BAB III TINDAK PIDANA PENCURIAN IKAN (ILLEGAL FISHING) SEBAGAI TINDAK PIDANA INTERNASIONAL DI PERAIRAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN [LN 2004/118, TLN 4433]

PELAKSANAAN TINDAKAN KHUSUS TERHADAP KAPAL PERIKANAN BERBENDERA ASING DALAM PASAL 69 AYAT (4) UU NO. 45 TAHUN 2009

SKRIPSI ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP WARGA NEGARA ASING SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PERIKANAN

Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu

UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN [LN 2009/154, TLN 5073]

BAB 1 PENDAHULUAN. dijaga keamanan dan dimanfaatkan untuk kemakmuran Indonesia. Wilayah negara

BAB V PENUTUP. 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal. Fishing (IUUF) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN

Kata Kunci : Yurisdiksi Indonesia, Penenggelaman Kapal Asing, UNCLOS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM TERHADAP PENCURIAN IKAN OLEH KAPAL ASING DIPERAIRAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF BERDASARKAN UNDANG-

PENENGGELAMAN KAPAL SEBAGAI USAHA MEMBERANTAS PRAKTIK ILLEGAL FISHING

DISKUSI PANEL PADA RAKORNAS IUU FISHING

Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan

Kapita Selekta: Multidoor Approach & Corporate Criminal Liability dalam Kasus Pidana Perikanan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1984

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA [LN 1997/67, TLN 3698]

UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2010/122, TLN 5164]

Bab XII : Pemalsuan Surat

PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PEMBERANTASAN KEGIATAN PERIKANAN LIAR (IUU FISHING)

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059]

PUTUSAN Nomor: 206/PID. SUS/2014/PT.PBR

BAB IV. A. Pengaturan Penggunaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan. VMS/(Vessel Monitoring System) dihubungkan dengan Undang-

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA [LN 2010/130, TLN 5168]

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

P U T U S A N Nomor 33/PID.SUS/2016/PT.PBR DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 15 TAHUN 1990 TENTANG USAHA PERIKANAN.

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PENGANGKUTAN IKAN DI LAUT LEPAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN [LN 2006/93, TLN 4661]

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG C U K A I [LN 1995/76, TLN 3613]

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fenomena penangkapan ikan tidak sesuai ketentuan (illegal fishing), yaitu

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2008

I. PENDAHULUAN. terhadap kekayaan negara maupun transnational crime menunjukkan perkembangan

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN TANGKAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TENTANG PELAKSANAAN TINDAKAN KHUSUS TERHADAP KAPAL PERIKANAN BERBENDERA

- l~ r C.r C. ~,J:: ')!; "f ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DYAH HARINI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PERUSAKAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pasal 48 yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia luasnya sekitar 7000 km 2 dan memiliki lebih dari 480 jenis

Pasal 5: Setiap orang dilarang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI)

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN,

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN [LN 1995/64, TLN 3612]

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. Pencegahan Illegal Fishing di Provinsi Kepulauan Riau. fishing terdapat pada IPOA-IUU. Dimana dalam ketentuan IPOA-IUU

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG REFUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2002/30, TLN 4191]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar

Moratorium Perizinan Usaha Perikanan Tangkap

MEMPERKUAT MEKANISME KOORDINASI DALAM PENANGANAN ABK DAN KAPAL IKAN ASING

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 69 TAHUN 2012 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam. Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 84 PK/Pid/ TENTANG PEMBUKTIAN PERKARA ILLEGAL FISHING

UU 22/1997, NARKOTIKA. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 22 TAHUN 1997 (22/1997) Tanggal: 1 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA) Tentang: NARKOTIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1984 Tentang : Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati Di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri. 1 Oleh karena itu, pencaharian bertani dan berkebun, 2

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PELAYARAN DI INDONESIA. A. Pengaturan Tindak Pidana Pelayaran Di Dalam KUHP

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA [LN 1997/10, TLN 3671]

PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA KEHUTANAN. Oleh: Esti Aryani 1 Tri Wahyu Widiastuti 2. Abstrak

DAMPAK KEGIATAN IUU-FISHING DI INDONESIA

ANALISIS PERATURAN DAERAH

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 3 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

2 Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647); 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lemb

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PIDANA TAMBAHAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERUPA UANG PENGGANTI. A. Pidana Tambahan Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Berupa Uang

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN [LN 2009/1, TLN 4956] Pasal 402

Heni Susila Wardoyo, S.H., M.H

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan

BAB X KETENTUAN PIDANA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA. Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal. 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG

Transkripsi:

BAB III TINDAK PIDANA PENCURIAN IKAN (ILLEGAL FISHING) SEBAGAI TINDAK PIDANA INTERNASIONAL DI PERAIRAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA A. Kasus Pencurian Ikan Di Perairan Wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia Kasus pencurian ikan (illegal fishing) yang terjadi di perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia sampai saat ini berlanjut, dan menimbulkan kerugian bagi negara Indonesia, sehingga kasus pencurian ikan (illegal fishing) di wilayah perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia masih kurang di perhatikan oleh masyarakat maka sering kali kasus pencurian ikan (illegal fishing) ini dilaporakan oleh aktifis perikanan dan kelautan yang peduli terhadap kondisi perikanan di Indonesia. No Tahun Jumlah Kapal ABK Yustisia ABK Non Yustisa 1 2001 4 4 5 2 2002 31 29 227 3 2003 20 45 250 4 2004 13 15 76 Keterangan 4 (empat) Kapal Asing Masih diproses 5 2005 18 20 112 6 2006 12 9 100 7 2007 15 20 120 39

40 8 2008 13 35 70 9 2009 14 20 60 10 2010 19 19 30 11 2011 25 25 45 8 (delapan) Kapal Asing Masih diproses Dalam Proses Dalam Proses Jumlah 184 241 1.065 Sumber : DKP dari berbagai sumber Tabel-1 Daftar Kapal illegal fishing Asing yang di proses di Kepulauan Riau Tahun 2001-2011 Keterangan : 1. Kapal illegal fishing asing yang di proses di Kepulauan Riau pada tahun 2001 berjumlah 4 buah kapal, Anak Buah Kapal (ABK) Yustisia berjumlah 4 orang, Anak Buah Kapal (ABK) non Yustisia berjumlah 5 orang, dan kedudukan perkaranya sudah selesai. 2. Kapal illegal fishing asing yang di proses di Kepulauan Riau pada tahun 2002 berjumlah 31 buah kapal, Anak Buah Kapal (ABK) Yustisia berjumlah 29 orang, Anak Buah Kapal (ABK) non Yustisia berjumlah 227 orang, dan kedudukan perkaranya sudah selesai. 3. Kapal illegal fishing asing yang di proses di Kepulauan Riau pada tahun 2003 berjumlah 20 buah kapal, Anak Buah Kapal (ABK) Yustisia berjumlah 45 orang, Anak Buah Kapal (ABK) non Yustisia berjumlah 250 orang, dan kedudukan perkaranya sudah selesai. 4. Kapal illegal fishing asing yang di proses di Kepulauan Riau pada tahun 2004 berjumlah 13 buah kapal, Anak Buah Kapal (ABK) Yustisia berjumlah 15 orang, Anak Buah Kapal (ABK) non Yustisia berjumlah

41 76 orang, dan kedudukan perkaranya 4 kapal asing masih dalam proses pemeriksaan. 5. Kapal illegal fishing asing yang di proses di Kepulauan Riau pada tahun 2005 berjumlah 18 buah kapal, Anak Buah Kapal (ABK) Yustisia berjumlah 20 orang, Anak Buah Kapal (ABK) non Yustisia berjumlah 112 orang, dan kedudukan perkaranya sudah selesai 6. Kapal illegal fishing asing yang di proses di Kepulauan Riau pada tahun 2006 berjumlah 12 buah kapal, Anak Buah Kapal (ABK) Yustisia berjumlah 9 orang, Anak Buah Kapal (ABK) non Yustisia berjumlah 100 orang, dan kedudukan perkaranya sudah selesai. 7. Kapal illegal fishing asing yang di proses di Kepulauan Riau pada tahun 2007 berjumlah 15 buah kapal, Anak Buah Kapal (ABK) Yustisia berjumlah 20 orang, Anak Buah Kapal (ABK) non Yustisia berjumlah 120 orang, dan kedudukan perkaranya sudah selesai. 8. Kapal illegal fishing asing yang di proses di Kepulauan Riau pada tahun 2008 berjumlah 13 buah kapal, Anak Buah Kapal (ABK) Yustisia berjumlah 35 orang, Anak Buah Kapal (ABK) non Yustisia berjumlah 70 orang, dan kedudukan perkaranya sudah selesai. 9. Kapal illegal fishing asing yang di proses di Kepulauan Riau pada tahun 2009 berjumlah 14 buah kapal, Anak Buah Kapal (ABK) Yustisia berjumlah 20 orang, Anak Buah Kapal (ABK) non Yustisia berjumlah 60 orang, dan kedudukan perkaranya 8 kapal asing masih dalam proses pemeriksaan.

42 10. Kapal illegal fishing asing yang di proses di Kepulauan Riau pada tahun 2010 berjumlah 19 buah kapal, Anak Buah Kapal (ABK) Yustisia berjumlah 19 orang, Anak Buah Kapal (ABK) non Yustisia berjumlah 30 orang, dan kedudukan perkaranya masih dalam proses pemeriksaan. 11. Kapal illegal fishing asing yang di proses di Kepulauan Riau pada tahun 2011 berjumlah 25 buah kapal, Anak Buah Kapal (ABK) Yustisia berjumlah 25 orang, Anak Buah Kapal (ABK) non Yustisia berjumlah 45 orang, dan kedudukan perkaranya masih dalam proses pemeriksaan. No Tahun Kasus Pencurian Ikan 1 2005 216 Kasus 2 2006 170 Kasus 3 2007 198 Kasus 4 2008 130 Kasus 5 2009 180 Kasus 6 2010 195 Kasus 7 2011 230 Kasus Sumber : DKP dari berbagai sumber Tabel-2 Daftar Angka Pencurian Ikan di Perairan Indonesia

43 Keterangan : 1. Pada tahun 2005 angka pencurian ikan di perairan Indonesia berjumlah 216 kasus. 2. Pada tahun 2006 angka pencurian ikan di perairan Indonesia berjumlah 170 kasus. 3. Pada tahun 2007 angka pencurian ikan di perairan Indonesia berjumlah 198 kasus. 4. Pada tahun 2008 angka pencurian ikan di perairan Indonesia berjumlah 130 kasus. 5. Pada tahun 2009 angka pencurian ikan di perairan Indonesia berjumlah 180 kasus. 6. Pada tahun 2010 angka pencurian ikan di perairan Indonesia berjumlah 195 kasus. 7. Pada tahun 2011 angka pencurian ikan di perairan Indonesia berjumlah 230 kasus. Kasus-kasus pencurian ikan (illegal fishing) di wilayah perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia sebagai contoh Kasus Kapal Vietnam Illegal Fishing di Natuna. Kasus ini diberitakan oleh surat kabar online tvonenews.com pada tanggal 16 april 2013, diberitakan bahwa Kapal Pengawas Departemen Kelautan dan Perikanan menangkap sebelas kapal Vietnam tanpa dokumen di perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEE) perairan Laut Natuna. Menurut Kepala Satuan Kerja Pengawas dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (P2SDKP) Batam Ahmad bahwa dengan beroprasinya sebelas kapal

44 asing yang mencuri ikan itu, negara diperkirakan rugi Rp 20 miliar. 33 Pelaku pencurian ikan (illegal fishing) di Indonesia tidak juga jera, meski berkali-kali di tangkap aparat keamanan Indonesia kapal-kapal asing tanpa izin tetap nekat mencuri ikan di laut Indonesia. Kapal Departemen Kelautan dan Perikanan menangkap sebelas kapal Vietnam tanpa dokumen di perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) perairan natuna. beroprasinya sebelas kapal Vietnam yang mencuri di perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) negara diperkirakan rugi Rp 20 miliar, kata Kepala Satuan Kerja Pengawas dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (P2SDKP) Ahmad kepada wartawan di Batam. Kesebelas awak kapal asing itu disidangkan di peradilan ad hock perikanan di natuna kepulauan riau, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Menurut Ahmad, modus operandi yang dilakukan para pelaku pencurian ikan (illegal fishing) dengan memalsukan dokumen izin, melanggar batas fishing area yang diperbolehkan, dan menggunakan alat tangkap di luar peraturan yang ditetapkan. Perairan yang selama ini menjadi tempat pencurian ikan (illegal fishing) nelayan asing diantaranya, kawasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), Laut Natuna, Laut Arafuru, dan Laut Sulawesi Utara. Pencurian ikan di Laut Natuan pada umumnya dilakukan kapal-kapal Vietnam, Malaysia, dan Thailand, di Sulawesi Utara dilakukan oleh kapal-kapal Philipina, sedangkan di Laut Arafuru dilakukan oleh kapal-kapal Taiwan. 33 http://hukum.tvonenews.tv/berita/view/polri_tangkap_11_kapal_vietnam_pencuri_ ikan_di_natuna_tvone, diakses pada hari kamis, 23 Mei 2013, pukul 20.00 wib

45 B. Sanksi Hukum Terhadap Pelaku Pencurian Ikan (illegal fishing) Di Wilayah Perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia Sanksi hukum terhadap pelaku pencurian ikan di wilayah perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dari yang terberat hingga yang paling ringgan berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan : 1. Pidana Penjara Berdasarkan dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, sanksi pidana penjara adalah dipidanakan kepada pelaku yang melakukan perbuatan berikut : a. Setiap orang yang memiliki atau mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera asing yang melakukan penangkapan ikan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia ataupun di laut lepas, yang tidak memiliki Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp. 20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah). b. Setiap orang yang memiliki, menguasai, membawa, dan menggunakan alat penangkapan ikan yang berada di kapal penagkap ikan yang tidak sesuai dengan persyaratan dan standar dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).

46 c. Setiap orang yang memiliki dan/atau mengoperasikan kapal pengangkut ikan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia yang melakukan pengangkutan ikan atau kegiatan yang terkait, yang tidak Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) diberikan hukuman dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah). 2. Pidana Denda Pidana denda dimaksudkan sebagai pidana untuk mendapatkan tujuan dari pemidanaan yaitu berupa pencegahan perbuatan kejahatan dan mengembalikan kerugian yang telah diderita oleh negara sebagai pihak yang dirugikan secara langsung oleh kejahatan illegal fishing tersebut. Dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan menjelaskan pidana denda merupakan pidana tambahan yang melekat dari setiap sanksi pidana penjara yang dibebankan kepada pelaku illegal fishing, sehingga setiap pasal yang menyebutkan pidana penjara pastilah ditambahkan dengan pidana denda. Terdapat kelemahan dalam pidana denda yaitu : 34 a. Bahwa pidana denda ini dapat dibayarkan atau ditanggung oleh pihak ketiga, sehingga pidana yang dijatuhkan tidak secara langsung dirasakan oleh terpidana sendiri. Sehingga tidak mendidik terpidana untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. 34 Niniek Suparni, Eksistensi Pidana Denda Dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm 8.

47 b. Bahwa pidana denda juga membebani pihak ketiga yang tidak bersalah c. Bahwa pidana denda ini lebih menguntungkan bagi orang yang mampu, terlebih jika pidana yang dijatuhkan tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh terpidana. 3. Penyitaan Sanksi berupa penyitaan termasuk kedalam sanksi tambahan yang dibebankan pada pelaku illegal fishing yaitu berupa penyitaan kapal dan peralatan penangkapan ikan, dan perampasan hasil tangkapan oleh pengadilan dan penyidik sebagai barang bukti, yang kemudian dalam efektifitasnya dapat dilakukan pelelangan untuk menjadi kekayaan negara, tentunya sesuai keputusan berkekuatan hukum tetap pengadilan yang memeriksa perkara illegal fishing. 4. Pencabutan Izin Sanksi pencabutan izin adalah sanksi yang dibebankan kepada orang yang memiliki ataupun mengoperasikan kapal penangkap atau pengangkut ikan yang tidak melakukan bongkar muat ikan tangkapan di pelabuhan perikanan, sehingga dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap undang-undang perikanan. Mekanisme pemberian sanksi terhadap pelanggaran tersebut adalah dikenakan sanksi administratif berupa peringatan pembekuan izin dan akhirnya pencabutan izin.