MANUSKRIP. OLEH Farida Iriani NPM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut laporan WHO (2014) angka kematian ibu di Indonesia menduduki

1

TERAPI PIJAT OKSITOSIN MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM. Sarwinanti STIKES Aisyiyah Yogyakarta

PIJAT OKSITOSIN UNTUK MEMPERCEPAT PENGELUARAN ASI PADA IBU PASCA SALIN NORMAL DI DUSUN SONO DESA KETANEN KECAMATAN PANCENG GRESIK.

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

PENGARUH TEKNIK MARMET TERHADAP PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

SIKAP POSITIF IBU DALAM PERAWATAN PAYUDARA MENDUKUNG KELANCARAN PRODUKSI ASI

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

PENGARUH KONSUMSI TELUR AYAM RAS REBUS TERHADAP PENINGKATAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER II DI BPM WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLATEN TENGAH

PENGARUH KONSUMSI JANTUNG PISANG TERHADAP KELANCARAN ASI PADA IBU NIFAS

PENGARUH PEMBERIAN PAKET EDUKASI TENTANG MANAJEMEN LAKTASI TERHADAP KETERAMPILAN IBU MENYUSUI DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA. Karya Tulis Ilmiah

Vol 1, No 1, April 2017 ISSN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

Darmayanti Wulandatika. Program Studi D3 Kebidanan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Oleh : Rita Nurhayati, Ruri Yuni Astari, M.Keb SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan yang pesat selama golden period. Pemberian nutrisi yang baik perlu

Abstrak. Pengetahuan, Teknik Marmet, Pijat Oksitosin, Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin, Kelancaran Pengeluaran ASI.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik,

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN PAYUDARA DENGAN PENGELUARAN COLOSTRUM PADA KEHAMILAN TRIMESTER III

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

Sekar Laras Amerli Andriani *) Rahardjo Apriyatmoko, SKM., M. Kes **), Puji Lestari, S.Kep., Ns., M. Kes (Epid)***)

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Ibu Menyusui

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN DENGAN KECUKUPAN ASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGDOWO

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIFITAS PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI ASI PADA IBU NIFAS DI RSUD dr.soegiri KABUPATEN LAMONGAN

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP TANDA KECUKUPAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN

PENGARUH PELATIHAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS PRIMIPARA TERHADAP KETRAMPILAN DALAM MENYUSUI

Vol 1, No 1, April 2017 ISSN

PERBEDAAN PRODUKSI ASI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN KOMBINASI METODE MASSASE DEPAN (BREAST CARE)

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN PADA IBU NIFAS TERHADAP PRODUKSI ASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NOGOSARI KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

GIZI SEIMBANG IBU MENYUSUI. RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

Weni Tri Purnami, Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Ubi Jalar Terhadap Kecukupan ASI Pada Ibu Menyusui.

PERBEDAAN EFEKTIVITAS MASSAGE EFFLUERAGE DI PUNGGUNG DENGAN ABDOMEN TERHADAP LAMA PENGELUARAN ASI IBU NIFAS DI RUANG TERATAI RSUD BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

Jurnal Kebidanan 08 (02) Jurnal Kebidanan http : / EFEKTIFITAS BREAST CARE POST PARTUM TERHADAP PRODUKSI ASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. ASI (Air Susu Ibu) adalah nutrisi terbaik untuk bayi yang baru lahir, karena memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

EFEKTIVITAS MASSAGE ENDORPHINE DAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP KECUKUPAN ASI BAYI PADA IBU POST PARTUM DI PUSKESMAS NGARINGAN PURWODADI

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PROSES INVOLUSI UTERUS THE EFFECT OF OXYTOCIN MASSAGE TO INVOLUTION UTERINE PROCESS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI, DURASI MENYUSUI DENGAN BERAT BADAN BAYI DI POLIKLINIK BERSALIN MARIANI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu target Millenium Development Goals 4 (MDGs4) adalah Bangsa

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016 KAITAN POLA MAKAN SEIMBANG DENGAN PRODUKSI ASI IBU MENYUSUI

STUDI PENGARUH KONSUMSI SUSU KEDELAI TERHADAP KADAR KALSIUM DALAM ASI (AIR SUSU IBU)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN PAYUDARA TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER III DI RSUD SURAKARTA

INTISARI. Kata Kunci : Kontrasepsi Suntik, Produksi ASI, 1,2 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin, 3 Puskesmas Perawatan Kelua Kabupaten Tabalong

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

NASKAH PUBLIKASI RIYAN ROSSALIN NIM I

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu

PERBEDAAN FREKUENSI MENYUSU ASI EKSKLUSIF SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PIJAT BAYI

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

EFEKTIVITAS ANTARA SENAM NIFAS VERSI A DAN SENAM NIFAS VERSI N TERHADAP KELANCARAN INVOLUSIO UTERI DI PUSKESMAS BINUANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

MENGATASI MASALAH PENGELUARAN ASI IBU POST PARTUM DENGAN PEMIJATAN OKSITOSIN. Novia Tri Tresnani Putri, Sumiyati

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

PIJAT PUNGGUNG DAN PERCEPATAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah kira-kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN PADA IBU NIFAS TERHADAP PENGLUARAN ASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJA BASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MANAJEMEN LAKTASI POST NATAL TERHADAP PERILAKU PEMBERIAN ASI DI DESA KETOYAN KECAMATAN WONOSEGORO BOYOLALI

Pasca Sarjana UMI Makassar 2. Pasca Sarjana UMI Makassar 3. Pasca Sarjana UMI Makassar

PERBEDAAN PENGARUH TEKNIK MARMET DAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK IBI SURABAYA TESIS

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

PENGARUH IMD (INISIASI MENYUSU DINI) TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA UPT BLUD PUSKESMAS MENINTING KABUPATEN LOMBOK BARAT

PENGARUH PEMBERIAN AUDIOVISUAL ANTENATAL CARE EDUCATION TERHADAP TINGKAT KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA UNTUK MENGHADAPI PERSALINAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

PEMBERIAN JAMU UYUP UYUP TERHADAP KELANCARAN PENGELUARAN AIR SUSU IBU (ASI) PADA IBU NIFAS

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN SARI KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA) TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POSTPARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PELAMBUAN BANJARMASIN TAHUN 2017 MANUSKRIP OLEH Farida Iriani NPM.614201120360 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN BANJARMASIN, 2017

PENGARUH PEMBERIAN SARI KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA) TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POSTPARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PELAMBUAN BANJARMASIN TAHUN 2017 Farida Iriani*, Yuliani B**, Hardiono*** UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN Email: Faridairiany3@gmail.com Abstract The year 2013 in Indonesian exclusive breastfeeding achievement does not reach the national target of 30.2%: 80%, so it can cause the baby suffering from malnutrition that will affect psychomotor, cognitive and social disorders. Green bean extract can be consumed to facilitate milk production because it contains vitamin B1 with levels of 0.64 grams so it can overcome the problem of milk production. This type of research is Quasy-experimental with two group approach pre-posttest design with control. The population of breastfeeding mothers at Pelambuan Health Center in April-May 2017 amounted to 94 with a sample of 20 respondents, using purposive sampling technique. Test statistic wilcoxon sign rank test result of intervention group research got value p0,007 <α0,05 there is influence of green peanut extract on smoothness of milk production of postpartum mother in working area of Pelambuan Banjarmasin health center. Mann Whitney pretest test obtained ρ1,000> α0,05 and at posttest ρ0,059> α0,05 thus no significant difference in pretest and posttest Keywords: Smooth Milk Production, Green Bean Extract

PENGARUH PEMBERIAN SARI KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA) TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POSTPARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PELAMBUAN BANJARMASIN TAHUN 2017 Farida Iriani*, Yuliani B**, Hardiono*** UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN Email: Faridairiany3@gmail.com Abstrak Tahun 2013 di Indonesian pencapaian ASI eksklusif tidak mencapai target nasional yaitu 30,2%:80%, sehingga dapat menyebabkan bayi menderita gizi buruk yang akan berdampak pada gangguan psikomotor, kognitif dan sosial. Sari kacang hijau dapat dikonsumsi untuk memperlancar produksi ASI karena mengandung vitamin B1dengan kadar 0,64 gram sehingga dapat mengatasi masalah produksi ASI. Jenis penelitian ini adalah Quasy-experimental dengan pendekatan two group pre-posttest design with control. Populasi ibu menyusui di Puskesmas Pelambuan pada bulan april-mei 2017 berjumlah 94 dengan sampel 20 responden, menggunakan tehnik purposive sampling. Uji statistik wilcoxon sign rank test hasil penelitian kelompok intervensi didapatkan nilai p0,007< α0,05 ada pengaruh pemberian sari kacang hijau terhadap kelancaran produksi ASI ibu postpartum di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan Banjarmasin. Uji Mann Whitney pretest didapatkan nilai ρ1,000>α0,05 dan saat posttest ρ0,059 >α0,05 dengan demikian tidak ada perbedaan yang signifikan saat pretest maupun posttest Kata kunci: Kelancaran Produksi ASI, Sari Kacang Hijau 1. Pendahuluan Pemberian ASI eksklusif menurut (WHO, 2011), American Academy of Pediatrik (AAP) dan lembaga Internasional lainya menyatakan bahwa ASI eksklusif merupakan satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi karena memiliki komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, sehingga direkomendasikan agar bayi mendapatkan ASI eksklusif minimal 6 bulan setelah kelahiran. Menurut Marmi (2014), keseimbangan zat-zat gizi dalam ASI berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda, ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf. Makanan-makanan tiruan untuk bayi yang diramu menggunakan tekhnologi masa kini tidak mampu menandingi keunggulan makanan ajaib ini. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, angka pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 0-6 bulan hanya mencapai angka 30,2%. Angka tersebut masih relatif rendah jika dibandingkan dengan target nasional yaitu sekitar 80%, padahal dengan pemberian ASI eksklusif dan menyusui baik ibu dan bayinya akan mendapatkan banyak manfaat, bahkan hal ini juga berimbas pada lingkungan, masyarakat, bangsa dan negara (Kemenkes RI, 2013).

Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin pada tahun 2012 bayi yang mendapat ASI eksklusif sebesar 42,4%, pada tahun 2014 pencapaian ASI eksklusif meningkat menjadi 62,6%, dan tahun 2015 pencapaian ASI eksklusif menjadi 82,4% namun angka tersebut masih relatif rendah jika dibandingkan dengan target pencapaian pemberian ASI eksklusif yaitu sebesar 90% di tahun 2016. Terdapat berbagai kendala yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif salah satunya yaitu produksi ASI yang tidak lancar. Salah satu cara untuk memperlancar produksi ASI yaitu dengan mengkonsumsi sari kacang hijau, karena di dalamnya terkandung berbagai komposisi gizi, diantaranya protein, zat besi dan vitamin B1. Protein berguna dalam membantu pembentukan sel-sel otot, mempercepat pemulihan, meningkatkan daya tahan tubuh serta membantu kenyang lebih lama. Kandungan zat besi berfungsi meningkatkan hemoglobin sehingga dapat mencegah terjadinya anemia (Rukmana & Yudirachman, 2014). 2. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasy-experiment) dengan pendekatan two groups pre-postest design with control. Penelitian ini digunakan untuk mengatahui pengaruh pemberian sari kacang hijau terhadap kelancaran produksi ASI ibu postpartum di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan Banjarmasin. Populasi peneliti ini adalah seluruh ibu menyusui yang berjumlah 94 orang. Menggunakan tehnik porpusive sampling maka didapatkan jumlah sampel penelitian pada bulan Maret-April di Puskesmas Pelambuan 2017 yaitu sebanyak 20 orang. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Pelambuan Banjarmasin. Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan November 2016-Juli 2017. Instrumen kelancaran produksi ASI menggunakan lembar observasi dari Asih (2016) sebanyak 10 pertanyaan. Analisis univariat pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan dependen. Analisis univariat pada penelitian ini didapatkan distribusi frekuensi data responden berdasarkan umur, pendidikan dan jenis kontrasepsi yang digunakan. Analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan antara dua variabel. Analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen (pemberian sari kacang hijau) dengan variabel dependen (kelancaran produksi ASI). Adapun uji statistik dalam penelitian ini adalah uji Wilcoxon Rank Test dengan batas kemaknaan 0,05. pada penelitian ini p value < yaitu 0,007 < α= 0,05 maka hipotesis ditolak. Berarti ada pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan menggunakan uji Mann Whitney didapatkan hasil sebelum ρ > α, atau 1,000 > 0,05 Sedangkan hasil sesudah nilai ρ > α, atau 0,059 > 0,05 dengan demikian tidak ada perbedaan yang signifikan pada saat pretest dan posttest kelancaran produksi ASI ibu postpartum antara kelompok intervensi dan kontrol di wilayah kerja Puskesmas tahun 2017. 3. Hasil Penelitian Distribusi frekuensi berdasarkan usia dalam penelitian ini dari menunjukkan bahwa dari 10 orang responden pada kelompok intervensi sebagian besar yaitu 7 orang (70%) dan kelompok kontrol sebagian besar yaitu 8 orang (80%) rata-rata berusia antara 20-35 tahun. Pada kelompok intervensi hampir seluruh responden yaitu 8 orang (80%) rata-rata pendidikan menengah sedangkan kelompok kontrol sebagian responden yaitu 4 orang (40%) rata-rata pendidikan tinggi. Pada kelompok intervensi sebagian besar responden yaitu 6 orang (60%) menggunakan suntik (progesterone) sedangkan pada kelompok kontrol sebagian responden yaitu 4 orang (40%) menggunakan suntik (progesterone) dan pil kombinasi sebagai alat kontrasepsi. 3.1 Analisis univariat Berdasarkan analisis univariat menunjukkan bahwa dari 10 orang responden pada kelompok intervensi dapat diketahui pada saat pretest seluruh ibu postpartum yaitu 10 orang responden mengalami produksi ASI yang tidak lancar, sedangkan pada saat posttest yaitu 10 orang produksi ASI ibu postpartum meningkat menjadi lancar sedangkan pada kelompok kontrol dari 10 orang responden dapat diketahui pada saat pretest tanpa pemberian sari kacang hijau dari seluruh ibu postpartum yaitu 10 orang responden mengalami produksi ASI yang tidak lancar, sedangkan pada saat posttest yaitu 6 orang produksi ASI ibu postpartum meningkat menjadi lancar

3.2 Analisis Bivariat Analisis Bivariat pengaruh pemberian sari kacang hijau terhadap kelancaran produksi ASI ibu postpartum di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan Banjarmasin tahun 2017. Tabel 4.4 Analisis pengaruh pemberian sari kacang hijau (vigna radiata) terhadap kelancaran produksi ASI ibu postpartum di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan Banjarmasin tahun 2017 Pengaruh Pemberian Produksi ASI Total NO Sari Kacang Tidak Lancar Lancar Hijau N % N % N % 1 Sebelum 10 100 - - 10 100 2 Sesudah 0 0 10 10 10 100 Mean Rank 0,00 Asymp.sig (2-tailed) 0,007 < 0,05 Berdasarkan data yang ditunjukkan pada tabel 4.4 dengan menggunakan uji Wilxocon Sign Rank Test menunjukkan nilai signifikan perbedaan (ρ-value) sebesar 0,007 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian sari kacang hijau terhadap kelancaran produksi ASI. Tabel 4.5 Perbedaan kelancaran produksi ASI pre test antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol tanpa pemberian sari kacang hijau (vigna radiata) terhadap kelancaran produksi ASI ibu postpartum di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan Banjarmasin tahun 2017 No Produksi ASI Total Kelompok Tidak Lancar Lancar Hasil N % N % N % 1 Intervensi 10 100 - - 10 100 Mean Rank 10,50 2 Kontrol 10 100 - - 10 100 Meant Rank 10,50 Asymp.Sig (2-tailed) 1,000> 0,05 Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi dan kontrol pada saat pretest, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok intervensi dari 10 orang responden seluruhnya produksi ASI tidak lancar dan kelompok kontrol dari 10 orang responden seluruhnya produksi ASI tidak lancar. Hasil uji statistik data menggunakan uji Mann Whitney didapatkan nilai ρ < α, atau 1,000 > 0,05 dengan demikian pada saat pretest tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelancaran produksi ASI ibu postpartum kelompok intervensi dan kontrol di wilayah kerja Puskesmas tahun 2017. Tabel 4.6 Perbedaan kelancaran produksi ASI post test antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol terhadap kelancaran produksi ASI ibu postpartum di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan Banjarmasin tahun 2017 No Kelompok Produksi ASI Total Hasil Tidak Lancar Lancar N % N % N % 1 Intervensi - - 10 100 10 100 Mean Rank 12,95 2 Kontrol 4 40 6 60 10 100 Meant Rank 8,05 Asymp.Sig (2-tailed) 0.059> 0,05 Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada saat posttest, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok intervensi setelah diberikan sari kacang hijau dari 10 orang responden didapatkan seluruh responden yaitu 10 orang (100%) produksi ASI lancar, sedangkan pada kelompok kontrol dari 10 orang responden didapatkan sebagian besar yaitu 6 orang (60%) responden produksi ASI lancar. Hasil uji statistik data menggunakan uji Mann Whitney didapatkan nilai ρ > α, atau 0,059 > 0,05 dengan demikian pada saat posttest tidak ada

perbedaan yang signifikan antara kelancaran produksi ASI ibu postpartum kelompok intervensi dan kontrol di wilayah kerja Puskesmas tahun 2017. 4. Pembahasan 4.1 Perbedaan kelancaran produksi ASI ibu post partum pretest dan posttest konsumsi sari kacang hijau (Vigna radiata) pada kelompok intervensi di wilayah Puskesmas Pelambuan Banjarmasin. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kelancaran produksi ASI ibu postpartum sebelum konsumsi sari kacang hijau menunjukkan bahwa produksi ASI seluruh ibu postpartum tidak lancar, sesudah konsumsi sari kacang hijau menunjukkan seluruh responden mengalami peningkatan produksi ASI (lancar). Sebelum diberikan sari kacang hijau, seluruh ibu memiliki produksi ASI yang tidak lancar. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI diantaranya yaitu kondisi psikologis seperti ansietas yang memicu terjadinya stress. Pada saat ibu postpartum mengalami stress, maka hormone kortisol akan semakin meningkat. Meningkatnya hormone kortisol ini akan merusak semua fungsi organ tubuh termasuk menghambat produksi oksitosin (hormone yang berfungsi memproduksi ASI). Terhambatnya produksi oksitosin inilah yang menjadi penyebab berkurangnya produksi ASI. Pemilihan ibu postpartum primigravida sebagai responden dikarenakan pertama kali melahirkan merupakan masa yang sangat sulit bagi setiap ibu khususnya ibu postpartum primigravida. Hal ini akan berdampak pada masa nifas (postpartum) seorang ibu. Ibu akan mengalami perubahan mood, cemas, tidak bisa konsentrasi, pusing dan sedih sehingga mempengaruhi kelancaran produksi ASI. Pernyataan tersebut didukung oleh beberapa hasil penelitian yang menyebutkan bahwa sebagian besar ibu postpartum primigravida dengan sedikit pengalaman secara nyata dapat meningkatkan strees atau kecemasan yang tinggi, hal ini disebabkan karena pada ibu primigravida belum memiliki pengalaman dalam persalinan dan merawat bayi (Zonardo, 2010 dalam Asih 2016). Penelitian di atas dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2015) bahwa tingkat kecemasan ibu primigravida berhubungan langsung dengan proses laktasi, karena pada ibu yang malahirkan lebih dari satu kali (multigravida) produksi ASI setelah melahirkan lebih tinggi dibandingkan ibu yang baru pertama kali melahirkan (primigravida). Selain faktor di atas faktor makanan juga sangat mempengaruhi produksi ASI seperti makanan yang mengandung karbohidrat (singkong, ubi jalar, talas dan kentang), protein hewani (telur, susu, daging sapi, ayam dan ikan) (Krismatul dan Hartono, 2011). Makanan yang mengandung sumber vitamin seperti vitamin A, B, C, D dan E. Sumber-sumber vitamin tersebut juga dapat diperoleh dari bahan pangan hewani seperti hati dan daging serta bahan pangan nabati seperti buah-buahan (labu, semangka, melon, papaya dan apel) dan sayuran berwarna hijau (bayam, daun katu, daun papaya, kelakai dan pari). Sumber mineral seperti kalsium, fosfor, besi, seng, yodium dan selain juga dapat diperoleh dari protein hewani terutama ikan dan daging sedangkan untuk memenuhi kebutuhan yodium selain dengan mengkonsumsi pangan yang berasal dari laut, garam beryodium juga dapat digunakan (Krismatul dan Hartono, 2011) Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahayu & Mahanani pada tahun 2012 di dapatkan hasil ada pengaruh antara faktor makanan dengan produksi ASI. Kebanyakan ibu yang baru pertama kali melahirkan mengalami ansietas yang akhirnya dapat memicu terjadinya stress, cemas dan tidak konsentrasi sehingga keadaan psikologis ibu menjadi tidak seimbang. Keadaan psikologis yang tidak seimbang inilah dapat mempengaruhi kedua hormone yang terlibat dalam proses menyusui yaitu hormone prolaktin dan oksitosin, ketika kadar hormone prolaktin yang sedikit maka produksi ASIpun akan sedikit, sebaliknya ketika hormone oksitosin juga sedikit maka akan mempengaruhi otot-otot kecil payudara untuk memeras air susu keluar sehingga kebanyakan ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif. Selain keadaan psikologis, faktor makanan juga sangat mempengaruhi produksi ASI,

oleh karena itu ibu postpartum juga harus memperhatikan makanan yang akan dikonsumsi agar produksi ASI tetap lancar. Salah satu makanan yang berfungsi untuk memperlancar produksi ASI yaitu sari kacang hijau. Setelah diberikan sari kacang hijau (vigna radiata) selama 10 hari dengan dosis 2x sehari sebanyak 320 ml/gelas, didapatkan hasil bahwa seluruh ibu postpartum mengalami peningkatan produksi ASI menjadi lancar. Peningkatan ini dapat disebabkan karena adanya intervensi pemberian sari kacang hijau. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dan Jannah pada tahun 2015 didapatkan hasil bahwa terjadinya peningkatan kelancaran produksi ASI ibu nifas setelah diberikan sari kacang hijau sebanyak 220 ml/gelas selama 7 hari dengan dosisi 2x sehari. Menurut Shohib (2007) dalam Gatot (2014) menyebutkan bahwa kandungan dari kacang-kacangan mampu membantu proses pertumbuhan janin pada ibu hamil serta mampu mengoptimalkan pengeluaran ASI serta kepekatan warna ASI pada ibu menyusui. Terjadinya peningkatan ini dikarenakan ibu dapat memenuhi gizi dan nutrisi setiap harinya, dengan meminum sari kacang hijau yang kaya akan gizi dan nutrisi, mempengaruhi kerja neurotransmiter sehingga dapat bekerja dengan baik, ketika neurotransmitter bekerja dengan baik maka hormone prolaktin dan oksiton dapat memproduksi dan memperlancar produksi ASI sehingga ibu dapat memberikan ASI secara eksklusif, selain itu kandungan B1 yang ada didalam sari kacang hijau juga berguna untuk memaksimalkan sistem kerja saraf sehingga mudah berkonsentrasi dan lebih bersemangat. 4.2 Perbedaan kelancaran ASI ibu postpartum pretest dan posttest pada kelompok kontrol di wilayah Puskesmas Pelambuan Banjarmasin. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kelancaran produksi ASI ibu postpartum saat pretest pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa seluruh responden produksi ASI tidak lancar, sedangkan pada saat posttest menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami peningkatan produksi ASI (lancar). Pada saat pretest, dilakukan pengukuran terhadap produksi ASI seluruh ibu postpartum mengalami produksi ASI yang tidak lancar. Kebanyakan ibu tidak memperhatikan makanan yang mengandung gizi dan nutrisi yang harus dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI, serta pemilihan alat kontrasepsi yang salah sehingga dapat mempengaruhi produksi ASI. Produksi ASI yang sedikit membuat ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif dan memilih alternatif lain yaitu memberikan susu formula. Penelitian yang dilakukan oleh Duke University Medical Center (2016) menemukan bayi yang meminum ASI secara eksklusif mengalami pertumbuhan usus yang lebih sehat. Hal ini disebabkan ASI ternyata mendorong koloni mikrobiotik flora unik untuk meningkatkan pengembangan sistem imun. Keberadaan bakteri ini menghambat perkembangan bakteri, virus dan parasit yang berbahaya. Telah dibuktikan pula bahwa terdapat unsur-unsur di dalam ASI yang dapat membentuk sistem kekebalan untuk melawan penyakit-penyakit menular dan membantunya agar bekerja dengan benar. Selain itu pemberian ASI eksklusif yang kurang menyebabkan bayi menderita gizi kurang bahkan gizi buruk, dan hal tersebut berdampak pada gangguan psikomotor, kognitif dan sosial serta secara klinis terjadi ganguan pertumbuhan. Salah satu cara untuk memperlancar produksi ASI yaitu dengan mengkonsumsi sari kacang hijau, karena di dalamnya terkandung berbagai komposisi gizi, diantaranya protein, zat besi dan vitamin B1. Protein berguna dalam membantu pembentukan sel-sel otot, mempercepat pemulihan, meningkatkan daya tahan tubuh serta membantu kenyang lebih lama. Serta kandungan B1 yang terdapat pada sari kacang hijau dapat mengubah perasaan seseorang menjadi senang, bahagia dan lebih mudah berkonsentrasi sehingga produksi dan pengeluaran ASI lancar. Pada saat posttest didapatkan hasil bahwa sebagian besar ibu postpartum mengalami produksi ASI yang lancar. Produksi ASI dipengaruhi beberapa faktor diantaranya faktor makanan dan

pemilihan alat kontrasepsi, pemilihan makanan yang banyak mengandung gizi dan nutrisi yang seimbang serta pemilihan alat kontrasepsi yang benar akan berdampak pada produksi ASI, namun pemilihan alat kontrasepsi yang salah seperti penggunaan pil kontrasepsi kombinasi hormon estrogen dan progestin berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986 dalam ACC/SCN, 2014), sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin (mini pil) maka tidak ada dampak terhadap volume ASI (WHO Task Force on Oral Contraceptives, 1988 dalam ACC/SCN, 2014). Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang ingin menggunakan pil kontrasepsi Meskipun pada kelompok kontrol tidak diberikan intervensi berupa sari kacang hijau (vigna radiata) produksi ASI responden pada saat posttest meningkat (lancar). Sebagian responden produksi ASI lancar disebabkan karena ibu makan secara teratur, cukup mengandung gizi yang diperlukan, karena kelenjar pembuat ASI (alveoli) tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. gizi dan nutrisi yang kurang tidak dapat memenuhi kebutuhan ibu per hari sehingga menyebabkan produksi ASI tidak lancar karena dalam proses produksi ASI diperlukan kandungan gizi makanan untuk dapat mendapatkan jumlah ASI yang dibutuhkan oleh bayi. Sedangkan sebagian responden produksi ASI tidak lancar dikarenakan 40% menggunakan pil kombinasi progesterone dan estrogen sehingga sangat mempengaruhi volume dan durasi ASI. 4.3 Pengaruh pemberian sari kacang hijau (vigna radiata) terhadap kelancaran produksi ASI ibu postpartum diwilayah kerja puskesmas Pelambuan Banjarmasin tahun 2017 Hasil penelitian didapatkan bahwa produksi ASI ibu postapartum sebelum diberikan sari kacang hijau seluruhnya tidak lancar sedangkan setelah diberikan sari kacang hijau produksi ASI ibu postpartum seluruhnya meningkat (lancar) Sari kacang hijau mengandung Vitamin B1 (thiamin) yang berfungsi untuk mengubah karbohidrat menjadi energi, memperkuat sistem saraf dan bertanggung jawab untuk produksi ASI, dimana thiamin akan merangsang kerja neurotransmiter yang akan menyampaikan pesan ke hipofisis posterior untuk mensekresi hormon oksitosin sehingga hormon ini dapat memacu kontraksi otot polos mammae yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran sehingga ASI di pompa keluar, selain itu juga berguna untuk memaksimalkan sistem kerja saraf sehingga mudah berkonsentrasi dan lebih bersemangat. Ibu yang mudah berkonsentrasi, bersemangat serta mood yang baik akan mimicu kerja otak untuk memberikan informasi kepada infuls saraf agar menstimulasi hipotalamus dalam pembentukan hormon prolaktin dan oksitosin sehingga proses pembentukan ASI serta pengeluaran ASI lancar (Reni, 2014). Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dan Jannah pada tahun 2015 didapatkan hasil bahwa adanya pengaruh pemberian sari kacang hijau terhadap peningkatan kelancaran produksi ASI ibu nifas setelah diberikan sari kacang hijau sebanyak 220 ml/gelas selama 7 hari dengan dosisi 2x sehari. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pemberian sari kacang hijau terhadap kelancaran produksi ASI di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan Banjarmasin tahun 2017. Pemberian sari kacang hijau meningkatkan produksi ASI (lancar) yang ditunjukkan dengan pemberian susu formula yang semakin berkurang. Ibu menyusui yang mengkonsumsi sari kacang hijau secara langsung akan menambah kebutuhan gizi dan nutrisi setiap harinya. Artinya semakin banyak mengkonsumsi sari kacang hijau maka akan semakin banyak pula produksi ASI dan pengeluaran ASI akan semakin lancar. Sehingga untuk ibu menyusui dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tambahan seperti sari kacang hijau untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisi setiap harinya. 4.4 Perbedaan kelancaran produksi ASI ibu postpartum pada kelompok intervensi dan kontrol saat pre test di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan Banjarmasin. Berdasarkan pada uji perbedaan antara kelompok kontrol dan intervensi pada saat pengukuran pre test tentang pemberian sari kacang hijau pada ibu postpartum dengan menggunakan uji statistik Mann Whitney Test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kelancaran produksi

ASI responden antara kelompok kontrol dan intervensi saat pre test. Tidak adanya perbedaan yang signifikan terhadap kelancaran produksi ASI antara tingkat responden kelompok kontrol dan intervensi disebabkan pada kelompok intervensi belum diberikan sari kacang hijau dari peneliti saat pre test sehingga efektivitas dari sari kacang hijau masih belum terlihat jelas untuk mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI ibu postpartum. Menurut Rahmat (2015) hal utama dalam menyusui yaitu ibu harus mengetahui prinsip yang dipengaruhi oleh 2 hormon diantaranya hormon prolaktin yang bertanggung jawab terhadap produksi ASI dan hormon oksitosin yang bertanggung jawab terhadap proses pengeluaran ASI. Serta 2 refleks yaitu refleks prolaktin dan let down reflex. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi namun, pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3, sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi dan rangsangan puting susu (Puspita, 2014). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi pada tahun 2015 menyatakan bahwa ibu-ibu multigravida menunjukkan produksi ASI lebih banyak dibandingkan dengan primigravida pada hari keempat postpartum, tetapi setelah pola menyusui dapat dibangun maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan antara ibu primigravida dengan multigravida. Namun jika ibu npostpartum mengalami kesulitan menyusui akibat kurangnya refleks let down maka dapat dibantu dengan pemijatan payudara, penghangatan payudara dengan mandi air hangat atau menyusui dalam waktu yang tenang (Puspita, 2014). Metode lain yang juga diduga dapat mempengaruhi produksi ASI yaitu dengan mengkonsumsi daun katuk, daun papaya serta mengkonsumi sari kacang hijau. Komposisi gizi pada sari kacang hijau lebih tinggi dibandingkan dengan daun katuk dan daun papaya sehingga dengan mengkonsumsi sari kacang hijau sangat dianjurkan untuk memperlancar produksi ASI, kandungan vitamin B1 memberikan banyak manfaat dalam proses menyusui selain mengurangi stress, memaksimalkan sistem kerja saraf juga dapat mempercepat proses involusio uterus. 4.5 Perbedaan kelancaran produksi ASI ibu postpartum pada kelompok intervensi dan kontrol pada saat post test di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan Banjarmasin. Berdasarkan pada uji perbedaan antara kelompok kontrol dan intervensi pada saat pengukuran post test tentang pemberian sari kacang hijau pada ibu postpartum dengan menggunakan uji statistik Mann Whitney Test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kelancaran produksi ASI responden pada kelompok kontrol dan intervensi saat post test. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pada kelompok intervensi yang diberikan sari kacang hijau dengan jumlah seluruh responden dengan produksi ASI lancar lebih besar dibandingkan dengan ibu postpartum pada kelompok kontrol yang hanya sebagian besar responden dengan produksi ASI lancar. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa hipotesis penelitian terbukti yang berarti dengan mengkonsumsi sari kacang hijau sangat berpengaruh terhadap kelancaran produksi ASI ibu postpartum. Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian Rahayu & Maharani pada tahun 2012 didapatkan hasil yaitu ada pengaruh antara faktor makanan dengan produksi ASI, sedangkan faktor psikis dan isapan bayi tidak ada pengaruh terhadap kelancaran produksi ASI. Hal tersebut terjadi apabila ibu makan secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI (alveoli) tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Makanan yang kurang tidak dapat memenuhi kebutuhan ibu per hari menyebabkan ASI tidak lancar karena dalam proses produksi ASI diperlukan kandungan gizi makanan untuk dapat mendapatkan jumlah ASI yang

dibutuhkan oleh bayi. Salah satu makanan yang dapat sangat berpengaruh pada kelancaran produksi yaitu sari kacang hijau. Berdasarkan tabel kelancaran produksi ASI serta hasil uji statistik dimana tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, namun pada kelompok kontrol hanya sebagian besar produksi ASI lancar sedangkan pada kelompok intervensi seluruh responden produksi ASI lancar dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh setelah pemberian sari kacang hijau. Adapun indikator dari faktor ibu ini dilihat dari pemeriksaan payudara, payudara terasa penuh atau tegang berarti let down refleks bekerja dengan baik, hal ini menandakan kerja dari hormon oksitosin yang menyebabkan terjadinya let down refleks. Salah satu yang menyebabkan kerja hormon oksitosin baik adalah karena adanya rangsangan dari bayi serta ibu yang rileks, salah satu caranya adalah dengan konsumsi sari kacang hijau (Asih, 2016). Kerja hormon oksitosin ini juga dipengaruhi oleh isapan bayi, semakin sering bayi mengisap maka akan semakin sering hormon oksitosin terangsang, wanita umumnya menyusui atau memerah ASI delapan kali dalam 24 jam untuk menjaga produksi ASI tetap tinggi pada masamasa awal menyusui khususnya empat bulan pertama pasca melahirkan. Kebiasaan menyusui setiap dua-tiga jam juga menjaga produksi ASI agar tetap tinggi. Biasanya bayi yang sehat dapat mengosongkan payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam, awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tidak teratur dan akan teratur 1-2 minggu kemudian. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik karena isapan bayi akan sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI sehingga dengan menyusui tanpa jadwal mencegah timbulnya masalah menyusui (Hartono, 2014). Faktor lain yang juga mempengaruhi kerja kedua hormon yaitu kondisi psikologis ibu, ibu postpartum yang sedang stress, cemas atau sedih akan menyebabkan berkurangnya produksi dan pengeluaran ASI. Menyusui memerlukan ketenangan, ketentraman dan perasaan aman dari ibu. Kecemasan dan kesedihan dapat menyebabkan ketegangan yang mempengaruhi kerja saraf, pembuluh darah dan sebagainya sehingga akan mengganggu produksi ASI. Hal ini sejalan dengan penelitian Amalia pada tahun 2016 menemukan bahwa kondisi psikologis ibu seperti stress serta kondisi bayi baru lahir yang terlalu lemah dan mengantuk sehingga mempengaruhi proses menyusui. Sesuai pendapat di atas kelancaran produksi ASI memang disebabkan karena pembarian sari kacang hijau yang sangat berpengaruh terhadap kelancaran produksi ASI ibu postpartum, karena dengan meminum sari kacang hijau dapat mempengaruhi kerja neurotransmiter sehingga dapat bekerja dengan baik, ketika neurotransmitter bekerja dengan baik maka hormone prolaktin dan oksiton dapat memproduksi dan memperlancar produksi ASI sehingga ibu dapat memberikan ASI secara eksklusif, selain itu kandungan B1 yang ada didalam sari kacang hijau juga berguna untuk memaksimalkan sistem kerja saraf sehingga mudah berkonsentrasi dan lebih bersemangat. 5 Kesimpulan 5.1 Produksi ASI ibu postpartum pada kelompok intervensi di wilayah Puskesmas Pelambuan Banjarmasin sebelum konsumsi sari kacang hijau (vigna radiata) seluruhnya tidak lancar sedangkan setelah konsumsi sari kacang hijau (vigna radiata) seluruhnya lancar. 5.2 Produksi ASI ibu postpartum saat pretest pada kelompok kontrol di wilayah Puskesmas Pelambuan Banjarmasin seluruhnya tidak lancar sedangkan pada saat posttest sebagian besar produksi ASI lancar 5.3 Terdapat pengaruh pemberian sari kacang hijau terhadap kelancaran produksi ASI ibu postpartum di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan Banjarmasin. 5.4 Tidak terdapat perbedaan kelancaran produksi ASI ibu postpartum antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada saat pre test dan post test di wilayah kerja Puskesmas Pelambuan Banjarmasin. 6 Saran 6.4 Bagi peneliti

Bagi peneliti hendaknya mengembangkan agar dapat mengaplikasikan dengancara memberikan pendidikan kesehatan tentang kegunaan konsumsi sari kacang hijau khususnya kepada ibu menyusui 6.5 Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan sebagai bahan atau sumber bacaan di Perpustakaan Institusi pendidikan khususnya tentang penanganan produksi ASI yang tidak lancer 6.6 Bagi masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan pengetahuan baru bagi masyarakat, khususnya ibu menyusui sehingga dapat melakukan tindakan untuk memperlancar produksi ASI seperti dengan mengkonsumsi sari kacang hijau. 6.7 Bagi peneliti selanjutnya 6.7.1 Penelitian ini diharapkan dapat melakukan observasi secara intensive agar sari kacang hijau dikonsumsi habis oleh responden 6.7.2 Peneliti selanjutnya juga dapat mengganti salah satu variabel seperti konsumsi buah papaya untuk memperlancar produksi ASI 6.7.3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kandungan lain yang terdapat pada sari kacang hijau (vigna radiate) Daftar Rujukan Asih, Y. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui dilengkapi dengan Evidence Based Practice dan Daftar Tilik Asuhan Nifas. Jakarta: Trans Info Media. Dewi, P.K (2015) Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Onset Laktasi pada Ibu Postpartum di RS PKU MUhammadiyah Yogyakarta. e-journal Keperawatan (e-kp). 1 (1) Oktober, pp. 11-19. Gatot, S.(2014). MPASI SUPER LENGKAP. Jakarta Timur: Penerbit PENEBAR SWADAYA GROUP Hartono, 1 & Krismatul, D. (2011). Menu Sehat untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Jakarta: Puspa Swara Marmi, S. (2012). ASI Saja Mama Berilah Aku ASI Karena Aku Bukan Anak Sapi. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. Puspita, E. (2014). Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Postnatal Care). Jakarta Timur: Penerbit CV. TRANS INFO MEDIA. Rahayu, P. D dan Maharani (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI pada Ibu Nifas. e- journal Keperawatan (e-kp). 2 (1) Oktober, pp. 10-16 Reni, Y. (2014). Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika Rukmana, R. & Yudiracman (2013). ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika. University of Maryland Medical Center. (2015). Vitamin B1 (Thiamine) (internet). Tersedia dalam: <www.umm.edu/health/medical/supplement/ vitamin-b1-thiamine> (diakses 20 Oktober 2016 jam 21.00) Wulandari, D.T & Jannah, S.R (2015). Pengaruh Pemberian Sari Kacang Hijau pada Ibu Nifas dengan Kelancaran Produksi ASI di BPM Yuni Widaryanti, Amd.Keb Sumbermulyo Jogoroto Jombang. Jurnal Edu Health, 5(2) September, pp 148-153. Wulandari, N.A (2015). Perbedaan Tingkat Kecemasan Proses Menyusui Primipara dan Multipara di Puskesmas Kasihan 1 Bantul Yogyakarta. Jurnal Edu Health, 2(1) September, pp 118-133.

*Farida I. Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Program Studi S.1 Keperawatan. ** Yuliani Budiyarti, Ns., M.kep., Sp. Mat Dosen Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Program Studi S.1 Keperawatan. *** Hardiono, S.KM., M.Kes Dosen Poltekkes Kemenkes Banjarbaru.