BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan diungkapkan pula dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

meningkatkan hasil belajar. Pengertian belajar itu sendiri menurut Morgan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan perubahan Kurikulum 2013 merupakan sebuah ikhtiar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dituntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

BAB I PENDAHULUAN. dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting yang harus dimiliki oleh setiap manusia dalam perjalanan hidupnya. H. Horne dalam (Retno Listyarti, 2012, hlm.2) Pendidikan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar, intelektual, emosional, dan kemanusiaan dari manusia. Pendidikan tidak didapatkan dengan mudah ataupun dengan waktu yang singkat melainkan melalui suatu proses pembelajaran yang nantinya akan berpengaruh pada perubahan sikap dan tingkah laku manusia dalam setiap tindakan dan pemikirannya. Pendidikan menjadi salah satu faktor utama dalam kemajuan bangsa. Keberhasilan suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas pendidikan di negaranya. Suatu bangsa akan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan tidak akan mudah diperbudak oleh pihak lain. Apalagi di zaman sekarang yang sudah maju dan arus globalisasi semakin tidak dapat dibendung lagi. Maka pendidikan menjadi faktor utama terciptanya manusia yang mampu mengikuti perkembangan bahkan menjadi agen perubahan bagi dunia. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 dikemukakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan manusia lebih berakhlak dan berbudi pekerti luhur, dan yang terlebih lagi pendidikan mengantarkan mansia kepada tujuan hidupnya. 1

2 Jabaran yang terlebih lagi pendidikan menghantarkan manusia kepada tujuan hidupnya. Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang NO. 20 Tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa: Membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. Berkaitan dengan pembahasan pada penelitian ini definisi diatas berhubungan langsung dengan beberapa pendidikan nasional, diantaranya untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertaqwa kepada tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, dan mandiri. Fokus penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Kunandar (2014, hlm. 52) mendefinisikan hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tetentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasi siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Penilaian kurikulum 2013 saat ini lebih kepada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan dinilai secara bersamaan sesuai dengan kondisi nyata. Penilaian dilaksanakan untuk mengetahui pencapaian kompetensi siswa. Sesuai dengan ungkapan Bernyamin Bloom bahwa hasil belajar mencakup tuga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Bernyamin Bloom dalam (Nana Sudjana, 2016, hlm, 22-23) hasil belajar dibagi menjadi tiga yaitu: 1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yangbterdiri dari enam aspek, yakni (a) pengetahuan atau ingatan, (b) pemahaman, (c) aplikasi, (d) analisis, (e) sintesis, dan (f) evaluasi. Kedua adpek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni a) penerimaan, (b) jawaban atau reaksi, (c) penilaian, (d) organisasi, dan (e) internaliasi.

3 3. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampaun peseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Mengingat dalam proses belajar dan pembelajaran mengalami perubahan, maka sistem penilaian bukan hanya melalui tes dalam mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja tetapi menuju penilaian autentik yaitu mengukur semua kompetensi sikap (afektif), keterampilan pengetahuan (kognitif) berdasarkan proses dan hasil, dan keterampilan (psikomotor). Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap dan nilai. Ranah sikap yan terdiri dari lima spek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi Bernyamin Bloom dalam (Nana Sudjana, 2016, hlm. 22). Sesuai dengan Subtema Kebersamaan dalam Keberagaman sikap yang dikembangkan pada pembelajaran ini yakni sikap peduli dan santun. Sikap peduli yang tinggi akan menghasilkan nilai-nilai kebaikan pada umumnya, Leininger (1981) bahwa kepedulian adalah perasaan yang ditujukan kepada orang lain, dan itulah yang memotivasi dan memberikan kekuatan untukbertindak dan bereaksi, dan mempengaruhi kehidupan secara konstruktif dan positif, dengan meningkatkan kedekatan dan self actualization satu sama lain. Menurut buku panduan penilaian Sekolah Dasar (2016, hlm, 25), indikator sikap peduli sebagai berikut: 1. Ingin tahu dan ingin membantu teman yang kesulitan dalam pembelajaran. 2. Perhatian kepada orang lain. 3. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial di sekolah, misal: mengumpulkan sumbangan untuk membantu yang sakit atau kemalangan. 4. Meminjamkan alat kepada teman yang tidak membawa/memiliki. 5. Menolong teman yang mengalami kesulitan.

4 6. Menjaga keasrian, keindahan, dan kebersihan lingkungan sekolah. 7. Melerai teman yang berselisih (bertengkar). 8. Menjenguk teman atau pendidik yang sakit. 9. Menunjukkan perhatian terhadap kebersihan kelas dan lingkungan sekolah. Sikap santun menurut Buku Panduan Sekolah Dasar (2016, hlm. 24) merupakan perilaku hormat pada orang lain dengan bahasa yang baik. Sedangkan menurut Heri Gunawan (2012, hlm. 34) santun merupakan sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang. Daryanto dan Suryatri Darmiatun (2013, hlm. 145) mendeskripsikan bahwa santun merupakan sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Menurut Buku Panduan Penilaian Sekolah Dasar (2016, hlm, 24), indikator sikap santun adalah: 1. Menghormati orang lain dan menghormati cara bicara yang tepat. 2. Menghormati pendidik atau guru yang sedang menyampaikan pembelajaran. 3. Berbicara atau bertutur kata halus tidak kasar. 4. Berpakaian rapi dan pantas. 5. Dapat mengendalikan emosi dalam menghadapi masalah, tidak marah-marah. 6. Menunjukkan wajah ramah, bersahabat, dan tidak cemberut. 7. Mengucapkan terimakasih apabila menerima bantuan dalam bentuk jasa atau barang dari orang lain. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajarai, yang berkenaan engan kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Penilaian dilaksanakan untuk mengetahui pencapaian kompetensi siswa. Sesuai dengan ungkapan Bloom bahwa hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Lorin W. Anderson dan David R kratwohl yang diterjemahkan oleh Agung Prihantoro (2015, hlm. 61): Mengategorikan pengetahuna menjadi empat jenis, yaitu (1) Pengetahuan Faktual, (2) Pengetahuan konseptual, (3) Pengetahuan Prosedural, dan (4) Pengetahuan Metakognitif. Dimensi dalam

5 dimensi proses kognitif terbagi menjagi 6 dimensi yaitu dari C1-C6 diantaranya sebagai berikut: C1 (Mengingat), Mengingat yaitu mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang, C2 (Memahami) yaitu mengkontruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang di ucapkan, di tulis, dan digambar oleh guru), C3 (Mengaplikasikan) yaitu, menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu,c4 (Menganalisis) yaitu, memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan, C5 (Mengevaluasi) yaitu, mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan atau standar, C6 (Mencipta) yaitu memadukan bagian bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal. Berdasarkan hasil analisis pada tema 1 subtema 2 Kompetensi Dasar (KD) pada pembelajaran yang akan diteliti dimensi kognitif yang dikembangkan hanya C2 dan C3. (C2) yaitu mengidentifikasi dan (C3) yaitu menerapkan. Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skiil) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Berdasrkan tabel Kata Kerja Operasional (KKO) ranah psikomotor edisi teori menurut taksonomi Bloom terbagi kedalam 5 dimensi diantaranya yaitu : P1 (Meniru), P2 (Manipulasi), P3 (Presisi), P4 (Artikulasi), dan P5 (Naturalisasi). Pada pembelajaran tema 1 subtema 2 aspek keterampilan yang dikembangkan adalah keterampilan: menemukan informasi, menganalisis, mengidentifikasi, menyimpulkan, mengomunikasikan hasil. Berdasarkan hasil analisis tema 1 subtema 2 Kompetensi Dasar (KD) aspek keterampilan yang akan dikembangkan pada pembelajaran yang akan diteliti yaitu terdapat pada dimensi P1 dan P2. P1 yaitu meniru dan P2 yaitu manipulasi. Berdasarkan fakta yang ditemukan peneliti saat observasi di SDN 1 Sukamanah Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta peneliti menemukan rendahnya hasil belajar siswa di kelas IV SDN 1 Sukamanah berjumlah 20 orang siswa yang terdiri dari 11 Perempuan dan 9 laki-laki, ternyata siswa belum menunjukan sikap peduli, santun dan hasil belajar yang mencapai

6 kriteria ketuntasan minimal yang telah di tetapkan oleh sekolah. Hal tersebut terlihat pada saat pembelajaran berlangsung siswa tidak menunjukan sikap yang sesuai dengan indikator sikap peduli dan santun yang seharusnya muncul saat pembelajaran berlangsung. Begitupun hasil belajar siswa berdasarkan hasil data hasil ulangan harian pada pembelajaran hari tersebut pada umumnya hanya 30% atau 6 orang yang mencapai KKM dan yang belum mencapai KKM 70 % atau 14 orang. Alasan dari diperolehnya nilai tersebut dikarenakan kurangnya guru dalam melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, guru hanya menilai pada aspek kognitifnya saja tanpa memperhatikan aspek afektif dan psikomotor. Fenomena yang ditemukan peneliti saat observasi dianataranya yaitu, bahwa pada saat pembelajaran berlangsung siswa terlihat pasif terlebih lagi pembelajaran hanya terarah pada peningkatan kognitif saja tanpa didampingi dengan adanya pada arah sikap. Disamping itu siswa yang mengikuti belajar kurang bersemangat karena guru kurang melibatka siswa dalam proses belajar mengajar dan banyak menemukan fakta bahwa guru kurang menggunakan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif pada saat proses belajar mengajar yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Serta dalam lingkungan kelas pada saat pembelajaran berlangsung sikap peduli dan santun antar siswa kurang terlihat. Seperti kurangnya rasa ingin tahu dan ingin membantun teman yang kesulitan dalam pembelajaran, cara menghormati orang lain serta bertutur kata halus. Dari permasalahan yang muncul seperti yang telah dikemukakan oleh peneliti saat melakukan observasi dapat disimpulkan masalah-masalah tersebutlah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa sehingga perlu perbaikan dalam proses belajar mengajar agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal. Proses pembelajaran saat ini tidak hanya sekedar mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Guru harus merubah paradigma tersebut dengan kegiatan pembelajaran aktif kreatif yang lebih menekankan kepada kemampuan siswa, bukan proses pembelajaran yang hanya berpusat pada guru. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman

7 belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar siswa, siswa dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Model pembelajaran yang baik dapat membantu kegiatan pembelajaran berlangsung dengan baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai model pembelajaran dan guru dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan pelajaran yang akan dipelajari. Dalam kurikulum 2013 metode ceramah sudah tidak cocok digunakan, karena pada saat ini proses pembelajaran berpusat kepada siswa (student center) dimana siswa harus lebih aktif dalam proses pembelajaran. Maka peneliti mencoba untuk mencari cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa baik dari segi afektik, kognitif, dan psikomotor agar tercipta pembelajaran yang sesuai dengan yang diharapkan. Salah satunya dengan penggunaan model ataupun alat media pembelajaran yang tepat. Berdasarkan permasalahan diatas dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa maka akan diterapkannya model pembelajaran discovery learning. Mengingat bahwa model discovery learning merupakan sebuah model atau metode pembelajaran dengan penemuan. Dimana siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran serta siswa dapat menemukan ide atau gagasannya sendiri sehingga pembelajaran lebih bermakna. Seperti yang dikemukakan oleh (M. Hosnan, 2014, hlm. 282). Sun dalam (Adang Heriawan dkk, 2012, hlm. 101) Discovery learning adalah proses mental siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, mejelaskan, mengukur, memuat, kesimpulan, dan sebagainya. Lebih lanjut Oemar Hamalik dalam (Takdir Ilahi, 2012, hlm 29) menyatakan bahwa discovery adalah proses pembelajaran yang menitik beratkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan dilapangan.

8 Langkah-langkah pembelajaran discovery learning menurut M. Hosnan (2014, hlm. 289) sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan dari pembelajaran. 2. Menganalisis/ mengidentifikasi karakteristik para siswa. 3. Memilih materi pembelajaran. 4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajaro oleh siswa secara induktif (dari contoh generalisasi). 5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa. 6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahan enaktif, ikonik sampai ke simbolik. 7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. Berdasarkan latar belakang maka peneliti tertarik mengangkat judul penelitian sebagai berikut Penggunaan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Subtema Kebersamaan dalam Keberagaman di kelas IV SDN 1 Sukamanah Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2017/2018. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan fenomena yang berkembang, masalah-masalah belajar itu banyak diantaranya: 1. Kurangnya pemahaman guru tentang penggunaan strategi pembelajaran yang sudah berkembang dan cenderung menggunakan metode yang bersifat konvensional, monoton dan masih berpusat pada guru. 2. Kurangnya alat media pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran. 3. Partisifasi siswa dalam pembelajaran kurang sehingga pembelajaran cenderung pasif. 4. Sebagian besar siswa memiliki nilai hasil belajar yang tidak mencapai KKM. 5. Rendahnya sikap peduli dan santun. C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah maka dalam penelitian ini melihat kemampuan, ketersediaan dan kepentingan pengembangan pendidikan dari

9 sekian banyak permasalahan yang ditemukan oleh peneliti, maka peneliti membatasi masalah ini yaitu: a. Penggunaan model pembelajaran discovery learning. b. Penelitian ini hanya akan mengkaji atau menelaah pembelajaran pada pokok bahasan dalam Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Kebersamaan dalam Keberagaman. c. Obyek dalam penelitian ini hanya akan meneliti pada siswa SD kelas IV di SDN 1 Sukamanah Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta. d. Fokus penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang meliputi 3 aspek yaitu sikap, pengetahuan, keterampilan. 2. Rumusan Masalah a. Rumusan Masalah Umun Rumusan masalah penelitian ini secara umum adalah mampukah penerapan model discovery learning meningkatkan hasil belajar siswa? b. Rumusan Masalah Khusus Merujuk pada batasan masalah di atas, maka permasalahan yang ada dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning pada siswa kelas IV SDN 1 Sukamanah pada subtema Kebersamaan dalam Keberagaman. 2. Bagaimana pelaksanaan model Pembelajaran discovery learning pada subtema kebersamaan dalam keberagaman pada kelas IV SDN 1 Sukamanah meningkat? 3. Adakah peningkatan hasil penilaian mahasiswa/peneliti dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning pada subtema Kebersamaan dalam Keberagaman siswa Kelas IV SDN 1 Sukamanah? 4. Apakah sikap peduli dan santun tumbuh optimal setelah menggunakan model discovery learning? 5. Berapa peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siswa pada 6 kegiatan pembelajaran setelah menggunakan model discovery leraning?

10 6. Apakah setelah menggunakan model discovery learning keterampilan yang dilaksanakan pada setiap pembelajaran tercapai? 7. Bagaimana respon siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan model discovery learning? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Secara Umum Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui keberhasilan penerapan model discovery leraning dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Tujuan Secara Khusus Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan khusu penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning pada subtema Kebersamaan dalam Keberagaman pada siswa kelas IV SDN 1 Sukamanah. b. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan model pembelajaran dengan menggunaan model pembelajaran discovery learning pada subtema Kebersamaan dalam Keberagaman siswa Kelas IV SDN 1 Sukamanah. c. Untuk mengetahui peningkatan hasil penilaian mahasiswa/peneliti dengan menggunaan model pembelajaran discovery learning pada subtema Kebersamaan dalam Keberagaman pada siswa kelas IV SDN 1 Sukamanah d. Untuk mengetahui apakah sikap peduli dan santun tumbuh optimal setelah menggunakan model discovery learning. e. Untuk mengetahui berapa peningkatakan rata-rata nilai hasil belajar siswa pada enam kegiatan pembelajaran setelah menggunakan model discovery learning. f. Untuk mengetahui apakah setelah menggunakan model discovery learning keterampilan yang dilaksanakan setiap pembelajaran meningkat. g. Untuk mengetahui respon siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning pada kelas IV SDN 1 Sukamanah pada subtema Kebersamaan dalam Keberagaman.

11 E. Manfaat Penelitian Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, maka hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat menambah keilmuan bagi guru sekolah dasar dalam melaksanakan pembelajaran dikelas, peneliti lain dan pembaca. Untuk penggunaan metode discovery learning untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik di kelas IV SDN 1 Sukamanah. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta Dapat meningkatkan hasil belajar siswa, Selain itu peserta didik mampu bersikap kritis dan dapat menemukan informasi atau pengetahuan baru seccara mandiri. b. Bagi Guru Dapat menyusun Rencana Pelaksaan Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning sehingga dapat menerapkan model pembelajaran discovery learning pada kegiatan pembelajaran. c. Bagi Sekolah Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan mutu hasil pembelajaran khususnya berkenaan dengan model pembelajaran discovery learning. d. Bagi Peneliti Sebagai bahan pengembangan pengetahuan serta sumber bagi peneliti yang ingin memperdalam ilmu di bidang peningkatan hasil belajar dan dapat menambah pengetahuan serta pengalaman peneliti dalam menerapkan model discovery learning pada proses kegiatan pembelajaran dan bagi pembaca, juga dapat memberikan gambaran mengenai kegiatan belajar mengajar di SD menggunakan model pembelajarann discovery learning.

12 e. Bagi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Penelitian ini dapat dijadikan bahan perpustakaan kampus agar dijadikan pedoman bagi dosen dalam pengembangan materi perkuliahan. Selain itu, penelitian merupakan prasyarat untuk menempuh gelar S1 di PGSD.