BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Ukuran kebersihan diri seseorang tergantung bagaimana orang tersebut secara fisik maupun psikologis mampu melakukan dan menampilkan perawatan pada dirinya (Perry & Poter, 2005). Kebersihan badan meliputi kebersihan diri sendiri, seperti mandi, menyikat gigi, mencuci tangan dan memakai pakaian yang bersih (Ambarwati & Sunarsih, 2011). Personal hygiene adalah perawatan diri dimana individu mempertahankan kesehatannya dan dipengaruhi oleh nilai serta keterampilan. Dalam dunia keperawatan personal hygiene merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus senantiasa terpenuhi. Personal hygiene termasuk ke dalam tindakan pencegahan primer yang spesifik, dan menjadi penting karena personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk mikroorganisme yang ada dimana-mana dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah terserang berbagai penyakit, seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut, dan penyakit saluran cerna atau bahkan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu (Hidayat & Uliyah, 2005). Personal hygiene sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan sehingga personal hygiene merupakan hal penting dan harus diperhatikan karena personal hygiene akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang (Tarwoto, 2004). Personal hygiene merupakan upaya individu dalam memelihara kebersihan diri yang meliputi mandi, kebersihan kulit, gigi, mulut, mata, hidung, telinga, rambut, kaki, kuku, dan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pertiwi, 2008). Pada keadaan sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan memerlukan bantuan orang lain untuk melakukannya. Kondisi sakit atau 1
2 cedera akan menghambat kemampuan individu dalam melakukan personal hygiene. Hal ini tentunya berpengaruh pada tingkat kesehatan individu dimana individu akan semakin lemah dan jatuh sakit (Mubarak, 2008). Salah satu bentuk personal hygiene adalah perawatan rambut, dimana perawatan rambut ini dapat menjadi suatu indikator status kesehatan umum, perubahan hormonal, sress emosional fisik, penuaan, infeksi serta penyakit yang dapat mempengaruhi karakteristik rambut. Dampak perawatan rambut secara fisik dapat berupa penampilan dan kesejahteraan seseorang yang sering tergantung dari cara penampilan rambutnya, karena rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur suhu, dan melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi. Dampak lain dari perawatan ramubut adalah secara psikososial yang berakibat pada rasa nyaman, harga diri dan gangguan interaksi sosial (Ambarwati & Sunarsih, 2011). Kondisi pasien yang lemah sangat membutuhkan bantuan dari perawat sebagai profesi yang ditunjuk untuk memberikan bantuan kepada pasien selama proses perawatan di rumah sakit. Keperawatan dalam menjalankan pelayanan sebagai pelayanan keperawatan secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk membantu orang sakit maupun yang sehat dalam bentuk peningkatan, pengetahuan, kemampuan yang dimiliki sehingga seseorang dapat melakukan kegiatan secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain. Rendahnya pengetahuan dan kemampuan pasien yang sakit dan sedang menjalani perawatan di rumah sakit dapat mengganggu proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (Kusnanto, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyowati dan Handayani (2012) tentang peran perawat dalam pelaksanaan personal hygiene menurut persepsi pasien imobilisasi fisik didapatkan bahwa sebanyak 77 responden (54,6 %) mengatakan baik dan sebanyak 64 responden (45,4 %) mengatakan buruk. Hasil ini menunjukkan bahwa sebenarnya masih ada 45,4% pasien yang memiliki personal higiene rendah akibat dari peran perawat masih kurang dalam pelaksanaan personal hygiene pada pasien.
3 Penelitian lain yang dilakukan oleh Damayanti (2010) yang meneliti tentang efektifitas tindakan personal hygiene terhadap tingkat kepuasan pasien imobilisasi di RS Mardi Rahayu Kudus menemukan bahwa ada perbedaan kepuasan yang signifikan sebelum dan setelah tindakan personal hygiene pada pasien imobilisasi. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan pemberian bantuan perawatan personal hygiene maka pasien dapat merasakan kepuasan dan kenyamanan selama menjalani perawatan di rumah sakit. Studi pendahuluan yang dilakukan melalui observasi pada Bulan Maret 2013 tehadap 10 orang pasien imobilisasi di Ruang Umar dan Khatijah RS. Roemai yang telah menjalani perawatan lebih dari 3 hari semuanya ditemukan kondisi rambut bau, nampak kusut, kotor dan ditemukan ketombe. Berdasarkan keterangan pasien hal ini terjadi karena tidak ada bantuan dari perawat untuk melakukan perawatan terhadap rambut pasien. Berdasarkan hasil wawancara dengan 3 orang perawat menyebutkan bahwa perawatan rambut pada pasien dilakukan oleh perawat tidak berdasarkan SOP secara menyeluruh yang terutama untuk perawatan keseharian untuk menata dan menyisir rambut pasien yang biasanya dilakukan oleh pasien sendiri. Rendahnya personal hygiene khususnya perawatan rambut ini disebabkan rendahnya kesadaran tentang pentingnya perawatan rambut dan dianggap sebagai hal yang sepele. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran personal hygiene perawatan rambut pada pasien rawat inap di RS. Roemani Semarang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian adalah mengetahui gambaran personal hygiene: perawatan rambut pada pasien rawat inap di RS. Roemani Semarang.
4 2. Tujuan khusus a. Mendiskripsikan frekuensi perawatan rambut pada pasien rawat inap di RS. Roemani Semarang. b. Mendeskripsikan jenis perawatan rambut pada pasien rawat inap di RS. Roemani Semarang. c. Mendeskripsikan dampak perawatan rambut pada pasien rawat inap di RS. Roemani Semarang d. Mendeskripsikan upaya perawat dalam perawatan rambut pada pasien rawat inap di RS. Roemani Semarang. D. Manfaat penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit terhadap gambaran personal hygiene yang ada di rumah sakit dalam upaya meningkatkan pemenuhan rasa nyaman bagi pasien yang di rawat inap di RS. 2. Bagi Perawat Sebagai acuan bagi perawat agar dapat meningkatkan pelayanan terutama dalam memenuhi rasa nyaman bagi pasien yang di rawat inap. 3. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai acuan untuk peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian sejenis sekaligus sebagai tambahan referensi. E. Bidang Ilmu Penelitian ini berkaitan dengan ilmu keperawatan khususnya bidang manajemen keperawatan. F. Originalitas Penelitian Tabel 1.1 Originalitas Penelitian Judul Nama Pengarang Desain Hasil Penelitian Peran perawat dalam pelaksanaan personal hygiene menurut Dina Sulistyowati dan Fitria Handayani Studi deskriptif Hasil analisis data penelitian sebanyak 77
5 persepsi pasien imobilisasi fisik The provision of patient personal hygiene in the intensive care unit: A descriptive exploratory study of bed-bathing practice Fiona M. Coyer, Judy O Sullivan, & Nicola Cadman Studi deskriptif responden (54,6 %) mengatakan baik dan sebanyak 64 responden (45,4 %) mengatakan buruk Hasil penelitian dapat mengidentifikasi variasi proses dan produk yang digunakan pada pasien berkaitan dengan praktek personal hygiene di ICU. Hasil penelitian. Zat-zat pembersih yang digunakan sebagian besar adalah ph seimbang atau sabun sabun cair dan air (n = 379, 71%). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Sulistiyowati dan Handayani adalah terletak pada pelaksanaan personal hygiene yang dilakukan oleh perawat terhadap pasien secara menyeluruh sementara dalam penelitian ini difokuskan pada perawatan rambut saja. Perbedaan penelitian ini dengan Fiona M. Coyer, Judy O Sullivan, & Nicola Cadman adalah terletak pada produk penunjang yang digunakan untuk perawatan personal hygiene sementara penelitian ini hanya pelaksanaan perawatan rambutnya saja.