JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 2017 E-ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS EKONOMI PEMANFAATAN KULIT UMBI UBI KAYU ( Manihot Utilissima ) Fermentasi Aspergillus Niger TERHADAP PAKAN KONSENTRAT PADA DOMBA LOKAL JANTAN

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

PENAMBAHAN PROBIOTIK STARBIO PADA SUPLEMEN MULTINUTRISI TERHADAP ANALISIS USAHA SAPI BALI (Bos sondaicus)

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

Keywords: Financial Analysis, Corn Cobs, The Weaning Males Local Sheep, Bio-activator ABSTRAK

EFEK PERBEDAAN JANGKA WAKTU AWAL PEMBERIAN RANSUM TERHADAP ANALISIS USAHA BROILER ROI IWAN G. MANURUNG

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

Analisis Usaha Pemanfaatan Sisa Panen Tanaman Pisang Sebagai Pengganti Rumput Dalam Pakan Komplit Berbentuk Pelet Pada Domba Jantan Lokal Lepas Sapih

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

ANALISIS USAHA ITIK RAJA (MOJOSARI ALABIO) UMUR 0-7 MINGGU MENGGUNAKAN BUNGKIL INTI SAWIT YANG DIBERI HEMICELL PADA RANSUM

PENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

MATERI DAN METODE. Materi

Analisis Titik Impas dan Efisiensi Pada Usaha Domba...Reka Maharnika ANALISIS TITIK IMPAS DAN EFISIENSI PADA USAHA DOMBA

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

ANALISIS USAHA PEMANFAATAN KULIT PISANG RAJA FERMENTASI MOL (MIKROORGANISME LOKAL) DIBANDINGKAN

ANALISIS USAHA PADA PETERNAKAN RAKYAT AYAM PETELUR DI KECAMATAN SRENGAT KABUPATEN BLITAR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

Iskandar Sembiring, T. Marzuki Jacob, dan Rukia Sitinjak. Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

ANALISISFINANSIAL PEMANFAATAN CASSAPRO DENGAN MENSUBSTITUSI JAGUNG DALAM RANSUM TERHADAP TERNAK AYAM KAMPUNG DI KOTA MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. usaha pembibitan sapi potong di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang,

MATERI DAN METODE. Materi

STUDI PERBANDKNGAN MIKROBA RUMEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHA PEMBESARAN AYAM KAMPUNG DI TINGKAT PETERNAK DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR. Reli Hevrizen dan Reny Debora Tambunan

FINANCIAL PERFORMANCE VARIABILITY OF FATTENING SHEEP AT SENGON AND JARAK KULON VILLAGES JOMBANG DISTRICT

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

Pengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan Kelinci

EFEK LAMA WAKTU PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING FINISHER

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah yang berada di wilayah kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING YANGDITAMBAH DENGAN TEPUNG BUAH KURMA (Phoenix dactylifera) DALAM RANSUM KOMERSIAL

Penambahan Putih Telur Pada Mineral Blok Dengan Level Yang Berbeda Terhadap Performans Domba Lokal Jantan Lepas Sapih. Aziz Husein Rangkuti

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

PENGARUH PERBEDAAN KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN KELINCI LEPAS SAPIH PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE SKRIPSI BADRI YUSUF

PENGGUNAAN PELEPAH KELAPA SAWIT FERMENTASI DENGAN BERBAGAI LEVEL BIOMOL + PADA PAKAN TERHADAP KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN SKRIPSI

FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG

ANALISIS USAHA TERNAK ITIK PETELUR Studi Kasus Kec. Bandar Khalifah Kab. Serdang Bedagai

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi)

ANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Koperasi Agung Jaya Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan)

PENGARUH TARAF PENAMBAHAN ZEOLIT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA PRODUKSI MENCIT (Mus musculus) LEPAS SAPIH HASIL LITTER SIZE PERTAMA

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

ANALISIS USAHA AYAM BROILER DENGAN MENGGUNAKAN PAKAN TEPUNG LIMBAH UDANG MELALUI PENGOLAHAN FILTRAT AIR ABU SEKAM FERMENTASI EM-4 DAN KAPANG

RESPONS FISIOLOGIS DOMBA LOKAL DENGAN PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN PAKAN DAN PANJANG PEMOTONGAN BULU

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

TINJAUAN PUSTAKA. ini akan dinilai apakah pantas atau layak dilaksanakan didasarkan kepada

PENGGUNAAN TAPE KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN KAMBING SEDANG TUMBUH SKRIPSI WINA J. SIHOMBING

METODE. Lokasi dan Waktu

ANALISIS USAHA PEMANFAATAN AMPAS SAGU FERMENTASI DALAM RANSUM AYAM KAMPUNG (Gallus domesticus) UMUR 12 MINGGU

22 Siti Masithoh et al Pemanfaatan lahan pekarangan

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

Simon Candra, Hari Dwi Utami and Budi Hartono Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya. Malang ABSTRACT

BAB III MATERI DAN METODE

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK ITIK (Studi Kasus Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang)

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN

TINJAUAN PUSTAKA. memperbaiki hasil usaha dari usaha ternak itu sendiri. Dari analisi ini dapat

SIFAT FISIK DAGING DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI RANSUM DENGAN BERBAGAI LEVEL PENAMBAHAN KULIT SINGKONG SKRIPSI ADE IRMA SURYANI HARAHAP

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

RESPON FISIOLOGIS DOMBA YANG DIBERI MINYAK IKAN DALAM BENTUK SABUN KALSIUM

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

PERENCANAAN LABA DENGAN METODE TITIK IMPAS (STUDI KASUS PADA PETERNAKAN AYAM UD. MARKOTA SURYA KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER)

PENGARUH PEMBERIAN KULLIT KOPI TERFERMENTASI DENGAN ARAS BERBEDA DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN TERNAK BABI

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

Lampiran 1. Data Konsumsi Pakan Segar Domba Selama Penggemukan

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor)

MATERI DAN METODE. Materi

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

Transkripsi:

JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 2017 E-ISSN. 2599-1736 1 ANALISA USAHA DOMBA LOKAL DENGAN WAKTU PEMBERIAN PAKAN DAN PANJANG PEMOTONGAN BULU YANG BERBEDA THE ANALYSIS OF LOCAL SHEEP USING A DIFFERENCE FEEDING TIME AND SHEARING Aisyah Nurmi Dosen Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan, e-mail : aisyah.nurmi@um-tapsel.ac.id ABSTRACT This research was conducted in Unit Resettlement The Nucleus Enterprise System (NES) of Livestock Barumun District of Aek Nabara Barumun Padang Lawas regency, lasts for three months. There were 24 local sheep with initial average body weight 15,91 ± 3,69 kg were used in this research. Design of this experiment was completely randomized design factorial with factor A was feeding time (A1 = feeding at 08.00 and 16.00, A2 = the evening feeding time at 20.00 and 04.00 pm ), and factor B was shearing (B1=0 cm, B2=1 cm, B3=2 cm, B4=natural). The aim of this researchwas to analysis the effort from the utilization of feeding time and shearing towards the effort analysis of local sheep that seem from the sum production cost, the sum of production income, profit and loss, benefit cost ratio, break even point of production price and break even point of production volume, income over feed cost and return on investment. The results showed that feeding time was very significant (P <0.01) to total production, profit-loss, B / C ratio and Break Even Point Price, significantly different (P <0.05) to total production cost and IOFC and no effect real (P> 0.05) to BEP Volume; (P0.05) to total production, profit and loss, B / C ratio, BEP Volume, BEP Price and IOFC but not significantly different (P> 0.05) to total production cost; the interaction of feeding and cutting treatments had significant effect (P <0.05) on total production cost and BEP Volume but no significant effect (P> 0.05) on total production, profit loss, B / C ratio, BEP price and IOFC. The conclusion of this study is that the treatment of 2 cm cutting and night feeding of local sheep is the best, with no major differences in B / C ratio and profit-loss, and economically profitable. Based on the result of the research, it can be concluded that the difference of feeding time and length of cutting feathers affect the local sheep business analysis. Treatment of 2 cm cutting of the feathers and the provision of feed at night to local sheep provide the best results, and economically profitable. Key words: local lamb,physiological, feeding time, shearing PENDAHULUAN Indonesia berada pada daerah tropis yang memiliki suhu sangat panas dengan kelembaban tinggi. Suhu dan kelembaban lingkungan yang tinggi kurang menguntungkan bagi ternak domba. Salah satu faktor yang dapat menghambat pembuangan panas tubuh pada domba adalah wol, yang akan mempengaruhi produksi ternak. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut, maka dilakukan pencukuran wol.

JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 2017 E-ISSN. 2599-1736 2 Masalah pokok peternakan di negaranegara tropis yaitu tingginya kelembaban udara dan suhu harian yang menyebabkan ternak mengalami cekaman panas. Berbagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan antara lain: memandikan ternak, pemberian naungan, penyiraman air, pemberian air minum, mengatur perlakuan pemberian pakan dan pencukuran bulu yang berkaitan dengan perolehan panas dari dalam tubuh dan tambahan panas (heat gain) dari lingkungan. Manajemen pemeliharaan yang masih tradisional menyebabkan performa pertumbuhan domba tidak optimal. Salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas domba adalah perbaikan manajemen, baik manajemen pakan maupun pemeliharaan. Pakan merupakan faktor terpenting dalam usaha peternakan sehingga diperlukan manajemen pemberian ransum yang tepat. Kemampuan seekor ternak mengkonsumsi pakan tergantung pada hijauan, temperatur lingkungan, ukuran tubuh ternak dan keadaan fisiologi ternak. Berdasarkan kenyataan tersebut maka perlu diadakan suatu penelitian mengenai manajemen yaitu pemotongan bulu dan waktu pemberian pakan yang efektif untuk meningkatkan produktivitas domba lokal sehingga tercapai efisiensi produksi dan efisiensi ekonomi. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji efisiensi waktu pemberian pakan, pemotongan bulu dan interaksinya terhadap analisa usaha domba lokal. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di UPT Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas, berlangsung selama tiga bulan. Bahan dan Alat Penelitian Ternak domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba lokal berjenis kelamin jantan umur 6-8 bulan, dengan bobot rata-rata 15,91 + 3,69 kg sebanyak 24 ekor. Domba diperoleh dari peternak di UPT Pir Nak Barumun kecamatan Aek Nabara Barumun. Ternak domba tersebut dipilih berdasarkan keseragaman bobot badan dan umur,serta menunjukkan ciri fisik sehat dan normal (tidak cacat). Domba-domba ini kemudian dipelihara sesuai perlakuan, selama 2 bulan. Rancangan Percobaan Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial (2 x 4). Setiap kombinasi perlakuan terdiri atas tiga ulangan. Faktor A adalah waktu pemberian pakan : A1 = pemberian pakan pukul 08.00 dan 16.00 WIB; A2 = pemberian pakan waktu

JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 2017 E-ISSN. 2599-1736 3 malam hari (pukul 20.00 dan 04.00 WIB). Faktor B adalah pemotongan bulu : B1= panjang bulu 0 cm, B2= panjang bulu 1 cm, B3= panjang bulu 2 cm, B4= panjang bulu alamiah Model matematik yang digunakan menurut Steel dan Torrie (2003) adalah: Yijk = μ+ai+bj+ (AB)ij+ εijk Peubah Penelitian Total Biaya Produksi Total biaya produksi atau total pengeluaran yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk, yang diperoleh dengan cara menghitung: biaya bibit, biaya ransum, biaya obat-obatan, biaya tenaga kerja, biaya sewa kandang. Total Hasil Produksi Total hasil produksi atau total penerimaan yaitu seluruh produk yang dihasilkan dalam kegiatan ekonomi yang diperoleh dengan cara menghitung harga jual domba, harga jual bulu dan harga penjualan kotoran domba. Rugi/Laba Keuntungan (laba) suatu usaha dapat diperoleh dengan cara K = TR- TC, dimana K= Keuntungan, TR = Total Penerimaan, TC = Total Pengeluaran Income Over Feed Cost (IOFC) Income Over Feed Cost (IOFC) diperoleh dengan cara menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi dengan biaya ransum. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan (dalam kg hidup) dengan harga jual, sedangkan biaya ransum adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pertumbuhan bobot badan ternak. IOFC = (BB Akhir BB Awal x Harga Jual Per kg) (KR x HR) Dimana : KR = Konsumsi Ransum (kg) HR = Harga Ransum (Rp/Kg) B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) B/C ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya yang dikeluarkan. B/C Ratio = Total Hasil produksi Total Produksi Break Even Point (BEP) Break even point (BEP) adalah kondisi dimana suatu usaha dinyatakan tidak untung dan tidak rugi yang disebut titik impas. BEP dapat dibagi menjadi dua, yaitu : a. BEP harga produksi, dimana diperoleh dari hasil pembagian total biaya produksi dengan berat domba (kg). dengan rumus : Diperoleh BEP Harga Produksi = Total Biaya Produksi Total Produksi b. BEP Volume Produksi, dimana diperoleh dari pembagian total biaya produksi dengan harga domba (Rp/kg)

JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 2017 E-ISSN. 2599-1736 4 BEP Vol. Produksi = Total Biaya Produksi Harga Satuan Hasil Produksi Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, apabila terdapat hasil berbeda nyata (P 0.05) analisis dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel and Torrie, 2003). HASIL DAN PEMBAHASAN Total Biaya Produksi Total biaya produksi adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk, diperoleh dengan cara menghitung: biaya pembelian domba bakalan, biaya sewa kandang, biaya peralatan, biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya tenaga kerja, biaya transportasi. a. Biaya pembelian domba bakalan Biaya pembelian diperoleh dari berat domba bakalan dikali harga per kilogram yaitu Rp 50.000,- berat bibit perlakuan yaitu : A1B1=41,9kg, A1B2=45,8kg, A1B3=49,8kg, A1B4=42kg, A2B1=45kg, A2B2=54kg, A2B3=43,6kg, A2B4=52,6kg maka biaya untuk setiap ekor domba bakalan penelitian adalah A1B1 = Rp.982.000,- A1B3=Rp.996.000,- A1B2=Rp.916.000,- A1B4=Rp.840.000,- A2B1=Rp.900.000,- A2B2=Rp.1.080.000,- A2B3=Rp.872.000,- A2B4=Rp.1.052.000,- Besarnya biaya bibit dipengaruhi oleh tingginya harga per kg daging bobot hidup. b. Biaya pakan rumput lapang dan konsentrat Biaya pakan diperoleh dari total konsumsi hijauan dan konsentrat selama penelitian dikali dengan harga per kilogram rumput lapang dan konsentrat setiap perlakuan sehingga didapat biaya pakan rumput lapang dan konsentrat setiap ekor dalam setiap perlakuan yaitu A1B1=Rp.49.737,- A1B2=Rp.49.069,- A1B3=Rp. 48.437,- A1B4=Rp.48.319,- A2B1=Rp.50.195,- A2B2= Rp.49.771,- A2B3=Rp. 49.722,- A2B4= Rp.48.686,- c. Biaya obat-obatan Biaya obat-obatan diperoleh dari harga obat-obatan yang diberikan selama penelitian. Obat-obatan yang diberikan adalah: Vit.B complex, Kalbazen total biayanya sebesar Rp 90.000,- maka biaya keseluruhan obat-obatan untuk tiap ekor perlakuan adalah A1B1=Rp.11.250,- A1B2=Rp.11.250,- A1B3=Rp.11.250,- A1B4=Rp11.250,- A2B1=Rp.11.250,- A2B2=Rp.11.250,- A2B3=Rp.11.250,- A2B4=Rp.11.250,- d. Biaya sewa kandang Biaya sewa kandang diperoleh dari total biaya sewa kandang selama penelitian dibagi jumlah ternak yaitu Rp 500.000 selama penelitian. Maka biaya sewa kandang untuk tiap ekor perlakuan adalah A1B1= Rp.,- A1B2= Rp.,- A1B3=Rp.,- A1B4=Rp.,- A2B1=Rp.,- A2B2=Rp.,- A2B3=Rp.,- A2B4=Rp.,-

JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 2017 E-ISSN. 2599-1736 5 e. Biaya peralatan Biaya peralatan diperoleh dari harga tempat pakan dan tempat minum dibagi dengan penyusutannya juga harga peralatan lain seperti alat suntik dan peralatan kebersihan. Total biaya peralatan adalah Rp 180.000,- maka biaya peralatan untuk tiap ekor perlakuan adalah A1B1= Rp.,- A1B2= Rp.,- A1B3=Rp.,- A1B4=Rp.,- A2B1=Rp.,- A2B2=Rp.,- A2B3=Rp.7500,- A2B4=Rp.,- f. Biaya transportasi Biaya transportasi diperoleh dari total biaya angkut untuk pakan dan biaya angkut domba bakalan. Biaya transportasi penjualan ternak tidak ada karena pembeli sendiri yang datang ke lokasi peternakan. Total keseluruhan biaya transportasi adalah Rp 240.000,- maka biaya transportasi untuk tiap ekor perlakuan adalah A1B1=Rp.,- A1B2=Rp.,- A1B3=Rp.,- A1B4=Rp.,- A2B1=Rp.,- A2B2=Rp.,- A2B3=Rp.,- A2B4=Rp.,- g. Biaya tenaga kerja Biaya tenaga kerja diperoleh dari jumlah tenaga kerja dikali dengan upah yang berlaku di lokasi penelitian yaitu sebesar Rp 900.000 per bulan, biaya tenaga kerja 1 (satu) hari adalah Rp 30.000,-, maka biaya tenaga kerja selama penelitian adalah Rp 1.800.000,-. Pemeliharaan adalah bersifat intensif dimana satu tenaga kerja dapat memelihara sebanyak 150 ekor (Yusfi, 2000). Maka biaya tenaga kerja untuk tiap ekor perlakuan adalah A1B1= Rp.,- A1B2= Rp.,- A1B3=Rp.,- A1B4=Rp.,- A2B1=Rp.,- A2B2=Rp.,- A2B3=Rp.,- A2B4=Rp.,- Total Hasil Produksi Total hasil produksi adalah semua yang diperoleh dari hasil penjualan yaitu hasil penjualan domba dan penjualan kotoran domba. a. Penjualan domba Penjualan domba diperoleh dari harga domba per kilogram pada waktu penjualan yaitu sebesar Rp 60.000/kg dikali bobot badan akhir pada saat penjualan. Maka berat domba tiap ekor perlakuan adalah berat domba hasil perlakuan yaitu : A1B1=68,8 kg, A1B2=65,4 kg, A1B3=72,4 kg, A1B4=57,4 kg, A2B1=65,9 kg, A2B2=78,9 kg, A2B3=69,7 kg, A2B4=75,5 kg maka harga penjualan untuk setiap ekor domba adalah A1B1=Rp.1.376.000,- A1B2=Rp.1.308.000,- A1B3=Rp.1.448.000,- A1B4=Rp.1.148.000,- A2B1=Rp.1.318.000,- A2B2=Rp.1.578.000,- A2B3=Rp.1.394.000,- A2B4=Rp.1.5,-

JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 2017 E-ISSN. 2599-1736 6 b. Penjualan feces Penjualan feces diperoleh dari harga kotoran per kilogram yaitu sebesar Rp 1000,-/kg feces. Maka harga penjualan feces tiap ekor perlakuan adalah A1B1 = Rp.234.430,- A1B2=Rp.231.045,- A1B3=Rp.227.850,- A1B4=Rp. 227.289,- A2B1=Rp.237.750,- A2B2=Rp.234.566,- A2B3=Rp.234.458,- A2B4=Rp.235.646,- Analisis Laba Rugi Analisis laba rugi yaitu untuk mengetahui apakah usaha tersebut rugi atau untung dengan cara menghitung selisih antara total penerimaan atau total hasil produksi dan total pengeluaran atau total biaya produksi. Total hasil produksi adalah total penjualan ternak ditambah penjualan kotoran ternak memiliki nilai yang lebih tinggi daripada total biaya produksi yaitu biaya bibit bakalan, biaya ransum, biaya obat-obatan, biaya/upah tenaga kerja, biaya perlengkapan kandang dan biaya sewa kandang. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1995) yaitu keuntungan adalah tujuan setiap usaha. Keuntungan dapat dicapai jika jumlah pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar daripada jumlah pengeluarannya. Bila keuntungan dari suatu usaha semakin meningkat, maka secara ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai keuntungan atau kerugian, yang harus dilakukan adalah pencatatan biaya. Tujuan biaya juga agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usaha, sesuai dengan pernyataan Soekartawi (1995). Diketahui bahwa total biaya produksi lebih kecil dibandingkan total hasil produksi. Hal ini membuktikan bahwa analisis usaha domba selama penelitian untung. Income Over Feed Cost (IOFC) Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih total pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya pakan. Income Over Feed Cost (IOFC) ini merupakan barometer untuk melihat besar biaya pakan yang merupakan biaya terbesar dalam usaha pemeliharaan ternak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prawirokusumo (1990) yang menyatakan bahwa Income Over Feed Cost adalah selisih total pendapatan penjualan ternak dengan biaya pakan yang digunakan selama usaha pemeliharaan ternak. R/C Ratio R/C ratio diperoleh dari output dibagi input. Soekartawi (1995) menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai R/C Ratio lebih dari satu (R/C > 1). Semakin besar nilai R/C Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya, semakin kecil nilai R/C Ratio maka semakin tidak efisien usaha tersebut.

JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 2017 E-ISSN. 2599-1736 7 BEP (Break Even Point Rp/ekor/hari) Dalam penelitian ini BEP ada 2 macam yaitu BEP Volume Produksi dan BEP Harga. a. BEP volume produksi BEP volume produksi diperoleh dari total biaya dibagi harga penjualan (per kilogram). Seperti yang diungkapkan oleh Rahardi, et al (1993) yang menyatakan bahwa BEP (break even point) dimaksudkan untuk mengetahui titik impas (tidak untung dan juga tidak rugi) dari usaha bisnis yang diusahakan tersebut. Dalam keadaan tersebut pendapatan yang diperoleh sama dengan modal usaha yang dikeluarkan. b. BEP Harga BEP Harga diperoleh dari total biaya dibagi berat ternak setelah dipelihara. Untuk analisa usaha secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dilihat bahwa rataan total biaya produksi untuk per ekor setiap perlakuan adalah A1B1=Rp.1.148.821,- A1B2=Rp.1.082.153,- A1B3=Rp.1.161.524-, A1B4=Rp.1.005.402,- A2B1=Rp.1.067.278,- A2B2=Rp.1.246.854,- A2B3=Rp.1.038.805,- A2B4=Rp.1.217.769,-. Biaya tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian pakan pada malam hari dengan pemotongan bulu 2 cm (A2B2) sebesar Rp.1.246.854,- per ekor dan terendah pada perlakuan pemberian pakan pada siang hari dengan panjang bulu alamiah (A1B4) sebesar Rp.1.005.402,- per ekor. Sedangkan untuk rataan hasil produksi tertinggi adalah pada perlakuan pemberian pakan pada malam hari dengan pemotongan bulu 2 cm (A2B2) sebesar Rp 1.656.188,- per ekor dan terendah pada perlakuan pemberian pakan siang hari dengan panjang bulu alamiah (A1B4) sebesar Rp 1.223.763,- per ekor. Dari Tabel 1 didapat bahwa pada perlakuan A1B1 didapat keuntungan Rp.305.322,-; A1B2 = Rp 302.861,-; A1B3 = Rp.362.428,-; A1B4 = Rp 218.360,-; A2B1 = Rp 329.971,-; A2B2 = Rp.409.333,-; A2B3 = Rp 433.346,-;A2B4 = Rp 370.779,-. IOFC pada penelitian ini diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan A2B2 sebesar Rp.4.819.251,- dan terendah pada perlakuan A1B4 sebesar Rp.3.526.330,- Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa R/C Ratio untuk perlakuan A1B1 yaitu sebesar 1,27 artinya R/C Ratio lebih besar dari satu (>1). Untuk biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1000,- akan didapat hasil sebesar Rp 1270,- maka usaha tersebut efisien dan layak untuk dilakukan. R/C Ratio untuk perlakuan A1B2 sebesar 1,28 artinya R/C Ratio didapat hasil lebih besar dari satu (>1). Untuk biaya yang dikeluarkan Rp 1000,- akan didapat hasil

JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 2017 E-ISSN. 2599-1736 8 sebesar Rp 1280,- maka usaha tersebut efisien dan layak dilakukan. R/C Ratio untuk semua perlakuan didapat hasil lebih besar dari satu (>1) artinya usaha tersebut efisien dan layak untuk dilakukan. Dari tabel diatas didapat hasil dari BEP Volume produksi pada perlakuan A1B1 yaitu sebesar 19,15 kg artinya usaha mencapai titik impas jika dicapai bobot badan akhir sebesar 19,15 kg/ekor. Pada perlakuan A1B1 diperoleh hasil rataan bobot badan akhir sebesar 22,93 kg berarti perlakuan A1B1 telah mencapai titik impas. BEP volume produksi pada perlakuan A1B2 yaitu sebesar 18,04 artinya usaha akan mencapai titik impas jika dicapai bobot badan akhir sebesar 18,04 kg. Pada perlakuan A1B2 diperoleh hasil rataan bobot badan akhir sebesar 21,8 kg/ekor berarti perlakuan A1B2 telah mencapai titik impas. BEP volume produksi rataan pada semua perlakuan sebesar 18,68 artinya usaha akan mencapai titik impas jika dicapai bobot badan akhir sebesar 18,68 kg. Pada rataan bobot akhir semua perlakuan sebesar 23,08 kg/ekor, berarti semua perlakuan telah mencapai titik impas. Dari Tabel diatas didapat hasil dari BEP harga pada perlakuan A1B1 sebesar Rp.50.128,- artinya usaha akan mencapai titik impas jika harga jual ternak domba sebesar Rp.50.128,- BEP harga rataan pada semua perlakuan sebesar Rp.48.731,- artinya usaha akan mencapai titik impas jika harga jual ternak domba sebesar Rp.48.731,- per kilogram, rataan BEP harga pada semua perlakuan lebih besar dari Rp.48.731,- per kilogram hal ini berarti perlakuan telah mencapai titik impas. Tabel 1. Hasil Penelitian No Uraian Perlakuan A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A2B1 A2B2 A2B3 A2B4 1 Biaya Produksi a.bibit b.pakan (RL+ Konsentrat ) c. Obat-obatan d.sewa Kandang e.peralatan f.transportasi g.tenaga kerja 982.000 49.737 916.000 49.069 996.000 48.437 840.000 48.319 900.000 50.195 1.080.000 49.771 872.000 49.722 1.052.000 48.686 Jumlah 1.148.821 1.082.153 1.161.524 1.005.402 1.067.278 1.246.854 1.038.805 1.217.769 2 Hasil Produksi a.penjualan Domba b.penjualan kotoran 1.376.000 78.143 1.308.000 77.015 1.448.000 75.950 1.148.000 75.763 1.318.000 79.250 1.578.000 78.188 1.394.000 78.152 1.5 78.548 Jumlah 1.454.144 1.385.015 1.523.950 1.223.763 1.397.250 1.656.188 1.472.153 1.588.548 3 Rugi- Laba 305.322 302.861 362.428 218.360 329.971 409.333 433.346 370.779 4 IOFC 4.213.216 4.007.835 4.426.536 3.526.330 4.041.164 4.819.251 4.267.290 4.619.587 5 R/C Ratio 1,27 1,28 1,31 1,22 1,31 1,33 1,42 1,30 6 BEP a.bep Volume Produksi b.bep Harga 19,15 50.128 18,04 49.619 19,36 48.269 16,76 52.658 17,79 48.582 20,78 47.408 17,31 44.712 20,30 48.469

JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 2017 E-ISSN. 2599-1736 9 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perbedaan waktu pemberian pakan dan panjang pemotongan bulu mempengaruhi analisa usaha domba lokal. Perlakuan pemotongan bulu 2 cm dan pemberian pakan pada malam hari pada domba lokal memberikan hasil terbaik, dan menguntungkan secara ekonomis. Saran Disarankan kepada peternak untuk melakukan pemberian pakan pada malam hari dan pemotongan bulu dengan panjang 2 cm pada domba lokal. DAFTAR PUSTAKA Murtidjo B. 2006. Memelihara Domba. Penerbit Kanisius,Yogyakarta. Prawirokusumo, S.,1991. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE., Yogyakarta. Soekartawi.,1995. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Steel, R. G. D., & J. H. Torrie. 2003. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan PT. Gramedia. Jakarta.