BAB I PENDAHULUAN. kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai silent killer, karena hampir tidak ditemukan gejala sama. mendadak meninggal dunia (Rofi ie I, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif.

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang semakin sering dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimana ketika masalah penyakit menular belum tuntas dikendalikan, kejadian

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Menurut WHO dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. darahnya biasanya disebabkan perilaku mereka(alwani, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tyas Kusuma Dewi, 2013

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

Kasad*, Supriyanti** Langsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA DALAM PENGATURAN DIIT TERHADAP DERAJAT HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIDOMULYO PANAM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi yang prevalensinya sangat tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang, juga karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa kecacatan permanen dan kematian mendadak (Bahrianwar, 2009). Pada orang yang berusia diatas 50 tahun, tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmhg lebih berisiko terjadinya penyakit kardiovaskular bila dibandingkan dengan tekanan darah diastolik, namun pada tahun 2008 terdapat sekitar 40% orang dewasa di seluruh dunia berusia 25 tahun ke atas didiagnosa mengalami hipertensi. Angka kejadian hipertensi begitu meningkat, dari sekitar 600 juta jiwa pada tahun 1980 menjadi 1 milyar jiwa pada tahun 2008 (WHO, 2013). Data statistik terbaru menyatakan bahwa terdapat 24,7% penduduk Asia Tenggara dan 23,3% penduduk Indonesia berusia 18 tahun ke atas mengalami hipertensi pada tahun 2014 (WHO, 2015). Berdasarkan Data Riskesdas tahun 2015 diketahui bahwa penyakit tidak menular, terutama hipertensi terjadi penurunan dari 31,7 persen tahun 2007 menjadi 25,8 persen tahun 2013. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan 1

2 Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Berdasarkan data DInas Kesehatan Jawa Tengah tahun 2015 diketahui bahwa penyakit Hipertensi masih menempati proporsi terbesar dari seluruh PTM yang dilaporkan, yaitu sebesar 57,89%, sedangkan urutan kedua terbanyak adalah Diabetes Mellitus sebesar 16,53%. Seseorang yang mengalami hipertensi yang terus menerus dan tidak mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara tepat, menyebabkan jantung seseorang bekerja ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk terjadinya stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial (Pinzon, 2009). Penatalaksanaan hipertensi diperlukan untuk mencegah keberlangsungan kerusakan organ target dalam waktu lama sehingga menurunkan angka kesakitan dan kematian, penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan dua macam terapi yaitu farmakologi dan nonfarmakologi. Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7) (2011) merekomendasikan modifikasi gaya hidup dalam mencegah dan menangani tekanan darah tinggi selain terapi farmakologis diantaranya yaitu mempertahankan diet sehat dengan mengurangi konsumsi sodium, menjalani program pengobatan antihipertensi, aktivitas fisik yang teratur, pertahankan berat badan normal, berhenti merokok, dan batasi asupan alkohol.

3 Penelitian yang dilakukan Rigsby (2011) mengenai Hypertension Improvement through Healthy Lifestyle Modification menyatakan (60%) partisipan memiliki tingkat kesadaran yang baik tentang hipertensi, (30%) menunjukkan peningkatan dalam kontrol tekanan darah, (40%) peningkatan dalam melakukan aktivitas fisik, (40%) peningkatan dalam mengkonsumsi buah dan sayuran serta (20%) dari partisipan mengalami penurunan berat badan selama mengikuti penelitian ini. Modifikasi diet merupakan salah satu penatalaksanaan nonfarmakologis yang dapat menurunkan tekanan darah, mencegah terjadinya hipertensi, dan mengurangi resiko komplikasi dari hipertensi. Dalam penelitian Bazzano (2013) mengenai Dietary approaches to prevent hypertension menyatakan modifikasi diet dikenal secara luas sebagai strategi modifikasi gaya hidup dengan potensial besar untuk mencegah hipertensi pada pasien yang kurang menjalani intervensi farmakologi, dalam penelitian ini strategi diet yang direkomendasikan dalam menurunkan tekanan darah yaitu diet Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) diantaranya konsumsi buah-buahan, sayuran, susu rendah lemak, makanan berserat, biji-bijian, protein nabati yang kurang dari lemak jenuh dan kolesterol. Mengatur pola makan dan menu makan sesuai yang direkomendasikan untuk hipertensi menjadi solusi dalam perawatan lansia dengan hipertensi. Pengaturan diet sangat penting pada klien hipertensi, tujuan utama dari pengaturan diet hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat yang dapat mengontrol tekanan darah tinggi dan mengurangi penyakit kardiovaskuler. Ada

4 empat macam diet untuk mempertahankan keadaan tekanan darah, yakni: diet rendah garam, diet rendah kolestrol, lemak terbatas serta tinggi serat dan rendah kalori bila kelebihan berat badan (Astawan, 2012). Hal ini sesuai dengan Kotchen (2008) yang mengatakan diet dengan metode DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) yang meliputi diet kaya akan buah-buahan, sayuran, dan makanan rendah lemak efektif dalam menurunkan tekanan darah. Perilaku keluarga yang positif dalam pengaturan diit pada penderita hipertensi dapat mempertahankan dan menurunkan keadaan tekanan darah penderita hipertensi. Keluarga memiliki peranan penting dalam mengatur makanan yang dikonsumsi oleh penderita hipertensi. Peranan keluarga yaitu mengenal gejala hipertensi, mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat untuk menolong klien hipertensi, mampu memberikan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang menderita hipertensi dalam mengatasi masalahnya dan meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidup anggota keluarga, yang menderita penyakit hipertensi. Salah satunya yaitu keluarga berperan memberikan diet rendah garam, diet rendah kolestrol, lemak terbatas serta tinggi serat, dan rendah kalori bila kelebihan berat badan wajib untuk mengontrol tekanan darah tinggi (Niven, 2012) Penelitian yang dilakukan Karakurt dan Kasikci (2012) mengenai Factor affecting medication adherence in patients with hypertension menyatakan dari 750 partisipan, 27,2% (204) pasien hipertensi berusia antara 60-69 tahun, dari seluruh partisipan sebanyak 94,4% (708) pasien mengetahui diet khusus

5 hipertensi, namun yang mematuhi diet hipertensi sebesar 52,7% (373) dan yang tidak mematuhi sebesar 47,3% (335). Penelitian yang dilakukan Baretto and Marcon (2014) mengenai Patient perspectives on family participation in the treatment of hypertension juga menyatakan dukungan keluarga berperan penting dalam terapi antihipertensi, dukungan diadopsi dari kebiasaan perawatan diri diantaranya latihan fisik dan pengaturan makan (diet), penelitian ini juga menggambarkan bagaimana keluarga menjadi fasilitator dalam kepatuhan pengobatan hipertensi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun 2016 diketahui bahwa kejadian hipertensi essensial sebanyak 4963 kasus dengan kejadian tertinggi di Wilayah Puskesmas Purwokerto Selatan sebanyak 808 kasus, kedua di Wilayah Puskesmas Sumbang I sebanyak 779 kasus dan tertinggi ketiga di Wilayah Puskesmas Kembaran II sebanyak 446 kasus. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2015 yaitu sebanyak 4395 kasus dengan kejadian tertinggi di Wilayah Puskesmas Cilongok I sebanyak 538 kasus (Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas, 2015) Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan antara dukungan keluarga dalam penatalaksaan hipertensi dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Selatan.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut Bagaimanakah hubungan antara dukungan keluarga dalam penatalaksaan hipertensi dengan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Selatan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dalam penatalaksaan hipertensi dengan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Selatan. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik lansia dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Selatan. b. Mengidentifikasi dukungan keluarga dalam penatalaksaan hipertensi pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Selatan. c. Mengidentifikasi tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Selatan. d. Menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dalam penatalaksaan hipertensi dengan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Selatan.

7 D. Manfaat Penelitian Penelitian yang akan digunakan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pelayanan keperawatan komunitas. Dapat meningkatkan pengetahuan perawat komunitas dalam hal dukungan yang diberikan keluarga terhadap penderita hipertensi khususnya dalam mencegah terjadinya stroke pada penderita hipertensi. 2. Manfaat praktis a. Bagi Peneliti Diharapkan dengan melakukan penelitian dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu tentang kesehatan. Peneliti mendapatkan pengalaman nyata dalam mencari literatur ilmiah, menyusun karya ilmiah, melakukan pengambilan data, menganalisis data dan melakukan pembahasan mengenai hubungan antara dukungan keluarga dalam penatalaksaan hipertensi dengan tekanan darah b. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya tentang dukungan keluarga dalam penatalaksaan hipertensi dan tekanan darah c. Bagi Tempat Penelitian (Puskesmas)

8 Hasil penelitian dapat menjadi masukan dan informasi baru di Puskesmas Purwokerto Selatan dalam merencanakan program promosi kesehatan untuk meningkatkan dukungan keluarga khususnya dalam memodifikasi gaya hidup (diet hipertensi) pada penderita hipertensi. d. Bagi Masyarakat Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat untuk dapat meningkatkan perhatian dalam perawatan anggota keluarga yang terkena hipertensi sehingga akan dapat mencegah terjadinya stroke.

9 E. Keaslian Penelitian 1. Putri (2012) tentang hubungan perilaku keluarga dalam pengaturan diit terhadap derajat hipertensi di Puskesmas Sidomulyo. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga penderita hipertensi yang membawa penderita hipertensi untuk berobat dari bulan Juni sampai bulan Agustus 2012 yaitu sebanyak 741 orang. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat. Analisa bivariat digunakan uji statistik dengan uji Chi-Square. Berdasarkan dari hasil penelitian mengenai hubungan perilaku keluarga dalam pengaturan diit terhadap derajat hipertensi di Puskesmas Sidomulyo Panam dapat disimpulkan bahwa perilaku keluarga dalam pengaturan diit hipertensi, 53 responden (51%) positif dalam mengatur diit hipertensi, 70 responden di antaranya mengalami hipertensi rendah. Dari uji statistik Chi-Square, diperoleh p < 0,05 (p = 0,000) sehingga diperoleh kesimpulan ada hubungan antara perilaku keluarga dalam pengaturan diit terhadap derajat hipertensi di Puskesmas Sidomulyo Panam. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada pendekatan penelitian yang digunakan, populasi dan sampel yang diambil. Sedangkan perbedaannya terletak pada desain penelitian, teknik sampling dan jenis analisa data yang digunakan. 2. Nisfiani (2014) tentang hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diit Hipertensi pada Lanjut Usia di Desa Begajah Kecamatan Sukoharjo

10 Kabupaten Sukoharjo. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif, metode penelitan adalah deskriptif korelasional, pendekatan cross-sectional. Sampel sebanyak 71 lansia dengan teknik pengambilan sampel proporsional random sampling. Instrument penelitian menggunakan kuesioner dukungan keluarga dan kepatuhan diit hipertensi yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian diketahui 25 responden (35,2%) dengan dukungan keluarga dengan baik, 46 responden (64,8%) kurang mendapat dukungan keluarga. Sebanyak 21 responden (29,6%) sudah baik dalam kepatuhan diit hipertensi, sementara 50 responden (70,4%) kurang patuh dalam diit hipertensi. Hasil uji hipotesis diketahui nilai nilai 2 = 6.287 dengan p = 0,012. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada pendekatan penelitian yang digunakan, populasi dan sampel yang diambil. Sedangkan perbedaannya terletak pada desain penelitian, teknik sampling dan jenis analisa data yang digunakan. 3. Suwandi (2016) tentang hubungan dukungan keluarga dalam diit hipertensi dengan frekuensi kakambuhan hipertensi pada lansia di Wilayah Kerja Posyandu Desa Blimbing Sukoharjo. Penelitian ini merupakan jenis penilitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah semua lansia yang menderita hipertensi dan mengalami kekambuhan di Wilayah Kerja Posyandu Desa Blimbing Sukoharjo. Sampel sebanyak 34 lansia dengan menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dukungan keluarga berjumlah

11 19 item dengan kategori baik dan kurang baik, serta menggunakan checklist frekuensi kekambuhan hipertensi dengan kategori kadang kambuh yaitu kekambuhan yang terjadi 2 kali dalam 3 bulan dan serng kambuh yaitu kekambuhan yang terjadi > 2 kali dalam 3 bulan. Dianalisa menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil uji korelasi rank speaman menunjukkan bahwa hubungan dukungan keluarga dalam diit hipertensi dengan kekambuhan hipertensi pada lansia di Wilayah Kerja Posyandu Desa Blimbing Sukoharjo (r hitung = - 0,410) dengan (p = 0,016). Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah ada hubungan dukungan keluarga dalam diit hipertensi dengan kekambuhan hipertensi pada lansia di Wilayah Kerja Posyandu Desa Blimbing Sukoharjo. 4. Zulfitri, R (2009) tentang hubungan dukungan keluarga dengan perilaku lanjut usia hipertensi dalam mengontrol kesehatannya Di Wilayah Kerja Puskesmas Melur Pekanbaru. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan rnetode probability sampling dengan teknik secara gugus bertahap (multistage sampling), yang berjumlah 82 responden. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lansia hipertensi berusia di atas 55 tahun yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Melur Pekanbaru. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square. Hasil penelitian tentang hubungan dukungan keluarga (komposit dari dukungan emosional, dukungan fenghargaan, dukungan informasi, dukungan instrumental) dengan perilaku lansia hipertensi dalam mengontrol

12 kesehatannya, didapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna (p value = 0,042). Jika dilihat dari empat bentuk dukungan keluarga, hanya tiga bentuk dukungan keluarga yang mempunyai hubungan secara bermakna dengan perilaku lansia hipertensi dalam mengontrol kesehatannya, yaitu dukungan emosional (p value = 0,001), dukungan penghargaan (p value = 0,008), dan dukungan informasi (p value = 0,004). Dukungan keluarga yang paling dominan berhubungan dengan perilaku lansia hipertensi adalah dukungan emosional, dengan menggunakan uji regresi logistik Berganda. 5. Sarasaty, R. F. (2011) tentang faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada kelompok lanjut usia di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 105 orang lansia usia 55 tahun keatas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah lansia masih tinggi yaitu TDS sebesar 148,67 mmhg dan TDD sebesar 91,28 mmhg. Terdapat 65,7% lansia menderita hipertensi. Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwa konsumsi natrium serta konsumsi buah dan sayur memiliki hubungan yang bermakna dengan hipertensi pada lansia di Kelurahan Sawah Baru tahun 2011. 6. Rosana dos Santos Costa (2008) tentang Family support in the control of hypertension, jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, menggunakan teknik insiden kritis. Peserta 146 orang didiagnosis dengan hipertensi, terdaftar

13 dalam program hipertensi dari Pusat Kesehatan Terpadu di Teresina, PI - Brasil pada tahun 2005, penduduk di daerah perkotaan ibukota, yang berusia 18 tahun atau lebih. Hasil penelitian didapatkan setelah analisis isi dari 146 responden, sebanyak 58 responden memiliki dukungan keluarga positif dan sebanyak 88 responden memiliki dukungan keluarga negatif, dukungan keluarga terdiri dari empat kategori: Keluarga, Keuangan, Kesehatan dan Aspek emosional. 7. Pauline E Osamor (2015) tentang Social support and management of hypertension in south-west Nigeria. Penelitian ini adalah penelitian crosssectional dan deskriptif berbasis masyarakat dari 440 warga masyarakat (usia rata-rata 60 tahun, 65,2% wanita) dari masyarakat Idikan, Ibadan, Nigeria yang memiliki hipertensi. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar subyek (93%) melaporkan menerima beberapa dukungan sosial dari anggota keluarga dan sekitar 55% melaporkan menerima dukungan sosial dari teman. Dukungan sosial dari teman (p <0,0001) tetapi bukan dari keluarga (p = 0,162) secara bermakna dikaitkan dengan kepatuhan yang baik dengan pengobatan untuk hipertensi. Faktor yang terkait dengan menerima dukungan signifikan dari kedua keluarga dan teman-teman termasuk status perkawinan dan agama, sementara usia dan tingkat pendidikan dikaitkan dengan menerima dukungan signifikan dari anggota keluarga saja. Gender tidak bermakna dikaitkan dengan menerima dukungan sosial.

14 8. Shen (2016) tentang Family member-based supervision of patients with hypertension: a cluster randomized trial in rural China. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peran paket pengawasan berbasis anggota keluarga dalam pengelolaan hipertensi menggunakan cluster uji coba secara acak di pedesaan Cina. Kami merekrut pasien dengan hipertensi dari empat desa di Yangzhong dan acak dialokasikan ke kelompok kontrol (n = 288) dan kelompok intervensi (n = 266). Sebuah paket pengawasan berbasis anggota keluarga diaplikasikan pada kelompok intervensi, sementara layanan biasa diaplikasikan pada kontrol. Pasien diikuti selama 12 bulan dan selesai wawancara tatap muka pada akhir 6 dan 12 bulan. Hasil utama yang pasien kepatuhan pengobatan dan frekuensi pengukuran tekanan darah. Hasil sekunder termasuk perubahan tekanan darah, perilaku berisiko diubah dan terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan hipertensi. Untuk mengontrol dengan dampak dari pengacakan cluster, campuran efek model regresi bertingkat digunakan untuk membandingkan perubahan kelompok. Kami mengamati bahwa intervensi ditingkatkan frekuensi pengukuran tekanan darah pasien (OR: 9,00, 95% CI: 4,52-17,91) dan kepatuhan terhadap pengobatan antihipertensi (OR: 1,74, 95% CI: 0,91-3,32). Efeknya pada tingkat kontrol tekanan darah signifikan pada penyelidikan jangka menengah (OR: 0,67, 95% CI: 0,40-0,93), tetapi efek jangka panjang tidak signifikan (OR: 0,89, 95% CI: 0.64-1,26). Setelah 6 bulan intervensi, tekanan darah baik sistolik atau diastolik secara signifikan menurun pada kelompok intervensi. Namun, perbedaan ini tidak signifikan pada

15 penyelidikan akhir. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa terapi diawasi berbasis anggota keluarga mungkin memiliki efek positif pada kepatuhan pasien untuk pemantauan darah dan obat hipertensi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada pendekatan penelitian yang digunakan, populasi, sampel yang diambil dan analisa data yang digunakan. Sedangkan perbedaannya terletak pada desain penelitian, dan teknik sampling yang digunakan.