Jalan Ir.Sutami No.36A Surakarta Telp

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENAMBAHAN KOLOM PASIR (SAND COLUMN) SEBAGAI PERKUATAN TERHADAP NILAI LENDUTAN PADA TANAH DASAR (SUB GRADE)

PERILAKU PENAMBAHAN SOIL MIXING COLUMN SEBAGAI PERKUATAN PADA TANAH DASAR (SUBGRADE) LUNAK

Jalan Ir. Sutami No.36A Surakarta 5716.Telp:

PENGARUH PENAMBAHAN KOLOM PASIR (SAND COLUMN) SEBAGAI PERKUATAN TERHADAP NILAI LENDUTAN PADA TANAH DASAR (SUB GRADE)

Disusun oleh : FAJAR TRI WIBOWO I

DAFTAR ISI. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Landasan Teori Tanah Dasar (subgrade)... 5

Keywords: granular soil, subbase course, k v, CBR. Kata Kunci: tanah granuler, subbase course, nilai k v, CBR

Jalan Ir.Sutami No.36A Surakarta Telp.(0271)

PENGARUH DRAINASE VERTIKAL DUA ARAH KOLOM PASIR KELOMPOK PADA TANAH LUNAK

PENGARUH VARIASI DIAMETER SOIL CEMENT COLUMN SKALA LABORATORIUM UNTUK STABILISASI TANAH LEMPUNG PLASTISITAS TINGGI PADA INDEKS LIKUIDITAS 1 DAN 1.

PENGARUH PENAMBAHAN KOLOM TANAH SEMEN TERHADAP PERPINDAHAN VERTIKAL TANAH DASAR EKSPANSIF SAAT KONDISI MENGEMBANG.

STUDI PENURUNAN PONDASI TELAPAK DIPERKUAT KOLOM KAPUR DI ATAS PASIR

Keywords: finite element method, subgrade, limestone, deflection. Kata kunci : metode elemen hingga, tanah dasar, limestone, lendutan.

PENURUNAN PONDASI TELAPAK YANG DIPERKUAT KOLOM KAPUR

Jalan Ir.Sutami No.36A Surakarta Telp

PERILAKU PONDASI TELAPAK YANG DIPERKUAT KOLOM PASIR-KAPUR TERHADAP PEMBEBANAN

Pengaruh Variasi Jarak dan Panjang Kolom Stabilisasi Tanah Ekspansif Di Bojonegoro dengan Metode Deep Soil Mix Tipe Single Square

PENGARUH PERKUATAN KOLOM PASIR TERHADAP PENURUNAN PONDASI TELAPAK

Hendra Wahyu, Suherman Sulaiman, Mujiman Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

PENGARUH PERKUATAN KOLOM PASIR TERHADAP PENURUNAN PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL STUDI PERILAKU PENURUNAN TANAH KELEMPUNGAN DENGAN PERKUATAN KOLOM PASIR. Oleh : MUHAMMAD THARIK KEMAL D

ANALISA LENDUTAN DAN DISTRIBUSI GAYA LATERAL AKIBAT GAYA LATERAL MONOTONIK PADA PONDASI TIANG KELOMPOK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH DRAINASE VERTIKAL SATU ARAH MENGGUNAKAN KOLOM PASIR TERHADAP KECEPATAN PENURUNAN TANAH LUNAK

PENGARUH PARAMETER MODULUS REAKSI SUBGRADE TERHADAP PENURUNAN PADA TANAH GAMBUT AKIBAT PRELOADING

PENGARUH GEOTEKSTIL PADA KUAT DUKUNG PONDASI TELAPAK DI ATAS TANAH GAMBUT

PENGARUH VARIASI KOLOM PASIR SEBAGAI DRAINASE VERTIKAL DUA ARAH PADA TANAH LUNAK

KAJIAN NILAI MODULUS REAKSI SUBGRADE DAN NILAI CBR BERDASARKAN PENGUJIAN DI LABORATORIUM

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

PENGGUNAAN MATERIAL BATU KAPUR SEBAGAI LAPISAN SUBBASE COURSE PERKERASAN JALAN PADA SUBGRADE TANAH LUNAK DENGAN PERKUATAN PLASTIK DAN GEOSINTETIK

PENGARUH PENAMBAHAN AIR DIATAS KADAR AIR OPTIMUM TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG YANG DICAMPUR ABU TERBANG

PENAMBAHAN LAPISAN PASIR PADAT SEBAGAI SOLUSI MASALAH PENURUNAN FONDASI DI ATAS LAPISAN LEMPUNG LUNAK : SUATU STUDI MODEL

PENGARUH BENTUK, KEDALAMAN, DAN RASIO KELANGSINGAN TERHADAP KAPASITAS BEBAN LATERAL TIANG PANCANG BETON ABSTRAK

PENGARUH JUMLAH LAPIS GEOGRID DAN KEDALAMAN DENGAN LEBAR B = 10 CM TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH PASIR PADA PONDASI MENERUS DENGAN KEPADATAN RC 70%

PENGARUH UKURAN BUTIR TERHADAP NILAI CBR MATERIAL CRUSHED LIMESTONE ABSTRAK

Jhohan Ardiyansyah, et al.penentuan Lendutan Pelat Beton Bertulang Bambu dan Baja...

PEMANFAATAN KAPUR SEBAGAI BAHAN STABILISASI TERHADAP PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN VARIASI UKURAN BUTIRAN TANAH

Analisis Lendutan Model Pelat Fleksibel dengan Tiang Perbesaran Ujung dan Pelat Tidak Rapat Tanah Pada Tanah Pasir

PERILAKU PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR BERSELIMUT DI ATAS TANAH PASIR AKIBAT PEMBEBANAN

Jalan Ir.Sutami No.36A Surakarta Telp

Analisis Daya Dukung dan Penurunan Fondasi Rakit dan Tiang Rakit pada Timbunan di Atas Tanah Lunak

STUDI MODEL EMBANKMENT TANAH LEMPUNG DENGAN STABILISASI KAPUR-ABU SEKAM PADI DAN SERAT KARUNG PLASTIK YANG DICAMPUR DALAM BERBAGAI KONFIGURASI

ANALISIS DEFLEKSI DAN KAPASITAS LATERAL TIANG TUNGGAL PADA TANAH KOHESIF

ANALISIS DEFLEKSI DAN KAPASITAS LATERAL TIANG TUNGGAL FREE-END PILE PADA TANAH KOHESIF

ANALISIS DEFLEKSI DAN KAPASITAS LATERAL TIANG TUNGGAL FREE-END PILE PADA TANAH KOHESIF

PROFIL PERMUKAAN TANAH KERAS KOTA SURAKARTA SEBAGAI INFORMASI PRADESAIN PONDASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BULETIN TEKNIK SIPIL. Nilai Indeks Pemampatan (Cc) Dan Indeks Pengembangan (Cs) Tanah Lempung Ekspansif Di Sekitar Kolom Sicc.

Pengaruh Panjang Mini Kolom T-Shape Terhadap Beban dan Deformasi Pelat Fleksiglass di atas Tanah Lempung Ekspansif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

PENGARUH DIAMETER TERHADAP KAPASITAS DUKUNG LATERAL TIANG TUNGGAL ABSTRAK

KUAT TEKAN BEBAS TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI DISTABILISASI PASIR DAN SEMEN ANWAR MUDA

STABILISASI TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN ABU-SEKAM DAN KAPUR

PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN AGREGAT JENUH KERING MUKA DENGAN AGREGAT KERING UDARA

PERBANDINGAN MODULUS REAKSI SUBGRADE BERDASARKAN UJI CBR TERHADAP HASIL UJI BEBAN PELAT (STUDI KASUS: PERENCANAAN PERKERASAN KAKU)

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kata Kunci : Stabilisasi tanah, tanah lempung ekspansif, metode elektrokinetik, voltase, pengembangan (swelling), kadar air

ANALISIS LENDUTAN PERKERASAN KAKU PADA PEMBEBANAN SUDUT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. A. Karakteristik Tanah Lempung

ANALISIS METODE ELEMEN HINGGA DAN EKSPERIMENTAL PERHITUNGAN KURVA BEBAN-LENDUTAN BALOK BAJA ABSTRAK

Kata kunci: pelat fleksibel, teknik kolom Eko-SiCC, defleksi, tanah ekpansif

STABILISASI TANAH DASAR ( SUBGRADE ) DENGAN MENGGUNAKAN PASIR UNTUK MENAIKKAN NILAI CBR DAN MENURUNKAN SWELLING

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

ANALISIS ANGKA KEAMANAN (SF) LERENG SUNGAI CIGEMBOL KARAWANG DENGAN PERKUATAN SHEET PILE

STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN PASIR DAN SEMEN UNTUK LAPIS PONDASI JALAN RAYA. Anwar Muda

PENGARUH CAMPURAN SEMEN DALAM PEMBUATAN SOIL CEMENT COLUMN PADA TANAH MARGOMULYO-SURABAYA

Mahasiswa Program S1 Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret 2) 3)

STABILISASI TANAH DASAR ( SUBGRADE ) DENGAN MENGGUNAKAN PASIR UNTUK MENAIKKAN NILAI CBR DAN MENURUNKAN SWELLING

METODA PERBAIKAN TANAH LUNAK PADA RUAS JALAN SEKINCAU - SUOH DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

STUDI PARAMETER PERENCANAAN STONE COLUMN UNTUK PERBAIKAN BEARING CAPACITY DAN SETTLEMENT PADA TANAH LEMPUNG

DAYA DUKUNG TIANG TERHADAP BEBAN LATERAL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL UJI PADA TANAH PASIR

ANALISA TAHANAN LATERAL DAN DEFLEKSI FONDASI GRUP TIANG PADA SISTEM TANAH BERLAPIS DENGAN VARIASI JUMLAH TIANG DALAM SATU GRUP

ESTIMASI NILAI MODULUS ELASTIS LAPISAN BERASPAL MENGGUNAKAN HAMMER TEST

PENGARUH KEDALAMAN ELEKTRODA METODE ELEKTROKINETIK TERHADAP PENGEMBANGAN TANAH LEMPUNG EKSPANSIF Rizla Sheila 1, Agus Setyo Muntohar 2

PERKUATAN TANAH LUNAK PADA PONDASI DANGKAL DI BANTUL DENGAN BAN BEKAS

PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH PADA SOIL CEMENT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH VARIASI JUMLAH LAPIS DAN JARAK ANTARLAPIS VERTIKAL GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN LERENG PASIR KEPADATAN 74%

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

KEKAKUAN KOLOM BAJA TERSUSUN EMPAT PROFIL SIKU DENGAN VARIASI PELAT KOPEL

PENGGUNAAN SOIL CEMENT MIXING SKALA LABORATORIUM UNTUK STABILISASI TANAH LEMPUNG PLASTISITAS TINGGI PADA INDEKS LIKUIDITAS 0 DAN 0.

(Fv). Setelah dilakukan pengujian pendahuluan dilanjutkan dengan pengujian

Studi Eksperimental Distribusi Beban Tarik Pada Model Fondasi Tiang dengan Media Tanah Lempung

PENGARUH KADAR LEMPUNG DENGAN KADAR AIR DIATAS OMC TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG ORGANIK

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

STUDI PERBANDINGAN KUAT GESER TANAH LEMPUNG LUNAK YANG DISTABILISASI DENGAN KOLOM KAPUR DAN KOLOM CAMPURAN PASIR KAPUR

TINJAUAN KUAT GESER TANAH LEMPUNG LUNAK YANG DISTABILISASI DENGAN KOLOM CAMPURAN PASIR KAPUR DENGAN VARIASI DIAMETER

STABILISASI TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN CAMPURAN GYPSUM SINTETIS (CaSO4 2H2O) dan GARAM DAPUR (NaCl) DITINJAU DARI PENGUJIAN CBR

PENGARUH DIMENSI, KEDALAMAN, DAN RASIO KELANGSINGAN TERHADAP KAPASITAS DUKUNG LATERAL DAN DEFLEKSI PADA TIANG PANCANG SPUN PILE ABSTRAK

PERBANDINGAN DESAIN CAMPURAN BETON NORMAL MENGGUNAKAN SNI DAN SNI 7656:2012

PENGUJIAN KAPASITAS LENTUR DAN KAPASITAS TUMPU KONSTRUKSI DINDING ALTERNATIF BERBAHAN DASAR EPOXY POLYSTYRENE (EPS)

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 5 CM

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

Transkripsi:

SOIL CEMENT MIXING COLUMN SEBAGAI PERKUATAN PADA TANAH DASAR LUNAK Abdulloh Umar I.K. 1), Bambang Setiawan 2), R. Harya Dananjaya H.I 3) 1)Mahasiswa Program S1 Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret 2) 3)Pengajar Program studi Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Jalan Ir.Sutami No.36A Surakarta 57126.Telp.0271647069. Email : abdullohumar93@gmail.com Abstrak Permasalahan subgrade akan muncul jika subgrade merupakan tanah lunak. Perlu dilakukan perkuatan atau perbaikan tanah agar tanah dapat digunakan untuk pembangunan. Salah satu metode yang menarik yaitu metode untuk memperbaiki tanah lunak kohesif dengan cara membuat kolom semen-tanah seperti soil mixing column dengan pencampuran insitu. Penelitian dilakukan untuk mengetahui perilaku penambahan soil mixing column terhadap lendutan pada tanah dasar (subgrade) lunak, dan membandingkan lendutan antara pengamatan dengan pendekatan menggunakan rumus Hetenyi (1974). Metode penelitian yang digunakan yaitu pemodelan skala laboratorium. Sampel tanah dibedakan menjadi 4 macam Variasi, yaitu: tanah lunak tanpa perkuatan (varasi A), dengan perkuatan soil mixing column (Variasi B), dengan penambahan subbase di atas perkuatan (Variasi C), dan dengan penambahan base course di atas subbase (Variasi D). Pengujian lendutan dilakukan dengan meletakkan pelat besi di atas setiap Variasi kemudian dibebani dengan beban berulang baik pada posisi sentris pelat maupun posisi eksentris pelat. Dial gauge sebanyak 5 buah diletakkan di atas pelat untuk membaca lendutan yang terjadi saat uji pembebanan. Hasil penelitian ini menunjukan perkuatan soil mixing column (Variasi B) mampu mereduksi lendutan yang terjadi sebesar 59,77% (untuk beban sentris) dan 59,85% (untuk beban eksentis) terhadap lendutan pelat diatas tanah tanpa perkuatan (Variasi A). Perbandingan lendutan antara pengamatan dengan metode pendekatan rumus Hetenyi (1974) secara menunjukkan grafik lendutan yang hampir sama dan nilai lendutan lebih besar bila dibandingkan degan pendekatan Hetenyi. Kata kunci : tanah lunak, subgrade, subbase, base course, soil mixing column, lendutan. Abstract Problems will arise if the subgrade is soft soil subgrade. Need to do retrofitting or repair of the soil to be used for development. One interesting method is a method to improve cohesive soft soil by creating a column of cement-soil like soil mixing column by mix the soil and cement in situ. The study was conducted to know the behavior of soil-mixing column additions to the deflection on the subgrade (subgrade) software, and compare the deflection between the observations with the approach of using formula Hetenyi (1974). The method used is a laboratory scale modeling. Soil samples can be divided into four kinds of variation, namely: the soft soil without reinforcement (varasi A), with the strengthening of soil mixing column (Variation B), with the addition of subbase above reinforcement (Variation C), and with the addition of base course over the subbase (Variation D). Deflection testing done by putting a metal plate on top of each variation then burdened with repeated load well on the plate centric position and the position of the eccentric plate. Dial gauge 5 pieces placed on the plate to read deflection occurs when the loading test. These results indicate the strengthening of soil mixing column (Variation B) is able to reduce deflection occurred at 59.77% (for centric load) and 59.85% (for load eksentis) against deflection plate on the ground without reinforcement (Variation A). Comparison of deflection between observation methods Hetenyi (1974) formulas is showing a graph similar deflection and deflection value is greater than the Hetenyi approach. Keywords: soft soil, subgrade, subbase, base course, soil mixing column, deflection PENDAHULUAN Masalah yang sering dihadapi pada perencanaan perkerasan kaku adalah kondisi subgrade yang merupakan tanah lunak. Berbagai upaya telah dilakukan oleh para engineer untuk mengatasi permasalahan subgrade tanah lunak. Beberapa upaya yang diaplikasikan tersebut hanya berpengaruh pada permukaan saja. Selain itu, proses pelaksanaan pemasangan stabilisasi tanah juga cukup rumit, sehingga perlu dilakukan perkuatan tanah lunak yang mencapai tanah dalam seperti soil mixing column. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan soil mixing column. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui perubahan lendutan yang terjadi pada pelat di atas tanah tanpa perkuatan dan dengan perkuatan soil mixing column dan mengetahui hubungan lendutan antara pengamatan dan dengan menggunakan pendekatan Hetenyi (1974). e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/September 2017/844

TINJAUAN PUSTAKA Bowles (1996) menyatakan, lendutan memiliki hubungan konseptual antara tekanan tanah dengan modulus reaksi subgrade. Koefisien reaksi tanah dasar arah vertikal (k) dapat digunakan dalam hitungan lendutan. Koefisien ini ditentukan sebagai tekanan fondasi (q) yang dibagi dengan penurunan yang bersesuaian (d) dari tanah di bawahnya. reaksi tanah dasar tidak lain adalah distribusi reaksi tanah (q) di bawah struktur fondasi guna melawan beban fondasi. Penelitian dengan perkuatan kolom tanah kapur tunggal berdiameter 50 mm dengan panjang 200 mm dan diletakkan di dalam kotak baja berukuran 1,2 m 1,2 m 1 m menunjukkan bahwa seiring dengan penambahan kadar kapur, kuat dukung tanah meningkat dari 0,23 kn menjadi 5,2 kn setelah diperkuat dengan kolom-kapur. Pemasangan kolom-kapur meningkatkan kekuatan tanah disekitarnya hingga mencapai 3 D dari pusat kolom-kapur (Muntohar, 2009). Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, penulis bermaksud melakukan percobaan untuk mengetahui pencampuran tanah menggunakan cement slurry dengan metode deep soil mixing sehingga didapatkan soil mixing column. Soil mixing column diaplikasikan pada box berukuran 1 m 0,5 m 0,6 m kemudian dilakukan pengujian pembebanan untuk mendapatkan perubahan nilai modulus reaksi dan lendutan yang terjadi. Hardiyatmo (2000) mengusulkan untuk perhitungan nilai k v pelat yang fleksibel, menggunakan menggunakan ledutan rerata pelat. Lendutan rerata pelat didapat dengan menggunakan rata-rata dari nilai lendutan pelat pada titik-titik peninjauan dengan jarak titik tertentu sepanjang pelat. Nilai k v selanjutnya dapat ditentukan dengan membagikan tekanan per luasan pelat dengan lendutan rerata pelat. Hetenyi (1974) menyatakan pendekatan lendutan pelat di atas pondasi elastis. Nilai lendutan pelat yang berada di atas tanah sebagai fondasi elastis dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan Hetenyi (1974). Faktor-faktor yang berpengaruh dalam persamaan ini antara lain: modulus elastisitas balok, momen inersia balok, fleksibilitas balok di atas tanah, dan modulus reaksi tanah dasar. Lendutan pelat pada poisi pembebanan sentris dan posisi pembebanan eksentris dapat ditentukan dengan pendekatan ini dengen memperhatikan faktor-faktor tersebut. CARA PENELITIAN Tahap persiapan pengujian diperlukan guna mepersiapkan segala yang dibutuhkan dalam pengujian yang akan dilaksanakan di Laboratorium. Tahap persiapan pengujian tersebut berupa tahap persiapan benda uji, persiapan media tanah dan persiapan alat pembebanan. Tahapan lain yang juga perlu untuk dilakukan yaitu tahap penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui parameter-parameter tanah yang digunakan sebagai sampel, seperti kadar air, bulk density, grain size, proctor test, atterberg limits, dan nilai CBR. Pemasangan alat pembebanan ditunjukkan pada Gambar 1. e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/September 2017/845

Gambar 1. Tampak samping pemasangan alat penguji Perkuatan soil mixing column dibuat dengan mencampurkan semen dengan kadar air 1:1 pada alat soil mixing sederhana. Perkuatan soil mixing column yang terbentuk kemudian didiamkan selama seminggu hingga mengeras dan siap untuk dilakukan pengujian pembebanan. Konfigurasi pemasangan perkuatan soil mixing column ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2. Konfigurasi titik pemasangan perkuatan soil mixing column Penelitian utama dilakukan untuk melihat hasil dari setiap perlakuan yang diberikan. Alat pengujian pembebanan diatur sehingga stabil (kaku). Tuas alat pembebanan diputar sehingga torak memberi tekanan pada pelat tumpuan sampai dial gauge menunjukkan pergerakan sedikit. Hal ini untuk memastikan bahwa torak benar-benar menyentuh pelat secara keseluruhan. Pengujian dilakukan setelah dial gauge diatur pada angka nol. Setelah itu pembebanan dilakukan dengan memberikan beban 20 kg, kemudian dikembalikan ke 0, diberi beban lagi 20 kg, sampe berulang 3 kali, seterusnya beban bertambah menjadi 40 kg, 60 kg dan maksimal 80 kg. Pengujian lendutan di bedakan menjadi 4 variasi yang di sajikan dalam Tabel 1 di bawah ini Tabel 1. Variasi pembebanan. No Variasi Keterangan Titik Pembebanan Beban (kg) 1 Variasi A Tanpa Perkuatan Sentris Eksentris 20 40 60 80 2 Variasi B Perkuatan soil mixing column Sentris Eksentris 20 40 60 80 Variasi B + Penambahan sub base Sentris 3 Variasi C berupa hamparan kerikil setinggi 3 Eksentris 20 40 60 80 cm 4 Variasi D Variasi C + Penambahan base course Sentris 20 40 60 80 e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/September 2017/846

berupa hamparan pasir setinggi 3 cm Eksentris ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian berupa nilai lendutan yang terbaca pada kelima dial gauge yang dipasang di atas pelat. Nilai lendutan pada beban sentris 80 kg untuk setiap variasi ditunjukkan pada Tabel 2 dan nilai lendutan pada beban eksentris 80 kg untuk setiap variasi ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 2. Nilai lendutan pengamatan pada beban sentris 80 kg untuk setiap variasi No Perlakuan Beban (Kg) A B C D E 1 Tanpa perkuatan (Variasi A) 80-0,0233 0,1667 0,8533 0,16-0,02 2 Perkuatan soil mixing column (Variasi B) 80-0,0333 0,13 0,3433 0,1133-0,03 3 Variasi B + subbase berupa hamparan kerikil setinggi 3 cm (Variasi C) 80-0,0167 0,08 24,33 0,07-0,0133 4 Variasi C + Penambahan base course berupa hamparan pasir setinggi 3 cm (Variasi D) 80 0,02 0,06 0,1933 0,0667 0,0167 Tabel 3. Nilai lendutan pengamatan pada beban eksentris 80 kg untuk setiap variasi Beban No Perlakuan (Kg) A B C D E 1 Tanpa perkuatan (Variasi A) 80-0,03 0,0767 0,21 0,9133 0,1033 2 Perkuatan soil mixing column (Variasi B) 80-2,33 0,02 0,1867 0,3667 0,0367 3 4 Variasi B + subbase berupa hamparan kerikil setinggi 3 cm (Variasi C) Variasi C + Penambahan base course berupa hamparan pasir setinggi 3 cm (Variasi D) 80-0,0167 0,0133 0,10 0,26 0,0133 80-0,0167 0 0,0833 0,2067 0,0167 Berdasarkan data yang diperoleh setelah melakukan uji pembebanan, didapatkan grafik untuk mengetahui perubahan nilai lendutan yang terjadi dari setiap variasi untuk beban 80 kg. Gambar 3. Perbandingan lendutan pelat di atas tanah tanpa perkuatan (Variasi A) dan di atas perkuatan soil mixing column (Variasi B) beban sentris Gambar 3 menunjukkan perbandingan lendutan pelat di atas tanah tanpa perkuatan (Variasi A) dan di atas perkuatan soil mixing column (Variasi B) beban sentris. Data tersebut menunjukkan bahwa setelah diberi perkuatan soil mixing e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/September 2017/847

column (varisi B), selisih lenduan maksimum yang terjadi sebesar 0,51 mm. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, didapatkan bahwa perkuatan soil mixing column (Variasi B) mampu mereduksi lendutan yang terjadi pada tanah lempung lunak sebesar 59,77% jika dibandingan dengan tanah lempung lunak tanpa perkuatan (Variasi A) yang dibebani secara sentris. Gambar 4. Perbandingan lendutan pelat di atas tanah tanpa perkuatan (Variasi A) dan di atas perkuatan soil mixing column (Variasi B) beban eksentris Gambar 4 menunjukkan perbandingan lendutan pelat di atas tanah tanpa perkuatan (Variasi A) dan di atas perkuatan soil mixing column (Variasi B) beban eksentris. Data tersebut menunjukkan bahwa setelah diberi perkuatan soil mixing column (varisi B), selisih lenduan maksimum yang terjadi sebesar 0,5466 mm. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, didapatkan bahwa perkuatan soil mixing column (Variasi B) mampu mereduksi lendutan yang terjadi pada tanah lempung lunak sebesar 59,85% jika dibandingan dengan tanah lempung lunak tanpa perkuatan (Variasi A) yang dibebani secara eksentris. Nilai lendutan yang didapat dari hasil pengamatan selanjutnya digunakan untuk mencari nilai lendutan dengan pendekatan Hetenyi (1974). Lendutan rerata didapatkan dengan menggunakan Persamaan 2. Selanjutnya nilai lendutan pengamatan didapatkan dengan menggunakan Persamaan 3 untuk beban sentris dan Persamaan 4 untuk beban eksentris. Tabel 4 menunjukkan nilai lendutan pelat hasil perhitungan untuk beban sentris dan perhitungan untuk beban eksentris ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 4. Nilai lendutan pelat hasil perhitungan dengan pendekatan Hetenyi (1974) untuk beban sentris A B C D E Variasi A 0,04373-0,04612-0,29467-0,04612 0,04373 Variasi B 0,01180-0,01013-0,16879-0,01013 0,01180 Variasi C 0,00429-0,00242-0,12659-0,00242 0,00429 Variasi D 0,00187 0,00006-0,10682 0,00006 0,00187 Tabel 5. Nilai lendutan pelat hasil perhitungan dengan pendekatan Hetenyi (1974) untuk beban eksentris A B C D E Variasi A 0,01435-0,00219-0,05718-0,32588-0,00219 Variasi B 0,004748-0,0017-0,01161-0,18112-0,0017 Variasi C 0,001758-0,00055-0,00205-0,12877-0,00055 Variasi D 0,000843 0,000501-0,00021-0,10639 0,000501 e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/September 2017/848

Nilai lendutan dari hasil pengamatan kemudian dibandingkan dengan nilai lendutan hasil perhitungan. Gambar 5 menunjukkan perbandingan nilai lendutan plat hasil pengamatan dengan pendekatan Hetenyi (1974) pada kondisi tanah tanpa perkuatan yang dibebani secara sentris Gambar 5. Perbandingan nilai lendutan pelat hasil pengamatan dengan pendekatan Hetenyi (1974) pada Variasi A yang dibebani secara sentris Perbandingan nilai lendutan plat hasil pengamatan dengan pendekatan Hetenyi (1974) pada tanah tanpa perkuatan (Variasi A) yang dibebani secara eksentris ditunjukkan pada Gambar 6. Gambar 6. Perbandingan nilai lendutan plat hasil pengamatan dengan pendekatan Hetenyi (1974) pada Variasi A yang dibebani secara eksentris Berdasarkan data pada Gambar 5 dan Gambar 6 menunjukkan selisih lendutan antara pengamatan dan perhitungan yaitu sebesar 0,5586 mm untuk beban sentris dan 0,5874 mm untuk beban eksentris. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi tanah tanpa perkuatan (Variasi A), besarnya selisih lendutan antara pengamatan dan perhitungan yaitu 65,463 % untuk beban sentris dan 64,316% untuk beban eksentris. e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/September 2017/849

KESIMPULAN 1. Perkuatan soil mixing column (Variasi B) mampu mereduksi lendutan yang terjadi sebesar 59,77% (untuk beban sentris) dan 59,85% (untuk beban eksentis) terhadap lendutan pelat di atas tanah tanpa perkuatan (Variasi A). 2. Lendutan secara pengamatan memberikan nilai lendutan yang lebih besar jika dibandingkan dengan nilai lendutan menggunakan pendekatan rumus Hetenyi (1974) yaitu berkisar antara 44,75% hingga 64,463% 3. Nilai lendutan dari hasil pengamatan lebih besar jika dibandingkan dengan nilai lendutan menggunakan pendekatan rumus Hetenyi (1974) yaitu berkisar antara 44,75% hingga 65,46%. REFERENSI Bowles, J.E., 1996, Foundation Analysis and Design (fifth edition), New York: McGraw-Hill International Editions. Hardiyatmo, H.C., Metoda Hitungan Lendutan Pelat dengan Menggunakan Modulus Reaksi Tanah Dasar Ekivalen untuk Struktur Pelat Fleksibel, dinamika TEKNIK SIPIL Vol. 9 (2009), 149-154, no. 2. Hardiyatmo, H.C, 2010. Mekanika Tana h I. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hetenyi, M., 1974, Beams on Elastic Foundation: Theory with applications in the fields of civil and mechanical engineering, The Univercity of Michigan Press, Ann Arbor. Moseley, M.P., 2000, Ground Improvement, Florida : CRC Press, Inc Muntohar, A.S., 2009, A Laboratory Test On The Strength And Load-Settlement Characteristic of Improved Soft Soil Using LimeColumn.Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/September 2017/850