BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 STUDI IMPLEMENTASI PENGENDALIAN TEGANGAN PENCATU BATERAI PADA SIMULASI PLTB

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR }IALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK. i ii iii iv v ix xi xii 1 1 1

BAB 2 TEORI DASAR Jaringan Listrik Mikro

BAB 3 PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI TERBARUKAN DAN MODEL JARINGAN LISTRIK MIKRO ARUS SEARAH

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Komponen dan diagram rangkaian PLTS. Gambar 2.2. Instalasi PLTS berdaya kecil [2]

BAB I PENDAHULUAN. putaran tersebut dihasilkan oleh penggerak mula (prime mover) yang dapat berupa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k

BAB II LANDASAN SISTEM

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MODIFIKASI ALTERNATOR MOBIL MENJADI GENERATOR SINKRON 3 FASA PENGUAT LUAR 220V/380V, 50Hz. M. Rodhi Faiz, Hafit Afandi

Modul Laboratorium Sistem Kendali. Penyusun: Isdawimah,ST.,MT dan Ismujianto,ST.,MT

Dasar Konversi Energi Listrik Motor Arus Searah

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTUI

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Pemodelan Sistem Turbin Angin. menggunakan software MATLAB SIMULINK. Turbin Angin Tersusun

BAB II LANDASAN TEORI

UNIT IV MENJALANKAN DAN MEMBALIK PUTARAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR DALAM HUBUNGAN-BINTANG

BAB II LANDASAN TEORI

Pembangkit Listrik Tenaga Angin dengan Memanfaatkan Kecepatan Angin Rendah

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

Aspek Perancangan Generator Magnet Permanen Fluks Aksial 1 Fasa Untuk Mengakomodir Kecepatan Putar RPM

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN TERMINAL, REGULASI, DAN EFISIENSI GENERATOR SINKRON 3 FASA ROTOR SALIENT POLE DENGAN METODE BLONDEL (TWO REACTION THEORY)

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Inverter adalah alat yang banyak digunakan dalam aplikasi elektronis. Alat ini

Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin Listrik

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

Penyusun: Tim Laboratorium Energi

II. TINJAUAN PUSTAKA. alternatif seperti matahari, angin, mikro/minihidro dan biomassa dengan teknologi

No Fasa/Line Tegangan(Volt) 1 Vrs Vst Vtr Vrn Vsn Vtn

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar

BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR. Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic

MODUL III SCD U-Telkom. Generator DC & AC

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Perancangan Sistem Pembangkit Listrik Sepeda Hybrid Berbasis Tenaga Pedal dan Tenaga Surya

TUGAS PERTANYAAN SOAL

PENGARUH POSISI SIKAT TERHADAP WAKTU PENGEREMAN PADA MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT DENGAN METODE DINAMIS

Mesin Arus Searah. Karakteristik Generator Arus Searah

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB III PERAGAAN Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang penuh).

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

UNIT V MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR SECARA BINTANG-DELTA

Penyusun: Isdawimah,ST.,MT dan Ismujianto,ST.,MT Prodi D-IV Teknik Otomasi Listrik Industri

SISTEM KONVERTER DC. Desain Rangkaian Elektronika Daya. Mochamad Ashari. Profesor, Ir., M.Eng., PhD. Edisi I : cetakan I tahun 2012

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan Teknik Industri 1

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis.

Mekatronika Modul 8 Praktikum Komponen Elektronika

BAB III SISTEM EKSITASI TANPA SIKAT DAN AVR GENERATOR

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3.

RANGKAIAN PENYEARAH SETENGAH TERKENDALI TIGA FASA UNTUK PENGENDALIAN KARAKTERISTIK MOTOR ARUS SEARAH SHUNT

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar

MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DAN SURYA SKALA KECIL UNTUK DAERAH PERBUKITAN

DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI...

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN PRAKTIKUM MESIN LISTRIK MESIN DC MOTOR DC PENGUATAN TERPISAH

PERANCANGAN KINCIR ANGIN TIPE AXIAL SEBAGAI PEMBANGKIT TENAGA LISRIK

ANALISIS PERBANDINGAN REGULASI TEGANGAN GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI TANPA MENGGUNAKAN KAPASITOR KOMPENSASI DAN DENGAN MENGGUNAKAN KAPASITOR

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN. Nama : M. Beny Djaufani ( ) Ardhians A. W. ( Benny Kurnia ( Iqbally M.

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

ABSTRAK. Kata Kunci: generator dc, arus medan dan tegangan terminal. 1. Pendahuluan

BAB III PERANCANGAN SISTEM

II. Tinjauan Pustaka. A. State of the Art Review

LABSHEET PRAKTIK MESIN LISTRIK MESIN ARUS BOLAK-BALIK (MESIN SEREMPAK)

Mekatronika Modul 5 Triode AC (TRIAC)

Arus listrik sebesar 1 amper adalah perpindahan elektron sebanyak 6.24 x yang melewati satu titik pada setiap detiknya.

ANALISA PENGARUH PUTARAN ROTOR PADA TURBIN ANGIN TERHADAP DAYA YANG DIHASILKAN OLEH SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN LUCAS-NUELLE

SIMULASI PENGENDALI KECEPATAN MOTOR DC DENGAN PENYEARAH TERKENDALI SEMI KONVERTER BERBASIS MATLAB/SIMULINK

Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa

SEPEDA STATIS SEBAGAI PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK ALTERNATIF DENGAN PEMANFAATAN ALTERNATOR BEKAS

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu kondisi tertentu motor harus dapat dihentikan segera. Beberapa

Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik.

Tabel 4.1. Hasil pengujian alat dengan variasi besar beban. Beban (kg)

KEGIATAN 1 : PENGEREMAN MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN GESER UNTUK APLIKASI LABORATORIUM

Sistem Pengisian. Waktu : 8 Jam. Materi

JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

PRAKTIKAN : NIM.. PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dengan ditemukannya Generator Sinkron atau Alternator, telah memberikan. digunakan yaitu listrik dalam rumah tangga dan industri.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-satu Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

STUDI PEMODELAN ELECTRONIC LOAD CONTROLLER SEBAGAI ALAT PENGATUR BEBAN II. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO-HIDRO

OPTIMASI DAYA TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN VARIASI CELAH DAN PERUBAHAN JUMLAH SUDU

BAB II LANDASAN TEORI

Tabel Hasil Pengujian. Kecepatan angin ( km/jam ) Putaran Turbin Angin (rpm) Tingkat Suara (db)

BAB III PERANCANGAN SISTEM

DC TRACTION. MK. Transportasi Elektrik. Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

ANALISA GENERATOR 3 PHASA TIPE MAGNET PERMANEN DENGAN PENGGERAK MULA TURBIN ANGIN PROPELLER 3 BLADE UNTUK PLTB

PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DENGAN TURBIN VENTILATOR SEBAGAI PENGGERAK GENERATOR

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Transkripsi:

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada tesis ini data simulasi PLTB dihasilkan dari generator sinkrun yang putarannya divariasikan dari 200 rpm hingga1500 rpm, tegangan yang dibangkitkan generator digunakan untuk mencatu baterai yang mempunyai kapasitas 45 Ah dengan tegangan baterai 12 V. 4.1 Pengujian Pencatu Baterai. Untuk mengetahui kinerja dari pencatu baterai PLTB perlu dilakukan beberapa pengujian, pengujian dengan mengatur kecepatan putar dari generator dengan arus penguat medan tetap dan pengujian dengan mengatur putaran generator dengan memvariasikan arus penguat medan generator agar didapatkan tegangan keluaran generator yang mampu untuk dikendalikan guna mencatu baterai. Perubahan tegangan yang diakibatkan perubahan putaran maupun perubahan besar arus penguat medan generator akan menentukan besar sudut penyulutan SCR agar tegangan keluaran dari rangkaian penyearah terkendali dapat digunakan untuk mencatu baterai 4.1.1 Hasil pengujian generator sebagai pencatu daya penyearah terkendali dengan beban resistip. Pada pengujian generator sebagai pencatu daya penyearah terkendali, medan penguat generator diputar dengan kecepatan 200 rpm hingga 1500 rpm dan arus penguat medan diatur bertahap hingga tegangan antar line pada jangkar mencapai tegangan 20V. Gambar 4.1 Rangkaian pengujian penyearah terkendali dengan beban resistip xxxiv

Tabel 4.1 Data pengujian generator sebagai pencatu daya penyearah terkendali dengan beban resistip, tegangan keluaran generator dipertahankan 20V tetap sedang putaran maupun arus penguat medan generator dirubah. Putaran (rpm) Ifg (Ampere ) Tegangan generator Eg ( Volt ) 1500 0,051 20 1400 0,056 20 1300 0,059 20 1200 0,068 20 1100 0,076 20 1000 0,084 20 900 0,092 20 800 0.104 20 700 0,122 20 600 0,139 20 500 0,176 20 400 0,204 20 300 0,266 20 200 0,512 20 4.1.2 Pengujian generator sebagai pencatu daya penyearah terkendali dengan perubahan putaran dan arus penguat medan generator tetap Pada pengujian ini terminal keluaran generator dihubungkan pada suatu rangkaian penyearah gelombang penuh setengah terkendali, setiap perubahan putaran arus penguat medan generator (Ifg) di buat tetap sehingga tegangan antar fasa keluaran generator mengalami perubahan besarnya. Tegangan ini merupakan masukan dari rangkaian penyearah gelombang penuh setengah terkendali yang digunakan untuk mencatu baterai, seperti pada gambar 4.2 rangkaian pengujian pengisian baterai. xxxv

Tabel 4.2 Gambar 4.2 Rangkaian pengujian pencatu baterai Data pengujian generator sebagai pencatu daya penyearah terkendali dengan arus penguat medan generator tetap sedang putaran berubah pada putaran (rpm) Arus Penguat medan Ifg (Ampere ) Eg ( Volt ) 1500 0,3 116,30 1400 0,3 109,20 1300 0,3 102,30 1200 0,3 95,40 1100 0,3 86,80 1000 0,3 78,90 900 0,3 70,60 800 0,3 63,60 700 0,3 55,50 600 0,3 48,10 500 0,3 39,03 400 0,3 31,68 300 0,3 24,04 200 0,3 16,70 4.1.3 Pengujian generator sebagai pencatu daya penyearah terkendali dalam mencatu baterai dengan putaran generator berubah sedang arus penguat medan tetap Pada pengujian ini terminal keluaran generator dihubung suatu rangkaian penyearah gelombang penuh setengah terkendali, sedang keluaran dari xxxvi

rangkaian penyearah gelombang penuh setengah terkendali digunakan untuk mencatu baterai, suatu saklar (S) dipasang guna melihat tegangan hasil penyearahan sebelum digunakan untuk mencatu baterai maupun saat digunakan mencatu baterai dan mengamati arus pengisian baterai. Tabel 4.3 Gambar 4.3 Rangkaian pengujian pencatu baterai Data pengujian penyearah terkendali sebagai pencatu daya baterai dengan Ifg (arus penguat medan generator) tetap, arus pengisian baterai dipertahankan konstan dan tegangan baterai 12V V2 ( Volt ) tidak mencatu baterai V2 ( Volt ) mencatu baterai Putaran (rpm) Ifg (Ampere ) Eg ( Volt ) I (Ampere ) 1500 0,313 107,30 29,20 13,70 1,300 1400 0,313 100,50 29,20 13,60 1,290 1300 0,313 94,20 37,01 13,80 1,290 1200 0,313 87,30 37,60 13,50 1,200 1100 0,313 79,70 32,80 13,30 1,200 1000 0,314 76,2 0 29,09 12,80 1,062 900 0,315 68,8 0 31,99 12,60 0,966 800 0,316 61,9 0 33,53 12,63 0,984 700 0,315 53,7 0 34,00 12,79 0,952 600 0,318 46,70 33,20 13,23 0,942 500 0,318 38,60 26,20 12,30 0,830 400 0,319 31,68 19,86 12,63 0,227 300 0,317 23,26 17,50 12,50 0,154 200 0,317 15,60 13,90 12,90 0,113 xxxvii

Tabel 4.4 Data pengujian penyearah terkendali sebagai pencatu daya baterai dengan Ifg (arus penguat medan generator )tetap arus pengisian baterai dipertahankan konstan dan tegangan baterai 24V. V2 ( Volt ) Tidak mencatu baterai (S Buka) V2 ( Volt ) mencatu baterai ( S tutup) Putaran (rpm) Ifg (Ampere ) Eg ( Volt ) I (Ampere ) 1500 0,414 146,80 45,30 22,53 1,268 1400 0,414 137,50 46,20 22,98 1,245 1300 0,413 130,60 46,60 22,87 1,232 1200 0,411 116,40 47,70 22,37 1,207 1100 0,411 108,90 49,20 22,23 1,177 1000 0,411 97,4 0 45,40 22,40 1,214 900 0,411 91,4 0 38,80 22,90 1,098 800 0,412 83,9 0 37,45 23,91 1,099 700 0,412 74,0 0 39,00 24,03 1,083 600 0,413 59,10 39,20 24,15 1,075 500 0,414 59,60 39,40 24,49 1,097 400 0,415 38,90 44,50 26,42 1,030 300 0,429 30,80 33,44 24,60 0,517 200 0,649 27,94 30,65 22,86 0,488 4.1.4 Pengujian generator sebagai pencatu daya penyearah terkendali dalam mencatu baterai dengan putaran maupun arus penguat medan generator tetap dan arus pengisian baterai dijaga konstan. Pada pengujian ini terminal keluaran generator dihubung suatu rangkaian penyearah gelombang penuh setengah terkendali, sedang keluaran dari rangkaian penyearah gelombang penuh setengah terkendali digunakan untuk mencatu baterai, besar arus pengisian baterai dijaga konstan dengan cara mengatur sudut penyulutan dari SCR yang ada pada rangkaian penyearah gelombang penuh setengah terkendali. xxxviii

Tabel 4.5 Gambar 4.4 Rangkaian pengujian pencatu baterai Data pengujian penyearah 3Ø terkendali sebagai pencatu daya baterai Arus Penguat medan Ifg (Ampere) tetap agar dihasilkan Tegangan penyearahan pencatu baterai V2 ( 12 Volt ) pada putaran (rpm) Ifg (Ampere ) V2( Volt )AS I(Ampere )AS 1500 0.313 13,70 1,300 1400 0.313 13,60 1,280 1300 0.313 13,80 1,290 1200 0.313 13,50 1,200 1100 0.313 13,30 1,200 1000 0,314 12,82 1,064 900 0,314 12,98 1,075 800 0,314 13,19 1,051 700 0,314 13,59 1,043 600 0,314 13,85 1,013 500 0,314 13,92 0,950 400 0,314 13,13 0,731 300 0,314 12,75 0,530 200 0,314 11,98 0,252 xxxix

Tabel 4.6 Data pengujian penyearah 3Ø terkendali sebagai pencatu daya baterai Arus Penguat medan Ifg (Ampere) tetap agar dihasilkan Tegangan penyearahan pencatu baterai V2 ( 24 Volt ) pada putaran (rpm) Ifg (Ampere ) V2( Volt )AS I(Ampere )AS 1500 0,414 22,53 1,268 1400 0,414 22,98 1,245 1300 0,413 22,87 1,232 1200 0,411 22,37 1,207 1100 0,411 22,23 1,177 1000 0,411 22,40 1,214 900 0,411 22,90 1,098 800 0,412 23,91 1,099 700 0,412 24,03 1,083 600 0,413 24,15 1,075 500 0,414 24,49 1,097 400 0,415 26,42 1,030 300 0,429 24,60 0,517 200 0,649 22,86 0,488 xl

4.2. Pengujian PLTB simulator Disambungkan dengan Jaringan AS Pada pengujian ini terminal keluaran generator dihubung suatu rangkaian penyearah gelombang penuh setengah terkendali, sedang keluaran dari rangkaian penyearah gelombang penuh setengah terkendali digunakan untuk mencatu baterai, tegangan keluaran penyearah dikendalikan besarnya sehingga besar arus keluaran PLTB menjadi konstan sedang putaran yang diberikan difariasika besarnya, Gambar 4.5 Rangkaian PLTB dan modul PV pada jaringan AS mikro Dalam pengambilan data saklar S1 digunakan untuk meng hubung dan memutus arus yang dihasilkan PLTB dengan baterai maupun jaringan AS,saklar S2 digunakan untuk menghubung maupun memutus invertor dengan beban ABB sedang saklar S3 digunakan untuk meng hubung dan memutus arus yang dihasilkan PV dengan baterai maupun jaringan AS xli

Tabel 4.7 Data pengujian PLTB yang dihubungkan dengan jaringan AS. V1 (Volt) S1off, S2off V1 (Volt) S1 on, S2off V1 (Volt) S1on, S2on I1 (Amper e) S2 off I1 (Ampere) V2 (Volt) S2off V2 (Volt) S2on I2 (Ampere) I2 (Ampere) S2 on V3 (Volt) S2 off V3 (Volt) S2on I3 (Ampere) n If Eg (rpm ) (Amper) (Volt ) S2 on S2 off S2 off 200 0,313 15,5 18,8 13,4 13 0,31 0,37 12,4 12-0,19 2,68 12,2 11,7-0,04 1,2 300 0,312 27,12 33,6 14,2 13,6 1,21 1,25 12,4 12-0,74 2,04 12,3 11,9-0,78 0,89 400 0,312 34,97 42,9 14,4 13,8 1,45 1,46 12,4 12-0,86 1,89 12,3 11,9-0,89 0,77 500 0,312 41,9 50,1 14,1 13,7 1,53 1,53 12 12-1,05 1,85 12,1 11,7-0,83 0,76 600 0,312 49,5 57,3 14,7 13,9 1,52 1,53 12,7 12,1-0,78 1,87 12,5 12-1,05 0,68 700 0,312 5,64 61,2 14,5 13,7 1,54 1,54 12,6 12-0,85 1,83 12,4 11,9-0,99 0,76 800 0,312 63,7 62,4 14,2 13,7 1,52 1,53 12,3 11,9-1,01 1,22 12,2 11,7-0,82 0,73 900 0,312 70,6 63,5 14,4 13,8 1,56 1,56 12,4 12-0,96 1,85 12,3 11,8-0,99 0,71 1000 0,315 79 63 14 13,6 1,54 1,54 12,2 11,9-1,14 1,89 12,1 11,7-0,74 0,68 1100 0,312 85,1 62,1 14,1 13,6 1,5 1,5 12,2 11,9-1,08 1,87 12,1 11,7-0,76 0,75 1200 0,313 92,4 61,7 14 13,6 1,48 1,48 12,2 11,9-1,1 1,87 12 11,7-0,72 0,77 1300 0,313 100 59,5 14 13,6 1,47 1,47 12,1 11,9-1,08 1,87 12,1 11,7-76 0,78 1400 0,313 107,6 58,9 14,2 13,6 1,54 1,54 12,3 11,9-1,15 1,81 12,2 11,8-0,86 0,73 1500 0,313 114,6 62,4 14 13,5 1,54 1,55 12,3 11,9-1,04 1,81 12,1 11,7-0,83 0,74 Keterangan : S1on = PLTB mencatu jaringan S3 on = Modul PV mencatu jaringan S2 on = Jaringan mencatu beban I3 (Ampere) S2 on S1off = PLTB tidak mencatu jaringan S3 off = Modul PV tidak mencatu jaringan S2 off = Jaringan tidak mencatu beban Kondisi awal: Baterai 1 terisi 90%, Baterai 2 terisi 85% 31

31 4.3 Analisa Data 4.3.1 Pengujian generator sebagai pencatu daya penyearah terkendali saat tegangan jangkar tetap. Berdasar data pengujian generator sebagai pencatu daya penyearah terkendali, medan penguat generator diputar dengan kecepatan yang tertentu dan arus penguat medan diatur bertahap hingga tegangan antar line pada jangkar besar nya tetap 20V,seperti dinyatakan pada tabel 4.1 dapat digambarkan grafik arus penguat medan fungsi putaran generator. Gambar 4.6 Arus penguat medan fungsi putaran generator. Dari gambar 4.6 terlihat untuk mendapatkan tegangan keluaran generator sebesar 20 V, bila putaran yang diberikan pada generator kecil maka diperlukan arus penguat medan yang besar, sedang untuk putaran yang tinggi diperlukan arus penguat medan yang kecil. 4.3.2 Pengujian generator sebagai pencatu daya penyearah terkendali saat arus penguat medan tetap. Berdasar data pengujian generator saat diberikan arus penguat medan tetap sedang putaran dirubah bertahap dari 200 rpm hingga 1500rpm seperti tercantum pada tabel 4.2 dapat digambarkan grafik tegangan jangkar fungsi putaran generator. 31

32 Gambar 4.7 Tegangan jangkar sebagai fungsi putaran generator Dari gambar 4.7 grafik tegangan jangkar fungsi putaran generator terlihat pada arus penguat medan generator yang sama, bila generator diberi putaran tinggi tegangan yang dihasilkan besar dan bila putaran generator kecil maka tegangan yang dihasilkan juga kecil. 4.3.3 Penentuan arus pengisian baterai Untuk menentukan besar kecilnya arus pengisian baterai sangat dipengaruhi oleh putaran, berdasar tabel 4.3 dapat digambarkan grafik tegangan penyearahan, maupun arus pengisian baterai sebagai fungsi putaran. 32

33 Gambar 4.8 tegangan keluaran penyearah, tegangan catu baterai dan arus pengisian baterai sebagai fungsi putaran generator Dari gambar 4,8 terlihat untuk dapat menghasilkan arus pengisian baterai lebih besar dari 1 Ampere bisa dicapai bila putaran yang diberikan harus lebih besar dari 500 rpm (cut in speed) sedang tegangan baterai saat pengisian terlihat konstan 12V, berdasar grafik tersebut juga terlihat bahwa kenaikan tegangan hasil penyearahan sebanding dengan arus pencatu baterai. Berdasar tabel 4.4 dapat digambarkan grafik arus penguat medan, tegangan jangkar fungsi putaran generator,seperti terlihat pada gambar 4,8 terlihat untuk putaran lambat dibawah 400 rpm (cut in speed) tegangan yang dihasilkan generator masih lebih kecil dari 40 Volt sedang arus penguat medan yang diberikan harus lebih besar dari 0,6 Ampere, dan pada gambar 4,9 terlihat arus pencatu baterai yang dihasilkan pada putaran dibawah 400 rpm, besar arus pencatu baterai lebih kecil dari 1 Ampere. Gambar 4.9 Arus penguat medan, tegangan jangkar sebagai fungsi putaran generator 33

34 Gambar 4.10 Arus pencatu baterai, tegangan penyearahan dan tegangan baterai sebagai fungsi putaran generator Berdasar tabel 4.5 dapat digambarkan grafik arus penguat medan, arus pencatu baterai, dan tegangan hasil penyearahan sebagi fungsi putaran generator (gambar4,11), pada data ini tegangan pencatu baterai dipertahankan pada 12 Volt dan arus penguat medan generator dibuat tetap 0,314 Ampere Gambar 4.11 Arus penguat medan, arus pencatu baterai, dan tegangan penyearahan 12 Volt sebagia fungsi putaran generator 34

35 Berdasar gambar 4,10 terlihat bahwa arus pengisian baterai dipengaruhi oleh putaran, makin berdasar putaran, arus pengisian baterai yang dihasilkan juga lebih besar.berdasar tabel 4.6 dapat digambarkan grafik arus penguat medan, arus pencatu baterai, dan tegangan hasil penyearahan sebagi fungsi putaran generator (gambar4,12), pada data ini tegangan pencatu baterai dipertahankan pada 24 Volt dan arus penguat medan generator dibuat tetap 0,414 Ampere Gambar 4.12 Arus penguat medan, arus pencatu baterai, dan tegangan penyearahan 24 Volt sebagai fungsi putaran generator Pada gambar 4,11 dapat dilihat bahwa arus pengisian baterai lebih besar dari 1Ampre akan dapat dihasilkan bila putaran yang diberikan pada generator lebih besar dari 400 rpm(cut in speed). Untuk menghasilkan tegangan generator agar mampu digunakan untuk mencatu baterai pada putaran lebih kecil dari 400 rpm diperlukan arus penguat medan lebih besar dari 0,4 A. 4.3.4 Pengujian PLTB disambungkan dengan jaringan AS mikro Berdasar tabel 4.6 dapat digambarkan tegangan pencatu baterai dan arus pengisian baterai fungsi putaran generator, seperti terlihat pada gambar 4,12 besar arus pencatu baterai dipengaruhi oleh putaran, sedang beban invertor tidak mengakibatkan perubahan tegangan yang dicatu PLTB, pada putaran lebih kecil dari 400rpm arus dari PLTB dibawah 1 Ampere, sedang tegangan baterai maupun jaringan cukup stabil berkisar antara 13 Volt dan 14 Volt. 35

36 Gambar 4.13 Tegangan dan arus pengisian baterai sebagai fungsi putaran generator Keterangan : S1on = PLTB mencatu jaringan S1off = PLTB tidak mencatu jaringan S2 on = Jaringan mencatu beban S2 off = Jaringan tidak mencatu beban Berdasar tabel 4.6 dapat digambarkan tegangan pada jaringan AS dan arus pengisian baterai fungsi putaran generator terlihat pada gambar 4,13 besar arus pencatu baterai yang berasal dari PLTB saat jaringan tidak dibebani maka arus yang masuk pada jaringan dapat berfungsi mencatu baterai yang tersambung pada jaringan AS, sedang tegangan dari PLTB mempunyai tegangan lebih besar dari pada tegangan pada jaringan maupun pada masing masing baterai. 36

37 Gambar 4.14 Tegangan pada jaringan AS dan arus catu baterai sebagai fungsi putaran generator ( saat jaringan tidak dibebani ) Keterangan : S1on = PLTB mencatu jaringan S1off = PLTB tidak mencatu jaringan S2 on = Jaringan mencatu beban S2 off = Jaringan tidak mencatu beban Gambar 4.15 Tegangan pada jaringan AS dan arus beban sebagai fungsi putaran generator Keterangan : S1on = PLTB mencatu jaringan S1off = PLTB tidak mencatu jaringan S2 on = Jaringan mencatu beban S2 off = Jaringan tidak mencatu beban 37

38 Pada gambar 4,14 besar arus pencatu baterai yang berasal dari PLTB simulator saat dibebani maka arus yang dihasilkan PLTB masuk pada jaringan dapat berfungsi mencatu kebutuhan beban sedang kekurangan arus akibat pembebanan dipenuhi oleh energi yang berasal dari masing masing baterai yang terhubung dengan jaringan, pada kondisi ini PLTB mempunyai tegangan lebih besar dari pada tegangan pada jaringan maupun pada masing masing baterai. Pada PLTB yang terhubung dengan jaringan AS besar arus yang dihasilkan akan digunakan untuk mencatu baterai yang terhubung dengan jaringan bila jaringan AS tidak digunakan untuk mencatu beban, tetapi bila jaringan digunakan untuk mencatu beban, arus yang dihasilkan PLTB akan digunakan untuk mencatu beban, sedang bila arus yang digunakan beban lebih besar dari arus yang dicatu PLTB maka kekurangan ini akan dicatu oleh baterai yang terhubung pada jaringan. Besar arus yang dicatu oleh masing- masing baterai dipengaruhi oleh kapasitas energi yang tersimpan pada baterai yang terhubung dengan jaringan AS. 38

39 4.3.5 Pengoperasian simulator PLTB Untuk dapat mengoperasikan PLTB simulator dengan mengunakan turbin angin, diperlukan roda gigi dengan perbandingan 1:10, sehingga didapatkan karakteristik seperti pada gambar 4.16 Gambar 4.16 Daya sebagai fungsi kecepatan putar generator putar. [14] Dengan perbandingan 1:10 maka untuk menghasilkan putaran generator minimum 300 rpm ( Cut in speed ) dapat dilakukan bila rotor turbin menghasilkan putaran 30 rpm dengan kecepatan angin rata- rata 4(m/s) sedang untuk menghasilkan putaran generator 1500 rpm ( maximum rpm ) dapat dicapai saat rotor turbin angin berputar dengan kecepatan 150 rpm dengan kecepatan angin 8(m/s) ( max wind speed ) 39