PENGARUH ROM PASIF TERHADAP LAJU PERNAPASAN DAN SpO 2 PADA PASIEN POST CRANIOTOMY DI ICU RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

KEEFEEKTIFAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA PASIEN STROKE

PENGARUH RANGE OF MOTION PASIF TERHADAP PENUMPUKAN SPUTUM PADA PASIEN CEDERA KEPALA RINGAN DI RUANG BOUGENVILE DAN TERATAI RSUD Dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSI EKSTREMITAS SENDI LUTUT PADA PASIEN POST OPERASI (ORIF) FRAKTUR FEMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR HUMERUS DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

IKRIMA RAHMASARI J

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

Vivi Oktasari a, Atih Rahayuningsih a, Mira Susanti b a Fakultas Keperawatan Universitas Andalas b RSUP Dr. M. Djamil Padang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ROM (Range Of Motion)

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

FUNGSI RANGE OF MOTION (ROM) PADA PENDERITA STROKE PASCA PERAWATAN RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sebagai alat pergerakan yang membantu manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN Di Ruang Dahlia 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

Diah Puji Astutik, Ilkafah, Ihda Mauliyah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi,

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit

PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP NILAI ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI) PADA PASIEN DM TIPE II DI PERSADIA UNIT DR. MOEWARDI TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DENGAN PARALISIS DI RS. ORTHOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. support atau organ support yang kerap membutuhkan pemantauan intensif. 1

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Berdasarkan data yang didapat dari studi pendahuluan

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILITAS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah. korban meninggal , luka berat yang menderita luka ringan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

TERAPI BERMAIN : GAMES PENGARUHI TINGKAT ADAPTASI PSIKOLOGIS ANAK USIA SEKOLAH

Astrini Rachma Putri, Rita Benya Adriani Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah pengendara kendaraan bermotor dan pengguna jalan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

PENGARUH TASK ORIENTED APPROACH (TOA) TERHADAP TINGKAT KEMAMPUAN AKTIVITAS BERPAKAIAN PADA PASIEN PASCA STROKE

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data NCHS (National Center of Health Statistics) 2010, orang dengan serangan stroke berulang (NCHS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

APGAR SCORE PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM PASCA RESUSITASI JANTUNG PARU

BAB I PENDAHULUAN. kurang cepat atau kurang benar. Penderita cedera berat harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda vital, juga dalam pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

PENGARUH PEMBERIAN FISIOTERAPI DADA TERHADAP KEBERSIHAN JALAN NAPAS PADA PASIEN ISPA DI DESA PUCUNG EROMOKO WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penatalaksanaanpatah tulang, sebab seringkali penanganan patah tulang ini. kekerasan yang timbul secara mendadak (Syaiful, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

PENGARUH TERAPI LATIHAN TERHADAP KEMANDIRIAN MELAKUKAN AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI PASIEN STROKE ISKEMIK

EFEKTIFITAS PREOPERATIVE TEACHING TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERASI DI RUANG RAWAT INAP RSUD KARANGANYAR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

Pengaruh Range of Motion (ROM) terhadap nyeri sendi pada lansia

Yecy Anggreny, Armansyah, Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Respon Fisiologis pada Pasien yang Mengalami Kecemasan Praoperatif Ortopedi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleknya masalah dibidang kesehatan yang timbul dewasa ini, disertai

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB I PENDAHULUAN. diprediksikan jumlah lansia sebesar 28,8 juta jiwa (11,34%) dengan usia

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh RATRI DYAH SABATIANA NPM

BAB 1 PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.

Jurnal Kebidanan 07 (02) Jurnal Kebidanan http : /

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akibat kecelakaan lalulintas.(mansjoer, 2002) orang (39,9%), tahun 2004 terdapat orang dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

PENYULUHAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENURUNAN TANDA DAN GEJALA PASIEN TUBERKULOSIS PARU

Roihatul Zahroh*, Rivai Sigit Susanto**

Transkripsi:

PENGARUH ROM PASIF TERHADAP LAJU PERNAPASAN DAN SpO 2 PADA PASIEN POST CRANIOTOMY DI ICU RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2015 Nopitasari, Endang Caturini Sulistyowati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan Abstract : Passive ROM, Respiration Rate, Oxygen Saturation, Post Craniotomy Patient, ICU. Patient with bedrest condition will have inteference of muscle streght, its needed implementation to reduce. One of them is medic rehabilitation ROM (Range of Motion) by active and passive movement. One of purpose of ROM Passive on critical patient in ICU is to stable cardiovascular function, respiration and oxygen saturation. To know the effect of passive ROM to respiration rate and oxygen saturation on post craniotomy patient in ICU RSUD Dr. Moewardi. The research using pre eksperimental design. Desain using One Group pre-post test design. Sample on the research using purposive sampling and 30 respondences. Result research of passive ROM to respiration rate have been gotten data there are changes respiration rate before and after, have enhancement 3,967. Data oxygen saturation before and after 1,333. There are effect passive ROM to respiration rate and oxygen saturation. Keyword : Passive ROM, Respiration Rate, Oxygen Saturation, Post Craniotomy Patient, ICU Abstrak : ROM Pasif, Laju Pernafasan, Saturasi Oksigen, Pasien Post Craniotomy, ICU. Pasien dengan kondisi bedrest dapat terjadi penurunan kekuatan otot sehingga perlu penanganan untuk menguranginya. Salah satu tindakan yang dilakukan dengan rehabilitasi medik yaitu Range Of Motion (ROM). Range of motion dibagi aktif dan pasif. Salah satu tujuan dilakukan latihan ROM pasif pada pasien kritis di ICU adalah untuk mempertahankan fungsi jantung, pernapasan dan saturasi oksigen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ROM pasif terhadap laju pernafasan dan saturasi oksigen pada pasien post craniotomy di ICU RSUD Dr. Moewardi. Penelitian ini menggunakan rancangan Pra eksperimental. Desain yang digunakan adalah One group pretest-post test design. Sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dan didapatkan responden sejumlah 30 responden. Hasil penelitian ROM Pasif terhadap Respirasi Rate didapatkan data terjadi perubahan rata-rata Respirasi Rate sebelum dan sesudah mengalami peningkatan sebesar 3,967, ROM Pasif terhadap Saturasi Oksigen didapatkan data terjadi perubahan rata-rata Saturasi Oksigen sebelum dengan sesudah yaitu sebesar 1,133. Ada pengaruh ROM Pasif terhadap Respirasi Rate dan saturasi oksigen. Kata Kunci : ROM Pasif, Laju Pernafasan, Saturasi Oksigen, Pasien Post Craniotomy, ICU. 105

106 Jurnal Keperawatan Global, Volume 2, No 2, Desember 2017 hlm 62-111 PENDAHULUAN Craniotomy merupakan prosedur bedah saraf yang sudah umum. Prosedur ini dilakukan dengan membuka tulang tengkorak yang bertujuan menghilangkan massa atau hematom yang terdapat di otak. Craniotomy diindikasikan pada pasien dengan cedera kepala berat, tumor otak, serta kelainan pembuluh darah pada otak, cedera kepala berat dapat disebabkan karena kecelakaan lalu lintas (Holloway, 2004). Menurut WHO tahun 2006, kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian urutan ke sebelas diseluruh dunia, menelan korban jiwa sekitar 1,2 juta setiap tahun dan 500.000 kasus cedera kepala setiap tahunnya (Depkes RI, 2007). Di Indonesia, dari 70% korban kecelakaan lalu lintas yang mengalami cedera, cedera kepala merupakan urutan pertama dari semua jenis cedera yang dialami korban kecelakaan, perdarahan subdural akut menjadi indikasi untuk dilakukan operasi (Yushermanet al, 2008). Berdasarkan penelitian oleh Hendra di RSUP Dr.Karyadi pada tahun 2012, menyebutkan bahwa pada periode februari 2010-februari 2012 terdapat 103 pasien yang menjalani craniotomy. Pasien post craniotomy akan mengalami penurunan kesadaran dan gangguan mobilisasi untuk sementara waktu. Pasien dengan kondisi bedrest dapat terjadi penurunan kekuatan otot sehingga dapat mempengaruhi otot pernapasan (Asmadi, 2009). Untuk mencegah kelemahan otot atau penurunan kekuatan otot, perawat dapat memberikan program rehabilitasi fisik. Rehabilitasi fisik terdiri dari mobilisasi dini, latihan berjalan dengan alat bantu, latihan ambulasi, dan latihan Range of Motion (ROM). Range of Motion (ROM) merupakan latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005). ROM bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot, mempertahankan fungsi kardiorespirasi, menjaga fleksibilitas persendian, mencegah kontraktur sendi. Latihan ROM ada dua jenis yaitu ROM Pasif dan ROM aktif (Asmadi, 2009). ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan bantuan perawat pada setiap gerakan. Di ruang ICU, latihan yang digunakan adalah latihan ROM pasif (Suratun, dkk, 2008). Peningkatan aktivitas secara bertahap dapat mengurangi kelemahan otot dan meningkatkan daya tahan tubuh (Carpenito, 2009). Syarat pasien post craniotomy yang akan dilakukan tindakan ROM Pasif antara lain, pasien yang mengalami kelemahan otot, tirah baring, post craniotomy hari kedua, hemodinamik dalam kondisi stabil, pasien tidak mempunyai komplikasi penyakit lain (penyakit pada sistem pernapasan, dan penyakit jantung), tidak terjadi perdarahan pasca bedah, pasien dalam keadaan tenang atau tidak gelisah. ROM dilakukan sesuai dengan kondisi pasien, untuk pasien dengan post craniotomy jika tidak ada komplikasi lain dapat dimulai setelah 24 jam pasca trauma. Pelaksanaan dilakukan secara rutin dengan waktu latihan 10-15 menit sebanyak 1-2 kali untuk memperbaiki kekuatan otot pasien. Salah satu tujuan dilakukan latihan ROM pasif pada pasien kritis di ICU adalah untuk

Nopitasari, Pengaruh ROM Pasif Terhadap Laju Pernapasan 107 mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan (kardiorespirasi) (Potter & Perry, 2005). Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan laju napas dan kedalaman pernapasan adalah latihan fisik, hal ini sebagai akibat dari pemenuhan kebutuhan oksigen. Saturasi oksigen merupakan indikasi persentase hemoglobin jenuh dengan oksigen pada saat pengukuran, SpO 2 dapat diukur dengan menggunakan pulse oksimetri. Penurunan saturasi oksigen merupakan indikasi terjadinya hipoksia. Semakin tinggi frekuensi pernapasan maka saturasi oksigen semakin tinggi (Kathryn, 2010). Data dari ruang ICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta, jumlah pasien dengan craniotomy yang terdiri atas beberapa macam indikasi antara lain SDH, EDH, ICH, tumor otak, dan stroke hemoragi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 jumlah pasien post craniotomy mencapai 262 orang, tahun 2013 mencapai 288 orang, dan pada tahun 2014 mencapai 308 orang. Di ruang ICU, pelaksanaan ROM Pasif selain dilakukan oleh petugas fisioterapi juga dilakukan oleh perawat ICU. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh tindakan ROM pasif terhadap laju pernapasan dan SpO 2 pada pasien post craniotomy. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian Pra eksperimental menggunakan one group pre-post test design. Populasi dalam penelitian adalah semua pasien post craniotomy di ruang ICU RSUD Dr. Moewardi. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan besar sampel sebanyak 30 responden. Sampel penelitian diperoleh berdasarkan kriteria inklusi sebagai berikut Pasien dengan post craniotomy, Post operasi hari kedua, Usia 20 50, Hemodinamik dalam keadaan stabil, GCS 6 14, Keluarga mengijinkan pasien menjadi responden. Sedangkan kriteria eklusinya antara lain Usia < 20 tahun dan >50 tahun, Hemodinamik tidak keadaan stabil, Keluarga tidak mengijinkan pasien menjadi responden, GCS < 6 atau >14, Pasien post craniotomy atas indikasi ICH, Pasien yang memiliki penyakit pernapasan, Pasien yang mengalami fraktur pada ekstremitas. Analisa data dengan uji paired sampel t-test. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia Usia Jumlah Prosentase 20-25 3 9,9 % 26-35 5 16,6 % 36-45 12 39,9% 46-55 10 28,7 % tahun Total 30 100% Tabel 1 menunjukkan karakteristik responden berdasar usia. Dari hasil 30 responden usia dewasa (20-55) tahun dapat diketahui bahwa usia 36 45 tahun mencapai angka terbanyak sebesar 12 (39,9 %) responden. Hal ini terjadi karena Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Selain itu juga berhubungan erat dengan tingginya kasus tumor otak serta terjadi pada usia dewasa yaitu pada usia yaitu pada usia 20 45 tahun (Japardi (2003).

108 Jurnal Keperawatan Global, Volume 2, No 2, Desember 2017 hlm 62-111 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Prosentase Laki-laki 17 56,7% Perempuan 13 43,3 % Total 30 100% Tabel 2 menunjukkan karakteristik responden berdasar jenis kelamin, hasil penelitian dari 30 responden didapat post craniotomy paling banyak pada laki-laki sebesar 17 (56,7%). Hal ini terjadi karena tingginya angka kecelakaan kendaraan bermotor yang paling banyak melibatkan laki-laki serta tingginnya angka kejadian tumor otak yang paling banyak terjadi pada laki laki sehingga harus dilakukan craniotomy (Siahaan, 2011). Tabel 3 Distribusi Respirasi Rate Sebelum Dilakukan ROM Pasif Varia Mea N bel n RR 30 19,2 7 Mo Mi Ma SD n x 18 15 23 2,22 7 CI 18,43-20,10 Tabel 3 menunjukkan nilai respirasi rate sebelum dilakukan ROM pasif. Menurut penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan Ozyurek (2010) menunjukkan bahwa respirasi rate dari 34 responden pasien kritis sebelum dilakukan intervensi ROM Pasif memiliki nilai mean sebesar 20,23 x/menit. Menurut teori Jevon dan Ewens (2008), respirasi rate normal pada orang dewasa adalah 12 20 x/menit. Jika kurang dari 12 dikatakan bradipnea, dan jika lebih dari 20 dikatakan takipnea. menyimpulkan bahwa respirasi rate sebelum dilakukan ROM Pasif pada pasien post craniotomy dikatakan normal karena masih dalam rentang normal. Hal tersebut dipengaruhi oleh pemberian terapi oksigen pada pasien, sehingga pernapasan pasien masih dapat terbantu oleh terapi oksigen. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Saturasi oksigen Sebelum Dilakukan ROM Pasif Variabel N Mean Mo Min SpO2 30 96,83 96 94 Max Std. D 95% CI 99 1,416 96,30-97,36 Tabel 4 menunjukkan nilai saturasi oksigen. Menurut teori Schurt (2001), pada keadaan normal nilai saturasi oksigen mencapai 97% - 99 %, nilai saturasi oksigen 95% masih dapat diterima secara klinis, < 90% dapat dikatakan hipoksia. Menurut Zakiyyah (2014), Efek samping yang ditimbulkan tidak adanya mobilisasi atau pergerakan ekstremitas dapat menyebabkan perubahan saturasi oksigen kurang dari 90% sehingga pada pasien kritis perlu dilakukan latihan fisik. Pada pasien dengan trauma kepala, sirkulasi darah dan perfusi jaringan kurang baik disebabkan terjadi gangguan di otak dan kurangnya mobilisasi. Tabel 5 Distribusi Frekuensi Respirasi Rate Sesudah Dilakukan ROM Pasif Variabel N Mean Mo Min RR 30 23,23 24 20 Max Std. D 95% CI 26 1,357 22,73-23,74 Tabel 5 menunjukkan nilai Respirasi Rate. Menurut penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan Ozyurek (2010) menunjukkan bahwa respirasi rate dari 34 responden pasien kritis sebelum dilakukan intervensi ROM Pasif memiliki nilai mean sebesar 25,21 x/menit.

Nopitasari, Pengaruh ROM Pasif Terhadap Laju Pernapasan 109 Menurut teori Jevon dan Ewens (2008), respirasi rate normal pada orang dewasa adalah 12 20 x/menit. Jika kurang dari 12 dikatakan bradipnea, dan jika lebih dari 20 dikatakan takipnea. menyimpulkan bahwa respirasi rate sesudah dilakukan ROM Pasif pada pasien post craniotomy dikatakan meningkat. Hal ini berhubungan dengan fungsi dari ROM Pasif yaitu untuk mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan (kardiorespirasi). Tabel 6 Distribusi Frekuensi Saturasi oksigen Sesudah Dilakukan ROM Pasif. Variabel n Mean Modus Min SpO2 30 97,97 98 95 Max Std. D 95% CI 100 1,402 97,44-98,49 Tabel 6 menunjukkan nilai saturasi oksigen. Menurut teori Schurt (2001), pada keadaan normal nilai saturasi oksigen mencapai 97% - 99 %, nilai saturasi oksigen 95% masih dapat diterima secara klinis, < 90% dapat dikatakan hipoksia. Menurut Zakiyyah (2014), Efek samping yang ditimbulkan tidak adanya mobilisasi atau pergerakan ekstremitas dapat menyebabkan perubahan saturasi oksigen kurang dari 90 %. Sehingga harus pada pasien kritis perlu dilakukan latihan fisik. menyimpulkan bahwa saturasi oksigen sesudah dilakukan ROM Pasif pada pasien post craniotomy dikatakan normal karena masih dalam rentang normal saturasi oksigen. Hal ini berhubungan dengan tujuan dari ROM Pasif yaitu untuk memperbaiki sirkulasi. Tabel 7 Perubahan Respirasi Rate Sebelum Dan Sesudah Dilakukan ROM Pasif. Variabel n Mean RR pre post Sd. Eror Sd.D 30-3,967 0,405 2,22 Sig. 95% CI T (2-tailed) 9,785 0,00 4,796-3,138 Tabel 7 menunjukkan perubahan nilai RR sebelum dan sesudah ROM pasif. Menurut Hidayat (2006), Faktor ketidakmampuan, dimana pasien cedera kepala terjadi ketidakmampuan untuk beraktivitas sehingga mengalami imobilisasi, dimana efek dari imobilisasi akan mempengaruhi pada kondisi psikologis dan fisiologis individu. Pengaruh secara fisiologis diantaranya; perubahan metabolik, perubahan sistem pernapasan, perubahan sistem muskuloskeletal, perubahan sistem integument dan perubahan sistem eliminasi. Perubahan pada sistem pernapasan diantaranya; ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolisme terganggu. Penurunan ekspansi paru dapat terjadi karena tekanan yang meningkat oleh permukaan paru akibatnya dapat terjadi penumpukan sekret di saluran pernapasan. Maka dari itu perlu dilakukan mobilisasi untuk mencegah terjadinya penumpukan sputum. Mobilisasi yang dapat dilakukan pada pasien cedera kepala dengan melakukan latihan rentang gerak pasif/rom pasif. Gerakan ROM pasif bermanfaat untuk mempertahankan fungsi respirasi. menyimpulkan bahwa ada pengaruh ROM Pasif terhadap Respirasi rate, dimana ROM Pasif dapat meningkatkan respirasi rate.

110 Jurnal Keperawatan Global, Volume 2, No 2, Desember 2017 hlm 62-111 Tabel 8 Perubahan Saturasi Oksigen Sebelum Dan Sesudah Dilakukan ROM Pasif. Std. Std. Variabel N Mean SpO2 pre post Eror D 30-1,133 0,079 0,434 t Sig. (2-tailed) 95% I 14,297 0,00 1,294 0,971 Menurut Zakiyyah (2014), ROM Pasif yang diberikan kepada pasien diharapkan dapat menimbulkan respon hemodinamik yang baik. Proses sirkulasi darah juga dipengaruhi oleh posisi tubuh dan perubahan gravitasi tubuh sehingga perfusi, difusi, distribusi aliran darah dan oksigen dapat mengalir ke seluruh tubuh. Ketidakstabilan hemodinamik dapat menjadi hambatan dilakukannya mobilisasi. Efek samping yang ditimbulkan tidak adanya mobilisasi atau pergerakan ekstremitas dapat menyebabkan perubahan saturasi oksigen kurang dari 90 %. menyimpulkan bahwa ada pengaruh ROM Pasif terhadap saturasi oksigen, dimana ROM Pasif dapat meningkatkan saturasi oksigen. Hal ini dikarenakan ROM pasif dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga saturasi oksigen meningkat. KESIMPULAN DAN SARAN Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Ada pengaruh ROM Pasif terhadap respirasi rate dan saturasi oksigen dengan nilai signifikansi yang sama yaitu (p) 0,00 dimana nilai p<0,05 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima dengan perubahan rata-rata respirasi rate sebesar 3,967 dan perubahan rata-rata saturasi oksigen sebesar 1,133. Saran bagi peneliti selanjutnya di harapkan dapat melakukan penelitian yang lebih kompleks baik dalam variable, jumlah sampel maupun metode penelitian yang digunakan. Sedangkan Bagi pembaca diharapkan menambah wawasan dan pemahaman dalam tindakan keperawatan terhadap perubahan laju pernapasan dan saturasi oksigen pada pasien Post craniotomy. DAFTAR RUJUKAN Asmadi. (2009). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika. Carpenito, L.J. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 8. Jakarta : EGC. Hidayat, A.A. (2008).Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Holloway, N.M. (2004). MedicalSurgical Care Planing 4th ed. USA : Lippincott Williams & Wilkins. Japardi, I. (2003). Astrositoma : insidens dan pengobatanny. Jurnal Kedokter Trisakti. September- Desember 2003, Vol.22. Jevon, P.,& Beverley, E. (2009). Pemantauan Pasien Kritis, Edisi 2. Jakarta: Erlangga. Kathryn, L. (2010). Pathophysiologyn The Biologic Basic for Disease in Adult and Children 6th Edition. Canada : Mosby Elseveir. Koniyo, M.A. (2011). Efektifitas ROM Pasif Dalam Mengatasi Konstipasi Pada Pasien Stroke Di Ruang Neuro. Jurnal health & Sport. Volume 3. Ozyurek, S. (2012). Respiratory and Hemodynamic Responses to Mobilization of Critically III

Nopitasari, Pengaruh ROM Pasif Terhadap Laju Pernapasan 111 Obese Patients. Journal Cardiopulmonary Physical Therapy. 23 (1): 14-18. Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Fundamentals of Nursing, Edisi 4. ST Louis: Mosby Elseveir. Schurt, SL. (2001). AACN Prosedure Manual for Critical Care, Fourth Edition. W.B. Sounders. Siahaan, F. M.R. (2011). Karakteristik Penderita Trauma Kapitis yang dilakukan Tindakan Craniotomy di RS Umum Materna Medan Tahun 2008-2009.Jurnal Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Sumatera Utara Medan. Suratun. (2008).Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC. Szaflarski, J.P., Sangha, S., Lindsell, C.J., &Shutter, L.A. (2010). Prospective, randomized, singleblinded comparative trial of intravenous levetiracetam versus phenytoin for seizure prophylaxis. Neurocritical care.; 12 (2): 165 172. Yusherman, J. (2008). Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas. Bandung : Rineka Cipta.