DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 13 Tahun 2000 tentang Kerjasama Antar Desa yang diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2000 Nomor 27 perlu ditinjau kembali ; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang tentang Kerjasama Antar Desa ; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 67 Tahun 1958 tentang Perubahan Batas-batas Wilayah Kotapraja Salatiga Dan Daerah Swatantra Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1652); 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 1
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3079); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3500); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 9. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 1 Tahun 2005 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2006 Nomor 1 Seri D Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 1); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 26 Tahun 2005 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Kecamatan (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2006 Nomor 26 Seri D Nomor 26, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 26); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 4 Tahun 2006 tentang Kerjasama Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2006 Nomor 4 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 4); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 8 Tahun 2006 tentang Dana Alokasi Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2006 Nomor 8 Seri A Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 7); 2
13. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pemilihan, Pencalonan, Pengangkatan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2006 Nomor 9 Seri D Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 8); 14. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 10 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan Dan / Atau Pemberhentian Perangkat Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2006 Nomor 10 Seri D Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 9); 15. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan Badan Permusyawaratan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2006 Nomor 11 Seri D Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 10); Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SEMARANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TENTANG KERJASAMA DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Semarang. 2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 4. Bupati Semarang yang selanjutnya disebut Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Semarang. 5. Kecamatan adalah Wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah yang ada di Kabupaten. 6. Camat adalah unsur Perangkat Daerah sebagai Kepala Kecamatan di Kabupaten. 7. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara kesatuan Republik Indonesia dan berada di Kabupaten Semarang. 8. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3
9. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 10. Kepala Desa adalah unsur penyelenggara Pemerintahan Desa di Daerah. 11. Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. 12. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 13. Kerjasama adalah usaha bersama yang saling menguntungkan antara pihak satu dengan pihak yang lain. 14. Kerjasama Desa adalah kerjasama antara satu Desa dengan Desa yang lain dan / atau antara suatu Desa dengan pihak ketiga dalam satu wilayah Kabupaten. 15. Badan Kerjasama adalah Badan atau Lembaga yang dibentuk untuk melaksanakan kerjasama. 16. Perjanjian Bersama adalah persetujuan tertulis yang dibuat oleh kedua belah pihak atau lebih, masing-masing berjanji akan mentaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu. 17. Peraturan Bersama adalah suatu naskah yang berisi kesepakatan yang mengikat para pihak. BAB II TUJUAN DAN MANFAAT KERJASAMA Pasal 2 (1) Tujuan pelaksanaan kerjasama Desa adalah upaya atau usaha menggali, mengembangkan ketersediaan potensi Desa guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (2) Manfaat kerjasama Desa adalah upaya pelaksanaan efisiensi dan efektifitas penggunaan dana-dana pembangunan dan penggalian potensi Desa guna meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa BAB III RUANG LINGKUP KERJASAMA Pasal 3 (1) Desa dapat mengadakan kerjasama yang sesuai dengan kewenangannya. (2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan : a. antar desa di Kecamatan yang sama dalam Wilayah Daerah ; b. antar desa di Kecamatan yang berbeda dalam Wilayah Daerah ; c. antar desa dengan pihak ketiga dalam Wilayah Daerah. BAB IV TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB Pasal 4 (1) Dalam melaksanakan kerjasama, Pemerintah Desa mempunyai tugas sebagai berikut : 4
a. menyusun perencanaan ; b. mengadakan sosialisasi ; c. melaksanakan pembahasan ; d. melaksanakan kerjasama sesuai dengan Peraturan Bersama atau Perjanjian Bersama ; e. mempertanggungjawabkan pelaksanaan kerjasama ; f. mengadakan pengawasan dan evaluasi. (2) Pemerintah Desa bertanggung jawab atas pelaksanaan kerjasama baik secara teknis, administratif dan yuridis. BAB V BENTUK KERJASAMA Pasal 5 Bentuk kerjasama dapat diwujudkan dalam : a. Peraturan Bersama ; b. Perjanjian Bersama. BAB VI PELAKSANAAN Bagian Kesatu Perencanaan Pasal 6 (1) Rencana kerjasama terlebih dahulu dibahas dan disusun yang meliputi antara lain : a. bidang kegiatan yang dikerjasamakan ; b. hak dan kewajiban ; c. tanggung jawab ; d. jangka waktu ; e. pembagian keuntungan secara proporsional ; f. perlu atau tidaknya Badan Kerjasama ; dan g. pembiayaan. (2) Rencana kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam sebuah proposal. Pasal 7 (1) Bidang kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a meliputi kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. (2) Bidang kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) : a. peningkatan perekonomian masyarakat desa ; b. peningkatan pelayanan pendidikan ; c. kesehatan; d. sosial budaya; e. ketentraman dan ketertiban ; dan / atau f. pemanfaatan sumber sumber daya alam dan teknologi tepat guna dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. 5
Pasal 8 Kerjasama dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut : a. saling membutuhkan ; b. meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembangunan, pengelolaan dan pengolahan potensi desa ; c. meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kepada masyarakat ; d. tidak merusak dan / atau menurunkan kualitas pembangunan dan lingkungan ; e. tidak menyebabkan timbulnya dampak sosial yang dapat meresahkan masyarakat ; f. tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 9 Syarat kerjasama adalah sebagai berikut : a. kesesuaian dengan bidang kewenangan Pemerintah Desa sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan ; b. sesuai dengan bidang kebijakan dan rencana kerja Pemerintah Daerah yang sejalan dengan Program Pembangunan Nasional ; c. tidak mengganggu stabilitas politik dan keamanan ; d. tidak mengganggu stabilitas perekonomian desa ; e. memperhatikan prinsip persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan ; f. dirancang dalam bentuk program berdasarkan kebutuhan nyata yang berskala prioritas ; dan g. mempunyai rencana yang jelas bagi pemeliharaan dan kelanjutan usaha kerjasama. Bagian Kedua Sosialisasi Pasal 10 (1) Proposal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) disampaikan kepada BPD untuk mendapatkan tanggapan. (2) Pemerintah Desa bersama BPD melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat untuk mendapatkan aspirasi atau dukungan berkaitan dengan rencana kerjasama. Bagian Ketiga Pembahasan Pasal 11 (1) Proposal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dibahas bersama BPD dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat untuk mendapatkan persetujuan. (2) Apabila BPD menolak maksud dan tujuan Kepala Desa mengadakan kerjasama, maka maksud dan tujuan tersebut dianggap tidak pernah ada. (3) Apabila BPD menyetujui maksud dan tujuan Kepala Desa mengadakan kerjasama, maka BPD menerbitkan Surat Persetujuan. (4) Dengan persetujuan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibahas dengan pihak ketiga atau pemerintah desa yang lain. (5) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dituangkan dalam bentuk Peraturan Bersama atau Perjanjian Bersama. 6
Bagian Keempat Pelaksanaan Kerjasama Pasal 12 (1) Peraturan Bersama atau Perjanjian Bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (5) menjadi dasar pelaksanaan kerjasama dan mengikat penduduk desa dan para pihak yang melakukan kerjasama. (2) Pemerintah Desa wajib melaksanakan Peraturan Bersama atau Perjanjian Bersama dengan penuh tanggung jawab. Pasal 13 (1) Dalam melaksanakan kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dapat dibentuk Badan Kerjasama. (2) Badan Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur pemerintah desa, lembaga kemasyarakatan desa dan tokoh masyarakat dari desa yang mengadakan kerjasama. (3) Badan Kerjasama bertugas menyusun rencana kegiatan dan pelaksanaannya. Bagian Kelima Pertanggungjawaban Pasal 14 Pemerintah Desa wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan kerjasama pada setiap akhir tahun bersamaan dengan penyampaian laporan pertanggungjawaban Kepala Desa. Bagian Keenam Pengawasan Dan Evaluasi Pasal 15 (1) BPD mengawasi pelaksanaan kerjasama yang ada diwilayahnya. (2) Evaluasi dilaksanakan setiap tahun atau sesuai kebutuhan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan lebih lanjut. BAB VII PERUBAHAN, PENUNDAAN DAN PEMBATALAN NASKAH KERJASAMA Pasal 16 (1) Kerjasama dapat dilakukan perubahan, penundaan dan pembatalan atas persetujuan para pihak. (2) Perubahan, penundaan dan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam satu wilayah Kecamatan dilaporkan kepada Camat. (3) Perubahan, penundaan dan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antar desa antar Kecamatan dalam satu Kabupaten dilaporkan kepada Bupati melalui Camat. 7
BAB VIII BIAYA PELAKSANAAN KERJASAMA Pasal 17 (1) Segala biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan kerjasama dibebankan pada para pihak sesuai dengan Peraturan Bersama atau Perjanjian Bersama. (2) Biaya pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipertanggungjawabkan oleh Kepala Desa dalam laporan keuangan desa. (3) Dalam hal dibentuk Badan Kerjasama, maka pengelolaan keuangan dipertanggungjawabkan oleh Badan Kerjasama kepada Kepala Desa masingmasing dan pihak ketiga. BAB IX JANGKA WAKTU Pasal 18 (1) Jangka waktu kerjasama tidak boleh melebihi akhir masa jabatan Kepala Desa. (2) Kerjasama dapat diperpanjang sesuai kebutuhan dan kesepakatan para pihak. BAB X PENYELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 19 (1) Perselisihan kerjasama antar desa dalam satu kecamatan, difasilitasi dan diselesaikan oleh Camat. (2) Perselisihan kerjasama antar desa dalam kecamatan yang berbeda dalam satu kabupaten, difasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati. (3) Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan secara adil dan tidak memihak. (4) Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bersifat final. Pasal 20 (1) Perselisihan kerjasama antar desa dengan pihak ketiga dalam satu kecamatan, difasilitasi dan diselesaikan oleh camat. (2) Perselisihan kerjasama dengan pihak ketiga pada kecamatan yang berbeda dalam satu kabupaten difasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati. (3) Apabila para pihak tidak menerima penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat mengajukan penyelesaian ke pengadilan. 8
BAB XI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 21 (1) Peraturan Bersama atau Perjanjian Bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (5) dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak tanggal ditetapkan, diberitahukan kepada Bupati melalui Camat dengan tembusan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Semarang sebagai laporan. (2) Penyelenggaraan kerjasama antar desa berada di bawah pembinaan dan pengawasan Camat. (3) Hasil pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan oleh Camat kepada Bupati. BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 22 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka kerjasama yang telah ada tetap dapat dilaksanakan sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 13 Tahun 2000 tentang Kerjasama Antar Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2000 Nomor 27) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 24 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Semarang. Ditetapkan di U n g a r a n pada tanggal 18-10-2006 BUPATI SEMARANG, CAP TTD BAMBANG GURITNO 9
Diundangkan di Ungaran pada tanggal 19-10-2006 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SEMARANG CAP TTD SOEPARTONO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 24 SERI E NOMOR 6 Diperbanyak Sesuai Dengan Aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM CAP TTD BUDI KRISTIONO 10
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DESA I. UMUM Bahwa dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, khususnya Pasal 85 ayat (1) yang menentukan ketentuan lebih lanjut mengenai Pelaksanaan Kerjasama Antar Desa dan Kerjasama Desa dengan Pihak Ketiga diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten dengan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 13 Tahun 2000 tentang Kerjasama Antar Desa yang telah diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2000 Nomor 27, perlu ditinjau kembali. I. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Ayat (1) Ayat (2) Huruf a Huruf b Huruf c Yang dimaksud dengan pihak ketiga adalah Lembaga, Badan Hukum dan / atau perorangan di luar Pemerintah Desa dalam satu wilayah Kabupaten. 11
Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (5) Yang dimaksud dengan mendapatkan persetujuan adalah persetujuan tertulis dari BPD setelah diadakan rapat khusus untuk itu. Ayat (1) Ayat (2) Pembentukan Badan Kerjasama disesuaikan dengan kebutuhan dan memperhatikan cakupan obyek kerjasama, pembiayaan atau kompleksitas jenis kegiatan. 12
Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Ayat (3) Yang dimaksud dengan tidak boleh melebihi masa jabatan kepala desa adalah : 1. akhir masa jabatan adalah sisa masa jabatan Kepala Desa yang bersangkutan ; 2. apabila perjanjian bersama dilakukan oleh Kepala Desa dengan masa jabatan yang berbeda diberlakukan masa jabatan Kepala Desa yang terpendek. Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan bersifat final adalah tidak ada upaya banding. 13
Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Ayat (3) Dalam hal berperkara di pengadilan, pemerintah desa dapat diwakili oleh pihak yang ditunjuk oleh Kepala Desa. Yang dimaksud dengan Pihak yang ditunjuk adalah pengacara yang berlisensi. BUPATI SEMARANG, CAP TTD BAMBANG GURITNO TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 19 14