Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

STATUS GIZI PENDERITA KARIES GIGI PADA MAHASISWA TINGKAT 1 D-III JURUSAN KEPERAWATAN GIGI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dapat dipisahkan satu dengan lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. menunjang upaya kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2001). menunjang kesehatan tubuh seseorang (Riyanti, 2005).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan

HUBUNGAN TINGKAT KEJADIAN KARIES GIGI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-7 TAHUN DI SD INPRES KANITI KECAMATAN KUPANG TENGAH KABUPATEN KUPANG

INDEKS DEF-T PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK SEKOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

GAMBARAN TINGGINYA ANGKA KARIES GIGI PADA SD BINAAN PELAYANAN ASUHAN DI WILAYAH KOTA PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Anneke A. Tahulending 1), Christy Velia Kosegeran 2) 1)3) Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian

HUBUNGAN KARIES GIGI DENGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN SISWA SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIWATES DAN PUSKESMAS WULUHAN KABUPATEN JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa, jaringan penyangga dan gigi. Salah satu kelainan yang sering terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. (Soetjiningsih, 1995). Pada usia tersebut anak mengalami proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi estetik yang menunjang kecantikan. Menjaga kebersihan gigi dan

I. PENDAHULUAN. Gigi adalah alat pengunyah dan termasuk dalam sistem pencernaan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi kesehatan keseluruhan dari tubuh. Pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung. Status gizi secara langsung

KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ibu merupakan masalah penting. Gigi anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum (Malik, 2008).

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (World Health Organization) (2013), terjadi peningkatan

MENINGKATKAN ORAL HIGIENE DENGAN METODE DHE PADA ANAK DI KLINIK ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK RSGM UNIVERSITAS JEMBER

RELATIONSHIP BETWEEN DENTAL CARE AND CARIOGENIC FOODS WITH CHILDREN DENTAL CARIES INCIDENCE IN JURAN ELEMENTRY SCHOOL

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI ANAK SDN KLECO II KELAS V DAN VI KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menyerang jaringan keras gigi seperti , dentin dan sementum, ditandai

Karies gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang ikut

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes,

PENGARUH PERAN ORANG TUA TENTANG PERAWATAN GIGI TERHADAP TERJADINYA KARIES DENTIS PADA ANAK PRA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kualitas hidup terkait dengan kesehatan mulut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

Transkripsi:

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008 Pendahuluan Penyakit gigi dan mulut termasuk karies gigi merupakan penyakit masyarakat yang diderita oleh 90% penduduk Indonesia ( SKRT 1995), dimana karies gigi mempunyai sifat progresif bila tidak dirawat atau diobati akan makin parah dan bersifat irreversible yaitu jaringan yang rusak tidak dapat utuh kembali ( Dep.Kes. RI, 1999 ). Prevalensi penyakit gigi di Indonesia cenderung meningkat. Angka kesakitan gigi rata rata DMF-T juga cenderung meningkat pada setiap dasawarsa yaitu DMF-T =0.70 pada tahun 1970, DMF-T = 2.30 pada tahun 1990 dan menjadi DMF-T 2.70 pada tahun 1990 ( Kariesgigi available from (http.www//litbang.depkes.go.id)). Profil Data Kesehatan Indonesia tentang penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan menurut jenis keluhan kesehatan, sakit gigi menjadi keluhan kesehatan terbanyak ke 5 yang dikeluhkan penduduk. Data Riskesdas menunjukkan bahwa presentase penduduk yang bermasalah gigi dan mulut secara nasional adalah 23,2% pada tahun 2007. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu dari program pelayanan kesehatan secara umum. Dalam pelaksanaan pelayanankesehatan gigi dan mulut melaksanakan upaya kesehatan yaitu peningkatan pemeliharaan kesehatan pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Usaha untuk meningkatkan kesehatan dalam masyarakat berarti pula usaha kesehatan individu, karena setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan secara optimal dalam batas batas kemampuannya. Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi merupakan mahasiswa yang diharapkan mampu melaksanakan upaya pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Oleh karena itu selama Pendidikan mahasiswa dibekali pengetahuan dan keterampilan dalam bidang kesehatan gigi, dimana mahasiswa nantinya akan menjadi perawat gigi yang merupakan ujung tombak dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat. Newbrun (1989) mengatakan penyakit karies gigi adalah penyakit multifaktorial, meliputi faktor utama yaitu gigi, mikroorganisme, karbohidrat dan waktu sebagai faktor tambahan. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi, sehingga apabila salah satu faktor tidak ditemukan, maka tidak akan terjadi penyakit karies gigi. Hingga saat ini sudah banyak hasil penelitian yang menggambarkan terjadinya penyakit karies gigi yang disebabkan oleh karbohidrat yang mudah difermentasi oleh mikroorganisme. Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan Nizel menguraikan makanan yang berbentuk lunak dan lengket dapat berpengaruh langsung terhadap terjadinya penyakit karies gigi (Nurlaila, 2005). Perlu diketahui, bila seseorang mengkonsumsi karbohidrat jenis gula yang diperoleh dari makanan yang mempunyai kecenderungan untuk melekat pada permukaan gigi

geligi akan berisiko meningkatkan terjadinya karies gigi. Penggemar jenis makanan jajanan yang lebih kariogenik (coklat, permen, dan sejenisnya) mempunyai status karies gigi yang tinggi yang lebih besar,dibanding penggemar jenis makanan bakso, mie, dan sejenisnya (Sulistiadi,2000). Faktor-faktor yang berperan dalam proses terjadinya karies gigi Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit yang multifaktor disebabkan oleh host, agen, substrat dan waktu. Proses terjadinya karies dimulai dengan adanya plak pada permukaan gigi. Sukrosa dari sisa makanan dan mikroorganisme pada gigi dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan timbulnya asam yang akan menurunkan ph mulut menjadi kritis yaitu kurang dari 5,5 dan hal ini akan menyebabkan terjadinya demineralisasi email dan akan berlanjut menjadi karies gigi. Awal terjadinya karies gigi terlihat adanya lesi karies berwarna putih pada gigi sebagai akibat dekalsifikasi, selanjutnya lesi karies akan berkembang menjadi lubang berwarna coklat atau hitam yang mengikis gigi. Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. (Indah, 2007). Banyak teori yang dikemukakan sehubungan dengan proses terjadinya karies, salah satu teorinya adalah teori acidogenik yang di kemukakan oleh Miller pada tahun 1889, teori tersebut mengatakan bahwa sisa-sisa makanan yang mengandung karbohidrat (gula) akan mengalami fermentasi oleh mikroorganisme normal dalam mulut yang menjadi asam, dimana asam yang dihasilkan tersebut yang akan mengakibatkan larutnya email gigi, sehingga terjadi proses demineralisasi email gigi dan terjadilah karies gigi (FKG UI, 1991). Klasifikasi Karies Gigi Karies Superfisialis atau Karies Email Di beri nama karies email karena karies tersebut baru pada lapisan email. Pada karies ini orang yang menderita belum merasakan sakit, belum merasakan ngilu, belum merasakan apa-apa sebagai akibat lubang ini, meskipun ada juga orang yang peka, kadang-kadang merasa ngilu bila terkena rangsangan dingin. Pada karies ini penyembuhannya ialah dibawa keklinik gigi untuk ditambal atau ditumpat (Machfoedz, 2008).

Gambar 1.2 Karies Superfisialis atau Karies Email Karies Media atau Karies Dentin Karies dentin berarti lubang sampai pada dentin. Orang yang menderita karies ini akan merasakan ngilu bila kemasukan makanan yang agak keras atau kena rangsangan dingin seperti es. Dentin ini bisa merasakan rangsangan, karena di dalam dentin sudah ada saluran-saluran kecil sekali (tak terlihat oleh mata) yang berisi urat syaraf, darah dan limfe (Machfoedz, 2008). Gambar 1.3 Karies Media atau Karies Dentin Karies Profunda atau Karies Pulpa Apabila setelah karies dentin ini belum juga dibawa ke klinik untuk dirawat, maka akan berlanjutsehingga lubang menembuhs atap pulpa atau pulpa gigi. Kumankuman akan masuk kedalam pulpa sehingga terjadilahradang pulpa atau infeksi pulpa atau pulpitis. Orang menderita pulpitis ini akan merasakan sakit sekali, bila kemasukan makanan (Machfoedz, 2008) Gambar 1.4 Karies Profunda atau Karies Pulpa Indikator status karies gigi (DMF-T) Pada studi epidemiologis tentang karies pada gigi-geligi tetap, digunakan angka DMF-T yaitu angka yang menunjukkan jumlah karies gigi seseorang atau sekelompok orang (Houwink,1993) Menurut Klein dan Palmer Indeks DMF-T untuk permanen: Decay (D) : Jumlah gigi karies yang tidak ditambal/ yang masih dapat ditambal Missing (M): Jumlah gigi yang indikasi untuk dicabut/gigi yang telah hilang karena karies

Filling(F) : Jumlah gigi yang telah ditambal Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang. DMF-T maksudnya karies yang dihitung per gigi, artinya gigi yang memiliki karies lebih dari 1 ( misal karies pada gigi molar 1 permanen terdapat karies di okusal dan di bukal maka karies tetap dihitung satu. Tujuan menghitung DMF-T adalah : Untuk melihat status karies gigi, untuk perencanaan upaya promotif dan preventif.untuk merencanakan kebutuhan perawatan, membandingkan status pengalaman karies gigi Masyarakat dari satu daerah dengan daerah yang lain atau membandingkan sebelum dan sesudah program berjalan dan untuk memantau perkembangan status pengalaman karies dari Individu (Dep.kes.RI,1995) Prevalensi karies Untuk mengetahui kejadian penyakit atau masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat, harus mempunyai alat atau metode yang dapat dipakai untuk mengukur jumlah suatu penyakit pada individu dan masyarakat. Ukuran yang biasa dipergunakan pada penyakit gigi dan mulut. Salah satunya ialah : prevalensi. Prevalensi adalah frekuensi suatu penyakit pada suatu jangka waktu tertentu di kelompok masyarakat tertentu (Herijulianti,2001). Cara untuk mencari prevalensi karies sebagai berikut : Prevalensi = Jumlah orang yang menderita karies X 100% Jumlah populasi Menurut survei kesehatan rumah tangga status kesehatan gigi dan mulut berdasarkan jenis kelamin penduduk indonesia 1995. Prevalensi karies pada jenis kelamin laki-laki adalah 90.05% dengan rata-rata decay 1.77, missing 4.34, filling 0.13 dan angka DMF-T sebesar 6.24, sedangkan prevalensi karies pada jenis kelamin perempuan adalah 91.67 % dengan rata-rata decay 1.99, missing 2.59, filling 0.13 dan angka DMF-T sebesar 6.61. (Dep.Kes.RI,1999). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran status karies gigi pada mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1 yang dinilai dengan indeks DMF-T. Metode: Pengambilan data dalam penelitian yaitu dengan melakukan pemeriksaan status karies gigi pada mahasiswa kelas reguler dan kelas papua jurusan kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Jakarta 1 Tahun 2008 yang berjumlah 89 orang terdiri dari 22 orang mahasiswa laki-laki dan 67 orang mahasiswa perempuan. Dalam penelitian ini semua mahasiswa yang diperiksa dijadikan objek penelitian. Pemeriksaan status karies gigi dilaksanakan di Klinik Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Jakarta 1 pada

tanggal 18 s/d 20 Juni 2008, pemeriksaan ini dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh 2 mahasiswa jurusan kesehatan gigi. Cara melakukan pemeriksaan status karies gigi dengan menggunakan alat pemeriksaan gigi dan lembar pemeriksaan untuk mencatat hasil pemeriksaan. Cara untuk mendapatkan status karies gigi yang sesuai dengan penelitian ini yaitu dengan melihat ada tidaknya gigi yang berlubang (D) gigi hilang atau yang berindikasi dicabut (M) sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya karies, ada tidaknya gigi tumpatan baik (F) yaitu dengan cara menelusuri seluruh permukaan gigi dengan sonde kemudian hasil pemeriksaan dicatat pada lembar pemeriksaan gigi. Hasil Hasil pemeriksaan status karies gigi pada mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekes Jakarta 1 tahun 2008 didapatkan hasil sebagai berikut : Prevalensi Karies Hasil pemeriksaan yang dilakukan pada 89 mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1 tahun 2008 menunjukan ada 82 mahasiswa yang pernah atau sedang mengalami karies, seperti pada tabel berikut : Tabel 1.Prevalensi karies pada mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1 tahun 2008 Jumlah mahasiswa Mahasiswa yang Prevalensi yang diperiksa mengalami karies 89 82 92.13 % Status Karies Berdasarkan Jenis Kelamin Hasil pemeriksaan intra oral didapatkan status karies berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekes Jakarta 1 kelas reguler dan kelas papua tahun 2008 yaitu sebagai berikut : Tabel 2. Distribusi frekuensi mahasiswa, Jumlah DMF-T dan Rata-Rata DMF-T berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa Jurusan Kesehatan gigi poltekesjakarta 1 tahun 2008 NO Jenis Jumlah mahasiswa Jumlah DMF-T Status karies gigi kelamin ( DMF-T rata-rata ) 1 Laki-laki 22 75 3.40 2 Perempuan 67 341 5.08

Hasil pemeriksaan DMF-T pada mahasiswa laki-laki yang berjumlah 22 orang didapatkan total nilai 75 dengan rata-rata DMF-T adalah 3.40. Sedangkan pada mahasiswa perempuan yang berjumlah 67 orang didapatkan nilai DMF-T rata-rata adalah 5.08.3 Perbandingan decay laki-laki dan perempuan Hasil pemeriksaan intra oral didapatkan decay laki-laki dan perempuan pada mahasiswa jurusan kesehatan gigi poltekkes jakarta 1 tahun 2008 yaitu sebagai berikut : Tabel 3. Distribusi frekuensi mahasiswa, jumlah decay dan rata-rata decay berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa jurusan kesehetan gigi poltekkes jakarta 1 tahun 2008 NO Jenis kelamin Jumlah mahasiswa Jumlah Decay Decay rata-rata 1 Laki-laki 22 45 2.04 2 Perempuan 67 142 2.11 Jumlah 89 Hasil penelitian menunjukkan jumlah Decay pada mahasiswa laki-laki adalah 45 dengan rata-rata 2.04, sedangkan untuk mahasiswa perempuan didapatkan Decay total 142 dengan rata-rata 2.11.4 Perbandingan Missing laki-laki dan perempuan Tabel 4. Distribusi frekuensi mahasiswa, jumlah Missing dan rata-rata Missing berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa Jurusan Kesehatan gigi Poltekkes Jakarta 1 tahun 2008 NO Jenis kelamin Jumlah mahasiswa Jumlah Missing Missing rata-rata 1 Laki-laki 22 23 1.04 2 Perempuan 67 76 1.13 Jumlah 89 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 22 mahasiswa laki-laki ditemukan Missing sebanyak 23 gigi dengan rata-rata 1.04 dan pada mahasiswa perempuan didapatkan jumlah gigi missing sejumlah 76 dengan hasil rata-rata 1,13 gigi.

5. Perbandingan filling laki-laki dan perempuan Berdasarkan pemeriksaan intra oral dapat dilihat perbedaan filling laki-laki dan perempuan pada mahasiswa jurusan kesehatan gigi poltekkes jakarta 1 tahun 2008 yaitu sebagai berikut : Tabel 5. Distribusi frekuensi mahasiswa, jumlah Fillingdan rata-rata Filling berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1 tahun 2008 NO Jenis kelamin Jumlah mahasiswa Jumlah filling fillingrata-rata 1 Laki-laki 22 7 0.31 2 Perempuan 67 123 1.83 Jumlah 89 Dari hasil penelitian ditemukan pada 22 mahasiswa laki-laki ada 7 gigi yang sudah ditambal dengan rata-rata 0.31 dan pada mahasiswa perempuan yang berjumlah 67 orang didapati adanya gigi yang sudah ditambal sebanyak 123 gigi dengan rata-rata skore 1 Pembahasan Dari hasil pemeriksaan status karies gigi pada mahasiswa kelas reguler dan kelas papua Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1 tahun 2008, dapat dilihat pada tabel 1 mahasiswa yang memiliki pengalaman karies 82 orang dari 89 orang yang diperiksa sehingga dapat diketahui prevalensi karies sebesar 92.13%, hal tersebut masih tergolong tinggi bila dibandingkan dengan prevalensi karies gigi berdasarkan SKRT tahun 1995 yaitu sebesar 63%. Pada tabel 2 dapat dilihat status karies yaitu dengan menghitung angka DMF-T. Pada jenis kelamin laki-laki angka DMF-T sebesar 75 dengan rata-rata memiliki pengalaman karies sebanyak 3 gigi. Dan bila dibandingkan dengan angka rata-rata DMF-T laki-laki berdasarkan laporan Dep.Kes.RI tahun 1999 yaitu sebesar 6.24 maka DMF-T rata-rata mahasiswa jurusan kesehatan gigi lebih rendah. Sedangkan berdasarkan tabel 2 juga dapat diketahui angka DMF-T pada jenis kelamin perempuan yaitu 341 dengan rata rata 5.08, angka tersebut menunjukkan bahwa setiap mahasiswa perempuan rata-rata memiliki pengalaman karies sebanyak 5 gigi. Dan bila dibandingkan dengan angka rata-rata DMF-T perempuan berdasarkan laporan Dep.Kes.RI tahun 1999 yaitu sebesar 6.61 maka DMF-T rata-rata mahasiswa jurusan kesehatan gigi lebih rendah. Pada tabel 2 dapat dilihat perbandingan rata rata DMF-T ( status karies ) pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan mahasiswa jurusan kesehatan gigi poltekkes jakarta tahun 2008, bahwa angka rat-rata DMF-T pada mahasiswa berjenis kelamin perempuan lebih tinggi (5.08) dibandingkan dengan angka rata-rata pada mahasiswa berjenis kelamin laki-laki (3.40).

Tabel 3 menunjukan bahwa jumlah decay pada jenis kelamin laki-laki sebesar 45 dengan rata-rata 2,04, angka rata-rata tersebut menunjukkan bahwa setiap mahasiswa laki-laki memiliki kerusakan gigi sebanyak 2 gigi dan bila dibandingkan dengan angka rata-rata decay berdasarkan laporan Dep.Kes.RI.tahun 1999 sebesar 1.77, maka angka rata-rata decay pada mahasiswa jurusan kesehatan gigi lebih tinggi. Sedangkan berdasarkan tabel 3 juga dapat diketahui angka decay pada jenis kelamin perempuan yaitu 142 dengan rata-rat 2.11, angka tersebut menujukan bahwa setiap mahasiswa perempuan rata rata memiliki kerusakan gigi sebanyak 2 gigi. Dan bila dibandingkan dengan angka rata-rata decay perempuan berdasarkan laporan Dep.Kes.RI. tahun 1999 yaitu sebesar 1.99 maka decay rata-rata mahasiswa jurusan kesehatan gigi lebih tinggi. Tabel 4 menunjukan bahwa jumlah Missing pada jenis kelamin laki laki sebesar 23 dengan rata-rata 1.04, angka rata-rata tersebut menunjukkan bahwa setiap mahasiswa laki-laki memiliki gigi yang hilang atau yang berindikasi dicabut sebanyak 1 gigi dan bila dibandingkan dengan angka rata-rata missing berdasarkan laporan Dep.Kes.RI. tahun 1999 sebesar 4.34, maka angka rata rata missing pada mahasiswa laki-laki jurusan kesehatan gigi lebih rendah. Sedangkan berdasarkan tabel 4 juga dapat diketahui angka missing pada jenis kelamin perempuan yaitu 76 dengan rat rata 1.13, angka tersebut menunjukkan bahwa setiap mahasiswa perempuan rata-rata memiliki gigi yang hilang atau yang berindikasi dicabut sebanyak 1 gigi. Bila dibandingkan dengan angka rata-rata missing perempuan berdasarkan laporan Dep.Kes.RI tahun 1999 yaitu sebesar 2.59 maka, missing rata-rata mahasiswa jurusan kesehatan gigi masih lebih rendah. Tabel 5 menunjukan bahwa jumlah filling pada jenis kelamin laki-laki sebesar 7 dengan ratarata 0.31, angka rata-rata tersebut menunjukkan bahwa setiap,mahasiswa laki laki memiliki gigi yang sudah ditambal dengan baik sebanyak 1 gigi dan bila dibandingkan dengan angka rata-rata filling berdasarkan Dep.Kes.RI.tahun 1999 sebesar 0.13, maka angka rata rata filling pada mahasiswa perempuan rata rata memiliki gigi yang sudah ditambal dengan baik sebanyak 2 gigi. dan bila dibandingkan dengan angka rata rata filling berdasarkan tabel 5 juga dapat diketahui filling pada jenis kelamin perempuan yaitu 123 dengan rata rata 1.83 angka tersebut menunjukan bahwa setiap mahasiswa perempuan rata rata mahasiswa jurusan kesehatan gigi lebih tinggi. Dari seluruh hasil yang didapatkan pada penelitian ini mahasiswa perempuan mempunyai DMF-T yang lebih tinggi dari mahasiswa laki-laki, keadaan ini sesuai dengan pendapat Suwelo (1992) yang menyatakan bahwa prevalensi karies gigi pada anak perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki. Hal ini disebabkan antara lain karena erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki, sehingga gigi anak perempuan lebih lama di dalam rongga mulut dan lebih lama berhubungan dengan factor- faktor langsung terjadinya karies, yang antara lain gigi dan saliva, mikroorganisme, makanan dan waktu. Berdasarkan hasilpenelitian pada mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1 disimpulkan bahwa angka DMF-T masih tinggi dan DMF-T pada mahasiswa perempuan

lebih tinggi daripada mahasiswa laki-laki.dan didapati pula bahwa gigi yang sudah ditambal pada mahasiswa perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Untuk dapat meningkatkan status kesehatan gigi para mahasiswa diharapkan adanya peningkatan kesadaran pada mahasiswa untuk melakukan perawatan pada gigi yang mengalami kerusakan. DAFTAR PUSAKA Artini, Sri & Herijuliati, Eliza, 2002, Pendidikan Kesehatan Gigi. Buku kedokteran EGC, Jakarta : 98,114 Dep.Kes.RI, 1996, Petunjuk pemeliharaan kesehatan Gigi dan Mulut keluarga. Depkes, Jakarta : 2 Dep.kes.RI,1999. Profil Kesehatan Gigi dan Mulut si Indonesia pada pelita VI. Dep.Kes, Jakarta : 45,46 Eccles, JD & Green, RM, 1994 Konservasi Gigi. Widya Medika, Jakarta : 1,2,6 FKG UI, 1998 Status Karies Gigi para anggota di lingkungan Mabes TNI AL, Cilangkap Jakarta. Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 5 (2) : 79 FKG UNAIR, 1999 Distribusi dan keparahan karies pada penderita di klinik kedokteran gigi anak fakultas kedokteran gigi Universitas Airlangga pada tahun 1990, 1994 dan 1998. Kedokteran gigi. FKG UNAIR. 32 (4) : 168 Ford, TR pitt, 1993 Restorasi gigi. Buku kedokteran gigi EGC, Jakarta : 1,2,3 Houwink, B, 1993 Ilmu Kedokteran Pencegahan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta : 13,14 Karies gigi available from http://www.litbang.depkes.go.id diakses tanggal 31-05-2008 Karies Gigi Available from http://www.wikipedia.org/wiki/karies gigi diakses tanggal 23-05-2008

Kidd, Edwina A.M & Joyston, Sally, Bechal,1992 Dasar-dasar karies. Buku Kedokteran Gigi, Jakarta: 1-9 Machfoedz, Ircham, 2007 Metodologi penelitian. Fitramaya, Yogyakarta : 52-54 Pengaruh Nutrisi dan gaya hidup available from http://www.republika.co.id diakses tanggal 23-05-2008 Santoso, Rudi, 1991 Buku naskah ilmiah. FKG, Jakarta : 446 Susiono, 1999 Metode penelitian Administrasi. Alfabeta, Bandung : 57-66 Suwelo, Ismu Suharsono. 1992. Karies Gigi Pada Anak Dengan Pelbagai Faktor Etiologi. Jakarta: EGC.