BAB I PENDAHULUAN. didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan. keluarga, sekolah, maupun masyarakat. 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. inovatif. Mampu beradaptasi dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, 2009, Hlm. 1 2 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2015, hlm.339

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. macamnya, maka masalah-masalah kehidupan itu pun muncul dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bernilai universal, artinya meliputi seluruh dimensi ruang dan

BAB I PENDAHULUAN. estafet perjuangan untuk mengisi pembangunan. Hal ini sesuai dengan rumusan

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. Syamsuddin Abin (2007, h. 22) mengatakan bahwa pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memahami peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar haluan Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dan dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam pengertian secara umum, yakni proses transmisi

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap. perubahan yaitu memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. menuntut kita untuk mengimbangi dengan ilmu pengetahuan yang modern. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan. merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia yang baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah suatu determinasi. Dalam undang-undang sistem. pendidikan nasional tahun 2003 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan. 1 Istilah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengambil peran sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang. tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara. Di dalam UUD 1945 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia, terutama dalam proses pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di MI karena

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. 2010), hlm Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, Belajar & Pembelajaran :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. akhlak maupun pendidikan ilmu umum. Pendidikan telah mengubah manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J.

BAB I PENDAHULUAN. 31 ayat 1 dan 3 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan anak melalui bimbingan, mendidik, dan latihan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, bagi perananya di masa yang akan datang. 1 Jadi dengan adanya pendidikan maka peserta didik dapat terarahkan ke jenjang yang lebih baik dan dapat dimanfaatkan untuk kehidupan mendatang. Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. 2 Pendidikan bukan berarti hanya sekedar bimbingan saja, namun juga bagaimana berinteraksi antara lingkungan masyarakat sehingga terjalin hubungan yang sangat erat dan memberikan pengajaran pada diri peserta didik. Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia merupakan salah satu komponen kehidupan yang paling penting. Aktivitas ini dimulai sejak manusia pertama ada didunia sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Bahkan, kalau kita lihat sejarah penciptaan nabi Adam a.s., kita akan mendapatkan bahwa pendidikan mulai berjalan sejak Allah SWT menciptakan manusia pertama yakni Adam a.s. di surga. (Q.S. Al-Baqarah: 31-33). 1 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,(Jakarta:PT Bumi Aksara, 2011), hal. 14 2 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum teori dan Praktek,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 1 1

2 Artinya: (31). Dan dia mengajarkan kepada Adam nama -nama seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar. (32) Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (33). Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka namanama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan

3 mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan (Qs.Al-baqarah : 31-33) 3 Pada mulanya, manusia menjalankan pendidikan secara instingtif atau naluri, semata-mata demi kelangsungan hidup. Naluri adalah kodrat bawaan yang tidak perlu dipelajari secara metodis dan sistematis terlebih dahulu. Naluri pendidikan sudah mulai nampak sejak dari lahir. Setiap gerak gerik badan manusia mencerminkan adanya naluri pendidikan. Bahkan naluri pendidikan itu berlangsung terus sampai sistem dan metode pendidikan ditemukan. Selanjutnya, atas daya ciptanya manusia mulai mengadakan perubahan dan perkembangan penyelenggaraan pendidikan secara terencana menurut sistem dan metode tetentu. Disusun menurut kemampuan berpikir, sesuai keadaan lingkungan, kebutuhan, dan berdasarkan tujuan pendidikan. 4 Masyarakat Indonesia dewasa ini muncul banyak kritik baik dari praktisi pendidikan maupun dari kalangan pengamat pendidikan mengenai pendidikan nasional yang tidak mempunyai arah yang jelas. Ketiadaan arah yang jelas dalam pendidikan nasional menyebabkan hilangnya peran vital di dalam pendidikan nasional yang menggerakkan sistem pendidikan untuk mewujudkan cita-cita bersama Indonesia Raya. 5 Mengingat pendidikan merupakan suatu sarana strategis untuk meningkatkan kualitas bangsa karenanya kemajuan suatu bangsa dan kemajuan pendidikan adalah suatu determinasi. Dalam undang-undang RI 3 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Pustaka Al-Fatih, 2009), hal 115 4 Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan, (Jember: Pustaka Pelajar, 2012), hal. 80 5 A.R Tilaar. Standarisasi Pendidikan Nasional : Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006), hal 14

4 nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi pesert didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 6 Tujuan pendidikan tidak jauh berbeda dengan tujuan hidup. Tujuan pendidikan merupakan perpaduan tujuan-tujuan pendidikan yang bersifat pengembangan kemampuan-kemampuan pribadi secara optimal dengan tujuan-tujuan sosial yang bersifat manusia seutuhnya yang dapat memainkan peranannya sebagai warga dalam berbagai lingkungan persekutuan hidup dan sekelompok sosial. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal, jadi belajar meruakan suatu proses untuk menuju yang baik. Belajar dan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keterkaitan belajar dan pembelajaran digambarkan 6 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jaka rta: Sinar Grafinda, 2009), hal. 3

5 dalam sebuah sistem, proses belajar dan pembelajaran memerlukan masukan dasar ( raw input) yang merupakan bahan pengalaman belajar dalam proses belajar mengajar ( learning teaching process) dengan harapan berubah menjadi keluaran (output) dengan kompetensi tertentu. 7 Jadi hubungan antara belajar dan pembelajaran sangat erat sekali dan tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain, karena keduanya saling melengkapi dan tanpa ada keduanya tersebut proses belajar tidak akan dapat berjalan dengan baik. Guru merupakan sosok yang memiliki peranan yang sangat menentukan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, untuk mewujudkan kesuksesan dalam proses pembelajaran, guru harus melengkapi dirinya dengan berbagai aspek yang mendukung kearah keberhasilan dan hasil belajar. Seorang guru sangat berperan dalam dunia pendidikan salah satu tugas guru yang harus dilakukan oleh guru di sekolah ialah memberikan pelayanan kepada peserta didik agar mereka menjadi peserta didik yang selaras dengan tujuan sekolah. 8 Sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar guru harus mengetahui kondisi dan karakteristik siswa, baik menyangkut minat dan bakat siswa, kecenderungan gaya belajar maupun kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa. Guru dalam proses pembelajaran dituntut untuk tidak hanya menekankan aspek kognitif saja, tetapi aspek afektif dan psikomotor peserta 7 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 4 8 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), hal. 35

6 didik juga harus dikembangkan. Dengan demikian agar dapat mengajar dengan efektif, guru harus dapat meningkatkan kesempatan belajar bagi peserta didik baik kualitas maupun kuantitas dan melibatkan siswa secara aktif sehingga siswa tidak pasif dan guru juga harus menunjukkan keseriusan saat mengajar sehingga proses belajar mengajar terjalin dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapakan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ini sangat peting untuk dipelajari bagi anak MI/SD karena bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik untuk menguasai pengetahuan, ketrampilan dan sikap baik menyangkut dalam kehidupan sosial. Dan pada umumnya proses pelaksanaan belajar mengajar ILmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah selama ini, proses pembelajarannya lebih sering diartikan sebagai pendidik hanya menjelaskan materi pelajaran dan peserta didik mendengarkan secara pasif. Sehingga materi yang disampaikan oleh pendidik kurang mengena pada diri peserta didik, dan mereka menganggap pelajaran (IPS) ini sulit dipelajari dan banyak hafalan jadi mereka bosan. Padahal sebenarnya di dalam materi pembelajaran (IPS) ini banyak manfaat yang didapatkan dan pelajaran yang menyenangkan. Dengan melihat proses pembelajaran IPS yang masih bersifat konvensional seperti saat ini seharusnya guru menyadari akan pentingnya materi IPS untuk siswa. Karena banyak dilingkungan masyarakat yang berhubungan dengan IPS. Dan sebagai bidang studi IPS ini mempunyai cakupan yang lebih luas yang menyangkut gejala-gejala dan masalah sosial yang ada dikehidupan masyarakat.

7 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) me rupakan salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di MI/SD. Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktifitas kehidupan manusia. fokus kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial. 9 Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagi bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Memperhatikan tujuan dan esensi pendidikan IPS, sebaiknya penyelenggaraan pendidikan IPS mampu mempersiapkan, membina, menguasai penggetahuan, sikap, nilai, dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan dimasyarakat. Pembelajaran konstektual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, maupun warga Negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. Untuk mengatasi kesulitan dan ketidaksenangan siswa, serta untuk meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ini, guru harus melakukan berbagai usaha. Salah satunya usaha yang dapat dilakukan guru adalah dengan menggunakan metode pembelajaran. 47-48 9 H.D.Wahyudin, Materi Dan Pembelajaran IPS Di SD, (Bandung: Upi Press, 2006) hal.

8 Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran. 10 Berdasarkan pengamatan terhadap peserta didik kelas III di MI Tarbiyatul Banin Walbanat Kedungsigit Karangan Trenggalek, terdapat beberapa hal yang menarik dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), diantaranya yaitu: (1) Siswa kurang memperhatikan materi yang telah disampaikan oleh guru, karena kurangnya interaksi antara guru dan siswa yang terkesan kaku. Sehingga proses pembelajaran terlihat monoton dan berpusat pada guru. (2) Siswa kurang tertarik pada pelajaran yang hanya menekankan pada hafalan materi. (3) Pembelajaran berlangsung melalui penjelasan materi dari guru, kemudian siswa diminta mengerjakan soal pada buku Paket dan LKS secara mandiri. 11 Menurut penuturan dari Ibu Musrikah selaku wali kelas kelas dan guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengatakan, Pembelajaran IPS di MI ini masih cenderung pada penggunaan buku cetak dan media. saya hanya menggunakan papan tulis dan Lembar Kerja Siswa (LKS) saja, tidak ada variasi. Serta kurang pengaplikasian akan pentingnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 10 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,..., hal. 147. 11 Pengamatan pribadi di MI Tarbiyatul Banin Walbanat Kedungsigit Karangan Trenggalek, tanggal 25 Februari 2015

9 dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan pembelajarannya saya sering menggunakan metode ceramah, hafalan, kemudian siswa saya suruh untuk mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) secara individu. Siswa sulit untuk dikondisikan, cenderung ramai dan gaduh. Kondisi yang sedemikian ini mungkin yang membuat nilai siswa relatif rendah. 12 Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan di atas, maka perlu satu tindakan guru untuk mencari dan menerapkan suatu metode pembelajaran yang sekiranya dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas III. Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang berjudul judul Penerapan Metode Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas III MI Tarbiyatul Banin Walbanat Kedungsigit Karangan Trenggalek. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan Metode Make A Match pada Mata Pelajaran Ilmu Pegetahuan Sosial (IPS) materi Uang pada siswa kelas III di MI Tarbiyatul Banin Walbanat Kedungsigit Karangan Trenggalek Tahun Ajaran 2014/2015? 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan metode pembelajaran Make A Match pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi Uang pada siswa kelas III MI Tarbiyatul Banin Walbanat Kedungsigit Karangan Trenggalek Tahun Ajaran 2014/2015? 12 Hasil wawancara dengan Ibu Muslikah, Guru Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial(IPS) Kelas III MI Tarbiyatul Banin Walbanat Kedungsigit Karangn Trenggalek, tanggal 25 Februari 2015

10 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan penerapan Metode Make A Match pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi Uang pada siswa kelas III di MI Tarbiyatul Banin Walbanat Kedungsigit Karangan Trenggalek Tahun Ajaran 2014/2015. 2. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan metode pembelajaran Make A Match pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi Uang pada siswa kelas III MI Tarbiyatul Banin Walbanat Kedungsigit Karangan Trenggalek Tahun Ajaran 2014/2015. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, dapat menjadi pengalaman dalam usaha mempelajari dan menggunakan Metode Make A Match untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). 2. Manfaat Praktis a. Bagi Lembaga Madrasah Ibtidaiyah Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan kebijakan dalam menyusun program pembelajaran yang lebih baik dan sebagai motivasi

11 dalam proses pembelajaran yang lebih baik dan sebagai motivasi belajar khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Dan Memberikan pertimbangan pada guru terkait metode pembelajaran Make A Match yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kreatifitas guru dalam proses belajar mengajar. Sehingga proses pembelajaran berlangsung secara aktif, kreatif, menarik, dan bermakna. Serta dapat digunakan untuk membantu meningkatkan hasil belajar siswa. Menumbuhkan motivasi belajar siswa untuk belajar lebih giat mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui penerapan metode pembelajaran Make A Match, Mampu memacu semangat siswa dalam melakukan kreatifitas belajar terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya Materi Uang. b. Bagi Peneliti Selanjutnya atau Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat: 1) Menambah pengetahuan yang dimiliki peneliti selanjutnya atau pembaca dalam bidang ilmu pendidikan, khususnya menyangkut penelitian ini. 2) Menyumbang pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan. 3) Menambah wawasan dan sarana tentang berbagai model pembelajaran yang kreatif dan tepat untuk anak usia sekolah dasar dalam meningkatkan kemampuan dan kualitas peserta didik.

12 c. Bagi Perpustakaan IAIN Tulungagung Dengan diadakan penelitian ini, maka hasil yang diperoleh diharapkan dapat berguna untuk dijadikan bahan koleksi dan referensi juga menambah literatur dibidang pendidikan sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar atau bacaan bagi mahasiswa lainnya. E. Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah Jika metode Make A Match diterapkan pada proses belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi Uang siswa kelas III MI Tarbiyatul Banin Walbanat Kedungsigit Karangan Trenggalek, maka hasil belajar akan meningkat. F. Penegasan Istilah Untuk menghindari agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami atau menafsirkan dari istilah-istilah yang ada, maka penulis perlu memberikan penegasan dan pembahasan dari istilah-istilah yang berkaitan dengan judul skripsi. 1. Meningkatkan

13 Berasal dari kata tingkat yang artinya jenjang, babak, mendapat imbuhan me-kan menjadi meningkatkan yang artinya membawa ke jenjang yang lebih tinggi atau membawa kejenjang berikutnya. 2. Metode Make A Match Make A Match (Mencari Pasangan) adalah metode pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari. Setiap siswa menerima satu kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban. 3. Hasil belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran yang dapat diukur melalui pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis yang diraih siswa dan merupakan tingkat penguasaan setelah menerima pengalaman belajar. G. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika pembahasan merupakan rangkuman sementara dari sisi skripsi, yakni suatu gambaran tentang isi skripsi secara keseluruhan dan dari sistematika itulah dapat dijadikan satu arahan bagi pemabaca untuk menelaahnya. Secara berurutan dalam sistematika ini adalah sebagai berikut: 1. Bagian awal, terdiri dari: halaman sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, daftar gambar, daftar lampiran, transliterasi dan halaman abstrak.

14 2. Bagian Inti, meliputi: Bab I Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Sistematika Penulisan skripsi. Bab II Kajian Pustaka yang terdiri dari: Kajian Teori (Hakikat Metode, Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Metode Make A Match, Materi Uang dan hasil belajar), Penelitian Terdahulu (dikaji persamaan dan perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan), Kerangka pemikiran (kerangka pemikiran peneliti dalam melakukan penelitian yang dapat berbentuk bagan atau deskripsi atau bentuk lain). Bab III Metode Penelitian yang meliputi: Jenis Penelitian, Lokasi dan Subjek Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Indikator Keberhasilan, Tahap-Tahap Penelitian. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang berisi Deskripsi Hasil Penelitian (siklus), Pembahasan Hasil Penelit ian. Bab V Penutup terdiri dari: Kesimpulan dan Saran 3. Bagian Akhir Bagian akhir, terdiri dari: daftar rujukan, lampiran-lampiran, surat pernyataan keaslian tulisan/skripsi, daftar riwayat hidup dari para peneliti. Demikian sistematika pembahasan dari skripsi yang berjudul Penerapan Metode Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas III MI Tarbiyatul Banin Walbanat Kedungsigit Karangan Trenggalek.

15