BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 8 MEDAN T.P 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan untuk membentuk manusia yang berkualitas, dan berguna untuk kemajuan hidup bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2 siswa, diketahui kegiatan belajar mengajar fisika yang berlangsung dikelas hanya mencatat dan mengerjakan soal-soal, hal ini menyebabkan siswa kuran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

` 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ialah dengan pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka. menghasilkan perubahan yang positif dalam diri anak.

Pardomuan N.J.M. Sinambela Afrodita Munthe. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Pembelajaran Matematika Realistik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan manusia yang berkualitas bagi

memegang peranan yang sangat besar dalam kehidupan.

Ida Wahyuni dan Khairil Irfan Lubis Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia. Manusia yang berkualitas memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan merupakan suatu kunci pokok untuk mencapai cita-cita suatu bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat, setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapan dan dimanapun berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. (wikipedia : pendidikan, 18/01/2013). Inti dari proses pendidikan secara keseluruhan adalah proses belajar mengajar. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik. Interaksi atau hubungan timbal balik dalam peristiwa belajar-mengajar tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa saja, tetapi berupa interaksi edukatif. Interaksi edukatif merupakan interaksi yang menghasilkan komunikasi yang baik, efisien antara guru dan siswa. Interaksi edukatif ini sangat dibutuhkan dalam pendidikan fisika karena pendidikan fisika merupakan pendidikan yang mengembangkan cara berpikir yang kritis, sistematis, logis, dan kreatif dalam membentuk manusia yang handal dan mampu berkompetensi secara global. Bidang studi sains fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang menarik dan lebih banyak memerlukan pemahaman daripada penghafalan. Pengetahuan tentang fisika yang dilakukan melalui kegiatan belajar akan menjadi landasan penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), dan pendidikan dari tingkat bawah ke tingkat berikutnya. Proses pembelajaran fisika harus lebih menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan proses pembelajaran fisika bukan merupakan sejumlah informasi yang harus dihafalkan siswa, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman

2 belajar. Namun pada kenyataan yang terjadi di lapangan belum sesuai dengan yang diharapkan. Dimana proses pembelajaran fisika cenderung memposisikan ilmu fisika sebagai informasi yang harus disampaikan dan dihafalkan siswa. Dalam hal ini guru merupakan pusat informasi yang bertugas menginformasikan rumus-rumus dan hukum-hukum fisika kepada para siswanya. Oleh karena itu proses pembelajaran yang seharusnya lebih menekankan pada pentingnya belajar bermakna (meaningfull) dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran tidak tercapai, akibatnya hasil belajar yang diperoleh tidak optimal. Hasil belajar siswa belum menunjukkan hasil yang masih rendah dapat disebabkan oleh beberapa hal menurut Sudirman, (http://zainurie. wordpress. com//21 desember 2012), diantaranya: 1).Tantangan mayoritas soal yang diberikan guru fisika di Indonesia terlalu kaku. Umumnya, siswa di Indonesia lebih banyak mengerjakan soal yang diekspresikan dalam bahasa dan simbol fisika yang diset dalam konteks atau soal yang jauh dari realitas sehari-hari. 2). Siswa Indonesia pada umumnya lebih suka menghafal dari pada latihan dan analisa. Padahal fisika menuntut banyak latihan dan analisa. 3). Siswa menganggap fisika sebagai pelajaran yang menakutkan. 4). Metode pembelajaran yang ber orientasi pada pendekatan tradisional yang menempatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar. 5).Anggapan bahwa fisika sulit sehingga membuat siswa kurang berminat untuk belajar fisika. Data di atas menunjukkan siswa lebih suka menghafal daripada latihan dan analisa. Padahal fisika menuntut banyak latihan dan analisa. Kebanyakan pelajaran fisika yang disampaikan guru berupa rumus-rumus seringkali hanya dihafal siswa tanpa mengetahui makna dan tujuan rumus-rumus fiska tersebut, sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengikuti Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT), masalah yang sering dihadapi dalam pelajaran fisika salah satunya adalah sering kali pelajaran fisika disajikan dalam bentuk teori atau rumus-rumus. Sehingga pelajaran fisika dianggap pelajaran yang membosankan, kurang menarik dan sulit dipahami. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran fisika masih kurang dilaksanakan padahal partisipasi siswa sangat penting.

3 Hasil observasi yang telah dilakukan peneliti di SMA Negeri 8 Medan dengan memberikan angket kepada 38 orang siswa, sebanyak 21 orang atau sebesar 55,3 % menganggap fisika pelajaran kurang menarik, sulit, banyak rumus, cenderung mencatat dan mengerjakan soal. Keaktifan siswa dalam peroses pembelajaran dianggap kurang. Hal ini ditunjukkan oleh jarangnya siswa menemukan inti pelajaran yang diajarkan, siswa jarang bertanya kepada guru tentang materi yang kurang jelas dan siswa jarang mengemukkakan pendapat saat berlangsungnya pembelajaran. Jika dilihat kenyatannya fisika merupakan ilmu yang menarik karena semua gejala yang terjadi di alam berkaitan dengan fisika dan dapat diterangkan dengan menggunakan konsep yang sederhana. Anggapan sebagian besar siswa yang menyatakan fisika sebagai pelajaran yang kurang menarik, sulit, banyak rumus, cenderung mencatat dan mengerjakan soal menyebabkan rendahnya pencapaian hasil belajar siswa. Hasil wawancara peneliti dengan Ibu Rosianna Sinulingga, S.Pd., selaku guru fisika di SMA Negeri 8 Medan diperoleh nilai rata-rata ujian pada semester ganjil T.A 2012/2013 hanya sekitar 60% dari jumlah keseluruhan siswa kelas X yang mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal yaitu 70. Hal ini disebabkan guru belum menggunakan metode yang bervariasi yang belum mampu menarik perhatian siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Rendahnya hasil belajar fisika siswa juga disebabkan oleh kurang bervariasinya penerapan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan guru jarang menampilkan demonstrasi selama proses pembelajaran fisika. Menurut Trianto (2010 : 1), Rendahnya hasil belajar disebabkan proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran konvensional suasana kelas cenderung teacher centered sehingga siswa menjadi pasif. Siswa tidak memiliki keterlibatan untuk menemukan dan merumuskan sendiri informasi sebagai bahan pengajaran. Selain itu, siswa hanya menggantungkan pengalaman belajarnya pada guru dan tidak memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

4 Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Aktifnya siswa dalam pembelajaran maka pembelajaran akan lebih bermakna karena siswa secara langsung diajak untuk mengkonstruksi pengetahuan tersebut. Penulis menawarkan sebuah model pembelajaran yaitu model pembelajaran Inquiry Training, yang memberi kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar di dalam kelas. Keaktifan tersebut meliputi keaktifan dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan, melakukan eksperimen, dan diskusi kelompok. Hasil peneliti Saraswati (2008 : 36) dikatakan bahwa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Inquiry Training, peran siswa cukup besar karena pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru tetapi pada siswa dan salah satu keaktifan siswa di tunjukkan dengan keberanian siswa mengajukan pertanyaan dan mengemikakan gagasan. Sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam proses belajar. Dalam menerapkan model pembelajaran Inquiry Training, peneliti memiliki kendala dalam memotivasi siswa agar dapat membangun dan menemukan sendiri teori dan konsep yang sedang diajarkan. Hasil peneliti Abdullah (2010 : 22) dikatakan bahwa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Inquiry Training, terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai postes hasil belajar kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Sehingga terlihat pengaruh model pembelajaran Inquiry Training (Latihan Inkuiri) yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas eksperimen. Peneliti mengatakan bahwa penguasaan konsep fisika oleh siswa akan lebih berhasil jika guru menerapkan model pembelajaran Inquiry Training yang dapat membuat siswa mencari, menemukan dan memahami fisika itu sendiri sehingga siswa dapat membangun konsep-konsep fisika atas dasar nalarnya sendiri. Hasil peneliti Pandey (2011 : 7) dikatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan secara statistik dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training terhadap prestasi akademik siswa daripada menggunakan metode pembelajaran konvensional. Berdasarkan tes prestasi pembelajaran ilmu fisika melalui Model pembelajaran Inquiry Training lebih efektif daripada

5 pembelajaran melalui metode konvensional pada tingkat sekolah menengah. Model Inquiry Training dapat digunakan sebagai alat yang lebih baik untuk mengajarkan ilmu fisika daripada metode konvensional. Namun,dalam pelaksanaan yang dilakukan model Inquiry Training memiliki keterbatasan tertentu seperti sulit merancang rencana pembelajaran. Hasil peneliti Sirait (2012 : 26) dikatakan bahwa berdasarkan hasil pengujuan uji t diperoleh bahwa ada pengaruh menggunakan model pembelajaran Inquiry Training pada materi pokok uaha dan energi. Hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Inquiry Training memiliki nilai rata-rata 6,29 dan hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran konvensional memiliki nilai rata-rata 5,64. Selain itu, hasil observasi aktifitas blajar siswa di kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training diperoleh skor 67,38 dengan kategori aktif. Model pembelajaran Inquiry Training diterapkan pada proses pembelajaran dengan memperhatikan materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru, sehingga model ini dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Materi yang dipilih penulis yang sesuai dengan penerapan model pembelajaran ini adalah materi yang membahas tentang konsep atau prinsip. Oleh sebab itu Peneliti memilih materi listrik dinamis karena menuntut siswa lebih aktif menemukan serta memahami konsep listrik dinamis dan lebih banyak dalam penentuan rumus sesuai tuntutan kompetensi, sehingga dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan pembelajaran model Inquiry Training cocok diterapkan dalam mengajarkan pokok listrik dinamis. Dengan melihat kendala-kendala yang dihadapi oleh peneliti sebelumya, maka Peneliti akan berusaha mengatasi kendala dalam hal memotivasi siswa sehingga mampu meningkatkan hasil belajar. Peneliti ingin menerapkan model pembelajaran Inquiry Training pada materi yang berbeda dari peneliti yang sebelumnya yaitu dengan memilih materi pokok listrik dinamis.

6 Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik mengadakan penelitian yang berjudul, Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Listrik Dinamis di Kelas X Semester II SMA Negeri 8 Medan T.P 2012/2013. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi pokok-pokok masalahnya sebagai berikut: 1. Hasil belajar siswa yang masih rendah 2. Siswa menganggap fisika merupakan pelajaran kurang menarik, sulit, banyak rumus, cenderung mencatat dan mengerjakan soal. 3. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga yang menjawab pertanyaan guru cenderung didominasi oleh beberapa orang saja. 4. Model pembelajaran yang digunakan guru belum mampu menarik perhatian siswa untuk aktif dalam pembelajaran. 1.3. Batasan Masalah Untuk memberi ruang lingkup yang jelas dalam pembahasan, maka perlu dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 8 Medan T.P 2012/2013. 2. Model pembelajaran yang diberikan kepada siswa dibatasi model pembelajaran Inquiry Training di kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung di kelas kontrol. 3. Hasil belajar siswa dibatasi pada hasil belajar siswa pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X SMA Negeri 8 Medan T.P 2012/2013.

7 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan-batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 8 Medan T.P. 2012/2013? 2. Bagaimanakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran langsung pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 8 Medan T.P. 2012/2013? 3. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 8 Medan T.P. 2012/2013? 4. Apakah ada pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 8 Medan T.P 2012/2013? 1.5. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 8 Medan T.P. 2012/2013 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran langsung pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 8 Medan T.P. 2012/2013 3. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 8 Medan T.P. 2012/2013 4. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 8 Medan T.P 2012/2013

8 1.6. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian diharapkan berguna untuk: 1. Menambah pengetahuan penulis sebagai calon guru tentang model pembelajaran Inquiry Training yang dapat digunakan nantinya dalam mengajar. 2. Sebagai bahan informasi bagi guru, khususnya guru fisika untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok Listrik Dinamis. 3. Sebagai masukan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian lebih lanjut.