PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PRAKTEK CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

I. PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perusahaan yang semakin meningkat, pemilik

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

kepentingan pemegang saham mungkin bertentangan. Hal tersebut disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, karena Corporate Governance merupakan tata kelola. Minow, 2001). Isu mengenai CG ini mulai mengemuka, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengenai struktur kepemilikan, struktur modal, corporate

BAB I PENDAHULUAN UKDW. melalui Foreign Direct Investment (FDI). Investor menganggap bahwa

ISNI WIYATMI B

BAB I PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk. agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal.

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan. kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan negara-negara lain, baik di dunia, dikawasan Asia,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya pemisahaan antara fungsi kepemilikan (ownership) dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. antara manajemen perusahaan dengan pihak lain yang meliputi shareholder

BABI PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan. apa yang dilakukan oleh manajemen atas sumber daya yang dipercayakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. (Jensen dan Mekling, 1976). Asumsi dasar dalam teori keagenan (agency

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB I PENDAHULUAN. melimpahkan kepada pihak lain yaitu manajer sehingga menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemilik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemilik perusahaan (Diana dan Irianto, 2008:1). tujuan tersebut, banyak shareholder yang menyerahkan pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. Kajian mengenai Corporate Governance meningkat dengan pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. saham (Brigham dan Gapenski 1996). Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. antara manajer ( agent) sebagai pengelola dengan pemegang saham ( principal)

SKRIPSI. Disusun Oleh : THORIQ AHMAD B B

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Perencanan yang baik perlu adanya tata kelola yang baik di dalam suatu sektor

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB 1 dikarenakan tidak adanya pengawasan (monitoring) yang ketat terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate governance telah menjadi topik bahasan utama dalam. bisnis global seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. melalui kemakmuran pemilik atau pemegang saham. Namun pihak. diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham dengan cara menaikkan nilai perusahaan. Awalnya suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan jasa. Hal ini disebabkan oleh lingkungan bisnis yang kompleks

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal)

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Peranan bank yang utama yaitu memobilisasi dana dari masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut diikuti oleh naiknya harga saham. Peningkatan nilai perusahaan dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik

BAB I PENDAHULUAN. dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang dan

BAB I PENDAHULUAN. modal, masalah yang sering dihadapi adalah penentuan harga di pasar perdana UKDW

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder (Brigham. karena pemilik modal memiliki banyak keterbatasan.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu cara perusahaan untuk mengembangkan usahanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2012) laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

BAB І PENDAHULUAN. Pengelolaan Perusahaan lazimnya bertujuan untuk memakmurkan pemiliknya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan pengolahan atau manufaktur adalah perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis yang semakin ketat. Kinerja perusahaan, terutama perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan kepentingan masing-masing. Pada teori agensi ( agency theory ) yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Semenjak Modigliani dan Miller (1958) mengungkapkan tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. memaksimumkan kesejahteraan mereka. Dengan wewenang yang dimiliki, manajer

BAB I PENDAHULUAN. itulah, pemerintah maupun investor memberikan perhatian yang lebih dalam

I. PENDAHULUAN. corporate governance. Bukti menunjukkan lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan perusahaan kepada tenaga profesional (agent) yang lebih mengerti

BAB I PENDAHULUAN. manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Menurut Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Selama setengah abad terakhir, sektor Consumer Goods telah. mencapai pertumbuhan yang signifikan dari segi pendapatan dan imbal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hutang. Hutang adalah kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari transaksi

Transkripsi:

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Studi Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : WAKHID SULISTIO ADI B. 200 040 193 FAKULTAS EKONOMI AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 i

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dan negara-negara di Asia lainnya mengalami krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997, isu mengenai corporate governance telah menjadi salah satu bahasan penting dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi dan pertumbuhan perekonomian yang stabil dimasa yang akan datang. Walaupun istilah corporate governance hampir tidak dikenal di Indonesia pada masa sebelum krisis, namun pada dasarnya istilah tersebut digunakan untuk mewajibkan perusahaan mengontrol perusahaan demi peningkatan kinerja perusahaan (Herwidayatmo, 2000). Dalam masa pasca krisis ekonomi, Indonesia berada dalam tahap yang memprihatinkan yakni menghadapi permasalahan pemulihan perekonomian dan ancaman kelangsungan hidup perusahaan. Untuk segera bangkit dari krisis sekaligus mempertahankan kelangsungan hidup, para pelaku dunia usaha harus mengubah cara mereka melakukan dan mengelola bisnis. Ditambah lagi dengan datangnya era globalisasi dimana pasar akan semakin kompetitif, maka perubahan yang fundamental dalam penerapan tata kelola perusahaan (corporate governance) mutlak dilakukan. Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance (Darmawati et al, 2004). Dalam teori keagenan, hubungan keagenan muncul ketika satu orang atau lebih (principal) 1

2 memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Ujiyantho dan Bambang, 2007). Manajer sebagai agent mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham. Namun disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. Penyatuan kepentingan pihak-pihak ini sering kali menimbulkan masalah keagenan atau agensi konflik (Faisal, 2005). Konflik kepentingan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut. Namun dengan munculnya mekanisme pengawasan tersebut akan menimbulkan biaya, yang disebut agency cost (Wahidahwati, 2002). Dengan adanya akuntansi setiap pengambilan keputusan baik manajer maupun investor bertitik tolak dari data-data akuntansi. Bagaian akuntansi bertanggung jawab terhadap validitas dan kualitas data yang dipergunakan sebagai dasar perencanaan dan sekaligus sebagai alat pengendalian. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya sistem informasi akuntansi dan manajemen yang baik agar proses perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan baik. Corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan direksi, para pemegang saham dan

3 stakeholders lainya (Organization for Economic Co-operation on Development/OECD, 1999 dalam Ujiyantho, 2007). Pencapaian pensejajaran kepentingan antara pemilik dengan manajer tentu saja tidak lepas dari mekanisme corporate governance yang merupakan bagian penting dalam pengelolaan perusahaan. Menurut Boediono (2005) mekanisme corporate governance adalah suatu sistem yang mengandalikan dan mengarahkan operasional perusahaan. Kusumawati dan Bambang (2005) menyatakan bahwa corporate governance dapat menurunkan monitoring cost, dikarenakan adanya peningkatan pengawasan dan transparansi dalam pengelolaan perusahaan. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Faisal (2005), kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme corporate governance utama yang membantu mengandalikan masalah keagenan. Fama (1980) dalam Faisal (2005) menyatakan bahwa dewan direksi merupakan mekanisme pengendali internal utama yang memonitor manajemen. Dengan demikian mekanisme corporate governance (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi) dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengurangi agency cost, karena adanya peningkatan pengawasan yang dilakukan. Penelitian Demsetz dan Lehn (1985), Crutchley dan Hansen (1989) dan Bathala et al. (1994) dalam Faisal (2005) menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial yang tinggi dapat digunakan untuk mengurangi masalah keagenan. Hal tersebut didasarkan pada logika bahwa paningkatan

4 proporsi saham yang dimiliki manajer akan menurunkan kecenderungan manajer untuk melakukan tindakan mengkonsumsi perquisites (penghasilan tambahan) yang berlebihan, dengan demikian akan manyatukan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Cornett, et al. (2006) dalam Ujiyantho (2007) menyimpulkan bahwa tindakan pengawasan yang dilakukan investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatianya terhadap kinerja perusahaan. Maka proporsi kepemilikan institusional dapat bertindak sebagai pencegahan tindakan pemborosan yang dilakukan manajemen. Pfefer (1973) serta Pearce dan Zahra (1992) dalam Faisal (2005) menyatakan bahwa peningkatan ukuran dari dewan direksi akan memberikan manfaat bagi perusahaan, karena terciptanya network dengan pihak luar perusahaan dan menjamin ketersediaan sumber daya. Yermack (1996) dan Eisenberg, et al (1998) dalam Faisal (2005) berargumen berbeda bahwa jumlah dewan direksi yang kecil dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Karena ukuran dewan direksi yang besar akan mengganggu kepentingan pemegang saham. Wahidahwati (2002) meneliti pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional pada kebijakan hutang perusahaan dalam sebuah perspektif theory agency. Hasilnya menunjukkan bahawa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif dengan debt ratio. Kemudian menyimpulkan bahwa dengan adanya keseimbangan kebijakan pendanaan dari

5 hutang maupun modal sendiri akan dapat meminimumkan total biaya keagenan dalam perusahaan. Faisal (2005) melakukan analisis agency costs, struktur kepemilikan dan mekanisme corporate governance. Hasilnya kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional belum dapat berfungsi sepenuhnya sebagai mekanisme untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan aktiva dan belum dapat menekan diskresi manajerial. Tetapi variabel ukuran dewan direksi berhubungan negatif dengan agency costs yang diukur dengan selling and general administrative. Maka dapat disimpulkan bahwa ukuran dewan direksi dapat menekan biaya keagenan. Fuad (2006) melakukan penelitian Simultan dan trade-off pengambilan keputusan finansial dalam mengurangi konflik agensi dalam peran dari corporate ownership. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa keputusan-keputusan finansial dan institutional ownership, bila digunakan secara simultan akan mempengaruhi biaya agensi. Selain itu, trade-off keputusan tersebut juga dapat dilakukan untuk mengurangi masalah agensi. Taswan (2008) meneliti corporate control dalam perspektif keagenan pada bank komersial. Hasilnya, kontrol terhadap kinerja manajemen dapat ditempuh dengan ujian kemampuan dan kepantasan yang dilihat dari kompetensi dan integritas terhadap pengurus perusahaan. Kemudian dengan adanya peningkatan kepemilikan saham oleh direksi dan komisaris dapat menimbulkan tindakan berhati-hati dalam menanggung resiko. Investor institusi juga diperlukan untuk dapat mengawasi tindakan manajemen.

6 Meskipun terdapat hasil yang berbeda antara satu penelitian dengan penelitian yang lain mengenai mekanisme corporate governance dengan biaya keagenan, tetapi penelitian Ang et al (1999) dan Singh et al (2003) dalam Faisal (2005) memberikan bukti terdapat hubungan antara mekanisme corporate governance dengan biaya keagenan yang diukur dengan pemanfaatan aktiva dan beban operasi. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa semakin tinggi kepemilikan manajerial secara positif dan signifikan mempengaruhi pemanfaatan aktiva. Sedangkan kepemilikan institusi tidak mempunyai pengaruh signifikan dalam mengurangi beban discretionary. Hasil lainya menunjukan bahwa ukuran dan komposisi dewan direksi berhubungan positif dengan efficiency losses. Menurut Fuad (2006) masalah agensi telah menarik perhatian yang sangat besar dari para peneliti bidang akuntansi keuangan. Masalah tersebut timbul dikarenakan adanya konflik kepentingan antara shareholder dan manajer, karena tidak bertemunya utilitas yang maksimal antara mereka. Terdorong dari argumen tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil topik penelitian bidang akuntansi yang terkait dengan masalah keagenan. Penelitian ini mengacu pada penelitian Faisal (2005). Perbedaan penelitian ini dengan penalitian Faisal (2005) adalah; (1) Tahun yang diamati, pada penelitian ini mengambil tahun 2006 sampai dengan tahun 2007, dengan harapan lebih mancerminkan kondisi saat ini. (2) Penelitian mamfokuskan penelitian pada perusahaan manufaktur, karena perusahaan manufaktur memiliki kontribusi relatif besar terhadap perekonomian. Dan (3) penelitian

7 ini sebatas meneliti apakah mekanisme corporate governance (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan ukuran dewan direksi) mempengaruhi agency cost, yang diukur dengan selling and general administrative. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap agency cost? C. Pembatasan Masalah Agar penelitian yang dilakukan tidak terlalu luas dan lebih terarah, maka penulis membatasi permasalahan yang ada yaitu: 1. Mekanisme corporate governance dalam hal ini adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan ukuran dewan direksi. 2. Sedangkan agency cost diukur dengan selling and general administrative.

8 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris apakah mekanisme corporate governance (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan ukuran dewan direksi) mempengaruhi agency cost. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Investor dan Masyarakat Dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh mekanisme corporate governance terhadap agency cost pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia. Sehingga investor maupun masyarakat dapat membuat keputusan investasi yang tepat. 2. Dunia Penelitian dan Akademis Dapat menambah literatur mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi agency cost pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memacu penelitian yang lebih baik mengenai pengaruh mekanisme corporate governance terhadap agency cost pada masa yang akan datang. 3. Peneliti Menambah pengetahuan mengenai corporate governance (tata kelola perusahaan) dan agency cost (biaya keagenan).

9 F. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori keagenan, teori informasi asimetri, agency cost, corporate governance, mekanisme corporate governance, penelitian terdahulu, kerangka teoritis, dan pengembangan hipotesis. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi populasi, sampel, dan metode pengambilan sampel, data dan sumber data, definisi operasional variabel, dan metode analisis data. BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi hasil analisis data yang telah diperoleh dengan menggunakan alat analisis yang diperlukan serta pembahasan hasil penelitian. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian. Selain itu dikemukakan pula keterbatasan dalam penelitian dan pemberian saran yang berguna bagi penelitian selanjutnya.