BAB I PENDAHULUAN. baik bagi negara maju maupun di negara berkembang (Siti Kurnia,2010:140).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara dapat berjalan dengan lancar dan baik. Dalam struktur keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak adalah pembayaran yang bersifat paksaan kepada negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Undang-Undang Negara. kewajiban perpajakannya (John Hutagaol, 2007:275).

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. (rakyat) agar berbuat, atau bersikap sesuai dengan kehendak Negara, agar mematuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan. Dalam era globalisasi atau era persaingan bebas inilah cepat atau lambat

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang undang. Dalam pembangunan ini tidak akan tercapai apabila

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novi Norma Melya Nugraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Sumber-sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari berbagai sektor,

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara sebesar 1.201,7 triliun. Namun dalam perubahan pada APBNP,

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya Indonesia mampu mewujudkan kemandirian bangsa dan Negara dalam. negeri yang cukup besar. Salahsatunya adalah Pajak.

ABSTRAK. Kata Kunci : Pencairan Tunggakan Pajak, Penagihan Pajak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan (Dina dan Putu,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari official assessment system menjadi self assessment system.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. (APBN) sangat penting bagi penerimaan Negara karena pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara, yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas utama pemerintah. Berdasarkan data APBN tahun pajak

BAB I PENDAHULUAN. sektor perpajakan diarahkan untuk mendorong perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. besar. Saat ini sekitar 70% APBN Indonesia dibiayai dari penerimaan pajak.

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan utama negara yang masih terus digali potensinya oleh

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penerimaan dari sektor perpajakan merupakan penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. sektor, khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan kewajiban warga negara untuk membayar iuran atas penghasilan yang didapat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa seluruh pembiayaan negara harus dibiayai dari pendapatan negeri dalam

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. pajak untuk membiayai segala kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi maupun sumber daya alam, namun sebagai Negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang adil dan sejahtera, aman, tenteram, dan tertib, serta menjamin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Kesadaran..., Dhio, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak di bawah Departemen Keuangan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya


BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa pajak. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dan berkelanjutan serta merata di seluruh tanah air. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin besar untuk masa yang akan datang karena tujuan utama dari penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Satu

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur, merata material

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli. secara terus menerus melalui penggarapan sumber-sumber baru dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. internal adalah pajak. Dalam Undang-undang Perpajakan No. 28 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. . Di indonesia salah satu satu penerimaan negara yang sangat penting bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh dunia, baik bagi negara maju maupun di negara berkembang (Siti Kurnia,2010:140). Karena wajib pajak tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, pengelakan, penyelundupan dan pelalaian pajak, yang pada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak negara akan berkurang (Siti Kurnia,2010:140). Penerimaan pajak dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi suatu negara karena pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga masyarakat mempunyai kemampuan secara financial untuk membayar pajak (Sri Rustiyaningsih,2011). Selain itu besarnya pemungutan pajak penambahan wajib pajak dan optimalisasi penggalian sumber pajak melalui objek pajak juga berperan dalam meningkatkan penerimaan dari pajak (Sri Rustiyaningsih,2011). Pajak sebagai salah satu penerimaan Negara terus dipacu agar menjadi primadona penerimaan Negara dalam Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) (Waluyo,2008:304). Kontribusi pajak dalam menandai pengeluaran negara yang terus meningkat membutuhkan dukungan berupa peningkatan kesadaran masyarakat (Waluyo,2008:304). Peran serta masyarakat wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pembayaran pajak berdasarkan ketentuan perpajakan sangat diharapkan (Ikhsan 1

2 Budi,2007). Sehingga kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak merupakan posisi strategis dalam peningkatan penerimaan pajak (Ikhsan Budi,2007). Dengan demikian pengkajian terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak sangat perlu mendapatkan perhatian (Ikhsan Budi,2007). Kepatuhan pajak (tax compliance) sebagai indikator peran masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan masih sangat rendah (nasional 38%) (Timbul Hamonangan,2009). Dalam hal ini masih banyak warga masyarakat yang melakukan tindakan tidak patuh (non compliance) dalam kaitannya dengan pemenuhan kewajibannya (Timbul Hamonangan,2009). Masih menurut Timbul Hamonang (2009) terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor individu, politik, ekonomi dan faktor sosial (Timbul Hamonangan,2009). Menurut Kismantoro Petrus (2012) mengungkapkan permasalahan utama perpajakan masih seputar tingkat kepatuhan wajib pajak yang masih sangat rendah. Masih menurut Kismantoro Petrus (2012) berdasarkan catatan Ditjen Pajak, baru sekitar 25 juta wajib pajak orang pribadi yang sudah membayar pajak dari sekitar 60 juta wajib pajak orang pribadi yang seharusnya membayar pajak. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak bisa dilihat dari sekitar 12.9 juta perusahaan hanya 466 ribu perusahaan yang menyerahkan SPT sementara untuk wajib pajak orang pribadi baru 8,5 juta yang menyerahkan SPT dari 44 juta wajib pajak orang pribadi, jadi hanya sedikit wajib pajak yang patuh bayar pajak (Fuad Rachmany,2011).

3 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak antara lain pemahaman terhadap self assesment system, kualitas pelayanan, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan dan persepsi wajib pajak terhadap sanksi perpajakan (Sri Rustiyaningsih,2011). Saat ini sebagian besar pemungutan pajak di Indonesia menggunakan self assesment system, yaitu suatu sistem pemungutan yang wajib pajaknya boleh menghitung, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus disetor (Supramono,2010:4). Dalam sistem ini wajib pajak bersifat aktif, sedangkan fiskus (pemerintah) hanya mengawasi (Supramono,2010:4). Oleh karena itu wajib pajak harus mengetahui kapan mulainya suatu kewajiban pajak dan kapan berakhirnya kewajiban-kewajiban yang menyertainya (Supramono,2010:4). Langkah pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari sektor perpajakan dimulai dengan melakukan reformasi perpajakan secara menyeluruh pada tahun 1983, dan sejak saat itulah, Indonesia menganut sistem self assesment (Darmayanti,2004). Masih menurut Darmayanti (2004) penerapan self assesment system akan efektif apabila kondisi kepatuhan sukarela (voluntary compliance) pada masyarakat telah terbentuk. Sistem self assesment yang menggantikan sistem perpajakan sebelumnya, telah mengubah paradigma pajak selama ini sehingga pembayaran pajak tidak lagi dipandang sebagai beban melainkan sebuah tugas kenegaraan, masyarakat diberi kepercayaan dan tanggung jawab penuh untuk menghitung sekaligus menentukan sendiri utang pajaknya (Fitri Damayanti,2012). Sehingga, peran serta dan kesadaran masyarakat sangat dibutuhkan, karena petugas pajak lebih banyak

4 berada dalam tatanan pembinaan dan pengarahan (Fitri Damayanti,2012). Self assesment system menyebabkan wajib pajak mendapat beban berat karena semua aktivitas pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan oleh wajib pajak sendiri (Siti Kurnia,2010:102). Kelemahan self assessment system yang memberikan kepercayaan pada wajib pajak untuk menghitung, menyetorkan dan melaporkan sendiri pajak terutang, dalam prakteknya sulit berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau bahkan disalahgunakan (Sadhani,2004). Dalam self assesment system, wajib pajak harus memenuhi persyaratan yaitu memiliki kesadaran, kejujuran, hasrat membayar dan kedisiplinan (Nur Kamila,2010). Hal ini dapat dilihat dari banyaknya wajib pajak yang dengan sengaja tidak patuh, kesadaran wajib pajak yang masih rendah atau kombinasi keduanya, sehingga membuat wajib pajak enggan untuk melaksanakan kewajiban membayar pajak (Sadhani,2004). Rendahnya kepatuhan dan kesadaran wajib pajak ini bisa terlihat dari sangat kecilnya jumlah mereka yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan mereka yang melaporkan Surat Pemberitahuannya (Sadhani,2004). Keberhasilan pelaksanaan self assesment sistem sangat ditentukan oleh bagaimana aparat pajak dan wajib pajak mengimplementasikannya (Dahlan Zainuddin,2002). Dilihat dari tingkat pendidikan, wajib pajak berpendidikan rendah cenderung mempunyai sikap perlawanan pasif karena wajib pajak tidak tahu tentang untuk apa, bagaimana, kapan dan kepada siapa pajak harus dibayarkan (Dahlan Zainuddin,2002).

5 Sebaliknya, wajib pajak yang berpendidikan cukup tinggi cenderung mempunyai sikap perlawanan aktif karena mengetahui peraturan dan permainan pajak dengan baik, sehingga dapat melalaikan kewajiban untuk membayar pajak bahkan bermain didalamnya (Purwantini,2004). Menurut Luky (2010) mengakui sistem seperti itu merupakan kesempatan untuk memberikan kepercayaan kepada warga agar berlaku jujur. Namun, melalui sistem itu juga terdapat kelemahan karena pasti ada saja wajib pajak yang berbohong melaporkan keharusan pajaknya (Luky,2010). Sistem penilaian pajak dengan menggunakan metode self assesment berpotensi bagi wajib pajak (WP) untuk menyembunyikan informasi pajak sebenarnya (Imam Sugema,2008). Dengan self assestment, WP memberi informasi kewajiban pajaknya, akan terdapat potensi WP akan selalu menyembunyikan keterangan (Imam Sugema,2008). Sistem Self Assestment memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk melakukan sendiri kewajiban perpajakannya khususnya dalam hal menghitung, yang patut menjadi pertanyaan adalah seberapa besarkah wajib pajak tersebut dipercaya untuk menghitung sendiri pajaknya. Disinilah kemudian timbul celah-celah yang banyak dimanfaatkan untuk mengambil keuntungan dalam hal otak-atik pajak terhutang (Adam Pertama,2012). Menurut Anshari Ritonga (2010), sistem self assesment yang merupakan sistem pemungutan pajak sejak era reformasi, yang berprinsip bahwa wajib pajak menghitung sendiri besaran pajaknya, dianggap masih jauh dari harapan. Rasio kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) masih rendah (Adjat

6 Jatnika,2012). Rasio kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) di wilayah DJP Jabar I hanya mencapai sekitar 45% (Adjat Jatnika,2012). Menurut Rifki Aditya (2013) salah satu pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara, secara aturan self assesment system sudah baik tapi dalam implementasinya masih banyak hambatan terutama dari wajib pajaknya. Beberapa faktor dari wajib pajak sendiri diantaranya pengetahuan, kemauan dan informasi tentang pajak (Rifki Aditya,2013). Masih menurut Rifki Aditya (2013) tingkat informasi sudah cukup bagus, hanya saja semua kembali kepada wajib pajak sendiri masih banyak yang tidak patuh. Terhadap mereka yang tidak mematuhi kewajiban perpajakannya, maka akan diberikan Surat Ketetapan Pajak (SKP), yang dapat berupa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dengan adanya Surat Ketetapan Pajak tersebut, maka wajib pajak atau penanggung pajak harus segera melunasi tunggakan pajaknya sesuai dengan batas waktu yang ditentukan, yaitu satu bulan setelah tanggal SKP (Amin Purnawan,2004). Apabila wajib pajak tidak memperhatikannya, kepadanya perlu diberikan tindakan hukum yang bersifat memaksa (Amin Purnawan,2004). Tunggakan pajak merupakan pajak yang terutang ataupun yang belum dibayar kepada negara dalam jangka waktu yang telah ditetapkan (Riskon Ginting,2006). Jumlah hutang pajak yang harus dibayar dalam batas waktu yang telah ditetapkan tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan harus dibayar oleh wajib pajak atau pun penanggung pajak (Riskon Ginting,2006). Dalam

7 pelaksanaannya tidak semua wajib pajak atau penanggung pajak melunasi pajak yang terutang tepat waktu (Riskon Ginting,2006). Apabila sampai batas waktu yang telah ditentukan hutang pajak tersebut belum dilunasi, maka dilakukan penagihan pajak (Riskon Ginting,2006). Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, malaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pelaksanaan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita (Riskon Ginting,2006). Pelaksanaan tindakan penagihan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak atau penanggung pajak, yang tetap mempertahankan aspek keadilan dalam perpajakan, sehingga wajib pajak memperoleh kesempatan menyelesaikan kewajibannya (Amin Purnawan,2004). Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya tunggakan pajak meliputi faktor ekstern dan faktor intern (Amin Purnawan,2004). Faktor ekstern yaitu kendala yang berasal dari wajib pajak sendiri meliputi ketidaktahuan wajib pajak akan hukum, wajib pajak menolak menerima SP (Surat Paksa) dengan alasan tidak jelas, wajib pajak telah meninggal dunia, objek sita berada diluar wilayah kerja, objek sita diketemukan namun menurut wajib pajak objek itu bukan miliknya, adakalanya juga juru sita pajak tidak boleh memasuki rumah atau kantor wajib pajak, dan kekayaan wajib pajak ternyata sudah dijadikan jaminan oleh pihak lain (Amin Purnawan,2004). Sedangkan faktor intern yaitu kendala yang berasal dari Kantor Pelayanan Pajak dapat berupa terbatasnya kemampuan dan sumber daya manusia juru sita pajak, adanya juru sita pajak yang jenuh dan

8 bermental kurang baik, adanya penetapan yang tidak tepat waktu, kurangnya sosialisasi peraturan perpajakan khususnya mengenai penagihan pajak kepada masyarakat dan instansi terkait (Amin Purnawan.2004). Direktorat Jenderal Pajak meminta bantuan polisi dan jaksa untuk menagih penunggak pajak (Fuad Rachmany:2011). Berdasarkan catatan kantor pajak, saat ini sudah ada 6 juta yang tercatat sebagai wajib pajak, tapi yang rutin menyetor pajak cuma 530.000 atau hanya 8,7% dari total wajib pajak kelas kakap itu (Fuad Rachmany,2012). Wajib pajak juga lebih banyak melunasi utang pajaknya jika telah mendapatkan Surat Teguran dan selebihnya setelah mendapatkan Surat Paksa (Fuad Rachmany,2012). Fuad Rachmany (2011) mengatakan, sensus pajak dalam pelaksanaannya tidak semudah dan seperti yang diharapkan, yang menjadi kendala dalam sensus pajak adalah pegawai yang dinilai masih kurang dalam training sehingga di lapangan belum optimal dalam penagihan pajak, juga masih mengalami kendala seperti toko yang tidak ada orangnya, sehingga penagihan pajak tidak bisa dilakukan. Masih menurut Fuad Rahmany (2011), tingkat kesadaran publik atas kewajiban membayar pajak ini masih rendah. Menurut Rifki Aditya (2013) salah satu pegawai Kantor Pelayanan Pajak, kendala dalam penagihan pajak ada dari secara teknis, yaitu saat dilapangan dan dari wajib pajaknya sendiri dan wajib pajak yang seharusnya bayar pajak diawal tapi tidak bayar, malah menunggu ditagih. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengn judul Pengaruh Self Assesment

9 System dan Penagihan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara. 1.2 Identifikasi Masalah Sehubungan dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengidentifikasi makalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Self Assesment System dianggap masih jauh dari harapan. 2. Belum optimalnya penagihan pajak. 3. Kepatuhan wajib pajak masih sangat rendah. 1.3 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh self assesment system terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Bojonagara. 2. Bagaimana pengaruh penagihan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Bojonagara. 3. Seberapa besar pengaruh self assessment system dan penagihan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. 1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.4.1 Maksud Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dirumuskan diatas dapat diketahui bahwa penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan data yang akurat dan relevan berkaitan dengan masalah yang sudah diuraikan diatas.

10 1.4.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui pengaruh self assesment system terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Bojonagara. 2. Untuk mengetahui pengaruh penagihan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Bojonagara. 3. Untuk mengetahui pengaruh self assessment system dan penagihan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Bojonagara. 1.5 Kegunaan Penelitian Kegunaan ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu akuntansi dan memecahkan masalah yang terdapat pada kajian penelitian yaitu mengenai Self Assesment System, Penagihan Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak. 1.5.1 Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini dapat memecahkan masalah-masalah yang terjadi baik pada Self Assesment System, Penagihan Pajak maupun Kepatuhan Wajib Pajak. Berdasarkan teori yang dibangun dan bukti empiris yang dihasilkan maka fenomena pada Kepatuhan Wajib Pajak dapat diperbaiki melalui adanya Self Assesment System dan Penagihan Pajak yang baik. 1.5.2 Kegunaan Akademis Hasil penelitian sebagai pembuktian empiris dari konsep-konsep yang telah dikaji yaitu hasil-hasil penelitian sebelumnya dan teori-teori yang telah ada

11 mengenai hubungan Self Assesment System, Penagihan Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak menjadikan ilmu akuntansi pajak berkembang. 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis melaksanakan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara yang beralamat di Jalan Ir.Soetami No 2 Bandung. 1.6.2 Waktu Penelitian Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan dalam melaksanakan penelitian dapat dilihat dalam tabel 1.1 berikut : Tabel 1.1 Waktu Penelitian Tahap Prosedur TahapPersiapan a. PersiapanJudul b. Pengajuan Judul 1 c. PersiapanTeori d. Pencarian Perusahaan UsulanPenelitian 2 a. Penulisan UP b. Bimbingan UP c. Seminar UP 3 Pengumpulan Data 4 Pengolahan Data PenyusunanSkripsi a. BimbinganSkripsi b. Sidang Skripsi 5 c. RevisiSkripsi d. Pengumpulan Draft Skripsi Bulan 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7