BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan potensi diri menjadi kompetensi yang beragam, harus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut kita untuk mengimbangi dengan ilmu pengetahuan yang modern. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan. atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah suatu determinasi. Dalam undang-undang sistem. pendidikan nasional tahun 2003 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan. merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia yang baik dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini ditandai dengan ilmu teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta: Rajawali Pers, 2009, h Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BAB I PENDAHULUAN. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. kemajuan pendidikan adalah suatu determinasi. Dalam undang-undang sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. penguasaan IPTEK oleh masyarakat Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak aspek yang harus diperbaiki secara terus-menerus. Diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengkondisikan kelas atau mengelola kelas, agar pelaksanaan. pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu. mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamis. 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia, terutama dalam proses pembangunan nasional.

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia yang profesional, tangguh, dan siap

BAB I PENDAHULUAN. karena maju dan mundurnya bangsa di tentukan oleh keadaan pendidikan yang di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bernilai universal, artinya meliputi seluruh dimensi ruang dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 2 Keberhasilan. kualitas sumber daya manusia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. andil yang cukup besar. Guru memang bukan satu-satunya penentu. itu, guru adalah bapak ruhani ( spiritual father) bagi siswa, yang

BAB I PENDAHULUAN. rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa. 2 Dengan demikian, pendidikan. berlangsung di sekolah dan di luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan proses

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. inovatif. Mampu beradaptasi dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. menamabah jumlah alokasi dana untuk pendidikan, jumlah jam pelajaran, dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. macamnya, maka masalah-masalah kehidupan itu pun muncul dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai fasilitas yang memudahkan untuk mengakses pengetahuan, maka

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam pengertian secara umum, yakni proses transmisi

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai dengan harapan. Untuk mengatasi keadaan tersebut guru harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. 1 Proses pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan memiliki keterampilan. Dewasa ini bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam. pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi tersebut bisa berlangsung di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. 2 Lebih jauh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan. Pendidikan bertanggungjawab atas terciptanya generasi

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri atau karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan masih dianggap strategis dalam membina tunas-tunas bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai kata kunci untuk menguak kemajuan bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan

ARTIKEL ILMIAH OLEH: HERMIN NOVITA INGGAR SARI NPM: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya. bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

Transkripsi:

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah kunci semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Untuk mewujudkan potensi diri menjadi kompetensi yang beragam, harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini di dunia pendidikan terdapat beranekaragam kegiatan yang dilaksanakan di dalamnya. Maka, dapat dijelaskan pendidikan adalah suatu usaha meningkatkan diri dalam segala aspek yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru. 1 Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk memengaruhi peserta didik sehingga mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (baik jasmani maupun rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat. 2 Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia melalui pembelajaran dalam bentuk aktualisasi potensi diri menjadi suatu kemampuan atau 1 Achmad Patoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Grafindo Persada,2004), hal. 12 2 Daryanto, Media Pembelajaran, (Bandung:Satu Nusa, 2012), hal.1 1

2 kompetensi yang harus dimiliki dan kemudian diamalkan. Pendidikan merupakan yang terpenting dalam menunjang dan menentukan kemajuan suatu bangsa, sehingga pembangunan di bidang pendidikan masih perlu ditingkatkan dari negara-negara yang telah maju. 5 Hal ini dapat dilihat dari isi pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. 6 Pendidikan adalah suatu proses atau usaha secara sadar dari pendidik dalam bentuk bimbingan, pengarahan, pembelajaran, dan pelatihan kepada anak didik sampai tercapai kedewasaan rohani dan jasmani atau lahir dan batin untuk pemenuhan kebutuhan kehidupan yang sejahtera, bahagia, selamat dunia dan akhirat. 7 Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan paradaban manusia didunia. Oleh sebab itu, hampir semua negara menempatkan pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga dengan Indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan, bahwa pendidikan nasional Indonesia berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan 5 Kokom Komulasari, Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: PT. Rafika Aditama,2011), hal.3 6 Kusnandar, Guru Prefosional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, ( Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2009), hal.5 7 Zaini, Landasan Pendidikan, (Yogyakarta:Mitsaq Pustaka, 2011), hal. 1

3 bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 8 Peningkatan kualitas pendidikan adalah penyelenggaraan proses pembelajaran seorang pendidik atau guru, dari yang semula pembelajaran berpusat pada guru menuju pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yang dirancang, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Perubahan tersebut dimulai dari segi model pembelajaran, ataupun cara mengajar. Diperlukan paradigm revolusioner yang mampu menjadikan proses pendidikan sebagai pencetak sumber daya manusia yang berkualitas. 9 Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif.nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik.interaksi edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. 10 8 Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hal. 1 9 Aris Shoimin, Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta:: Ar- Ruzz Media, 2014), hal. 16 10 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT: Rineka Cipta,2010), hal.38

4 Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah guru. Guru merupakan komponen pengajaran yang memegang peranan terpentig dan utama, karena keberhasilan proses belajar sangat ditentukan oleh peranan guru dalam proses pembelajran. Guru berada digaris depan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, moral dan spiritual. Oleh karena itu, diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Diakui atau tidak pada zaman yang modern ini, sebagian besar guru mengajar menggunakan metodologi mengajar tradisional. Cara mengajar tersebut bersifat otoriter dan berpusat pada guru (teacher centered). Kegiatan pembelajaran pada guru, sedangkan peserta didik hanya dijadikan objek bukan sebagai subyek. Guru memberikan ceramah kepada peserta didiknya sementara peserta didiknya hanya mendengarkan. Hal tersebut menyebabkan peserta didik menjadi jenuh, sehingga sulit menerima materi-materi yang diberikan oleh guru. Metodologi mengajar tradisional menjadikan peserta didik tidak bebas untuk mengemukakan pendapatnya.mereka takut disalahkan apabila jawabannya ternyata salah sehingga merasa kesulitan untuk menemukan dan mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya. Peserta didik

5 menganggap bahwa guru megetahui segalanya dan apa yang disampaikan oleh gurunya adalah benar, bersifat mutlak, dan tidak dapat dibantah. 11 Hasil belajar agar dapat optimal, guru dituntut untuk mengubah peran dan fungsinya menjadi fasilitator, mediator, mitra belajar anak didik, dan evaluator.berarti, guru harus menciptakan interaksi pembelajaran yang demokratis dan dialogis antara guru dengan anak didik, dan anak didik dengan anak didik. Pembelajaran agar lebih bermakna dan menarik untuk peserta didik guru juga harus mengetahui objek yang diajarnya sehingga dapat mengajarkan materi dengan penuh dinamika dan inovasi.sama halnya dengan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah guru juga perlu memahami hakikat dari pembelajaran IPA.Pembelajaran IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan pengumpulan data dengan cara eksperimen, pengamatan, simulasi, penelitian dan demonstrasi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang gejala-gejala alam yang dapat dipercaya. IPA juga salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai kependidikan menengah. Bahkan pada sebagaian perguruan 11 Ibid, hal. 17

6 tinggi ada juga yang mengembangkan IPA sebagai salah satu mata kuliah. Pada jenjang pendidikan dasar, fungsi pembelajaran IPA adalah sebagai berikut: 12 1. Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan berbagai lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya bagi kehidupan sehari-hari. 2. Mengembangkan keterampilan proses yaitu berupa keterampilan fisik atau mental yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan di bidang IPA maupun pengembangannya. 3. Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari. 4. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan sainsdan teknologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatan bagi kehidupan sehari-hari. 5. Mengembangkankemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Pembelajaran terpusat pada guru masih menemukan beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut bisa dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara peserta didik dengan guru atau peserta didik dengan peserta didik jarang terjadi. Dengan demikian untuk melibatkan peserta didik agar aktif dalam pembelajaran maka guru dapat 12 Moh.Arif, Konsep Dasar Pembelajaran Sains di SD/MI, (Tulungagung : IAIN Tulungagung Press, 2014), hal.13

7 menggunakan salah satu model pembelajaran, yaitu model pembelajaran kooperatif, karena dalam model pembelajaran kooperatif akan menimbulkan suasana belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup serta menghasilkan pemahaman dan penguasaan konsep yang maksimal, sehingga pembelajaran IPA dengan menggunakan model yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Adapun pembelajaran perlu dilakukan dengan model yang berpusat pada guru serta lebih menekankan ada interaksi peserta didik. Penggunaan model yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Eggen and Kuchak yang dikutip oleh Trianto mengemukakan bahwa, pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategis pengajaran yang melibatkan peserta didik bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi peserta didik, memfasilitasi peserta didik dengan pengalaman sikap kepemimpinan, dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama peserta didik yang berbeda latar belakangnya. 13 Salah satu model pembelajaran kooperatif ialah model pembelajaran make a match (mencari pasangan). Model pembelajaran yang mengajak peserta didik mencari jawaban terhadap suatu pernyataan atau pasangan dari 13 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007,) hal. 42

8 suatu konsep melalui suatu pengamatan kartu pasangan. 14 Model pembelajaran make a match (mencari pasangan) merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Model pembelajaran make a match adalah pembelajaran menggunakan kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi soal dan kartu yang berisi jawaban dari soal-soal tersebut. Peserta didik lebih berani mengungkapkan pendapat atau bertanya dengan peserta didik yang lain, sehingga dapat melatih mental peserta didik untuk belajara bersama dan berdampingan, menekan kepentingan individu dan mengutamakan kepentingan kelompok. Kerja sama antar sesama peserta didik terwujud dengan dinamis serta suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran. Harapan pendidik yang paling utama pada saat proses pembelajaran di sekolah adalah peserta didik dapat mencapai hasil yang memuaskan untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan. Namun banyak kita jumpai peserta didik yang mengalami kesulitan ataupun mempunyai hambatan dalam proses belajarnya. Sesuai kemajuan dan tuntutan zaman, pendidik harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Tujuan utama kegiatan tersebut adalah membantu peserta didik untuk segera mengenali kekurangan dan kelemahannya dalam belajar sehingga dapat segera diberikan proses bantuan yang sesuai. 14 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT Revika Aditama, 2010), hal. 2

9 Salah satu usaha yang dilakukan pendidik dalam mengantisipasi munculnya kesulitan belajar yang dialami peserta didik adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi agar peserta didik dapat belajar dengan mudah dan menyenangkan. Dalam hal ini, pendidik harus mampu menciptakan pengajaran yang menarik agar peserta didik tidak cepat bosan terhadap suatu pelajaran da mampu menumbuhkan motivasi belajar dan meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik. Oleh karena itu pendidik dituntut untuk selalu dapat menemukan inovasi-inovasi baru agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Pendidik dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih model pembelajaran yang efektif. Hal ini penting terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Dewasa ini banyak sekali model-model pembelajaran yang efektif dan lebih menarik peserta didik dalam kegiatan belajarnya, sehingga hasil belajar akan meningkat. Salah satunya adalah model pembelajaran make a match. Model pembelajaran make a match ini cocok untuk diterapkan di MI ataupun SD. Salah satunya yaitu MIN Pandansari Ngunut Tulungagung. Berdasarkan observasi pendahuluan terhadap peserta didik MIN Pandansari, terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran IPA, salah satunya adalah metode yang digunakan dalam pembelajaran IPA kurang bervariatif, sehingga peserta didik kurang aktif dan terlihat bosan, dan itu berdampak kepada hasil belajar yang diperoleh peserta didik menjadi dibawah KKM. Hal ini apabila dibiarkan terus menerus akan

10 mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. 15 Selain observasi peneliti memperoleh informasi dengan melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran IPA kelas III, beliau mengatakan bahwa: Secara keseluruhan kondisi kelas belum kondusif, ada yang memperhatikan saat saya menerangkan materi, ada yang ramai sendiri bahkan tidur.sehingga guru harus pintar-pintar membuat kelas menjadi kondusif dan aktif.nilai hasil belajar peserta didik ada yang sudah memenuhi KKM, ada yang belum, sebenarnya materi sudah saya sampaikan namun dalam mengerjakan soal peserta didik ada saja yang belum tepat. 16 Peneliti selain melakukan wawancara dengan guru, juga melakukan wawancara dengan salah satu peserta didik kelas III, dia mengatakan: Saya merasa sulit memahami materi pertumbuhan makhluk hidup dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan manusia, saya merasa bosan ketika bu guru mengajar karena kurang menyenangkan. 17 Berdasarkan fenomena yang terjadi tersebut, maka perlu suatu tindakan guru untuk mencari dan menerapkan suatu suatu metode pembelajaran yang sekiranya dapat meningkatkan hasil belajar IPA peserta didik. Oleh karena itu peneliti mencoba melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Make a Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Peserta Didik Kelas III MIN Pandansari Ngunut Tulungagung 15 Hasil Pengamatan Peneliti di Kelas III MIN Pandansari Ngunut Tulungagung, tanggal 17 Oktober 2016 16 Hasil Wawancara Dengan Ibu Alfiah, guru IPA kelas III MIN Pandansari Ngunut Tulungagung, tanggal 17 Oktober 2016. 17 Hasil Wawancara Dengan Peserta Didik Kelas III yang bernama Danang, Peserta Didik Kelas IIII MIN Pandansari Ngunut Tulungagung, tanggal 17 Oktober 2016

11 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka fokus penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan cooperative learning tipe Make a Match pada mata pelajaran IPA materi pertumbuhan pada makhluk hidup dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan manusia peserta didik kelas III MIN Pandansari Ngunut Tulungagung tahun ajaran 2016/2017? 2. Bagaimana hasil peningkatan belajar IPA materi pertumbuhan pada makhluk hidup dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan manusia melalui penerapan model cooperative learning tipe Make a Match peserta didik kelas III MIN Pandansari Ngunut Tulungagung Tahun Pelajaran 2016/2017? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Untuk memaparkan penerapan cooperative learning tipe Make a Match pada mata pelajaran IPA materi pertumbuhan pada makhluk hidup dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan manusia peserta didik kelas III MIN Pandansari Ngunut Tulungagung tahun ajaran 2016/2017 2. Untuk memaparkan peningkatan hasil belajar belajar IPA materi pertumbuhan pada makhluk hidup dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan manusia melalui penerapan model cooperative learning tipe

12 Make a Match peserta didik kelas III MIN Pandansari Ngunut Tulungagung Tahun Pelajaran 2016/2017 D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian tentang penerapan model cooperative learning tipe make a match adalah: 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat berfungsi sebagai kontribusi dan sumbangan ilmiah untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang penerapan model cooperative learningtipemake a Matchyang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA. Selain itu juga dapat digunakan Sebagai bahan bacaan dan dasar untuk penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi kepala MIN Pandansari Ngunut Tulungagung Sebagai bahan masukan dalam rangka pengembangan kurikulum sekolah serta sebagai acuan dalam menyusun program pembelajaran yang lebih baik yang dapat disesuaikan dengan perubahan melalui inovasi penyelenggaraan KBM dengan tuntutan perkembangan zaman. b. Bagi guru MIN Pandansari Ngunut Tulungagung Sebagai masukan dalam proses pelaksanaan KBM agar mengikuti, memperhatikan, dan menerapkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini sehingga kelemahan pelaksanaan pembelajaran di

13 lingkungan pendidikan dapat diperbaiki sesuai dengan saran dan rekomendasi dari hasil-hasil penelitian tindakan kelas. c. Bagi peserta didik MIN Pandansari Ngunut Tulungagung Hasil penelitian ini bagi siswa dapat digunakan untuk memacu semangat dalam melakukan kreatifitas belajar agar memiliki kemampuan yang maksimal sebagai bekal pengetahuan dimasa yang akan datang. d. Bagi perpustakaan IAIN Tulungagung Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan koleksi dan referensi juga menambah literature dibidang pendidikan sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar atau bacaan buat mahasiswa/i lainnya. e. Bagi Pembaca atau Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan pertimbangan dan sumber untuk penelitianpenelitian selanjutnya serta dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan pemahaman tentang penggunaan metode dalam pembelajaran. E. Hipotesis Tindakan Penelitian Hipotesis tindakan penelitian ini adalah Jika Model Cooperative Learning tipe Make a Match diterapkan dalam proses belajar dalam mata pelajaran IPA materi pertumbuhan pada makhluk hidup dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan manusia kelas III MIN Pandansari Ngunut Tulungagung maka hasil belajar peserta didik akan meningkat.

14 F. Penegasan Istilah Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dalam memahami istilah yang dipakai dalam penelitian ini, maka perlu adanya penegasan istilah, yaitu: 1. Penegasan Istilah Secara Konseptual a. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran,dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya b. Model pembelajaran kooperatif menurut Buchari adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada pemanfaatan kelompokkelompok siswa. Dan siswa yang ada kelompok tersebut harus mempunyai tingkat kemampuan yang heterogen. c. Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match menurut Miftahul Huda merupakan pembelajaran kelompok yang memiliki dua anggota kelompok, masing-masing anggota kelompok tidak diketahui sebelumnya, tetapi dicari berdasarkan kesamaan pasangannya d. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar adalah

15 perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya e. IPA adalah ilmu pengetahuan tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam Jadi, model pembelajaran cooperative learning tipe make a match adalah suatu pembelajaran kooperatif dimana siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan, sehingga hasil belajar IPA meningkat. 2. Penegasan Istilah Secara Operasional Berdasarkan judul diatas, pembelajaran melalui model cooperative learningtipe MakeA Matchpada penelitian yang dilakukan di MIN Pandansari Ngunut Tulungagung ini adalah model pembelajaran yang mengajak peserta didik mencari pasangan jawaban dari suatu pertanyaan melalui pengamatan kartu atau mencocokkan kartu yang ada di tangan siswa. Guru membagi kelas menjadi dua kelompok, kelompok A sebagai pemegang kartu pertanyaan dan kelompok B sebagai pemegang kartu jawaban. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini peserta didik tidak jenuh belajar, dan anak- anak akan semangat serta termotivasi dalam mengikuti pelajaran IPA ini khususnya, sehingga meningkatkan hasil belajar siswa tersebut.

16 G. Sistematika Penulisan Skripsi Skripsi yang akan disusun nantinya agar mudah dipahami, maka peneliti memandang perlu mengemukakan sistematika pembahasan skripsi. Skripsi ini nanti terbagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut: Bagian awal, terdiri dari halaman sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar table, daftar gambar, daftar lampiran, dan abstrak. Bagian inti, terdiri dari lima bab dan masing-masing bab berisi sub-sub bab, antara lain: Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Kajian Pustaka, terdiri dari: Tinjauan tentang model pembelajaran, tinjauan tentang model pembelajaran kooperatif, tinjauan model make a match, tinjauan tentang pembelajaran IPA, tinjauan tentang hasil belajar, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran. Bab III Metode Penelitian, terdiri dari: Jenis penelitian, lokasi dan subyek penelitian, kehadiran peneliti, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data, indicator keberhasilan, dan tahap-tahap penelitian.

17 Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari: Deskripsi hasil penelitian, paparan data tiap siklus, temuan penelitian, pembahasan hasil penelitian. Bab V Penutup, terdiri dari: Kesimpulan dan saran. Bagian akhir terdiri dari: Daftar rujukan, Lampiran-lampiran, surat pernyataan keaslian tulisan dan daftar riwayat hidup. Demikian sistematika penulisan skripsi yang berjudul Penerapan Model Cooperatif Learning Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Peserta Didik Kelas III MIN Pandansari Ngunut Tulungagung

18