LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, HAK DAN KEWAJIBAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DI KABUPATEN KENDAL

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 9 SERI D

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI TINGKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN KECAMATAN WIROSARI DESA KALIREJO PERATURAN DESA KALIREJO KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 01 TAHUN 2011

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DESA TANJUNGSARI PERATURAN DESA TANJUNGSARI TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi amanat Pasal 150 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, perlu membentuk Lembaga Kemasyarakatan di Desa atas prakarsa pemerintah desa dan masyarakat dengan memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 42 ); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pembentukan Kedua Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717); 7. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undangundang Nomor12 Tahun 2011 tentang pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 119); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

9. Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 24 Tahun 2015 tentang Pedoman Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2016 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 211) sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 4 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 24 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2016 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 215); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2016 Nomor 10, Tambahan Lembaran Darah Kabupaten Banjarnegara Nomor 213;

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA dan BUPATI BANJARNEGARA MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: 1. Bupati adalah Bupati Banjarnegara. 2. Daerah adalah Daerah Kabupaten Banjarnegara. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 4. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 5. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

6. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7. Kepala Desa adalah Pejabat yang memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang dipilih secara langsung oleh masyarakat melalui pemilihan Kepala Desa. 8. Badan Permusyawaratan Desa adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. 9. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat. 10. Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga yang selanjutnya disingkat Gerakan PKK adalah gerakan nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah yang pengelolaannya dari, oleh dan untuk masyarakat, menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan. 11. Rukun Warga yang selanjutnya disingkat RW adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah pengurus Rukun Tetangga di wilayah kerjanya, yang ditetapkan oleh Kepala Desa. 12. Rukun Tetangga yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan, yang ditetapkan oleh Kepala Desa. 13. Karang Taruna adalah Lembaga Kemasyarakatan yang merupakan wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah Desa atau komunitas adat sederajat dan terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial, yang secara fungsional dibina dan dikembangkan oleh Kementerian Sosial.

14. Lembaga Perencana Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disebut LP3M adalah suatu lembaga yang tugas menyusun rencana pembangunan secara partisipatif, menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat, melaksanakan dan mengendalikan pembangunan. 15. Lembaga Kemasyarakatan Lainnya adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat Bagian Kedua Pembentukan Pasal 2 (1) Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan di Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa. (2) Mekanisme dan tata cara Pembentukan Lembaga kemasyarakatan Desa diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Bagian Ketiga Maksud dan Tujuan Pasal 3 (1) Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa dimaksudkan sebagai mitra kerja Pemerintah Desa dalam upaya pemberdayaan dan pembangunan masyarakat Desa. (2) Tujuan pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa adalah : a. menampung dan mewujudkan aspirasi masyarakat di bidang pembangunan Desa; b. meningkatkan peran serta dan gotong royong masyarakat; dan

c. menumbuh kembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat di bidang pembangunan. Bagian Keempat Ruang Lingkup Pasal 4 Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Daerah ini adalah Kepengurusan, Kedudukan, Tugas dan Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja. Bagian Kelima Asas Asas yang digunakan adalah : a. asas Musyawarah; b. asas Mufakat; dan c. asas gotong Royong. Pasal 5 Bagian Keenam Jenis Pasal 6 Jenis Lembaga Kemasyarakatan di Desa terdiri dari : a. LP3M; b. Tim penggerak PKK ; c. RT/RW; d. Karang Taruna; dan e. Lembaga Kemasyarakatan lainnya.

Bagian Ketujuh Kepengurusan Lembaga Kemasyarakatan Pasal 7 (1) Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa dipilih secara musyawarah dan mufakat. (2) Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar1945; c. berkelakuan baik dan penuh pengabdian terhadap masyarakat; d. sebagai penduduk dan bertempat tinggal tetap di Desa; e. berkemampuan dan berkemauan untuk bekerja dan membangun desa. (3) Masa bakti kepengurusan Lembaga Kemasyarakatan Desa adalah 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali, sedangkan untuk TP PKK adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembali. Bagian Kedelapan Pembiayaan Pasal 8 (1) Biaya Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa dibebankan kepada APBDes. (2) Dalam rangka untuk pemberdayaan dan pengembangan Lembaga Kemasyarakatan Desa bisa didukung dengan dana kegiatan yang bersumber dari : a. APBN;

b. APBD Provinsi; c. APBD; d. APBDes; e. Bantauan Pemerintah Provinsi; f. swadaya masyarakat; dan g. bantuan lain yang tidak mengikat. BAB II KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA Bagian Kesatu Lembaga Perencana Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Paragraf 1 Kedudukan Pasal 9 (1) LP3M merupakan Lembaga Kemasyarakatan yang bersifat lokal dan secara organisasi berdiri sendiri dan berkedudukan di Desa. (2) LP3M membantu Kepala Desa dalam menyusun rencana pembangunan dan melaksanakan pembangunan berdasarkan rencana yang telah mendapat persetujuan BPD. (3) Kepala Desa bersama LP3M berdasarkan aspirasi, prakarsa dan partisipasi masyarakat, melaksanakan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat untuk menumbuhkan kondisi dinamis serta peran aktif masyarakat.

Paragraf 2 Tugas dan Fungsi Pasal 10 (1) LP3M mempunyai tugas membantu Kepala Desa dalam : a. merencanakan pembangunan berdasarkan musyawarah; b. menggerakkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan; dan c. menumbuhkankembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam meningkatkan ketahanan di Desa. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), LP3M mempunyai fungsi sebagai berikut : a. sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan; b. menanamkan pengertian dan kesadaran akan penghayatan dan pengamalan Pancasila; c. menggali, memanfaatkan, potensi dan menggerakan swadaya gotong royong masyarakat untuk membangun; d. sebagai sarana komunikasi antara Pemerintah dan masyarakat serta antar warga masyarakat itu sendiri; e. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat; f. membina dan menggerakkan potensi pemuda dalam pembangunan; g. membina kerjasama antar lembaga yang ada dalam masyarakat untuk pembangunan; dan h. melaksanakan tugas lain dalam rangka membantu Pemerintah Desa untuk menciptakan ketahanan yang mantap.

Paragraf 3 Susunan Organisasi Pasal 11 Susunan Organisasi LP3M adalah sebagai berikut : a. Ketua; b. Wakil Ketua; c. Sekretaris; d. Wakil Sekretaris; e. Bendahara; dan f. Seksi, terdiri atas : 1. Keagamaan; 2. Sosial; 3. Perekonomian; 4. Ketenteraman dan Ketertiban; 5. Infrastruktur; 6. Pemuda dan Olahraga; dan 7. Pemberdayaan Perempuan, Keluarga dan Anak. g. Anggota dan Kelompok Kerja sesuai kebutuhan. Paragraf 4 Hubungan LP3M Dengan Pemerintahan Desa Pasal 12 (1) Hubungan kerja LP3M dengan pemerintahan desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif. (2) Hubungan kerja LP3M dengan Lembaga Kemasyarakatan lainnya di desa bersifat koordinatif dan konsultatif. (3) Hubungan kerja LP3M dengan pihak ketiga di desa bersifat kemitraan.

Bagian Kedua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Paragraf 1 Kedudukan Pasal 13 TP PKK merupakan Lembaga Kemasyarakatan yang menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK di Desa sesuai 10 (sepuluh) Program Pokok Gerakan PKK, meliputi : a. Penghayatan dan Pengamalan Pancasila; b. Gotong Royong; c. Pangan; d. Sandang; e. Perumahan dan Tata Laksana Rumah Tangga; f. Pendidikan dan Ketrampilan; g. Kesehatan; h. Pengembangan Kehidupan Berkoperasi; i. Kelestarian Lingkungan Hidup; dan j. Perencanaan Sehat. Paragraf 2 Tugas dan Fungsi Pasal 14 (1) TP PKK mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan merupakan mitra dalam pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), TP PKK mempunyai fungsi :

a. penyusunan rencana kerja PKK Desa, sesuai dengan hasil Rapat Kerja Daerah; b. pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal yang disepakati; c. penyuluhan dan menggerakan kelompok-kelompok PKK Lingkungan, RW, RT dan dasa wisma agar dapat mewujudkan kegiatan-kegiatan yang telah disusun dan disepakati; d. penggalian, penggerakan dan pengembangan potensi masyarakat, khususnya keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan; e. pelaksanaan kegiatan penyuluhan kepada keluargakeluarga yang mencakup kegiatan bimbingan dan motivasi dalam upaya mencapai keluarga sejahtera; f. pembinaan dan bimbingan mengenai pelaksanaan program kerja; g. berpartisipasi dalam pelaksanaan program instansi yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga di Desa; h. penyusunan laporan hasil kegiatan kepada Tim Penggerak PKK Kecamatan, dengan tembusan kepada Ketua Dewan Penyantun Tim Penggerak PKK setempat; i. pelaksanaan tertib administrasi; dan j. pelaksanaan konsultasi dengan Ketua Dewan Penyantun Tim Penggerak PKK setempat. Paragraf 3 Susunan Organisasi Pasal 15 (1) Susunan Organisasi TP PKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari : a. Dewan Pembina b. Ketua;

c. Wakil Ketua; d. Sekretaris; e. Wakil Sekretaris; f. Bendahara; g. Wakil Bendahara; dan h. Anggota. (2) Susunan Keanggotan TP PKK Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Paragraf 4 Kelompok Kerja Pasal 16 (1) TP PKK dapat membentuk Kelompok Kerja. (2) Kelompok kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas : a. Kelompok Kerja I : b. Kelompok Kerja II; c. Kelompok Kerja III; dan d. Kelompok Kerja IV Paragraf 5 Hubungan TP PKK Dengan Pemerintahan Desa Pasal 17 (4) Hubungan kerja TP PKK dengan pemerintahan desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif. (5) Hubungan kerja TP PKK dengan Lembaga Kemasyarakatan lainnya di desa bersifat koordinatif dan konsultatif. (6) Hubungan kerja TP PKK dengan pihak ketiga di desa bersifat kemitraan.

Bagian Ketiga Rukun Tetangga dan Rukun Warga Paragraf 1 Kedudukan Pasal 18 (1) RT berkedudukan sebagai wakil Pemerintah Desa untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan yang dilimpahkan oleh Kepala Desa dalam lingkup wilayah RT dan bertanggungjawab kepada Kepala Desa (2) RW berkedudukan sebagai wakil Pemerintah Desa untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan yang dilimpahkan oleh Kepala Desa dan sebagai koordinator pelaksanaan tugas RT yang berada dalam lingkup wilayah kerjanya dan bertanggungjawab kepada Kepala Desa Paragraf 2 Tugas dan Fungsi Pasal 19 (1) RT mempunyai tugas : a. membantu menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat yang menjadi tanggungjawab Pemerintah; b. memelihara kerukunan hidup warga; dan c. menyusun rencana dan melaksanakan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), RT mempunyai fungsi : a. pengkoordinasian antar warga;

b. pelaksanaan dalam menjembatani hubungan antar sesama anggota masyarakat dengan Pemerintah; dan c. penanganan masalah-masalah kemasyarakatan warga melalui langkah dan kegiatan yang disepakati dalam musyawarah, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Pasal 20 (1) RW mempunyai tugas : a. menggerakkan swadaya gotong royong partisipasi masyarakat di wilayahnya; dan b. membantu kelancaran tugas pokok LP3M dalam bidang pembangunan di Desa. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), RW mempunyai fungsi : a. pengkoordinasian pelaksanaan tugas-tugas RT; dan b. menjembatani hubungan antar RT dan antar masyarakat dengan Pemerintah. Paragraf 3 Susunan Organisasi Pasal 21 (1) Susunan Organisasi RT dan RW, terdiri dari : a. Ketua; b. Sekretaris; c. Bendahara; dan d. Seksi, sesuai dengan kebutuhan. (2) Dalam hal Pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum terbentuk, Kepala Desa dapat menunjuk Kepengurusan Sementara, paling lama 6 (enam) bulan, dan segera dilaksanakan Pemilihan Pengurus.

Paragraf 4 Hubungan RT RW Dengan Pemerintahan Desa Pasal 22 (1) Hubungan kerja RT RW dengan pemerintahan desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif. (2) Hubungan kerja RT RW dengan Lembaga Kemasyarakatan lainnya di desa bersifat koordinatif dan konsultatif. (3) Hubungan kerja RT RW dengan pihak ketiga di desa bersifat kemitraan. Bagian Keempat Karang Taruna Paragraf 1 Kedudukan Pasal 23 Karang Taruna merupakan Lembaga Kemasyarakatan mandiri yang berkedudukan di desa dan bertanggungjawab kepada Kepala Desa. Paragraf 2 Tugas dan Fungsi Pasal 24 (1) Karang Taruna mempunyai tugas menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif, maupun pengembangan potensi generasi muda di lingkungannya. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Karang Taruna mempunyai fungsi : a. penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial;

b. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat; c. penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda di lingkungannya secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan; d. penyelenggaraan kegiatan pengembangan jiwa; e. kewirausahaan bagi generasi muda di lingkungannya; f. penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggungjawab sosial generasi muda; g. penumbuhkembangan semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai-nilai kearifan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia; h. pemupukan kreativitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggungjawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya; i. penyelenggaraan rujukan, pendampingan dan advokasi sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial; j. penguatan sistem jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan kemitraan dengan berbagai sektor lainnya; k. penyelenggaraan usaha pencegahan permasalahan sosial yang aktual; l. pengembangan kreativitas remaja, pencegahan kenakalan, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang bagi remaja; dan m. penanggulangan masalah sosial, baik secara preventif, rehabilitatif dalam rangka pencegahan kenakalan remaja, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang bagi remaja.

Paragraf 3 Susunan Organisasi Pasal 25 Susunan organisasi Karang Taruna terdiri atas : a. Ketua; b. Sekretaris; c. Bendahara; dan d. Seksi-seksi, sesuai dengan kebutuhan. Paragraf 4 Tata Kerja Pasal 26 Dalam melaksanakan tugasnya, Pengurus Karang Taruna mengutamakan asas musyawarah untuk mufakat, dengan menerapkan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi. Bagian kelima Lembaga Kemasyarakatan Lainnya Pasal 27 Lembaga Kemasyarakatan Lainnya yang diakui oleh masyarakat dibentuk dengan Peraturan Desa, dengan berpedoman pada Peraturan Daerah ini dan perundang-undangan yang berlaku. BAB III KETENTUAN PERALIHAN Pasal 28 Lembaga Kemasyarakatan Desa atau yang disebut dengan nama lain yang sudah ada sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, harus segera menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 29 Lembaga Kemasyarakatan Desa yang termasuk dalam lingkup Peraturan Daerah ini, agar segera dibentuk dan ditetapkan kembali dengan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 30 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2006 Nomor 5 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 86) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 31 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan pelaksaanaan yang mengatur tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa yang telah ada tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini. Pasal 32 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara. Ditetapkan di Banjarnegara pada tanggal 27 Januari 2017 Pj. BUPATI BANJARNEGARA, Cap ttd, PRIJO ANGGORO BUDI RAHARDJO Diundangkan di Banjarnegara pada tanggal 28-1-2017 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA, Cap ttd, FAHRUDIN SLAMET SUSIADI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR : 1/2017 Mengetahui sesuai aslinya, KEPALA BAGIAN HUKUM Cap ttd, YUSUF AGUNG PRABOWO, SH, M.Si Pembina Tk. I NIP. 19741030 199303 1 003

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2017 I. UMUM TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA Dalam rangka pemberdayaan masyarakat di Desa, Lembaga Kemasyarakatan memiliki peranan yang sangat penting, oleh karenanya di Desa perlu ada Lembaga Kemasyarakat yang dibentuk atas prakarsa masyarakat Desa dan merupakan mitra pemerintah Desa dalam aspek perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan yang bertumpu kepada masyarakat. Lembaga Kemasyarakatan Desa ditetapkan dengan peraturan Desa dengan susunan organisasi disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Desa setempat, yang keanggotaannya terdiri dari pemuka-pemuka masyarakat antara lain pemuka adat, agama, pendidik, pemuda dan wanita. Tugas dari lembaga Kemasyarakatan membantu pemerintah Desa dibidang perencanaan, dan pembangunan, mengerakan partsipasi masyarakat secara aktif untuk melaksanakan dan mengendalikan pembangunan secara terpadu baik yang berasal dari berbagai kegiatan pemerintah maupun swadaya gotong royong masyarakat dan menumbuhkan kondisi dinamis masyarakat. Dengan dibentuknya Peraturan Daerah ini diharapkan dapat meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan Kemasyarakatan, serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16

Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 231