untuk mendanai daerahnya. Kesejahteraan masyarakat akan banyak tergantung pada pemerintah daerah sejak adanya otonomi daerah ini, sehingga dengan adanya kebijakan ini setiap daerah harus memikirkan apa saja usaha-usaha yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan keuangan sendiri yakni dengan upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), baik dengan meningkatkan sumber penerimaan PAD yang sudah ada maupun dengan penggalian sumber PAD baru sesuai dengan ketentuan serta memperhatikan kondisi dan potensi ekonomi masyarakat. Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan otonomi tersebut, maka pemerintah daerah setempat harus berupaya meningkatkan sektor-sektor yang dianggap potensial untuk mengangkat perekonomiannya. Demikian pula dengan Pemerintah Kota Padang dalam menghadapi otonomi harus mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada baik sumber daya alam maupun manusia dan berusaha agar mampu bersaing dengan daerah lain. Seperti kita ketahui bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber didalam daerahnya 2

sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan asli daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang asli digali didaerah yang digunakan untuk modal dasar pemerintah daerah dalam membiayai pembangunan dan usahausaha daerah untuk memperkecil ketergantungan dana dari pemerintah pusat. Sumber pendapatan daerah dalam arti luas adalah pendapatan yang meliputi pendapatan yang berasal dari pemerintah daeah sendiri dan pendapatan dari pemerintah pusat. Sedangkan pendapatan daerah dalam arti sempit adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014, Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari: a. Pajak Daerah b. Retribusi Daerah c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan d. Lain-lain PAD yang sah (meliputi hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;jasa giro;pendapatan bunga;keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah). Sebenarnya, jika pemerintah daerah memiliki sistem perpajakan daerah yang memadai, maka daerah dapat menikmati pendapatan dari sistem pajak yang cukup besar. Pemungutan pajak merupakan alternatif yang paling potensial dalam meningkatkan pendapatan daerah di Kota Padang. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan 3

cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang pendanaan pelaksanaan pemerintah daerah untuk pembangunan adalah meningkatkan dan menggali setiap potensi yang ada di masing-masing daerah melalui pajak daerah. Usaha tersebut telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Padang dengan senantiasa berusaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui pajak daerah. Pajak daerah selain sebagai salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah juga merupakan faktor yang dominan peranan dan kontribusinya untuk menunjang pemerintah daerah. Berikut ini adalah target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Padang Tahun 2011-2015 Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Padang Tahun 2011-2015 Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) (%) 2011 164.935.233.893 149.874.800.461 90,87 2012 187.627.806.660 189.450.840.075 100,97 2013 238.889.759.534 238.871.896.576 99,99 2014 307.350.120.985 315.678.797.930 102,71 2015 402.035.190.681 370.413.732.165 92,13 Sumber: Laporan Realisasi Pendapatan Pemko Padang Tahun 2011 s.d. 2015 Data empiris sebagaimana ditunjukkan tabel di atas menunjukkan bahwa penerimaan PAD pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Padang selalu mencapai angka 90%. Realisasi penerimaan PAD pada tahun 2011 adalah sebesar 90,87% realisasi pendapatan ini mengalami 4

peningkatan pada tahun 2012 menjadi 100,97% kemudian di tahun 2013 realisasi penerimaan mengalami sedikit penurunan menjadi 99,99% tetapi realisasi dananya meningkat sebesar Rp. 238.871.896.576 kemudian di tahun 2014 realisasi penerimaan naik lagi menjadi 102,71% dan terakhir di tahun 2015 realisasi penerimaan PAD menjadi sebesar 92,13% Melihat kondisi di atas, pajak daerah memiliki peran penting di dalam instrument keuangan daerah. Pajak daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang dihimpun dari masyarakat. Dana yang dihimpun tersebut kemudian digunakan sebagai sumber pembiayaan pembangunan yang dilakukan di daerah dalam setiap tahun. Berbagai informasi tentang pajak daerah ini tentu akan dengan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Penelitian tentang efektivitas dan kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah ini sudah pernah dilakukan oleh Reza Arditia, Irsandy Octovido, dkk (2014), Elbi Kusdianto (2015), Sulmi Muammar Rizqi, dkk (2015) mereka meneliti di tempat yang berbeda yaitu Surabaya, Kota Batu, Palembang dan Probolinggo. Mereka baru meneliti tentang efektivitas dan kontribusi pajak daerah saja belum meneliti tentang efisiensi pajak daerah, padahal dengan menghitung efisiensi maka dapat diketahui baik atau tidaknya kinerja pemerintah daerah dalam pengelolaan pajak daerah, karena semakin kecil tingkat efisiensi berarti kinerjanya akan dinilai semakin baik. Akan tetapi, ada satu penelitian yang sudah meneliti tentang efektivitas dan efisiensi pajak daerah serta kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah, yaitu penelitian dari Devy Octaviana S (2013). 5

Namun ada perbedaan dalam penelitiannya tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu dalam penelitiannya membahas tentang pajak provinsi, sementara objek yang akan diteliti adalah pajak Kabupaten/Kota. Maka dari itu penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk menyempurnakan penelitian sebelumnya, yaitu dengan melakukan perhitungan efektivitas, efisiensi serta kontribusi pajak daerah secara lebih rinci. Selain itu perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Devy Octaviana S (2013) yaitu pada objek penelitian, dimana penelitian ini dilakukan di Kota Padang, sedangkan penelitian Devy Octaviana S (2013) dilakukan di Provinsi Jawa Tengah. Maka dari itu, dapat dilihat bahwa Pajak daerah merupakan hal yang menarik untuk diteliti karena pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan daerah dan pembangunan daerah untuk menetapkan Otonomi Daerah. Dengan semakin tingginya penerimaan pajak yang diterima oleh daerah maka semakin tinggi pula peluang untuk membangun perekonomian daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu perlu dianalisis efektivitas dan efisiensi penerimaan pajak daerah di Kota Padang, kemudian seberapa besar kontribusinya terhadap PAD Kota Padang itu sendiri. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka penulis menetapkan judul penelitian yaitu Analisis Efektivitas, Efisiensi dan Kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Padang. 6

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis mengajukan perumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah tingkat pencapaian pungutan Pajak Daerah di Kota Padang tahun 2011-2015 sudah efektif? 2. Apakah tingkat pencapaian pungutan Pajak Daerah di Kota Padang tahun 2011-2015 sudah efisien? 3. Seberapa besar kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Padang tahun 2011 sampai 2015? 4. Apakah strategi Pemerintah Kota Padang untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah sudah efektif? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui efektivitas tingkat pencapaian pungutan Pajak Daerah di Kota Padang tahun 2011-2015 2. Untuk mengetahui efisiensi tingkat pencapaian pungutan Pajak Daerah di Kota Padang tahun 2011-2015 3. Untuk mengetahui besarnya kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Padang tahun 2011 sampai 2015 4. Untuk menilai apakah strategi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Padang dalam meningkatkan penerimaan pajak daerah sudah efektif 7

1.3.2 Manfaat Penelitian Penyusunan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan pihak-pihak yang terkait maupun bagi peneliti sendiri. Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain: a. Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti tentang seluruh aspek dari pajak daerah b. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang akan datang dan dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. c. Bagi pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan atau dasar Pemerintah Daerah Kota Padang dalam pengambilan kebijakan mengenai Pajak Daerah dalam rangka meningkatkan penerimaan daerah 1.4 Ruang Lingkup Penelitian ini tidak membahas apakah target yang ditetapkan realistis atau tidak. Hanya diasumsikan bahwa target yang telah ditetapkan adalah realistis sehingga dapat digunakan untuk penilaian capaian kinerja. 8

1.5 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan teori-teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam penelitian, kerangka pemikiran teoritis, dan ringkasan penelitian terdahulu. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan desain penelitian, variabel-variabel dalam penelitian, jenis data dan metode pengumpulan data serta metode analisis. BAB IV PEMBAHASAN Bab ini berisi deskripsi objek penelitian, analisis data, dan pembahasan mengenai permasalahan yang diangkat berdasarkan hasil pengolahan data. BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan penelitian ini yang berisi kesimpulan dari hasil pembahasan dan analisis yang telah dilakukan serta saran yang merupakan sumbangan pemikiran yang diharapkan akan berguna bagi Pemerintah Kota Padang khususnya dan pihak-pihak lain yang relevan pada umumnya. 9

Disini juga disebutkan keterbatasan-keterbatasan yang terdapat dalam penelitian, serta saran dan harapan untuk penelitian lebih lanjut. 10