BAB I PENDAHULUAN. penyebab gagalnya penanaman nilai dan moral pada siswa dan generasi. muda pada umumnya. Menurunnya moralitas, pejabat yang korup,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan dan mampu bersaing dengan bangsa lain, namun mengelola dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH MODEL KLARIFIKASI NILAI BERBASIS JURNAL TERHADAP PROSES INTERNALISASI NILAI DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan investasi jangka panjang manusia guna dapat bersaing pada era

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) sebagian besar masih menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan dimana dengan pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat madani ( civil society), pendidikan kewarganegaraan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup ini salah satu aktivitas dasar bagi manusia adalah. memecahkan suatu masalah. Berdasarkan kenyataan, sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang. memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

I. PENDAHULUAN. Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena

BAB I PENDAHULUAN. komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan

VARIASI PENATAAN KELAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SD N 02 LEMAHBANG KECAMATAN JUMAPOLO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah pendidikan sudah tidak asing lagi bagi manusia, Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi memiliki keterampilan. Menurut Erich Fromm (dalam Harmin dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun

2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA.

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. akan peneliti sajikan pada bab ini adalah latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, karena pendidikan sebagai wahana pokok bagi pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. Program pendidikan nasional diharapkan dapat menjawab tantangan harapan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. perumusan masalah dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. didukung oleh Cockroft dalam Mulyana (2003: 253) yang menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Terlepas dari hal itu, penanaman nilai-nilai melalui sikap

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pendidikan sangat penting dilakukan dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. penerus di mana negara Indonesia harus menghindari sistim pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yaitu terdapatnya interaksi antara siswa dan guru. Belajar menunjuk. dan evaluasi pembelajaran (Hamalik, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang dilakukan oleh

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS.

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Diajukan oleh : ARIYANTI

warga negara yang diandalkan oleh bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang maslah yang diambil dalam penelitian. Selain itu menjelaskan tentang rumusan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena pendidikan mendorong memaksimalkan potensi siswa. Potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan melakukan tindak lanjut hasil pembelajaran. Guru adalah pemeran utama

BAB I PENDAHULUAN. Kaling berpenghasilan dari hasil membuat batu bata dan karyawan. anak jadi rendah sehingga prestasi juga rendah pula.

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam upaya peningkatan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk

BAB 1 PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Masalah

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dimasa sekarang maupun dimasa

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas sumber daya

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. yang dipengaruhi oleh lingkungan dan instrumen pengajaran, komponen yang. pendidik dengan peserta didik yang didukung oleh proses.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini dunia pendidikan banyak mendapat sorotan sebagai penyebab gagalnya penanaman nilai dan moral pada siswa dan generasi muda pada umumnya. Menurunnya moralitas, pejabat yang korup, peningkatan kriminalitas, tawuran dan lunturnya rasa nasionalisme dianggap sebagai akibat ketimpangan pengelolaan pendidikan dan proses pembelajaran di kelas. Sikap dan moral merupakan internal side yang berperan sebagai pengendali diri perbuatan seseorang, apabila nilai yang paling dominan adalah nilai negatif maka siswa akan cenderung berbuat negatif demikian pula sebaliknya bila nilai yang dominan positif maka siswa akan cenderung melakukan perbuatan yang positif. Untuk inilah maka perlu ada upaya serius untuk menemukan cara menanamkan sikap dan moral pada siswa sejak dini. Rapuhnya dunia pendidikan bisa ditelusuri dari pengelola pendidikan dari tingkat pusat sampai lini yang paling bawah. Hal ini nampak dari masih kuatnya budaya menunggu petunjuk dan perintah dari atasan sehingga ide-ide inovatif tidak mudah dilaksanakan. Sebagian guru masih tidak berani mengembangkan dan melakukan pengayaan kurikulum karena masih berpikir bahwa prestasi sekolah dan prestasi belajar masih berpatokan pada tercapai angka/nilai kognitif dan kelulusan ujian nasional yang 100%. Tidak jarang kepala sekolah dan 1

2 guru melakukan ketidak jujuran agar sekolahnya memperoleh hasil ujian nasional yang memuaskan. Inovasi kurikulum dan perubahan kurikulum yang lamban menjadi penyebab kualitas sumber daya manusia rendah, namun yang lebih perlu memperoleh perhatian adalah perencanaan pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang tertuliskan perlu tercapai ranah afektif ternyata hanya sekedar di atas kertas untuk memenuhi formalitas, padahal dalam pelaksaan pembelajaran tetap ranah kognitif yang diajarkan. Hasil dan prestasi belajar saat ini diukur dengan terkuasai kemampuan kognitif yang banyak didominasi pada hapalan, sedangkan pendidikan nilai dan moral kurang memperoleh perhatian. Saat ini pemerintah dan guru lebih mementingkan perolehan hasil nilai kognitif dengan mengenyampingkan tercapainya nilai afektif. Kurang perhatian pada penanaman nilai nampak mata kuliah ilmu budaya dasar, ilmu sosial dasar, dihilangkan dan pendidikan karakter, pendidikan budi pekerti, pendidikan anti korupsi yang hanya disisipkan pada mata pelajaran yang lain. Aspek kualitas pendidik atau kemampuan guru dalam mengajar juga merupakan faktor penyebab kurang tertanamnya pendidikan sikap moral pada siswa. Guru sebagai ujung tombak terdepan yang berhadapan langsung dengan siswa kurang dibekali kemampuan mengajarkan sikap dan moral. Dalam hal ini lembaga pendidikan tinggi

3 keguruan kurang menjalankan perannya dalam memberikan keterampilan guru dalam penguasaan pembelajaran ranah afektif. Guru juga kurang mampu mengangkat masalah sosial di sekitar siswa untuk dibahas dan diseleksi dengan tolok ukur nilai yang baku, sehingga siswa mampu mengenal dan memilih nilai yang akan diterima atau yang akan ditolak. Realita permasalahan dalam kehidupan saat ini antara lain ketidakmampuan mengenal permasalahan sosial di daerahnya dan keraguan dalam menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi. Sikap merupakan keadaan kejiwaan sebelum seseorang mengambil keputusan untuk berbuat, dengan kata lain sikap adalah ambang batas sebelum berbuat. Untuk membentuk sikap positif maka perlu ditanamkan nilai-nilai positif dan target nilai yang berlandaskan norma dan moral. Masalah sosial yang muncul dan berkembang menjadi akumulasi masalah dapat berupa akibat dari perkembangan teknologi produksi, perkembangan komunikasi dan transportasi. Masalah sosial ini bisa muncul karena masyarakat tidak memiliki value based atau nilai baku yang dijadikan tolok ukur untuk memilih sistem nilai baru yang muncul bersamaan dengan hadirnya teknologi produksi, perkembangan komunikasi dan transportasi. Implikasi dari perlunya kemampuan mengenal permasalahan sosial maka pada mata pelajaran IPS kelas IV Semester 2 disusun

4 kompetensi dasar mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya dan mengenal permasalahan sosial di daerahnya. Selain itu ternyata dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar Kelas IV Semester 2 ada kompetensi dasar menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya. (DitJen Mendikdasmen Dit Pembinaan TK dan SD. 2007). Antara dua kompetensi dasar pada mata pelajaran tersebut memiliki kesamaan yaitu melalui IPS siswa mengenal perkembangan teknologi produksi komunikasi dan transportasi sebagai penyebab munculnya dampak negatif dari globalisasi, serta melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diberikan kemampuan cara menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya. Nilai-nilai yang perlu disampaikan dalam dua mata pelajaran tersebut ada keterkaitan sehingga memudahkan bagi guru untuk menyampaikan dalam pembelajaran, namun dua mata pelajaran tersebut memiliki perbedaan tujuan yang cukup tajam. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Adapun tujuan Mata

5 Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu siswa memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. Tujuan tersebut terkandung penanaman sikap agar siswa memiliki komitmen dan kesadaran taat terhadap tatanan sosial yang berlaku di masyarakat. Membentuk sikap memerlukan perencanaan dan pendekatan tertentu karena berada pada ranah afektif atau sikap. Pembentukan sikap pada siswa sekolah dasar bukan merupakan tanggung jawab satu mata pelajaran saja melainkan menjadi tanggung jawab semua mata pelajaran, karena pembentukan sikap merupakan proses penanaman yang memerlukan jangka waktu lama dan keterlibatan banyak pihak. Oleh karena belajar bukan peristiwa yang pendek maka belajar memerlukan beberapa ekspose materi untuk mencerna dan memahaminya, karena ketika belajar secara pasif peserta didik mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa daya tarik hasil. Belajar secara aktif, pelajar mencari sesuatu. Dia ingin menjawab pertanyaan, memerlukan informasi untuk menyelesaikan masalah atau menyelidiki cara untuk melakukan pekerjaan. (Silberman,1996:6) Lebih lanjut, pendidikan sikap tidak lepas dari pendidikan moral, pendidikan moral yang selama ini dilakukan menganggap bahwa setiap orang dewasa dapat menjadi pendidik moral (Linda & Eyre dalam Asri Budiningsih,2004:73). Dengan cara indoktrinasi anak dibawa menuju

6 kepada kedewasaan seperti yang dikehendaki orang-orang dewasa. Tujuan pembelajaran yang tidak sampai pada aspek penalaran dan penilaian, mengakibatkan anak hanya dapat melaksanakan nilai-nilai yang dikendaki orang dewasa, tetapi tidak memahami alasannya. Mereka dapat menghapalkan, tetapi tidak mengerti maknanya. Kenyataannya, menurut Foster yang didukung oleh hasil penelitian Dowell (Asri Budiningsih, 2004:81) bahwa kebanyakan persoalan yang terjadi di masyarakat disebabkan ketidakmampuan untuk membayangkan aspek batiniah dari kehidupan orang lain. Guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mengupayakan peningkatan kemampuan siswa melalui praktek mengambil sudut pandang orang lain dan mengungkapkan nilai-nilai dirinya. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus mampu mengembangkan aspek pengetahuan, aspek sikap nilai serta aspek keterampilan. Aspek pengetahuan berkaitan dengan dunia dan kehidupan masyarakat, sedang aspek keterampilan yang terdiri dari keterampilan sosial dan keterampilan intelektual diharapkan siswa tanggap terhadap permasalahan sosial dan mampu bekerja sama dengan orang lain. Aspek sikap berkaitan dengan dasar etika dan norma yang akan menjadi orientasi nilai dalam kehidupan di masyarakat. Menyimak aspek-aspek tersebut maka diperlukan metoda pembelajaran yang menanamkan nilai-nilai tetapi tetap harus memperhatikan nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.

7 Sementara ini mata pelajaran IPS dirasakan menjadi beban bagi siswa karena berisikan bahan-bahan yang harus dihapalkan. Demikian pula bagi guru mata pelajaran IPS merupakan beban karena materi harus disampaikan semua agar siswa memperoleh hasil belajar kognitif yang tinggi, padahal keunggulan penguasaan kognitif tidak menjamin sukses dalam karir hidupnya. Pencapaian tujuan kognitif berbeda dengan pencapaian tujuan afektif atau sikap/nilai. Untuk mengajarkan dan menanamkan sikap nilai maka ada metode yang menekankan pada penggalian nilai siswa yaitu Teknik Mengklarifikasi Nilai (Value Clarification Technique) disingkat VCT. Value Clarification Technique merupakan teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. (Sanjaya, 2006:283). Dalam salah satu pendekatan pengajaran afektif yaitu pendekatan evokasi (ekspresi spontan) yaitu siswa diberi kebebasan dan kesempatan penuh untuk mengungkapkan mengekspresikan tanggapan perasaan penilaian terhadap sesuatu yang dirangsangkan guru. Pendekatan evokasi perlu dijabarkan dalam suatu pilihan strategi dan metode yang tepat. Metode Reportasi adalah memperagakan sejumlah gambar yang memuat masalah afeksi selanjutnya siswa diberi pertanyaan kearah penggalian sikap melalui pemberian

8 pandangan/pendapat, penilaian/ekspresi hati, mengungkap pilihannnya. (Djahiri,1987:40). Berdasarkan paparan di atas, perlu ditemukan model pembelajaran value clarification technique inovatif yang dapat diterapkan untuk menanamkan sikap sekaligus mengenalkan permasalahan sosial yang ada di lingkungan siswa. Oleh karena itulah, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) untuk Menanamkan Kemampuan Mengenal Permasalahan Sosial dan Menentukan Sikap Terhadap Pengaruh Globalisasi Pada Siswa Sekolah Dasar. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Value Clarification Technique metode Reportasi untuk menanamkan kemampuan mengenal permasalahan sosial dan menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi di daerahnya pada siswa kelas 4 Sekolah Dasar Negeri 1 Penaruban Purbalingga? Untuk mempermudah pemecahan masalah tersebut disusun rincian masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana cara menanamkan kemampuan mengenal permasalahan sosial sebagai akibat globalisasi di daerahnya?

9 2. Bagaimana cara menumbuhkan nilai melalui model pembelajaran value clarification technique dengan metode reportasi agar mampu menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui cara menanamkan nilai melalui model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) metode reportasi, agar siswa mampu mengenal permasalahan sosial dan mampu menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi di daerahnya. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis: Kegunaan untuk mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan terkait dengan model pembelajaran Value Clarification Technique (teknik klarifikasi nilai). 2. Manfaat Praktis: Kegunaan praktis ialah untuk mengenal permasalahan sosial di lingkungan siswa dan lebih lanjut diharapkan memiliki sikap untuk menerima atau menolak pengaruh globalisasi sehingga siswa mampu memecahkan dan mengantisipasi dampak negatif dari masalah yang ada. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pikiran dalam penggunaan model pembelajaran teknik klarifikasi nilai pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, serta secara khusus diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain:

10 a. Bagi siswa dengan penerapan teknik klarifikasi nilai (VCT) diharapkan dapat memperoleh pengalaman dan keterampilan yang berharga untuk menentukan sikap yang sesuai dengan nilai yang tertanam pada dirinya, merasa senang dengan nilai pilihannya dan berniat untuk mencoba melaksanakannya. b. Bagi guru diharapkan memperoleh pengalaman dan keterampilan menggunakan teknik klarifikasi nilai (VCT) Reportasi dalam pembelajaran IPS di SD. c. Bagi peneliti sejenis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber rujukan dan bacaan dalam mengembangkan penelitian yang terkait dengan teknik klarifikasi nilai (VCT) pada siswa sekolah dasar. E. Penjelasan Istilah 1. Model pembelajaran Value Clarification Technique adalah metode mengajar guru untuk menolong siswa dalam menetapkan nilai pilihannya dari sejumlah alternatif nilai yang dihadapinya. Penanaman nilai pada diri anak dilakukan oleh guru dan anak menentukan nilai-nilai yang dipilihnya itu sendiri dengan demikian siswa akan mempunyai kepribadian yang kuat, tidak apatis, tidak bersikap tidak konsisten dan tidak mengalami kekacauan nilai, dan lebih bertanggung jawab atas pilihannnya. (Suharyono dalam Raths, L.E., Harmin, M. dan Simon, S.B., 1978:7-8).

11 2. Metode Reportasi adalah pembelajaran dengan memperlihatkan sesuatu atau gambar yang memuat masalah afeksi kepada siswa dan siswa diberi kesempatan memberikan pandangan / pendapat/ penilaian / ekspresi hati. Selanjutnya pandangan siswa ini dilanjutkan atau diklarifikasi (dikupas/dikaji/diperjelas/diungkap) lebih detail dengan VCT. (Kosasih, 1985: 40). 3. Kemampuan mengenal masalah sosial di daerahnya adalah mengenal masalah yang berkembang sebagai dampak globalisasi karena perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi. 4. Kemampuan menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi adalah keadaan kesiapan secara umum untuk melakukan tingkah laku yang sesuai dengan yang dikehendaki yaitu siswa menolak atau menerima pengaruh globalisasi. 5. Pengaruh dari era globalisasi ditandai dengan adanya persaingan yang semakin tajam, padatnya informasi, kuatnya komunikasi dan keterbukaan. F. Struktur Organisasi Tesis Pada Bab I Pendahuluan berisikan latar belakang masalah yang memaparkan kemerosotan nilai moral sebagai akibat kurang perhatian dunia pendidikan terhadap pendidikan afektif yaitu sikap nilai moral. Sebaliknya pendidikan kini banyak mengejar tercapainya kognitif saja, yang berakibat pencapaian nilai sikap sebagai target formalitas belaka. Untuk itu maka pendidikan ilmu pengetahuan sosial harus mampu

12 mengembangkan sikap dan nilai selain pengetahuan dan skill, selanjutnya identifikasi dan perumusan masalah yang memaparkan masalah secara umum dan secara khusus, tujuan penelitian yaitu bagaimana cara menanamkan kemampuan mengenal permasalahan sosial sebagai akibat globalisasi di daerahnya dan bagaimana cara menumbuhkan nilai melalui model pembelajaran value clarification technique dengan metode reportasi agar mampu menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya, selanjutnya dibahas manfaat dan definisi operasional. Selanjutnya Bab II Landasan Teoritis memaparkan keterdekatan pendidikan IPS dan PKn di Sekolah, dimensi pendidikan IPS dan posisi Sikap Nilai dan Moral serta kesulitan dalaam pembelajaran nilai sikap sebagai internal side yang relatif nampak dalam perilaku siswa. Pada bab ini juga dipaparkan mengenal permasalahan sosial dan cara menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi. Selanjutnya disampaikan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT), keunggulan dan kelemahannya. Dalam penelitian ini model VCT menggunakan metoda Reportasi dan media foto/gambar. Disajikan pula keterampilan bertanya sebagai cara mengungkapkan komentar/pendapat siswa sebagai bentuk pernyataan sikap. Pada Bab III Metodologi Penelitian yang berisi metode, prosedur penelitian, lokasi dan subyek serta teknik pengumpulan dan analisis data.

13 Selanjutnya Bab IV berisi Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang memaparkan hasil penelitian yang meliputi persiapan penelitian yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, tindak lanjut dan kegiatan penutup. Dilanjutkan pembahasan hasil penelitian, yang satu persatu berusaha menemukan jawaban dari tujuan dan perumusan masalah. Pada Bab V yang berisi Simpulan dan Rekomendasi, yaitu simpulan yang menjawab rumusan masalah dan rekomendasi yang ditujukan pada berbagai pihak yang terkait dengan hasil penelitian tesis ini.