Kata Kunci : seksual remaja, berpacaran, sumber informasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA SMA DAN SMK DI KOTA BENGKAYANG

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang mempengaruhi remaja melakukan hubungan seks pranikah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku dan kesehatan reproduksi remaja seperti

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

69 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

Transkripsi:

KORELASI SUMBER INFORMASI MEDIA DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DALAM BERPACARAN (Studi Kasus pada Siswa Kelas XI di Satu SMA Kota Surakarta Tahun 01) * ), Dharminto** ), Yudhy Dharmawan** ) * ) Alumnus FKM UNDIP, ** ) Dosen Bagian Biostatistika dan Kependudukan FKM UNDIP ABSTRAK Masa remaja disebut dengan masa transisi, yaitu peralihan dari masa anak-anak ke dewasa, ditandai dengan terjadinya perubahan fisik, biologis, psikis, maupun sosial. Remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar, termasuk mengenai masalah seks. Adanya kasus hamil di luar nikah akibat pergaulan yang tidak terkontrol dan perilaku pacaran yang mengarah ke seks bebas karena kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi dari media dan lingkungan pergaulan seperti orang tua, teman, dan guru. Tujuan penelitian menganalisis korelasi sumber informasi dari media, orang tua, teman sebaya, guru dengan perilaku remaja dalam berpacaran di satu SMA Kota Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research dengan pendekatan cross sectional. Besar populasi 5 siswa kelas XI yang berpacaran di satu SMA, dengan teknik simple random sampling didapat sampel 18 responden yang bersedia menjadi responden. Analisis uji statistik menggunakan uji Korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi berpacaran dengan sumber informasi orang tua (p=0,05, r = -0,166), teman sebaya (p=0,00, r = 0,1). Tidak ada korelasi berpacaran dengan sumber informasi media (p=0,888) dan guru (p=0,7). Saran untuk sekolah agar diadakan intervensi kepada konselor teman sebaya agar memberikan informasi kesehatan reproduksi ke teman yang lain dengan benar sebagai upaya preventif terhadap berpacaran. Orang tua hendaknya memperbanyak informasi mengenai kesehatan reproduksi dan kemudian memberikan informasi kesehatan reproduksi kepada remaja untuk memperkecil kemungkinan remaja mencari informasi yang kurang benar ke teman sebaya atau media yang mempengaruhi perilaku. Kata Kunci : remaja, berpacaran, sumber informasi PENDAHULUAN Masa remaja merupakan proses tumbuh kembang peralihan dari kanak-kanak ke dewasa muda. Pada masa remaja terjadi perkembangan yang dinamis dalam kehidupan individu, ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik, emosional, dan sosial. Perubahan fisik yang terjadi di antaranya timbul proses pematangan organ reproduksi dan terjadi perubahan psikologis. Hal

ini mengakibatkan perubahan sikap dan tingkah laku seperti mulai memperhatikan penampilan diri, tertarik dengan lawan jenis, berusaha menarik perhatian dan muncul perasaan cinta yang kemudian timbul dorongan. Remaja cenderung memiliki dorongan yang tinggi sehubungan dengan mulai matangnya hormon dan organ-organ reproduksi. 1, Ciri remaja antara lain rasa ingin tahu dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Masalah ini sering sekali mencemaskan para orang tua, pendidik, pemerintah, karena banyak remaja yang melakukan penyimpangan sebagai cara pelarian dari berbagai persoalan, serta kurangnya kemampuan untuk mengendalikan diri terutama emosi. 3 Tidak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi, menjadikan remaja berusaha sendiri mencari informasi. Media internet, televisi, majalah dan bentuk media lain sering kali dijadikan sumber oleh para remaja untuk memenuhi tuntutan keingintahuan tentang. Sementara itu, orang tua belum siap dalam memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi bagi remaja. Menurut penelitian Darmasih tahun 009 Bentuk perilaku seks pranikah remaja SMA Surakarta adalah melakukan ciuman bibir sebanyak 93 orang (81,6%), masturbasi sebanyak 3 orang (0,%), menonton video porno sebanyak 101 orang (88,6%), dan hubungan sebanyak 6 orang (5,%). Dampak dari perilaku remaja dapat menimbulkan masalah kesehatan reproduksi, diantaranya kehamilan tidak diinginkan, percobaan aborsi, terkena infeksi penyakit menular dan HIV AIDS. Pada tahun 011 di satu SMA Kota Surakarta terjadi kasus siswa hamil di luar nikah sehingga siswa tersebut dikeluarkan dari sekolah. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai korelasi sumber informasi media informasi dan lingkungan pergaulan dengan perilaku remaja dalam berpacaran tahun 01 di SMA tersebut. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis korelasi sumber informasi dari media, orang tua, teman sebaya, guru dengan perilaku remaja dalam berpacaran di satu SMA Kota Surakarta. MATERI DAN METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research, dengan pendekatan Cross Sectional Study. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA dan XI IPS pada sebuah SMA di Kota Surakarta yang telah berpacaran yaitu sebanyak 5 siswa. Sampel minimal dalam penelitian ini sebesar 1 responden. Namun untuk pelaksanaan di lapangan dari jumlah populasi sebesar 5, diperoleh 18 responden yang menghadiri undangan. Karena jumlah responden yang menghadiri undangan 18 responden maka semua data yang diperoleh dipakai sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan jenis angket, yaitu angket penyaring

dan angket penelitian. Angket penyaring digunakan untuk memilih responden sebagai sampel yaitu responden yang berpacaran. Sedangkan angket penelitian digunakan untuk mengukur sumber informasi yang diperoleh dari media dan lingkungan pergaulan dikaitkan dengan perilaku dalam berpacaran. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Media pada Siswa Kelas XI di Satu SMA Kota Surakarta Sumber informasi Ya media f % 1 Ciri-ciri remaja 175 96, Mengenal organorgan reproduksi 163 89,6 Siklus reproduksi 157 86,3 3 perempuan: menstruasi Proses reproduksi 13 73,6 laki-laki 5 Kehamilan 157 86,3 6 Pacaran dan 161 88,5 hubungan 7 Kehamilan tidak 1 78,0 diinginkan dan aborsi 8 Informasi kontrasepsi 13 67,6 9 Penyakit menular 173 95,1 10 HIV / AIDS 176 96,7 Tabel 1 menunjukkan bahwa dari media informasi, responden mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dengan persentase terbesar hampir semua responden mendapat informasi HIV/AIDS (96,7%). Media adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja jarang disampaikan oleh orang tua. Masyarakat menilai hal tersebut dianggap tabu untuk diperbincangkan. Maka remaja banyak yang mencari informasi melalui media informasi yang sekarang mudah dijangkau dan mudah diakses seperti internet, televisi, buku, majalah, dan koran. Informasi yang diperoleh pun bervariasi dan lengkap. Informasi yang diperoleh responden dari media informasi relatif tinggi sebagian besar persentasenya di atas 80%. Tabel Distribusi Frekuensi Sumber informasi Orang tua pada Siswa Kelas XI di Satu SMA Kota Surakarta Sumber informasi Ya orang tua f % 1 Ciri-ciri remaja 15 79,7 Mengenal organorgan reproduksi 88 8, Siklus reproduksi 1 68,1 3 perempuan: menstruasi Proses reproduksi 5 8,6 laki-laki 5 Kehamilan 110 60, 6 Pacaran dan 115 63, hubungan Kehamilan tidak 8 6, 7 diinginkan dan aborsi 8 Informasi 6 5,3 kontrasepsi 9 Penyakit menular 85 6,7 10 HIV / AIDS 101 55,5

Tabel menunjukkan bahwa dari orang tua, responden mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dengan persentase tertinggi yaitu ciri-ciri remaja lebih dari tiga perempat responden (79,7%). Menurut penelitian Devy dkk tahun 001 orang tua sebaiknya memberikan informasi siklus reproduksi laki-laki dan perempuan dengan seimbang baik kepada remaja laki-laki maupun remaja perempuan. Agar remaja tidak penasaran dan mencari informasi yang belum terjamin kebenaran informasinya. Seperti bertanya ke teman sebaya dan mencari informasi ke media televisi, internet, buku, majalah yang mengarah ke perilaku negatif. 5 Informasi dengan persentase terkecil yang diberikan orang tua adalah informasi kontrasepsi (6,3%). Hal ini karena orang tua takut salah menyampaikan dan beranggapan remaja akan menyalahgunakan alat kontrasepsi untuk melakukan hubungan sebelum menikah. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Sumber informasi Teman Sebaya pada Siswa Kelas XI di Satu SMA Kota Surakarta Sumber informasi Ya teman sebaya f % 1 Ciri-ciri remaja 165 90,7 Mengenal organorgan reproduksi 131 7,0 Siklus reproduksi 15 79,7 3 perempuan: menstruasi Proses reproduksi 9 51,6 laki-laki 5 Kehamilan 13 7,5 6 Pacaran dan 150 8, hubungan Kehamilan tidak 117 6,3 7 diinginkan dan aborsi 8 Informasi 116 63,7 kontrasepsi 9 Penyakit menular 11 66,5 10 HIV / AIDS 13 73,6 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari teman sebaya, responden mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dengan persentase tertinggi yaitu hampir semua responden mendapatkan informasi ciri-ciri remaja (90,7%). Remaja sering berdiskusi dengan teman dalam segala hal. Remaja lebih sering tukar informasi dan pendapat dengan teman dibandingkan dengan orang tua, dengan alasan nyaman dan pola pikir yang sejalan. 6 Mereka sering bercerita tentang pengalaman yang pernah dialami, tidak terkecuali masalah pacaran dan hubungan (8,%). Dari teman sebaya secara umum informasi siklus reproduksi perempuan presentasenya lebih besar dibandingkan informasi proses reproduksi laki-laki. Responden perempuan sangat minim mendapatkan informasi mengenai proses reproduksi laki-laki sedangkan pada responden laki-laki cukup mendapat informasi siklus reproduksi perempuan. Rendahnya pengetahuan terhadap ciri reproduksi, dapat menyebabkan remaja memiliki perilaku berisiko. 7

Tabel Distribusi Frekuensi Sumber informasi Guru pada Siswa Kelas XI di Satu SMA Kota Surakarta Sumber informasi Ya Guru f % 1 Ciri-ciri remaja 17 95,6 Mengenal organorgan reproduksi 16 90,1 Siklus reproduksi 158 86,8 3 perempuan: menstruasi Proses reproduksi 11 77,5 laki-laki 5 Kehamilan 156 85,7 6 Pacaran dan 161 88,5 hubungan Kehamilan tidak 17 80,8 7 diinginkan dan aborsi 8 Informasi 13 7,5 kontrasepsi 9 Penyakit menular 166 91, 10 HIV / AIDS 170 93, Tabel menunjukkan bahwa dari guru, responden mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dengan persentase terbesar hampir semua responden mendapat informasi ciri-ciri remaja (95,6%). Informasi yang diperoleh responden dari guru mengenai kesehatan reproduksi meliputi ciri-ciri remaja, HIV/AIDS, dan penyakit menular. Informasi tersebut diperoleh siswa kelas IPA dari pendalaman pelajaran biologi di kelas XI sedangkan siswa kelas IPS mendapatkan informasi dari guru BK. Tabel 5 Distribusi Frekuensi Perilaku Seksual Remaja dalam Berpacaran pada Siswa Kelas XI di Satu SMA Kota Surakarta Perilaku Ya remaja dalam pacaran f % 1 Mencium pipi 1 67,0 Mencium bibir 61 33,5 3 Meraba daerah 0 11,0 sensitif Berpelukan 116 63,7 5 Masturbasi / onani 8 6, 6 Oral sex 8, 7 Petting 6 3,3 8 Intercourse 3 1,6 Tabel 5 menunjukkan bahwa perilaku remaja dalam berpacaran yaitu mencium pipi dengan persentase tertinggi (67,0%). Perilaku adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama. Menurut penelitian perilaku yang pernah dilakukan responden dalam berpacaran yang mengaku telah melakukan oral sex,%, petting 3,3%, intercourse 1,6%. Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Korelasi Antar Variabel Menggunakan Korelasi Rank Spearman

1 3 Variabel Bebas Sumber informasi media Sumber informasi orang tua Sumber informasi teman sebaya Sumber informasi guru Variabel Terikat Perilaku remaja dalam berpacaran Nilai p Nilai r Interpretasi 0,888 (p > 0,05) 0,05 (p < 0,05) 0,00 (p < 0,05) 0,7 (p > 0,05) -0,010-0,166 0,1-0,059 Tidak ada korelasi bermakna Ada korelasi bermakna bernilai negatif (-) Kekuatan sangat lemah Ada korelasi bermakna bernilai positif (+) Kekuatan lemah Tidak ada korelasi bermakna Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p = 0,888 (p>0,05) untuk korelasi sumber informasi media dengan perilaku remaja dalam berpacaran. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi bermakna sumber informasi media dengan perilaku remaja dalam berpacaran. Hal tersebut dikarenakan distribusi sumber informasi media relatif konstan dan tidak banyak variasi jawaban dari responden. Hal ini kemungkinan karena responden berasal dari satu sekolah maka media yang diakses kemungkinan juga sama. Media saat ini sudah berkembang pesat terutama media internet yang memberikan kemudahan dalam memperoleh berbagai informasi. Mudahnya akses informasi didukung oleh fasilitas yang telah disediakan pihak sekolah yaitu wifi area. Banyak siswa yang memanfaatkan waktu seusai sekolah untuk berselancar di dunia maya, baik mengerjakan tugas atau sekedar mencari hiburan. Fasilitas pembelajaran yang tersedia lengkap seperti jaringan internet gratis saat jam pelajaran sehingga memudahkan siswa siswi untuk mencari materi pelajaran. Akibat adanya media tersebut didapatkan secara bebas maka ada kecenderungan remaja yang terpapar mengenai seks melalui media audio visual memiliki perilaku yang tinggi (kurang baik). 8 Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p = 0,05 (p<0,05) untuk korelasi sumber informasi orang tua dengan perilaku remaja dalam berpacaran. Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi bermakna sumber informasi orang tua dengan berpacaran. Dengan nilai koefisien korelasi - 0,166, maka 0,166 menggambarkan korelasi sangat lemah antara sumber informasi orang tua dengan perilaku remaja dalam berpacaran. Kemudian tanda (- ) menggambarkan hubungan yang

berlawanan arah. Apabila sumber informasi orang tua rendah maka berpacaran tinggi (perilaku buruk), demikian pula sebaliknya. Komunikasi adalah kunci sukses hubungan orang tua dan remaja. Hubungan lancar dan terbuka antara orang tua dan remaja sehingga dapat diketahui apa yang dibutuhkan remaja dalam perkembangannya. 9 Remaja yang memiliki kesulitan berkomunikasi dengan orangtuanya tentang masalah itas, cenderung memiliki sikap permisif terhadap hubungan. 10 Meskipun remaja lebih banyak mencari informasi tentang seks melalui teman, buku dan sekolah, tetapi peran orangtua melalui komunikasi sebagai sumber informasi terbukti lebih berpengaruh terhadap sikap remaja terhadap seks. 11 Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara sumber informasi orang tua dan berpacaran. Orang tua sebagai faktor protektif yaitu menghambat perilaku remaja dalam berpacaran. Orang tua memberikan nasehat dan wejangan yang membatasi remaja agar tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif. Karena selama remaja belum memasuki usia dewasa, remaja masih menjadi tanggung jawab orang tua, maka orang tua berusaha untuk menjaga remajanya. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p = 0,00 (p<0,05) untuk korelasi sumber informasi teman sebaya dengan berpacaran. Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi bermakna sumber informasi teman sebaya dengan berpacaran. Dengan nilai koefisien korelasi 0,1 menggambarkan korelasi yang lemah antara sumber informasi teman sebaya dengan berpacaran. Kemudian nilai positif menggambarkan hubungan yang searah. Apabila sumber informasi teman sebaya tinggi maka perilaku remaja dalam berpacaran tinggi (perilaku buruk), demikian pula sebaliknya. Sumber informasi teman sebaya tergolong tinggi maka perilaku remaja dalam berpacaran tinggi (perilaku buruk), sumber informasi teman sebaya rendah maka berpacaran rendah (perilaku baik). Berdasarkan Base line survey yang dilakukan oleh Youth Centre (LSM) di beberapa kota (Cirebon, Tasikmalaya, Singkawang, Palembang, dan Kupang) tahun 001 mengungkapkan bahwa pengetahuan remaja tentang itas dan kesehatan reproduksi terutama diperoleh dari teman sebaya, kemudian dari media (televisi, majalah atau media cetak), kemudian orang tua dan guru menduduki posisi selanjutnya. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara sumber informasi teman sebaya dan berpacaran. Teman sebaya sebagai faktor risiko yaitu mendorong berpacaran. Tidak menutup kemungkinan salah satu teman sebaya yang dimiliki responden merupakan

pacar. Sehingga responden mudah terpengaruh dengan pacar dalam segala hal, termasuk masalah perilaku remaja. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman untuk korelasi sumber informasi guru dengan perilaku remaja dalam berpacaran. diperoleh nilai p = 0,7 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi bermakna sumber informasi guru dengan perilaku remaja dalam berpacaran. Hal ini dikarenakan jawaban dari responden relatif konstan dan sedikit variasi. Semua siswa pernah mendapatkan pelajaran biologi dan bimbingan konseling. Materi yang disampaikan salah satunya adalah pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja, meskipun frekuensinya lebih sedikit dibandingkan dengan bimbingan akademik. Menurut penelitian Solihah Guru BK dan guru Biologi perlu mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi remaja. Selain itu, guru juga perlu memberikan penjelasan bukan hanya dari segi pengetahuan namun juga dari segi moral. 1 SIMPULAN Responden mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari media informasi dengan persentase terbesar adalah informasi HIV/AIDS (96,7%). Responden mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari orang tua dengan persentase tertinggi yaitu ciri-ciri remaja (79,7%). Responden mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari teman sebaya dengan persentase tertinggi yaitu ciri-ciri remaja (90,7%). Responden mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari guru dengan persentase terbesar yaitu ciriciri remaja (95,6%). Perilaku remaja dalam berpacaran yang dilakukan responden dengan persentase tertinggi mencium pipi (67,0%). Tidak ada korelasi bermakna sumber informasi media dengan berpacaran (p=0,888, r = - 0,010). Ada korelasi bermakna sumber informasi orang tua dengan perilaku remaja dalam berpacaran (p=0,05, r = - 0,166). Ada korelasi bermakna sumber informasi teman sebaya dengan perilaku remaja dalam berpacaran (p=0,00, r = 0,1). Tidak ada korelasi bermakna sumber informasi guru dengan berpacaran (p=0,7, r = - 0,059). SARAN Bagi pihak sekolah mengadakan kegiatan intervensi kepada konselor teman sebaya agar memberikan informasi kesehatan reproduksi ke teman yang lain dengan benar dan bertanggungjawab untuk upaya preventif yang mengarah ke perilaku. Orang tua hendaknya memperbanyak informasi mengenai kesehatan reproduksi dan kemudian memberikan informasi kesehatan reproduksi kepada remaja untuk memperkecil kemungkinan remaja mencari informasi kurang benar ke

teman sebaya atau media yang mempengauhi perilaku. DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Kesehatan Keluarga Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, 005.. Sarwono,W.S. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo, 000. 3. PKBI. Proses Belajar Aktif Kesehatan Reproduksi Remaja Manual untuk Fasilitator. Bahan Pegangan Untuk memfasilitasi Kegiatan Belajar Aktif Untuk Anak & Remaja Usia 10-1 Tahun, 003.. Darmasih, R. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah pada Remaja SMA di Surakarta. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 009. 5. Devy, SR., Abdullah, I., Paramastri, I.. Model Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di Sekolah Bagi Siswa SLTPN I Surabaya. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana, 001. 6. Suwarjo. Pedoman Konseling Teman Sebaya untuk Pengembangan Resiliensi. Yogyakarta: UNY, 008. 7. Dewi, INCT. Pengaruh Faktor Personal dan Lingkungan terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja di SMA Negeri 1 Baturraden dan SMA Negeri 1 Purwokerto. Tesis. Semarang : Program Pascasarjana Undip, 009. 8. Eka. Hubungan Pengetahuan dan Informasi Media Audio Visual dengan Perilaku Seksual Remaja Siswa Siswi SMA Negeri 5 Kota Bengkulu Tahun 010. Skripsi. 010 9. Sianipar, JJ. Orangtua dan Kesehatan Remaja, Interaksi. Jakarta: Rineka Cipta, 000. 10. Mohammadi, MR., Farahani, F., Alikhani, S., Zare, M., Tehrani, FR., Ramezankhani, A., Alaeddini, F.. Reproductive Knowledge, Atitudes and Behavior among Adolescent Males in Tehran, Iran. Int Fam Plann Perspect. 006. 11. Werner-Wilson R.J. Predictors of Adolescent Sexual Attitudes: The Influence of Individual and Family Structure. J Sex Research. 1998. 1. Wulandari, AR. Hubungan Sosial Remaja Sekaitan dengan Kesehatan Reproduksi. Makalah disajikan dalam Lokakarya Strategis Nasional Kesehatan Reproduksi Remaja. 000. (Online), http://ceria.bkkbn.go.id/ceria/refer ensi/artikel/detail/107.