BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa menjadi apa yang dia inginkan serta dengan pendidikan pula

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ASEAN sudah jauh tertinggal dari Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan pembelajaran baik secara formal

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan berkemampuan tinggi dalam bidang IPTEK, diperlukan bagi

1. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang merupakan salah satu jalan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti ini, menurut adanya sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari seberapa maju pendidikan

Guru mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan belajar mengajar, dimana tugas guru tidak hanya merencanakan, melaksanakan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini maju sangat

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan memang bukanlah satu-satunya hal

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional dalam bab II pasal 3 tentang fungsi dan tujuan

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. inovatif oleh pihak-pihak terkait, mulai dari tingkat pusat, daerah, maupun

BAB I PENDAHULUAN NURUL FITRI ISTIQOMAH,2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sekolah menengah pertama berada pada masa remaja, masa penuh

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. ataupun Madrasah Aliyah (MA) bertujuan untuk menyiapkan siswa untuk

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Pendidikan harus mampu menjalankan fungsi dan tujuannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana untuk mempersiapkan masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH REWARD TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga akan diperoleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan segala usaha yang dilaksanakan dengan sadar dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang lebih baik dan sesuai dengan yang di harapkan. Pendidikan akan merangsang kreativitas seseorang agar sanggup menghadapi tantangan-tantangan alam, masyarakat, tekhnologi serta kehidupan yang semakin kompleks. Pendidikan haruslah dapat meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya manusia) sebagai modal untuk pembangunan nasional. Usaha pemerintah yang tercantum dalam kebijakan Pemerintah dalam Bidang Pendidikan (2004) bahwa Program pembinaan Pendidikan Menengah yang mencakup Sekolah Menengah Umum (SMU), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah (MA) ditujukan antara lain untuk meningkatkan kualitas pendidikan menengah sebagai landasan bagi peserta didik untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan kebutuhan dunia kerja. Seperti tujuan pendidikan Indonesia yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 disebutkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Untuk mengejawantahkan kebijakan tersebut, pemerintah telah berusaha melakukan perbaikan-perbaikan agar mutu pendidikan meningkat, diantaranya dengan perbaikan kurikulum, penataran untuk guru, penyempurnaan buku-buku pelajaran. Perbaikan-perbaikan tersebut tidak ada artinya tanpa dukungan dari guru, orang tua, peserta didik serta masyarakat yang harus turut serta dalam meningkatkan mutu pendidikan.

2 Hal yang tak kalah penting dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah meningkatkan mutu pembelajaran. Pembelajaran tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan belajar dan mengajar. Hakikat pendidikan berfokus pada bagaimana siswa belajar dan bagaimana guru mengajar, menurut Syaiful Bahri (2002 : 13) Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan menurut Cronbach (1954 dalam Sumardi Suryabrata, 2010:231) menyatakan bahwa; belajar adalah suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkat laku sebagai hasil dari pengalaman. Senada dengan pendapat tersebut, menurut Gagne (1970, dalam Syaiful Sagala, 2012:17) bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar terus menerus. Pembelajaran akuntansi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 pada tingkat SMA diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan kajian pokok Ekonomi yang merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan atau distribusi. Tujuan pembelajaran akuntansi yang diajarkan di sekolah menengah salah satunya adalah peserta didik dituntut untuk memahami konsep-konsep dalam akuntansi. Akuntansi sebagai mata pelajaran di SMA dan merupakan bagian dari pelajaran ekonomi, difokuskan pada perilaku akuntansi jasa dan dagang. Dalam hal ini peserta didik dituntut memahami siklus akuntansi perusahaan jasa dan dagang serta mencatatnya dalam suatu sistem akuntansi untuk disusun dalam laporan keuangan. Pencatatan pemahaman ini berguna untuk memahami proses penyusunan laporan keuangan perusahaan jasa dan dagang. Fenomena yang terjadi di sekolah adalah peserta didik merasa kesulitan dalam menerapkan konsep-konsep akuntansi pada saat ini. Padahal akuntansi merupakan mata pelajaran dimana setiap materinya berkesinambungan, ketika peserta didik merasa kesulitan untuk memahami dalam mengelompokkan,

3 memilah nama-nama dan memberi nomor akun, maka akan kesulitan untuk memahami materi berikutnya. Kasus lain ketika peserta didik kesulitan untuk mencatat transaksi dalam jurnal umum, maka sudah pasti akan kesulitan dalam mencatat jurnal penyesuaian dan materi-materi selanjutnya. Hasil wawancara dengan para siswa SMA Jurusan IPS hari Kamis tanggal 17 Januari 2013, ditemukan bahwa mereka sering kesulitan dalam memahami konsep/teori akuntansi, akuntansi sulit dipahami karena adanya unsur perhitungan yang bersifat abstrak, dan seringkali menganggap mempelajari akuntansi hanyalah bayangan saja, karena menghitung uang padahal uangnya tidak ada. Hasil pengamatan di sekolah juga menunjukkan bahwa masih ada peserta didik lambat dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, dan terkadang siswa acuh tak acuh terhadap tugas yang diberikan dan rendahnya penguasaan kompetensi mata pelajaran akuntansi sehingga nilai ulangan rendah akibatnya hasil belajar secara umum juga rendah. Menurut Sardiman (2008:24) hasil belajar merupakan perolehan belajar seseorang yang bersifat keilmuan, yang menggunakan analisis intelektual yang tergolong ranah kognitif, penguasaan konsep, prinsip dan teori. Berikut ini data persentasi nilai ulangan Akuntansi tiga Sekolah Menengah Umum Negeri, yaitu SMU N 3, SMU N 6 dan SMU N 25, sebagai berikut : Tabel 1.1 Daftar Persentase Hasil Ulangan Mata Pelajaran Akuntansi No Nama Sekolah KKM Rata-Rata Jumlah Persentase Nilai Dibawah KKM Diatas KKM 1 SMU N 3 76 60% 40% 2 SMU N 6 75 54% 46% 3 SMU N 25 75 65% 35% Sumber : Data nilai masing-masing sekolah setelah dipersentasekan oleh peneliti Dari data tersebut terlihat bahwa, rata-rata peserta didik yang mendapatkan nilai ulangan dibawah KKM masih tinggi, bagi jurusan IPS mata pelajaran akuntansi merupakan mata pelajaran yang pokok dan termasuk dalam mata pelajaran yang diujian nasionalkan. dan

4 Padahal seperti yang dikutip oleh Huriah Rachmah (2009:15), bahwa pendidikan akuntansi dituntut untuk mengembangkan kombinasi keahlian dan pengetahuan subyek akuntansi, kemampuan kognitif dan keahlian khusus di luar subyek akuntansi dan juga pengetahuan serta pemahaman dari teori-teori dan bukti-bukti empiris terbaru. Dari pendapat tersebut, dapat diambil esensi bahwa hasil dari belajar akuntansi adalah adanya keahlian, mengetahui, dan mengembangkan kemampuan kognitif yang diantaranya adalah memahami konsep dan atau teori akuntansi, yang nantinya berujung pada adanya perubahan tingkah laku dan peningkatan prestasi peserta didik. Dan untuk mencapai hal itu tidaklah mudah, karena setiap peserta didik memiliki karakter yang berbeda dan banyak faktor yang mempengaruhi. Dalam hal belajar, faktor siswa memegang peranan penting karena dalam hal ini siswa merupakan objek sekaligus subjek dari proses pendidikan itu sendiri. Muhibbin (2010: 129) menyatakan bahwa: Bahwa secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni faktor internal (fisiologis, intelegensi,sikap, bakat, minat,motivasi), faktor eksternal (lingkungan sosial dan nonsosial) dan faktor pendekatan belajar (tinggi, sedang dan rendah). Aspek psikologis yang perlu mendapat perhatian adalah minat belajar. Minat berkaitan dengan keinginan yang kuat dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Minat memberikan kontribusi terhadap cara belajar peserta didik, tinggi rendahnya minat belajar peserta didik berujung pada keberhasilan dalam belajarnya. Dengan minat yang tinggi terhadap suatu mata pelajaran akan membuat peserta didik sungguh-sungguh dalam menguasai mata pelajaran dan sebaliknya. Data empiris berikut mempertegas hal tersebut. Widodo (dalam Rafiq, 2010), terkait dengan turunnya angka kelulusan ujian nasional pelajar sekolah menengah atas di Kota Surakarta pada tahun 2009, menyatakan bahwa banyak faktor penyebab terjadinya penurunan tingkat kelulusan. Menurutnya minat belajar merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan. Abidin (dalam Faisol, 2010)terkait dengan turunnya angka kelulusan ujian nasional pelajar sekolah menengah atas di kota Tegal tahun 2010,

5 menyatakan bahwa minat belajar merupakan faktor penyebab tingginya angka ketidaklulusan. (Tjhai Tjhe Fah, 2011:5). Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan setiap sekolah diberikan wewenang untuk menentukan sendiri mengenai teknis penjurusan. Diantaranya dengan mensyaratkan nilai mata pelajaran serumpun (IPA, IPS dan Bahasa) harus diatas KKM dan sesuai tes minat yang dilakukan oleh Bimbingan Konseling sekolah masing-masing. Maka dalam hal ini minat menjadi faktor psikologis yang penting sehingga menjadi tolok ukur untuk sekolah dalam menentukan penjurusan yang sesuai untuk peserta didiknya. Tetapi dalam praksisnya, terjadi beberapa kasus dimana penjurusan tidak sesuai dengan minat dan nilai. Peserta didik yang secara nilai memenuhi untuk jurusan IPA tetapi tetap masuk jurusan IPS karena keinginan dan minatnya di mata pelajaran IPS, permintaan orang tua atau alasan lainnya, dan sebaliknya. Selain minat dalam proses belajar, diperlukan adanya kemandirian belajar, agar tujuan pembelajaran tercapai. Pentingnya peserta didik memiliki kemandirian dalam belajar mengacu kepada empat pilar belajar yaitu: (1) belajar untuk mengetahui (learning to know), (2) belajar untuk dapat melakukan (learning to do), (3) belajar untuk dapat mandiri (learning to be) dan (4) belajar untuk dapat hidup dan bekerja sama di masyarakat (learning to life together), empat pilar tersebut merupakan garis kontinum yang merentang sepanjang proses pembelajaran, karena kemampuan dibawahnya merupakan prasyarat bagi kemampuan yang lebih tinggi. Pilar ketiga menjadi acuan untuk meningkatkan kemandirian peserta didik, kemandirian belajar harus dapat membuat peserta didik dapat memecahkan masalahnya sendiri, dapat memutuskan sendiri keputusan terbaik bagi dirinya sendiri. Berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah, peserta didik dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila mampu melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain. Ketidakbergantungan pada orang lain disebut kemandirian. Kemandirian dalam belajar bisa diartikan sebagai aktivitas belajar dan berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri dari peserta didik. Peserta

6 didik yang memiliki kemandirian belajar, tidak akan terus menerus tergantung pada materi yang diberikan oleh guru di kelas (Pujiati, 2011: 6). Kemandirian dalam belajar akuntansi sangat diperlukan karena dengan kemandirian peserta didik akan mempunyai tanggung jawab dalam memecahkan masalah dalam belajar akuntansi dan mempunyai rasa percaya diri dalam setiap proses belajar akuntansi sehingga berujung pada meningkatnya hasil belajar yang dicapai. Guru merupakan elemen terpenting dalam sebuah sistem pendidikan. Guru merupakan bagian dari sumber ilmu pengetahuan, maka guru haruslah lebih tahu dalam bidangnya, memahami dengan sungguh-sungguh pengetahuan yang akan dipelajari oleh peserta didiknya. Mengorganisasi proses belajar, merencanakan bagaimana caranya agar peserta didiknya dapat belajar dengan aktif, mandiri, rajin, teliti, tekun dan berujung mendapatkan prestasi yang tinggi. Rasa senang peserta didik terhadap suatu mata pelajaran sangat tergantung kepada gurunya disamping karena minatnya. Minat tidaklah dibawa sejak lahir, tetapi dalam hal ini guru haruslah membantu peserta didik dalam belajar sehingga akan meningkatkan minat dan kemandirian. Cara mengajar seorang guru merupakan hal penting dalam pembelajaran, karena akan berpengaruh terhadap penguasaan peserta didik terhadap materi. Seorang guru yang hanya menggunakan ceramah, membuat siswa cepat jenuh terhadap pelajaran yang mengakibatkan minat siswa terhadap pelajaran akan berkurang yang berdampak pada lemahnya penguasaan konsep peserta didik. Untuk mencapai penguasaan konsep peserta didik dalam Akuntansi bukanlah suatu hal yang mudah karena penguasaan terhadap materi pelajaran sangat individual. Setiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami dan menguasai konsep - konsep dalam Akuntansi. Walaupun demikian peningkatan kemampuan penguasaan konsep Akuntansi diupayakan untuk keberhasilan peserta didik dalam belajar. tetap perlu Mengacu pada teori Loree (1977, dalam Djamarah 2011:176) bahwa terdapat unsur lain dalam belajar yaitu raw input yaitu motivasi dan minat, learning teaching process dengan harapan dapat berubah menjadi keluaran (output)

7 dengan kualifikasi tertentu, seperti hasil belajar dan prestasi belajar kognitif. Di dalam proses belajar mengajar ikut berpengaruh sejumlah faktor lingkungan, yang merupakan masukan dari enviromental input yakni teman, keadaan ekonomi, fasilitas, kurikulum, program dan guru. Pendekatan teori yang digunakan untuk penguasaan konsep mengacu pada teori Anderson (2010:100-102). Cara Mengajar guru menggunakan pendekatan teori Winkel (1986) bahwa cara mengajar guru merupakan keterampilan mengajar yang harus dimiliki oleh guru. Pendekatan teori untuk minat mengacu pada teori psikologi perkembangan Hurlock (1980:221), bahwa minat pada remaja termasuk pada minat kemandirian dan pendidikan. Para remaja yang kurang berminat pada pendidikan menjadikan prestasi mereka rendah, bekerja di bawah kemampuannya dalam setiap mata pelajaran atau pada mata pelajaran yang tidak mereka sukai. Untuk kemandirian menggunakan pendekatan teori Steinberg (1995:286) adalah bahwa individu yang sudah mencapai independence ia mampu menjalankan atau melakukan sendiri aktivitas hidup terlepas dari pengaruh kontrol orang lain. Kajian-kajian penelitian sebelumnya hanya memfokuskan pada hasil belajar keseluruhan, untuk itu peneliti tertarik untuk lebih memfokuskan pada hasil belajar secara kognitif yaitu penguasaan konsep. Peneliti tertarik untuk untuk mengambil judul PENGARUH CARA MENGAJAR GURU, MINAT BELAJAR, DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN KONSEP (Survai Pada Persepsi Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Akuntansi SMA Negeri di Kota Bandung). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah secara konseptual dan faktual di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji masalah penguasaan konsep mata pelajaran akuntansi dihubungkan dengan faktor-faktor yang mendukung proses belajar, yaitu cara mengajar guru, minat belajar dan kemandirian belajar. Selanjutnya permasalahan itu dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian, berapa besar pengaruh cara mengajar guru, minat belajar dan kemandirian belajar terhadap penguasaan konsep mata pelajaran akuntansi? Berdasarkan

8 pertanyaan penelitian tersebut, kemudian dijabarkan dalam rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh cara mengajar guru terhadap minat belajar pada mata pelajaran akuntansi? 2. Bagaimana pengaruh cara mengajar guru terhadap kemandirian belajar pada mata pelajaran akuntansi? 3. Bagaimana pengaruh cara mengajar guru, minat belajar dan kemandirian belajar terhadap penguasaan konsep mata pelajaran akuntansi? 4. Bagaimana pengaruh cara mengajar guru terhadap penguasaan konsep pada mata pelajaran akuntansi? 5. Bagaimana pengaruh minat terhadap penguasaan konsep pada mata pelajaran akuntansi? 6. Bagaimana pengaruh kemandirian belajar terhadap penguasaan konsep pada mata pelajaran akuntansi? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur dan mempelajari : 1. Pengaruh cara mengajar guru terhadap minat belajar pada mata pelajaran akuntansi. 2. Pengaruh cara mengajar guru terhadap kemandirian belajar pada mata pelajaran akuntansi. 3. Pengaruh cara mengajar guru, minat belajar dan kemandirian belajar terhadap penguasaan konsep peserta didik. 4. Pengaruh cara mengajar guru dan minat terhadap penguasaan konsep pada mata pelajaran akuntansi. 5. Pengaruh minat belajar terhadap penguasaan konsep pada mata pelajaran akuntansi. 6. Pengaruh kemandirian belajar terhadap penguasaan konsep pada mata pelajaran akuntansi.

9 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi para pelaksana pendidikan guru dan kepala sekolah bahwa cara mengajar guru, minat belajar dan kemandirian belajar berpengaruh terhadap penguasaan konsep peserta didik pada mata pelajaran Akuntansi. 1.4.2 Manfaat Praktis a. Dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas belajar peserta didik untuk mata pelajaran akuntansi. b. Dapat digunakan sebagai dasar untuk memecahkan masalah yang timbul yang berhubungan dengan hasil belajar peserta didik. c. Dapat memberikan masukan bagi dinas pendidikan, sekolah dan pihak terkait dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya yang menyangkut prestasi peserta didik.