BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Fungsi pendidikan adalah menyiapkan peserta didik. Menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. kata yang sesuai yang terdapat pada KD menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak

BAB I PENDAHULUAN. (Sutama dalam rachmawati, 2000:3). Mutu pendidikan sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia,

B B A I P n e d n a d h a u h l u u l a u n La L t a a t r a Be B l e a l k a a k n a g n Ma M s a a s l a a l h

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, kemampuan berbicara atau bercerita, keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Retno Friethasari, 2015 PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sesuatu informasi agar saling memahami satu sama lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. lulus tidaknya seorang siswa. Oleh sebab itu mutu pelajaran Bahasa Indonesia di

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

SKRIPSI RITA SRI WAHYUTI NIM: A

BAB I PENDAHULUAN. Yulia, 2014 EFEKTIVITAS TEKNIK CLUSTERING (PENGELOMPOKAN) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan untuk membuat dirinya berguna di masyarakat. Pengertian pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS no 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang profesional adalah aspek yang saling berkaitan. dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

TEKS WAWANCARA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Metode Shatred Reading Dalam Pembelajaran Membaca Teks Cerita Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. kekayaan yang tidak mungkin dicapai jika tidak ada kebiasaan dan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. menuliskan pengalaman dalam bentuk cerita dan puisi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang baik dan benar secara lisan dan tulis.

I PENDAHULUAN. datang. Pada undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat dengan ketrerampilan-keterampilan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari bahasa saja, tetapi juga mempelajari sastra. Menurut Lukens

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. membangun rasa percaya diri, dan sarana untuk berkreasi dan rekreasi. Di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan dalam pengertian umum memiliki peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi (BSNP, 2006). Untuk berbahasa dengan baik dan

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. ke jenjang menengah itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam diri siswa. Orang yang

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai salah satu sumber belajar, selalu berusaha memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mentransfer nilai-nilai moral. Maka dalam pelaksanaannya, ketiga kegiatan tadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa (Indonesia) merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan Nasional (UU No. 20/2003),menyatakan: Manusia membutuhkan

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa pada dasarnya merupakan alat komunikasi yang akurat bagi

BAB I PENDAHULUAN. Djamarah dan Zain (2006:76), menyatakan Sebagai salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

BAB I PENDAHULUAN. membaca, menulis, menyimak, berbicara. Setiap keterampilan erat sekali kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang harus melakukan kegiatan belajar dengan sungguh sungguh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat penting di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan. terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan merupakan usaha dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin, dan mengarahkan peserta didik dengan berbagai masalah dan pertanyaan yang mungkin timbul dalam pelaksanaannya. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai hasil, di mana pendidikan itu merupakan tempat untuk membawa peserta didik mencapai tingkat perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi manusia, sesuai dengan hakiki dan ciri-ciri kemanusiaannya. Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan dan budaya bangsa telah banyak dilakukan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan misalnya, pemerintah telah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan sekarang kependidikan kurikulum 2013, beserta perangkat implementasinya untuk meningkatkan mutu dan hasil pendidikan di Indonesia. Perangkat implementasi yang dimaksud salah satunya adalah pengembangan model-model pembelajaran yang diharapkan mampu mendongkrak mutu proses pembelajaran yang bermuara pada peningkatan kualitas lulusan. Tujuan utamanya tentu saja adalah mengembangkan mental positif terhadap generasi bangsa di masa yang akan datang. Permasalahannya sekarang adalah bahwa pada prakteknya di lapangan pendidikan dianggap penumpang tambahan bagi proses pembelajaran sehingga keberadaanya dinilai membebani

2 psoses pendidikan yang selama ini sebenarnya terlalu sarat materi. Berdasarkan kenyataan di atas, timbul pertanyaan sederhana, dapatkah peningkatan mutu pendidikan dilakukan sejalan dengan peningkatan mental dan budaya bangsa pada para peserta didik?. Kemampuan akedemik dalam satu proses pembelajaran dapat dilakukan jika seorang guru mampu memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Oleh sebab itu, pendidikan di Negara kita harus secara tegas dalam pembelajaran dan sekaligus menjadi jiwa dan tujuan pembelajaran tersebut. Hal ini berarti bahwa pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran itu sendiri. Dalam konteks persekolahan, bahasa digunakan para siswa bukan hanya untuk kepentingan pembelajaran bahasa melainkan juga untuk mempelajari macam ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah. Pembelajaran bahasa haruslah diorientasikan pada pembentukan kemampuan berbahasa dan pembentukan kemampuan keilmuan yang lain. Atas dasar dua orientasi pokok ini, pembelajaran bahasa harus dikembangkan menjadi pembelajaran yang multi fungsi melalui penciptaan pembelajaran yang harmonis, bermutu, dan bermartabat. Ketiga kondisi pembelajaran di atas, sayangnya belum seluruh tercermin di dunia persekolahan kita saat ini. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia saja misalnya, masih banyak guru yang hanya menekankan pada aspek peran. Kondisi ini sebenarnya bukanlah hal yang jelek jika guru mampu melaksanakan peran-peran lainnya. Namun diakui atau tidak, masih terdapat ketimpangan yang dialami guru ketika melaksanakan berbagai peran tersebut. Kenyataan ini menyebabkan peserta didik ketergantungan pada guru, karena guru

3 masih terus terfokus pada pekerjaan administrasi sekolah. pembelajaran berlangsung dalam situasi yang kurang maksimal. Pembelajaran bahasa Indonesia SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Di samping itu, dengan pembelajaran bahasa Indonesia juga diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi siswa terhadap hasil karya sastra Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang SD/MI mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra meliputi 4 (empat) aspek, antara lain: mendengarkan, berbicara, membaca, menulis. Kemampuan bersastra untuk sekolah dasar bersifat apresiatif, karena dengan sastra dapat menanamkan rasa peka terhadap kehidupan. Pembelajaran lain yang masih kerap dijumpai adalah pembelajaran menulis yang berpola pikir, tulis, kontrol. Sampai saat ini pembelajaran menulis masih menjadi bahan penelitian yang digemari. Kondisi ini sejalan dengan kenyataan bahwa pembelajaran menulis masih menyisakan sejumlah masalah serius. Salah satu masalah serius tersebut adalah rendahnya kemampuan peserta didik dalam menulis. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menulis sejak tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi masih memprihatinkan. Pembelajaran menulis yang seharusnya membina para peserta didik untuk berlatih mengemukakan gagasan masih belum secara optimal dikembangkan dan bahkan dianggap sebagai pembelajaran yang menyenangkan bagi guru, sebab selama siswa menulis guru bisa bersantai di dalam ruang kelas, bahkan meninggalkan ruang kelas untuk berbicara dengan dengan guru lain di ruang guru. Kondisi ini diperparah dengan kebiasaan guru tidak memberikan

4 penilaian secara tepat kepada siswa dalam hal kemampuan menulis. Hasil tulisan siswa terkadang hanya dinilai dari jumlah paragraf yang dihasilkan, kerapian tulisan, dan faktor lain yang tidak esensial. Penilaian yang demikian jelas bukanlah sebuah penilaian yang berfungsi membangun kemampuan menulis peserta didik bahkan sebaliknya bisa menghancurkan kemampuan menulis siswa yang sesungguhnya. Kondisi lain yang menyebabkan siswa kurang mampu menulis adalah, penggunaan pendekatan menulis yang kurang tepat dan kurang kreativitas dalam menulis. Sampai saat ini masih banyak para guru mengajarkan menulis dengan penggunaan pendekatan gramatis sebagai pendekatan utamanya. Dalam praktiknya, guru yang menggunakan pendekatan ini cenderung memberikan penguatan tata bahasa dalam menulis dibanding dengan bagaimana siswa mengemukakan gagasan dalam menulis agar lebih baik. Akhirnya, siswa mungkin pandai bahasa namun lemah dalam isi. Selain itu, peneliti juga mewawancarai beberapa siswa kelas V di SD Negeri 060874 Medan Perjuangan. Beberapa siswa tersebut mengatakan bahwa pelajaran Bahasa Indonesia terlalu banyak bercerita dan membaca sehingga para siswa mengantuk dan bosan pada saat pembelajaran berlangsung. Peneliti melihat bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan guru di kelas masih disajikan secara monoton melalui kegiatan ceramah dan text book oriented sehingga banyak siswa yang kurang menunjukkan keterampilan dan kreativitas dalam mengikuti proses belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sementara kreativitas sangat penting dimiliki siswa untuk kelancaran belajarnya.

5 Dalam upaya peningkatan kreativitas menulis siswa di sekolah, para guru berkewajiban untuk dapat menciptakan kegiatan belajar yang menyenangkan dan mampu membangun kreativitas menulis siswa yang optimal, oleh karena itu dalam mendesain kegiatan belajar yang optimal diperlukan kecermatan guru dalam memilih teori, model dan metode pengajaran yang akan diterapkan. Tidak semua teori, model dan metode pengajaran cocok untuk semua mata pelajaran yang diajarkan karena setiap mata pelajaran memiliki karekteristik tersendiri. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia guru juga kurang mampu dalam menciptakan situasi belajar yang menarik, sehingga dalam setiap pertemuan pembelajaran Bahasa Indonesia terjadi proses belajar mengajar yang monoton dan membosankan. Model pembelajaran yang dilakukan guru di kelas masih kurang efektif dan tidak bervariasi. Guru tidak mampu mensosialisasikan model pembelajaran yang unik dan menyenangkan ke dalam kelas. Terutama di SD seharusnya dibuat semenarik mungkin dan menyajikan cara-cara yang mudah dipahami oleh siswa sehingga mereka menyukai mata pelajaran IPS. Peniliti juga mengamati proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V pada pokok bahasan Menulis Laporan Pengamatan. Siswa tampak kurang dalam memahami cara proses penulisan yang benar saat pembelajaran. Dari jumlah 30 orang siswa yang terdiri dari 15 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki di peroleh data, 5 orang siswa atau 16,7% yang memiiliki rasa ingin tahu cara penulisan laporan yang benar, 5 orang siswa atau 16,7% yang sering mengajukan pertanyaan yang baik, 4 orang siswa atau 13,3% yang memberikan banyak gagasan terhadap suatu masalah, dan 16 orang siswa atau 53,3% yang tidak menunjukkan indikator tersebut (kreativitas menulis rendah).

6 Dari jumlah 30 orang siswa juga diperoleh data, 16 orang siswa atau 53,3% masih belum mencapai nilai minimal (memiliki kreativitas menulis rendah), dan 14 orang siswa atau 46,7% telah mencapai nilai minimal (memiliki kreativitas menulis tinggi). Melihat kondisi di atas, proses pembelajaran menulis di sekolah harus segera diperbaiki. Pembelajaran menulis seharusnya dikembalikan pada orientasi yang benar yakni siswa mencintai menulis, bisa menulis, dan kreatif menulis. Selain itu, guru harus secara kreatif menciptakan proses pembelajaran menulis yang mendorong motivasi peserta didik berkembang sehingga siswa terpacu untuk mau dan bisa menulis. Berdasarkan gambaran permasalahan di atas menunjukkan bahwa pendekatan dalam pembelajaran menulis sangat dibutuhkan dan perlu diperbaharui guna meningkatkan kreativitas belajar siswa yang akhirnya berdampak pada peningkatan kemampuan siswa dalam menuangkan ide dan pikiran didalam tulisan. Dilihat dari kondisi di lapangan, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di sekolah yang berjudul Meningkatkan Kreativitas Menulis Siswa Dengan Menggunakan Pembelajaran Problem Centered Learning ( PCL) pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SD Negeri 060874 Medan Perjuangan T.A 2013-2014. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat dilihat bahwa tinggi rendahnya kreativitas menulis siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berbagai faktor tersebut dapat di identifikasi masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

7 1. Rendahnya kreativitas menulis siswa menuangkan ide dan pikiran dalam menulis karena penggunaan pendekatan yang kurang tepat. 2. Model pembelajaran menulis yang dilakukan guru di kelas masih kurang efektif dan tidak bervariasi. 3. Banyak peserta didik yang masih kurang dalam pemahaman terhadap cara penulisan yang benar. 4. Kurangnya minat dan ketertarikan peserta didik dalam keterampilan menulis. 5. Kurangnya kemampuan peserta didik untuk mengkomunikasikan pikiran dan perasaan di dalam menulis. 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Centered Learning (PCL) dapat meningkatkan kreativitas menulis siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia materi Menulis Laporan Pengamatan di Kelas V SD Negeri 060874 Medan Perjuangan T.A 2013-2014. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas maka rumusan masalah yang akan diteliti dari penelitian ini adalah Apakah dengan menggunakan model Pembelajaran Problem Centered Learning (PCL) dapat meningkatkan kreativitas menulis siswa pada Pembelajaran Bahasa Indonesia materi Menulis Laporan Pengamatan di Kelas V SD Negeri 060874 Medan Perjuangan T.A 2013-2014.

8 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maksud tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreativitas menulis siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Problem Centered Learning (PCL) materi Menulis Laporan Pengamatan di kelas V semester 2 SD Negeri 060874 Medan Perjuangan T.A 2013-2014. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan tercapai setelah melakukan penelitian ini adalah: a. Bagi Siswa Penelitian ini bermanfaat untuk mengarahkan cara penulisan siswa yang benar pada pembelajaran Bahasa Indonesia, dan menambah wawasan peserta didik dengan terjun langsung untuk menghasilkan laporan pengamatan dalam sebuah tulisan dan mengembangkan kemampuan siswa tersebut. b. Bagi Guru Penelitian ini bermanfaat untuk dapat dijadikan sebagai pengetahuan dalam menggunakan model pembelajaran Problem Centered Learning (PCL) untuk meningkatkan kreativitas menulis siswa dalam menghasilkan tulisan yang bermutu pada mata pelajaran bahasa Indonesia. c. Bagi Sekolah

9 Menjadi bahan refrensi atau evaluasi guna meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. d. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan tentang penggunaan model proses menulis.

10