OP-023 PENINGKATAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO) AKIBAT PENINGKATAN KENDARAAN BERMOTOR KOTA PADANG SELAMA SATU DEKADE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OP-030 Uji Validasi Program Caline4 terhadap Dispersi Gas NO2 dari Sektor Transportasi di Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO)

KAJIAN HUBUNGAN ANTARA VARIASI KECEPATAN KENDARAAN DENGAN EMISI YANG DIKELUARKAN PADA KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 ( ) ISSN:

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

STUDI TINGKAT KUALITAS UDARA PADA KAWASAN RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO DI MAKASSAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG. Grace Wibisana NRP : NIRM :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

Analisis dan Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Zona Pendidikan (Studi Kasus : Wilayah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dan Universitas Jambi)

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA)

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

PENGARUH JUMLAH KENDARAAN DAN FAKTOR METEOROLOGIS (SUHU, KELEMBABAN, KECEPATAN ANGIN) TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI GAS PENCEMAR CO

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

Alat Uji Emisi Gas Buang Kendaraan Bemotor Terintegrasi Komputer

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

STUDI PAPARAN KONSENTRASI GAS KARBONMONOKSIDA (CO) DI LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PARKIR DAN POLISI LALU LINTAS DI KOTA PADANG

FAKTOR-FAKTOR FISIS YANG MEMPENGARUHI AKUMULASI NITROGEN MONOKSIDA DAN NITROGEN DIOKSIDA DI UDARA PEKANBARU

Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1)

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas udara berarti keadaan udara di sekitar kita yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

II.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONSENTRASI POLUSI UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR PADA RUAS JALAN SAM RATULANGI MANADO

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

HUBUNGAN KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN ROADSIDE DENGAN KARAKTERISTIK LALU LINTAS DI JARINGAN JALAN SEKUNDER KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Model Persamaan Tingkat Kebisingan Lalu Lintas Di Jalan Dr. Djunjunan Kota Bandung

Elaeis Noviani R., Titik Istirokhatun, Sudarno. Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi (Chandra, 2007). Permasalahan utama yang dihadapi kota-kota di dunia yaitu semakin

OP_029 PENGARUH JUMLAH KENDARAAN BERBAHAN BAKAR BENSIN TERHADAP KONSENTRASI TIMBAL (Pb) DI UDARA AMBIEN JALAN RAYA KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

POLA SEBARAN OZON SEBAGAI POLUTAN SEKUNDER DI UDARA AMBIEN KAWASAN GAYA MOTOR JAKARTA UTARA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

KAJIAN MODEL EMISI KARBONDIOKSIDA DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KOTA SURABAYA

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

PENERAPAN MODEL FINITE LENGTH LINE SOURCE UNTUK MENDUGA KONSENTRASI POLUTAN DARI SUMBER GARIS (STUDI KASUS: JL. M.H. THAMRIN, DKI JAKARTA)

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET Suriansyah Sabaruddin 1)

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian membantu peneliti dalam langkah-langkah memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Analisa Bulan November Lokasi/Tahun Penelitian SO2 (µg/m 3 ) Pintu KIM 1 (2014) 37,45. Pintu KIM 1 (2015) 105,85

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Polusi udara adalah salah satu masalah yang sangat meresahkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Udara juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

DISTRIBUSI SPASIAL CARBON DIOKSIDA (CO 2 ) DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi negara-negara di dunia semakin meningkat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Distribusi Spasial Karbon Monoksida Ambien di Lingkungan Kampus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102,

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara

TUGAS AKHIR. Oleh REZA DARMA AL FARIZ PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan

Transkripsi:

PROSIDING SNSTL I 214 ISSN 2356-4938 OP-23 PENINGKATAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO) AKIBAT PENINGKATAN KENDARAAN BERMOTOR KOTA PADANG SELAMA SATU DEKADE Vera Surtia Bachtiar dan Taufiq Hidayat Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Kampus Limau Manis, Unand Padang 25163, Indonesia Email: vera.surtia@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis peningkatan gas Karbon Monoksida (CO) akibat peningkatan arus transportasi di Kota Padang selama satu dekade (24 213). Penelitian ini dilakukan di kawasan roadside di 4 jalan arteri sekunder. Alat yang digunakan adalah CO meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume ratarata lalu lintas meningkat 1,2 kali dari 1784 unit per jam menjadi 2273 unit per jam. Kecepatan kendaraan terbesar kendaraan pada tahun 24 sebesar 49,8 km/jam, sedangkan tahun 213 adalah sebesar 47,3 km/jam. Kecepatan kendaraan ini cendrung menurun dari tahun 24 sampai tahun 213. Konsentrasi CO pada tahun 24 berkisar antara,24 ppm sampai dengan,77 ppm, dengan rata-rata,45 ppm. Sementara itu, konsentrasi CO pada tahun 213 berkisar antara 4,12 ppm sampai dengan 12,33 ppm, dengan rata-rata 8,4 ppm. Peningkatan konsentrasi CO mencapai 17,7 kali lipat selama satu dekade terakhir. Walaupun terjadi peningkatam konsentrasi yang cukup tinggi, konsentrasi CO di Kota Padang masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah (PP 41 tahun 1999). Korelasi antara konsentrasi CO dengan volume kendaraan menggambarkan hubungan yang sangat kuat, yaitu,726 di tahun 24 dan,95 di tahun 213. Hal ini menunjukkan semakin besar volume kendaraan maka akan semakin besar konsentrasi CO yang dihasilkan. Kata Kunci: Konsentrasi Karbon Monoksida (CO), transportasi, kawasan roadside, volume kendaraan, kecepatan kendaraan PENDAHULUAN Udara merupakan komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan. Di dalam udara terdapat kandungan oksigen (O 2 ) yang berguna untuk proses pernafasan. Udara juga mampu memberikan daya dukung bagi makhluk hidup untuk hidup secara optimal. Perkembangan suatu kota sangat terkait dengan permasalahan lingkungan yang ditimbulkan, salah satunya adalah

PROSIDING SNSTL I 214 ISSN 2356-4938 terjadinya pencemaran udara. Pencemaran udara bersumber dari kegiatan biogenik dan antropogenik, namun dari 2 hal tersebut lebih dari 7% pencemaran udara berasal dari kegiatan antropogenik. Kegiatan antropogenik yang sangat besar dapat menyumbangkan emisi ke udara ambien yaitu sumber bergerak (umumnya kendaraan bermotor) dan sumber tidak bergerak (umumnya kegiatan industri). Sektor transportasi memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap sumber energi yaitu bahan bakar minyak (BBM). Energi inilah seperti yang diketahui penggunaannya dapat menimbulkan dampak besar terhadap lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) pada tahun 212 menyebutkan, polusi udara dari kendaraan bermotor menyumbang 7,5% Karbon Monoksida (CO), 18,34% Hidrokarbon (HC), 8,89% Oksida Nitrogen (NOx), 1,33% Partikulat, dan.,88% Oksida Sulfida (SOx). Kota Padang merupakan ibukota propinsi Sumatera Barat juga tidak terlepas dari masalah pencemaran udara, pada tahun 212 nilai konsentrasi gas CO di Kota Padang sebesar 5,6 ppm (EKUP, 212). Hal ini dikarenakan adanya perkembangan dari sektor pendidikan, ekonomi, industri dan transportasi yang memberikan pengaruh terhadap lingkungan terutama pada daerah yang memiliki aktivitas yang tinggi. Jalan-jalan utama yang terdapat di Kota Padang seperti Jalan Prof. DR. Hamka, Jalan Veteran, Jalan Khatib Sulaiman dan jalan lainnya dari hasil pengamatan secara langsung merupakan kawasan yang memiliki aktivitas cukup padat. Peningkatan aktivitas kendaraan di jalan akan meningkatkan jumlah emisi pencemaran di udara, pencemaran tersebut diantaranya gas CO yang merupakan sumber polutan utama yang diemisikan oleh kendaraan. Karakteristik gas CO adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan merupakan salah satu gas pencemar udara penting di lapisan bawah atmosfer. Keberadaan gas CO di lingkungan susah untuk diketahui karena sifat tersebut, apabila terdapat dalam jumlah konsentrasi yang besar maka gas CO akan bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Tingkat penggunaan kendaraan yang pertambahannya semakin cepat, maka upaya pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan udara mutlak perlu diperkuat lagi. Dilatarbelakangi oleh beberapa hal diatas, dalam penelitian ini menganalisis peningkatan gas CO selama 1 dekade terakhir dari sektor kendaraan bermotor, sehingga didapatkan nilai peningkatan konsentrasi CO tersebut di Kota Padang. Penelitian ini bertujuan menganalisis peningkatan konsentrasi salah satu gas pencemar dalam hal ini adalah gas Karbon Monoksida (CO) dengan volume kendaraan, kecepatan dan arah angin pada sumber bergerak di ruas jalan Kota Padang selama satu dekade pada tahun 24 dan tahun 213. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap kegiatan. Tahap pertama yaitu studi pendahuluan yang mencakup studi literatur dan survey pendahuluan. Tahap kedua adalah pelaksanaan penelitian dengan sampling gas CO di lokasi terpilih dan tahap akhir berupa analisis data dan perumusan kesimpulan pengukuran yang telah dilakukan. Survey pendahuluan dilakukan penentuan titik-titik pengambilan sampel udara, yaitu pada 4 ruas jalan utama yang dapat dilihat pada Tabel 1. Pengukuran dilakukan terhadap variabel konsentrasi gas CO, volume dan kecepatan lalu lintas yang dilakukan selama 1 jam pengukuran. Pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder. Pengukuran konsentrasi gas Karbon Monoksida (CO) menggunakan impinger pada tahun 24 dan CO meter model KW 6-292 pada tahun 213, untuk volume lalu lintas dengan menggunakan hand tally counter dan untuk pengukuran kecepatan lalulintas menggunakan stop watch dan pengukuran jarak tempuh 181

PROSIDING SNSTL I 214 ISSN 2356-4938 kendaraan. Sedangkan data sekunder yang berfungsi sebagai data pendukung antara lain peta jalan dan wilayah Kota Padang yang diperoleh dari Dinas Lalu Lintas dan Tabel 1. Lokasi Titik Sampling Titik Sampling Nama Jalan Titik 39 Titik 4 Jl. Ratulangi Jl. Pattimura Angkutan Jalan Raya (DLLAJR) Kota Padang. Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8 Titik 9 Titik 1 Titik 11 Titik 12 Titik 13 Titik 14 Titik 15 Titik 16 Titik 17 Titik 18 Titik 19 Titik 2 Titik 21 Titik 22 Titik 23 Titik 24 Titik 25 Titik 26 Titik 27 Titik 28 Titik 29 Titik 3 Titik 31 Titik 32 Titik 33 Titik 34 Titik 35 Titik 36 Titik 37 Titik 38 Jl. Adinegoro Jl. Prof Hamka Jl. S. Parman Jl. Ir. H. Juanda Jl. Veteran Jl. Pemuda Jl. Belakang Olo Jl. Permindo Jl. KH. Sulaiman Jl. Rusuna Said Jl. Sudirman Jl. Bgd. Azis Chan Jl. Thamrin Jl. Hiligoo Jl. M. Yamin Jl. Proklamasi Jl. Agus Salim Jl. Jhoni Anwar Jl. Raya Siteba Jl. Gajah Mada Jl. Perintis Kemerdekaan Jl. Sawahan Jl. Andalas Jl. M. Hatta Jl. DR. Sutomo Jl. Aru Jl. Pasar Ambacang Jl. Teluk Bayur Jl. St. Syahrir Jl. Imam Bonjol Jl. Ujung Gurun Jl. Aur Duri Jl. DR. Wahidin Jl. Damar Jl. By Pass Jl. Cengkeh Jl. Bandar Buat Jl. Raya Padang Besi Gambar 1 Peralatan Impinger Gambar 2 CO Alarm Model KW-6-292 Gambar 3. Peralatan Hand Tally Counter Untuk pengumpulan data meteorologi digunakan alat pocket weatherman untuk mengukur suhu, tekanan dan kelembapan udara, anemometer untuk mengukur kecepatan angin dan kompas untuk menentukan arah angin. 182

PROSIDING SNSTL I 214 ISSN 2356-4938 Gambar 4 Peralatan Meteorologi Pengolahan data dilakukan setelah dilakukan sampling pada lokasi-lokasi yang sudah ditentukan pada survey pendahuluan. Data-data yang didapatkan di lapangan berupa konsentrasi gas CO, volume dan kecepatan lalu-lintas serta data meteorologi 1. Konsentrasi Gas CO a. Impinger Analisis laboratorium dilakukan terhadap sampel CO yang telah diambil, sehingga dapat ditentukan konsentrasi gas CO yang terukur. Konsentrasi gas CO ini ditentukan dengan cara dimana sampel yang telah diambil di lapangan di bawa ke laboratorium, kemudian dilakukan pemeriksaan penyerapan warna dengan alat spectrophotometer, maka akan diperoleh nilai absorbance dari tiap-tiap sampel. Nilai absorbance yang telah didapatkan dari hasil uji laboratorium, maka nilai konsentrasi gas Karbon Monoksida (CO) dapat dihitung menggunakan persamaan berikut [CO] ppm =...(1).(2) Dimana: A = Nilai Absorbansi V = Volume Absorban T = Suhu Lapangan (K) fr = Flow Rate Tr = Transmitance (%) t = Lamanya pengukuran b. CO Meter Data hasil pengukuran gas CO Meter selama satu jam pengukuran berupa pemetaan konsentrasi CO setiap 5 menit dalam bentuk grafik untuk melihat variasi konsentarasi gas CO selama satu jam nilai konsentrasi gas CO pada titik sampling merupakan nilai rata-rata dari hasil pengambilan data konsnetrasi CO. 2. Volume dan Kecepatan Lalu-Lintas Pada tahap ini dilakukan pengolahan data volume lalu lintas, dimana data volume ini dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu volume lalu lintas berdasarkan jenis bahan bakar yang digunakan dan volume dari lalu lintas itu sendiri. Selanjutnya masing-masing kategori ini akan dilakukan analisis regresi sederhana dengan variabel peningkatan konsentrasi gas Karbon Monoksida (CO) untuk melihat sajauh mana variabel tersebut mempengaruhi konsentrasi gas Karbon Monoksida (CO). 3. Data Meteorologi Data kecepatan Angin dan arah Angin di sini dicoba dimasukkan ke dalam pemodelan yang akan ditentukan dan dilihat apakah terdapat hubungan yang kuat dari data kecepatan angin dan arah angin yang diperoleh dari hasil pengambilan di lapangan terhadap pengukuran konsentrasi gas Karbon Monoksida (CO). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Meteorologi Tujuan dari adanya data meteorologi ini adalah untuk mengetahui kondisi meteorologi Kota Padang saat dilakukannya pengukuran konsentrasi gas Karbon Monoksida (CO) di lapangan. Data meteorologi Kota Padang pada saat dilakukan pengukuran pada 183

Volume Kendaraan (unit/jam) PROSIDING SNSTL I 214 ISSN 2356-4938 tahun 24 dan tahun 213 dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6. Gambar 5 Kondisi Temperatur Udara (Tahun 24) Gambar 5 di atas menunjukkan adanya fluktuasi temperatur udara selama dilakukannya penelitian di ruas jalan Kota Padang. Data-data yang didapatkan di lapangan dihasilkan bahwa nilai ratarata temperatur udara pada tahun 24 sebesar 33,4 o C dengan kecepatan angin rata-rata sebesar 2,8 m/dt. Gambar 6 Kondisi Temperatur Udara (Tahun 213) Sedangkan kondisi meteorologi yang terukur pada tahun 213 dari Gambar 6 di atas didapat bahwa nilai rata-rata temperatur udara sebesar 26,3 o C dengan kecepatan angin rata-rata sebesar,6 m/dt. 2. Volume Lalu Lintas Berdasarkan penjelasan sebelumnya salah satu aktivitas yang menghasilkan karbon monoksida adalah transportasi. Hasil proses pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor yang tidak sempurna akan mengeluarkan berbagai senyawa, salah satunya adalah gas CO. Oleh sebab itu, sektor transportasi memiliki pengaruh terhadap tinggi atau rendahnya konsentrasi gas CO pada suatu daerah. Data hasil pengukuran volume lalu lintas Kota Padang pada tahun 24 dan 213 dapat dilihat pada Gambar 7. 5 45 4 35 3 25 2 15 1 5 5 1 15 2 25 3 35 4 Titik Sampel Tahun 24 Tahun 213 Gambar 7 Volume Lalu Lintas di Setiap Titik Sampel (Tahun 24 dan 213) Volume kendaraan rata-rata di setiap ruas jalan di Kota Padang pada tahun 24 dari Gambar 7 didapatkan sebesar 1784 unit/jam, dimana volume lalu lintas terbesar terdapat di Jalan Prof Hamka (2488 unit/jam) dan lalu lintas terkecil di Jalan Ratulangi (97 unit/jam). Sedangkan volume kendaraan rata-rata di ruas jalan Kota Padang tahun 213 sebesar 2273 unit/jam, dimana volume lalu lintas terbesar terdapat di Jalan By Pass (4329 unit/jam) dan lalu lintas terkecil di Jalan Ujung Gurun (1586 unit/jam). 3. Kecepatan Rata-Rata Lalu Lintas Kecepatan rata-rata kendaraan bermotor terbesar pada tahun 24 diperoleh yaitu di Titik 7 atau di Jalan Belakang Olo sebesar 49,8 km/jam, sedangkan pada tahun 213 kecepatan rata-rata terbesar didapat di Titik 1 atau di Jalan Adinegoro sebesar 47,3 km/jam. Kecepatan rata-rata kendaraan terkecil 184

Kecepatan Rata-Rata Lalu Lintas (km/jam) Kecepatan Rata-Rata Lalu Lintas (km/jam) Konsentrasi (ppm) PROSIDING SNSTL I 214 ISSN 2356-4938 pada tahun 24 yaitu sebesar 38, km/jam dan tahun 213 yaitu sebesar 37, km/jam tercatat berada pada Titik 8 atau di Jalan Permindo. Data hasil pengukuran kecepatan rata-rata lalu lintas Kota Padang tahun 24 dan 213 dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9. Terlihat dari Gambar 8 dan Gambar 9 adanya penurunan kecepatan kendaraan di setiap ruas jalan di Kota Padang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin padatnya arus lalu lintas di Kota Padang maka semakin rendah kecepatan kendaraan yang melalui ruas jalan tersebut, sehingga peningkatan konsentrasi gas CO semakin bertambah dari tahun 24 sampai tahun 213. 5 48 46 44 42 4 38 36 34 32 3 5 1 15 2 25 3 35 4 Titik Sampel Gambar 8 Kecepatan Rata-Rata Lalu Lintas di Setiap Titik Sampel (Tahun 24) 5 45 Nilai rata-rata dari hasil pengukuran gas CO pada tahun 24 sebesar,45 ppm sedangkan pada tahun 213 nilai konsentrasi gas CO didapatkan sebesar 8,4 ppm. Konsentrasi tertinggi gas CO pada tahun 24 berada di Titik 3 yaitu pada Jalan S. Parman sebesar,77 ppm. Konsentrasi gas CO tertinggi pada Tahun 213 berada pada Titik 35 yaitu pada Jalan By Pass sebesar 12,33 ppm, sedangkan nilai konsentrasi terendah pada tahun 24 tercatat berada pada Titik 4 yaitu pada Jalan Pattimura sebesar,24 ppm. Konsentrasi gas CO terendah pada tahun 213 tercatat berada pada Titik 31 yaitu pada Jalan Ujung Gurun sebesar 4,12 ppm. Data konsentrasi gas CO Kota Padang pada tahun 24 dan 213 dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. 14 12 1 8 6 4 2 5 1 15 2 25 3 35 4 Titik Sampling Konsentrasi CO 213 Konsentrasi CO 24 Gambar 1 Konsentrasi Gas CO Tahun 24 dan Tahun 213 4 35 3 5 1 15 2 25 3 35 4 Titik Sampel Gambar 9 Kecepatan Rata-Rata Lalu Lintas di Setiap Titik Sampel (Tahun 213) 4. Konsentrasi Gas CO 5. Perbandingan Konsentrasi CO dengan Baku Mutu Berdasarkan PP RI No. 41/1999, konsentrasi maksimum pencemar gas CO di udara ambien yang masih dapat ditoleransi adalah 3 µg/nm 3 atau setara dengan 26,19 ppm (keadaan STP 25 C dan 1 atm) untuk waktu pengukuran selama 1 jam. Hasil dari pengukuran konsentrasi CO yang didapat di Kota Padang pada Tahun 24 yaitu,77 ppm dan Tahun 213 185

Konsentrasi Gas CO (ppm) Konsentrasi (ppm) Konsentrasi Gas CO (ppm) PROSIDING SNSTL I 214 ISSN 2356-4938 yaitu 8,4 ppm, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa keberadaan CO di Kota Padang masih memiliki konsentrasi yang rendah dan berada di bawah baku mutu. Perbandingan hasil pengukuran konsentrasi CO dengan baku mutu udara ambien dapat dilihat pada Gambar 11. 3 25 2.9.8.7.6.5.4.3.2.1 y =.2x +.696 R² =.5268 5 1 15 2 25 3 Volume Kendaraan (unit/jam) 15 1 5 Konsentrasi CO 213 Konsentrasi CO 24 Baku Mutu Gambar 12 Korelasi Antara Konsentrasi CO dengan Volume Kendaraan Tahun 24 14 5 1 15 2 25 3 35 4 Titik Sampling Gambar 11 Perbandingan Konsentrasi Gas CO Tahun 24 dan Tahun 213 dengan Baku Mutu PP RI No. 41 Tahun 1999 12 1 8 6 4 2 y =.31x +.962 R² =.8199 6. Korelasi Antara Konsentrasi dengan Volume Kendaraan Dapat dilihat dari Gambar 13 dan 14 bahwa semakin besar volume kendaraan, maka semakin besar pula konsentrasi gas CO yang dihasilkan. Angka korelasi (r) antara volume kendaraan dengan konsentrasi menggunakan persamaan linier pada Tahun 24 adalah sebesar,726 sedangkan pada Tahun 213 adalah sebesar,95 yang menunjukkan bahwa konsentrasi gas CO memiliki korelasi yang sangat kuat dengan volume kendaraan. Persamaan yang diperoleh dari Gambar 12 dan 13 adalah: y =.2x +.69 (3) y =,31x +,962... (4) Dimana: y = Konsentrasi gas CO (ppm) x = Volume Kendaraan (unit/jam) 5 1 15 2 25 3 35 4 45 5 Volume Kendaraan (unit/jam) Gambar 13 Korelasi Antara Konsentrasi CO dengan Volume Kendaraan Tahun 213 7. Korelasi Antara Konsentrasi dengan Kecepatan Kendaraan Analisis korelasi juga dilakukan untuk melihat hubungan antara tingkat konsentrasi gas CO dengan kecepatan kendaraan yang melintasi 4 ruas jalan di Kota Padang. Perbandingan antara korelasi gas CO dengan kecepatan kendaraan pada tahun 24 dan 213 dapat dilihat pada Gambar 14 dan 15. 186

Konsentrasi Gas CO (ppm) Konsentrasi Gas CO (ppm) PROSIDING SNSTL I 214 ISSN 2356-4938.9.8.7.6.5.4.3.2.1 y = -.275x + 1.6373 R² =.2494 1 2 3 4 5 6 Kecepatan Kendaraan (km/jam) 14 12 1 8 6 4 2 Gambar 14 Korelasi Antara Konsentrasi CO dengan Kecepatan Kendaraan Tahun 24 y =.29x -.9848 R² =.69 5 1 15 2 25 3 35 4 45 5 Kecepatan Kendaraan (Km/Jam) Gambar 15 Korelasi Antara Konsentrasi CO dengan Kecepatan Kendaraan Tahun 213 Korelasi kecepatan kendaraan dengan konsentrasi Gas CO yang ditunjukkan pada Gambar 14 dan 15 diatas diperoleh nilai (r) dari hubungan korelasi antara kecepatan kendaraan dengan konsentrasi gas CO dengan menggunakan persamaan linier Tahun 24 adalah sebesar,439 sedangkan pada Tahun 213 adalah sebesar,263 yang menunjukkan bahwa konsentrasi gas CO memiliki korelasi berbanding terbalik dengan kecepatan kendaraan. Semakin tinggi kecepatan kendaraan semakin rendah konsentrasi gas CO yang dihasilkan. Persamaan yang diperoleh adalah: y = -,275x 1.6373. (5) y =,29x,9848. (6) Dimana: y = Konsentrasi Gas CO (ppm) x = Kecepatan Kendaraan (km/jam) KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil survei dan perhitungan yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai konsentrasi CO tertinggi berada di Jalan By Pass yaitu sebesar 12,33 ppm sedangkan yang terendah berada di Jalan Ujung Gurun yaitu sebesar 4,12 ppm. Jika dibandingkan dengan konsentrasi 1 Tahun yang lalu, terjadi peningkatan pada nilai konsentrasi tertinggi sebesar 16 kali lipat sedangkan peningkatan nilai konsentrasi terendah sebesar 17 kali lipat pada tahun 213. 2. Terdapat korelasi yang sangat kuat antara volume kendaraan dengan peningkatan konsentrasi gas CO dimana didapat persamaan y =,31x +,962 dengan nilai r sebesar,95. Sedangkan untuk kecepatan kendaraan memiliki korelasi berbanding terbalik dengan konsentrasi gas CO dimana didapat persamaan y =,29x,9848. 3. Dari nilai konsentrasi yang didapatkan bahwa konsentrasi gas CO di Kota Padang masih berada dibawah baku mutu yang ditetapkan yaitu 26,19 ppm 4. Peningkatan konsentrasi yang sangat signifikan selama 1 tahun terakhir, maka harus dilakuka pengendalian pencemaran udara di kawasan roadside yaitu dengan mengurangi jumlah kendaraan bermotor di Kota Padang, melakukan perawatan rutin pada kendaraan, penambahan transportasi publik dan melakukan penanaman vegetasi yang dapat mereduksi gas CO. 2. Saran Adapun saran yang dapat diberikan untuk kemajuan penelitian ini selanjutnya adalah: 1. Dilihat dari peningkatan yang sangat signifikan, maka harus selalu dilakukan pemantauan konsentrasi CO secara 187

PROSIDING SNSTL I 214 ISSN 2356-4938 berkala pada setiap ruas jalan di Kota Padang. 2. Dilakukan penelitian emisi gas CO dari sumber-sumber lain seperti konsumsi energi, sektor pertambangan, rumah tangga dan perindustrian sehinggga kita bisa menghitung total dari keseluruhan gas CO yang diemisikan di Kota Padang. DAFTAR PUSTAKA Abubakar, I. 26. Kerusakan Lingkungan yang Diakibatkan oleh Sumber Transportasi. Diakses dari http://www.bplhdjabar.co.id tanggal 7 agustus 212. Alley and Copper, 1994. Air Pollution Engineering. Its Origin and Control. Mc-Graw Hill. USA. Canter. 1996. Evironmental Impact Assessment. New York: Mc. Grew Hill. Cooper and David. 1994. Air Pollution Control A Design Approach, Second Edition. Waveland Press, Inc. David and Cronwell. 1991. Introduction for Environmental Engineering. Mc- Graw Hill. USA. Fardiaz, S. 2. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Ferina, L 27. Studi Konsentrasi Gas Korbon Monoksida (CO) di Lingkungan Kerja Reseptor Snsitif (Supir, Petugas Parkir dan Polisi Lalu-lintas) di Kota Padang. FTUA, Padang Marlok, K. E. 1991. Pengantar Teknik dan Perencanaan Sistem Transportasi. Erlangga. Jakarta. Nevers, N. D. 1995. Air Pollution Control Engineering, International Editions, New York. Mcgraw-Hill. Novrizal, F. 24. Permodelan Matematika Antara Peningkatan Konsentrasi Gas Karbon Monoksida (CO) dengan Volume Lalu-lintas, Kecepatan Ratarata Lalu-lintas, Kecepatan Angin dan Arah Angin pada Ruas Jalan Utama Kota Padang. Jurusan Teknik Lingkungan. FTUA, Padang. Peter, Varon, Marik, Devine, Vreman and Donnay. 25. Health Homes Issues: Carbonmonoxide. Arnold Press. Sydney London. Schenele, K. 21. Air Pollution Control Technology Handbook. (Mechanical Engineering Handbook Series). Florida: CRC Press LLC. Slinn, Penney and Sanchez. 1998. Traffic Engineering Design Principles and Practice. Arnold Press. Sydney London. Sudomo, 21. Pencemaran Udara. ITB. Bandung. Tugaswati, T. 2. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan dampaknya terhadap Kesehatan. Jogjakarta Turner, B. 24. Workbook of Atmospheric Dispersion Estimates. Lewis Publisher. North Carolina. Wright and Paquette. 22. Highway Engineering. Jhon Willey: Gorgia Institute of Technology. New York Wichaksono, 26. Dampak Keracunan Gas Karbon Monoksida bagi Kesehatan Pekerja. Diakses dari http://www.cerminduniakedokteran.c om tanggal 5 agustus 212. Yosrizal, 24. Dasar-dasar Sistem Transportasi. Fakultas Teknik UNAND. Padang. 188