Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Neneng Siti Lathifah Prodi Kebidanan Universitas Malahayati Bandar Lampung

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA BALITA DESA CIKONENG

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

HUBUNGAN ANTARA SIKAP BIDAN DAN DUKUNGAN KADER TERHADAP PERILAKU BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN KLATEN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

PEMBAHASAN HASIL SURVEI KADARZI DI JAWA TIMUR

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia, oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015

Mahasiswa Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang 2

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Oleh : Rita Nurhayati, Ruri Yuni Astari, M.Keb SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN

Disusun Oleh: Wiwiningsih

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI PUSKESMAS 7 ULU PALEMBANG TAHUN 2013

Puskesmas Tajau Pecah, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Ibu Balita Dalam KegiatanPosyandu Di Provinsi Lampung (Analisis Lanjut Data Riskesdas Tahun 2010)

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. ganda yaitu masalah kurang gizi dan gizi lebih. Kurang energi protein (KEP) pada

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET FE DI PUSKESMAS SIMO BOYOLALI

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Gizi Universitas Gadjah Mada

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

Oleh : Suyanti ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 I.

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PAOMAN KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI SEIMBANG BAGI IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN PALMERAH TAHUN 2013

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Jayeng Prawiran No. 13 RT 019/04

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kurangnya Kunjungan Anak Balita Di Posyandu

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANAJEMEN LAKTASI

I. PENDAHULUAN. Prevalensi gizi buruk pada batita di Indonesia menurut berat badan/umur

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

HUBUNGAN SIKAP IBU BALITA TENTANG GIZI TERHADAP STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAN HERAN KECAMATAN RENGAT BARAT TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Ema Anggraeni

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

Siti Rohma Perbasya 1 dan Fitri Ekasari 2 ABSTRAK

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

Persetujuan Pembimbing. Jurnal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA HUIDU KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih ABSTRAK

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

Oleh : Iyus Kusniawati ABSTRAK

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA LOLONG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan salah satu masa penting di dalam kehidupan. seorang wanita, selama kehamilan akan terjadi proses alamiah berupa

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DI KELURAHAN GUNUNG SARI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011 Zhainab Ulya*), M.Ridwan, Islamiyati**) Abstrak. Kelaparan dan gizi buruk masih menjadi ancaman bagi 1 miliar penduduk dunia. Dalam sensus Riset Kesehatan Dasar 2010 (Riskesdas), tercatat jumlah balita di Indonesia sebanyak 26,7 juta, 17,9% diantaranya atau 4,7 juta balita menderita gizi kurang dan 5,4% atau 1,3 juta balita menderita menderita gizi. Salah satu upaya pemerintah dalam penanggulangan masalah gizi melalui keluarga sadar gizi atau disebut juga dengan Kadarzi. Namun, pencapaian indikator Kadarzi di Kota Bandar Lampung masih belum memuaskan yaitu cakupan Kadarzi untuk masing-masing kelurahan belum mencapai target pemerintah (80%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang Kadarzi dengan perilaku keluarga sadar gizi (Kadarzi) di Kelurahan Gunung Sari kecamatan Tanjungkarang Pusat tahun 2011. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, dengan rancangan penelitian analitik, populasi berjumlah 665 keluarga, pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling (SRS) dengan menggunakan tabel bilangan acak yang berjumlah 250 responden yaitu ibu-ibu dalam suatu keluarga. Data diperoleh melalui kueisoner selanjutnya diolah menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square. Hasil analisis menunjukkan pengetahuan ibu tentang Kadarzi 43,2% dalam katagori baik dan 56,8% katagori kurang. Sikap ibu tentang Kadarzi 48% mendukung dan 52% tidak mendukung. 65,6% keluarga memiliki perilaku Kadarzi belum baik dan 34,4% memiliki perilaku Kadarzi baik. Hasil uji chi square hubungan Pengetahuan Ibu dengan Perilaku Kadarzi didapat nilai p-value 0,000 (p<0,05) dan hubungan Sikap Ibu dengan Perilaku Kadarzi didapat nialai p-value 0,000 (p<0,05). Kesimpulan penelitian ini menunjukan ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku Kadarzi. Perlu dilakukan meningkatkan program peningkatan gizi khususnya program keluarga sadar gizi dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang kadarzi atau meningkatkan kesadaran ibu-ibu rumah tangga tentang pentingnya program Kadarzi. Kata Kunci : Perilaku Kadarzi, Pengetahuan, Sikap. *) Mahasiswa Prodi Kebidanan Metro, **) Dosen Prodi Kebidanan Metro Poltekkes Kementerian Kesehatan Tanjungkarang. PENDAHULUAN Latar Belakang Kelaparan dan gizi buruk masih menjadi ancaman bagi 1 miliar penduduk dunia. Indonesia oleh Global Hunger Index (GHI) masuk dalam kategori serius yang berada di bawah level mengkhawatirkan dan sangat mengkhawatirkan. GHI membuat lima kategori untuk negara-negara yang masih mengalami masalah kelaparan dan gizi buruk. Mulai dari yang terburuk yakni sangat mengkhawatirkan, mengkhawatirkan, serius, moderat dan rendah. Negara di Sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan tercatat memiliki tingkat kelaparan tertinggi (Metronews, 2010). Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menunjukkan bahwa orang yang kurang gizi di seluruh dunia telah meningkat sebesar 75 juta untuk 923 juta. Dalam sensus Riset Kesehatan Dasar Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) 45

2010 (Riskesdas), tercatat jumlah balita di Indonesia sebanyak 26,7 juta, 17,9% diantaranya atau 4,7 juta balita menderita gizi kurang dan 5,4% atau 1,3 juta balita menderita menderita gizi buruk, dimana setidaknya ada 5,5 juta balita yang dikhawatirkan tidak berkualitas dimasa yang akan datang (Kompas, 2010). Angka kurang gizi Provinsi Lampung sendiri mencapai 10%, dan angka gizi buruk mencapai 3,5% (Riskesdas, 2010). Sementara di Kota Bandar Lampung tercatat kasus gizi buruk selama periode waktu 2007-2009 adalah 1,44% tahun 2007, 1,49% pada tahun 2008, dan tahun 2009 menjadi 1,8%. Kasus gizi kurang selama periode waktu 2007-2009, juga menunjukan peningkatan yaitu, 10,28% pada tahun 2007, 11,48% tahun 2008, dan meningkat menjadi 12,88% di tahun 2009. Hingga saat ini angka kejadian gizi buruk di Kota Bandar lampung masih tinggi, hal ini disebutkan dalam hasil penelitian Pusat Studi Strategis dan Kebijakan (PUSSbik),yaitu sebesar 1,82%. Besaran masalah gizi berdasarkan prevalensi status gizi buruk yang ada di Kota Bandar Lampung termasuk dalam kategori masalah berat karena hasil yang ada melebihi batas bebas masalah (<1%). Untuk status gizi kurang termasuk dalam kategori sedang dengan batas bebas masalah <5% (Dinkes Lampung, 2009). Meningkatnya kasus gizi buruk menunjukkan rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Keadaan gangguan gizi telah lama menjadi perhatian pemerintah. Pemerintah telah mengupayakan penanggulangan masalah gizi salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui keluarga sadar gizi atau disebut juga dengan Kadarzi. Tujuan dari program Kadarzi adalah meningkatkan pengetahuan dan perilaku keluarga untuk mengatasi masalah gizi (Depkes 2008). Keluarga Sadar Gizi (K adarzi) adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut Kadarzi apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dapat dilihat dengan beberapa indikator yaitu : menimbang berat badan secara teratur, makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, minum suplemen gizi sesuai aturan dan memberikan ASI eksklusif pada bayi sejak lahir sampai umur enam bulan (Depkes RI, 2008). Pemerintah telah menetapkan pencapaian Kadarzi sebesar 80%, namun saat ini pencapaian Kadarzi di Provinsi Lampung masih dibawah target, hal ini terlihat dari pencapaian indikator Kadarzi yang digunakan yaitu sekitar 65,9% (target 80%) anak balita yang dibawa ke Posyandu untuk ditimbang sebagai upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan. Bayi dan balita yang telah mendapat kapsul vitamin A baru mencapai 74% (target 95%) dan ibu hamil yang mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) baru mencapai 60% (target 90%). Demikian pula dengan perilaku gizi lainnya juga masih belum baik yaitu masih rendahnya ibu yang menyusui bayi 0-6 bulan secara eksklusif yang baru mencapai 39% (target 80%), sekitar 28% (target 80%) rumah tangga belum menggunakan garam beryodium yang memenuhi syarat, dan pola makan yang belum beraneka ragam (Riskesdas, 2010). Pencapaian indikator Kadarzi di Kota Bandar Lampung juga masih belum memuaskan, dimana bayi yang mendapatkan kapsul vitamin A 95,9% dan pada balita 87,8% dari target Kota Bandar Lampung 88% dan target nasional 80%, sedangkan ibu nifas yang mendapat vitamin A sebesar 96% dari target kota 100% dan target nasional 80%. Ibu hamil mendapat tablet tambah darah sebanyak 73,5% dari target kota dan nasional 80%. Bayi ditimbang sebanyak 78,3% dan balita 79% dari target kota dan nasional sabesar 80%. Bayi mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 69,04% dari target kota dan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) 46

nasional sebesar 80%, dan masyarakat yang belum menggunakan garam beryodium sebanyak 4,7% dari target 90% (Dinkes Bandar Lampung, 2009) Hasil penelitian pendahuluan yang telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Simpur 2010 yang terdiri dari 4 kelurahan dimana cakupan Kadarzi untuk masing-masing kelurahan adalah sebagai berikut, untuk Kelurahan Kelapa Tiga dari sasaran 2.668 keluarga yang tercapai hanya 26,55%, Kelurahan Penengahan dengan sasaran 1.563 keluarga tercapai 21,74%, Kelurahan Pasir Gintung dengan sasaran 1.470 keluarga tercapai 21,75%, dan kelurahan Gunung Sari dengan sasaran 665 keluarga telah tercapai 20,16% (Puskesmas Simpur, 2010). Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan pada tahun 2010 diperoleh hasil beberapa indikator Kadarzi masih dibawah target yaitu menimbang berat badan sebesar 68,52% dari target 80%, ibu memberiakan ASI eksklusif sebesar 42,23% dari target pencapaian 80%, keluarga menggunakan garam beryodium sebanyak 95,2% (target 90%), pemberian vitamin A pada bayi dan atau balita sebanyak 84,92% (target 80%), pemberian vitamin A pada ibu nifas sebanyak 11,11% (target 80%), dan pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil sebesar 15,15% dari target pencapaian 80%, dengan angka gizi kurang diwilayah tersebut sebesar 3,27%, dan gizi buruk berjumlah 1,74% (Puskesmas Simpur, 2010). Faktor-faktor yang menyebabkan masalah gizi ditingkat keluarga dipengaruhi oleh, kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan bagi anggotanya baik jumlah maupun jenis sesuai kebutuhan gizinya, pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga, serta tersedianya pelayanan kesehatan dan gizi yang terjangkau dan berkualitas, kemampuan dan pengetahuan keluarga dalam hal kebersihan peribadi dan lingkungan (Depkes RI, 2008). Beberapa penelitian menunjukan adanya hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku Kadarzi dalam keluagra. Penelitian Mulyati et al.(2004) dalam Misbakhudin (2007) menyatakan bahwa pemberian pendidikan gizi kepada ibu dapat mengubah pengetahuan gizi dan sikap ibu, yang akhirnya dapat mengubah perilaku makan kearah yang lebih baik. Penelitian Setiyaningsih (2007) menyebutkan bahwa semakin positif sikap responden tentang Kadarzi maka akan semakin besar kemungkinan untuk melaksanakan indikator Kadarzi, sebaliknya semakin negatif sikap responden tentang kadarzi maka akan semakin kecil kemungkinan untuk melaksanakan indikator Kadarzi. Pencapaian program Kadarzi di Kelurahan Gunung Sari masih di bawah target atau harapan, meskipun ada program yang telah baik. Saah satu faktor penyebabnya mungkin adalah masih rendahnya pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap gizi dan kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Hal ini menjadi indikator bagi pelaksana program bahwa masih banyak hambatan dalam pelaksanaan program gizi khususnya Kadarzi. Anggota keluarga yang dipandang berperan aktif bagi kesehatan dalam keluarga adalah ibu. METODOLOGI Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan cross sectional, untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang Kadarzi dengan perilaku keluarga sadar gizi (Kadarzi) di Kelurahan Gunung Sari kecamatan Tanjungkarang Pusat tahun 2011. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, dengan rancangan penelitian analitik, populasi berjumlah 665 keluarga, pengambilan sampel Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) 47

menggunakan Simple Random Sampling (SRS) dengan menggunakan tabel bilangan acak yang berjumlah 250 responden yaitu ibu-ibu dalam suatu keluarga. Data diperoleh melalui kueisoner selanjutnya diolah menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Kadarzi Di Kelurahan Gunung Sari Kota Bandar Lampung No Variabel Jumlah (%) 1. 2. 3. Pengetahuan a. Baik b. Kurang Sikap a. Mendukung b. Tidak Mendukung Perilaku a. Kadarzi Baik b. Kadrzi Belum Baik 108 43,2 142 56,8 Jumlah 250 100 120 48 130 52 Jumlah 250 100 86 34,4 164 65,6 Jumlah 250 100 Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang Kadarzi di Kelurahan Gunung Sari adalah berpengetahuan kurang baik sebesar (142 responden) 56,8% atau lebih besar jumlahnya dibandingkan ibu yang memiliki pengetahuan baik, sedangkan untuk distribusi sikap ibu mempunyai sikap tidak mendukung sebesar (130 responden) 52% yang berarti lebih besar jumlahnya dari ibu yang memiliki sikap mendukung dan perilaku ibu di Kelurahan Gunung Sari kota Bandar Lampung tergolong belum baik yaitu sebesar (164 responden) 65,6% ibu memiliki perilaku Kadarzi belum baik. No a. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Perilaku Keluarga Kadarzi Tabel 2 Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Perilaku Kadarzi Pengetahuan Perilaku keluarga Kadarzi belum baik Kadarzi baik N % N % N % 1 Kurang 110 77,5 32 22,5 142 100 2 Baik 54 50 54 50 108 100 Jumlah 164 65,6 86 34,4 250 100 Total p- value 0.000 Tabel 2 terlihat bahwa hasil analisis dari 142 ibu dengan pengetahuan kurang, 77,5% (110 ibu) atau lebih dari separuh ibu berperilaku Kadarzi belum baik, sedangkan dari 108 ibu yang memiliki pengetahuan baik memiliki perilaku Kadarzi belum baik sebanyak 50% atau seimbang dengan ibu yang berperilaku Kadarzi baik. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,000 (<0,05) dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan perilaku Kadarzi. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR=3,4 yang artinya ibu dengan pengetahuan kurang berpeluang 3,4 kali atau lebih memiliki perilaku Kadarzi belum baik dibanding dengan ibu yang berpengetahuan baik. b. Hubungan Sikap Ibu Dengan Perilaku Keluarga Sadar Gizi No Tabel 3 Hubungan sikap ibu dengan perilaku keluarga sadar gizi Sikap 1. Tidak Mendukung 2. Perilaku keluarga Kadarzi belum baik Kadarzi baik N % N % N % 113 86,9 17 13,1 130 100 Mendukung 51 42,5 69 57,5 120 100 Total p- value 0,000 OR (CI 95%) 3,4 (1,9-5,9) OR (CI 95%) 8,9 (4,8-16,8) Jumlah 86 65,6 164 34,4 250 100 Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) 48

Tabel 3 terlihat bahwa dari 130 ibu dengan sikap tidak mendukung, 86,9% (113 ibu) atau lebih dari separuh ibu berperilaku Kadarzi belum baik, sedangkan dari 120 ibu yang memiliki sikap mendukung 57,5% (69 ibu) berperilaku Kadarzi baik. Hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 (<0,05) dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan perilaku Kadarzi. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR=8,9 artinya ibu yang memiliki sikap tidak mendukung terhadap Kadarzi memilki peluang sebesar 8,9 kali berperilaku Kadarzi belum baik dibanding dengan ibu yang memiliki sikap mendukung. PEMBAHASAN 1. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Perilaku Keluarga Sadar Gizi Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Gunung Sari Kota Bandar Lampung ditemukan bahwa dari 250 responden terdapat 142 ibu memilki pengetahuan kurang, dari jumlah tersebut sebesar 110 ibu (77,5%) dengan perilaku Kadarzi kurang dan sebanyak 32 ibu (22,5%) dengan perilaku Kadarzi baik. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,000 (<0,05) dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan perilaku Kadarzi.. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Dewi Setiyaningsih (2007) yang menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang Kadarzi dengan status Kadarzi. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR=3,4 yang artinya ibu dengan pengetahuan kurang berpeluang 3,4 kali memiliki perilaku Kadarzi kurang dibanding dengan ibu yang berpengetahuan baik. Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat hubungan pengetahuan dengan perilaku keluarga sadar gizi dengan nilai OR=3,43 maka perlu ditingkatkan pengetahuan ibu tentang Kadarzi dan indikatornya, hal ini diharapkan keluarga mampu menerapkan perilaku keluarga sadar gizi. Penelitian ini sesuai dengan teori Green dalam Notoatmodjo (2010) yang berpendapat bahwa proses pembentukan dan perubahan perilaku seseorang salah satunya ditentukan oleh faktor presdiposisi diantaranya yaitu pengetahuan. Beredasarkan Depkes (2002) Dengan pengetahuan gizi yang cukup seseorang dapat mengubah perilaku yang kurang benar sehingga dapat memilih hidup dengan sehat serta menyusun menu seimbang sesuai dengan kebutuhan dan selera serta akan mengetahui akibat adanya kurang gizi. Pemberian pengetahuan gizi yang baik dapat mengubah kebiasaan makan yang semula kurang menjadi lebih baik (Depkes, 2002). Menurut Gabriel (2008) faktor yang mempengaruhi keluarga mau berperilaku Kadarzi diantaranya adalah faktor sosio demografi yang meliputi tingkat pendidikan orang tua, umur orang tua, jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga, ketersediaan pangan, pengetahuan dan sikap ibu terhadap gizi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fitri (2008) di Kota Payakumbuh menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap perilaku Kadarzi dan status gizi. Perilaku Kadarzi dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan tingkat kesadaran keluarga akan pentingnya gizi. Penelitian Hilma Syafly (2011) merubah perilaku keluarga menjadi keluarga sadar gizi guna menunjang perbaikan gizi masyarakat bukanlah hal yang mudah. Pendidikan gizi masyarakat yang terus menerus, termasuk Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) 49

penyebarluasan informasi melalui media masa, pembinaan dan penggerakan tokoh dan kelompok-kelompok masyarakat, serta pendampingan keluarga baik oleh tenaga profesional maupun masyarakat terlatih. Guna memantau pencapaian dari masing-masing kegiatan tersebut dan mengetahui pencapaian target pemerintah maka diperlukan pemantauan terhadap situasi Kadarzi. Hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan ibu di Kelurahan Gunung Sari kota Bandar Lampung tergolong kurang walaupun tingkat pendidikan ibu yang sudah tergolong tingkat menengah, hal ini mungkin disebabkan oleh pengaruh budaya asing yang sudah mulai masuk ke daerah sehingga keluarga di kelurahan tersebut cinderung mengonsumsi makanan cepat saji. Maka diharapkan adanya upaya dalam meningkatkan pengetahuan ibu-ibu di wilayah kelurahan Gunung Sari dengan mengadakan kegiatan promosi kesehatan tentang Kadarzi oleh petugas kesehatan di wilayah tersebut. 2. Hubungan Sikap Dengan Perilaku Keluarga Sadar Gizi Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dari 250 ibu di Kelurahan Gunung Sari terdapat 130 ibu (52%) yang memiliki sikap tidak mendukung dimana sebanyak 113 ibu (86,9%) dengan perilaku Kadarzi yang kurang dan sebanyak 17 ibu (13,1%) dengan perilaku Kadarzi yang baik. Hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 (<0,05) dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan perilaku Kadarzi. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR 8,9 artinya ibu yang memiliki sikap tidak mendukung terhadap Kadarzi memilki peluang sebesar 8,9 kali berperilaku Kadarzi kurang dibanding dengan ibu yang memiliki sikap mendukung. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva Maryani (2010) dengan nilai p value = 0,001 ( p < 0,05) menunjukan ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu tentang Kadarzi dengan perilaku Kadarzi. Penelitian Setiyaningsih (2007) menyebutkan bahwa semakin positif sikap responden tentang Kadarzi maka akan semakin besar kemungkinan untuk melaksanakan indikator Kadarzi, sebaliknya semakin negatif sikap responden tentang kadarzi maka akan semakin kecil kemungkinan untuk melaksanakan indikator Kadarzi. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Green (1980) yang berpendapat bahwa proses pembentukan dan perilaku seseorang salah satunya ditentukan oleh faktor predisposisi diantaranya yaitu sikap (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian yang telah dilakukan di kelurahan Gunung Sari menunjukan sikap ibu mendukung Kadarzi masih tergolong rendah. Hal ini salah satunya mungkin disebabkan oleh lingkungan yang mendukung seperti tersedianya tempat-tempat yang menjual makanan cepat saji dengan harga yang terjangkau dan rasa yang enak, sehingga masyarakat di daerah tersebut lebih tertarik untuk mengonsumsi makanan tersebut dengan menghiraukan tentang kualitas makanan. Maka perlu dilakukan upaya agar ibu mampu berperan aktif dalam kegiatan Kadarzi dengan menumbuhkan sikap yang mendukung terhadap Kadarzi itu sendiri, dengan cara melakukan pembinaan terhadap ibu-ibu di Kelurahan Gunung Sari tentang pentingnya Kadarzi dan indikatorindikator Kadarzi dan pola hidup sehat. KESIMPULAN Kesimpulan penelitian sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku keluarga sadar Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) 50

gizi di Keluruhan Gunung Sari kota Bandar Lampung dengan p-value sebesar 0,000 (p<0,05). 2. Ada hubungan antara sikap ibu dengan perilaku Keluarga Sadar Gizi di Kelurahan Gunung Sari Kota Bandar Lampung dengan p-value sebesar 0,000 (p<0,05). SARAN 1. Bagi Petugas Kesehatan Agar meningkatkan program peningkatan gizi khususnya program keluarga sadar gizi dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang kadarzi dan meningkatkan kesadaran ibu-ibu rumah tangga tentang pentingnya program Kadarzi, dengan cara: a. Melakukan pendidikan kesehatan oleh petugas kesehatan tentang Kadarzi. b. Kerjasama antara petugas kesehatan dengan aparat kelurahan terutama dalam bidang perbaikan program gizi. c. Memberikan motivasi kepada keluarga di Kelurahan Gunung Sari. 2. Bagi Program Studi Kebidanan Metro Agar menjadi dokumen dan bahan bacaan untuk menambah wawasan mahasiswi di Poltekkes Tanjung Karang Program Studi Kebidanan Metro. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Agar menjadi bahan masukan dalam melakukan penelitian yang akan datang yang berkaitan dengan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta, 359 halaman. Arisman, 2010, Gizi Dalam Daur Kehidupan, EGC, Palembang, 275 halaman. Azwar, 1995, Siakap Manusia Teori dan Pengukuranna, Pustaka Belajar, Yogyakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2010, Riset Kesehatan Dasar 2010, kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 431 halaman. Budi, 2010, Gizi Buruk di Indonesia Masuk Kategori Serius [online]. Tersedia ( Metrotvnews.com) [4 Mei 2011]. Departemen Kesehatan RI, 2007, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 2008, Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi Di Desa Siaga, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 2008, Pedoman Pendampingan Keluarga Menuju Kadarzi, Departemen Kesehatan RI, Jakarta,24 halaman. Departemen Kesehatan RI, 2008, Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (KADARZI), Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 32 halaman. Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2009,Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2010, Bandar Lampung. Entjang, I, 1997, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Citra Aditya Bakti, Bandung, 243 halaman Fitri SJ, 2008, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kesadaran Gizi Keluarga Dan Hubungannya Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Parak Batuang Kecamatan Payakumbuh Barat Kotamadya Payakumbuh [online], Tersedia (http://www.iinaza/wordpress/kti.ipb.co.id)[08 agustus 2011] Gabriel A, 2008, Perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Serta Hidup Bersih Dan Sehat Ibu Kaitannya Dengan Status Gizi Dan Kesehatan Blita Di Desa Cikarawang Bogor[online], Tersedia (http://kesmasunsoed.blogspot.com/2008/12/perilakukadarzi-dan-status-gizi.html)[7 agustus 2011] Hastono, Sutanto Priyo, 2001, Analisis Data, FKM UI, Jakarta, 291 halaman. Heri, F., Balita Penderita Gizi Buruk di Lampung [online]. Tersedia (http://www.indosiar.com/fokus/30843/balitapenderita-gizi-buruk-di-lampung)[4 Mei 2011). Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) 51

Kemendik, 2010, Peraturan Pemerintah RI Nomor 66 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Kementerian Pendidikan RI, Jakarta. Manjilala, 2007, Indikator Kadarzi [online], Tersedia (http://www.blogster.com/ manjilala/indikatorkadarzi) [27 April 2011] Maryani, Eva, 2010, Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Gizi Dengan Perilaku Keluarga Mandiri Sadar Gizi (KADARZI) [online]. Tersedia (http://286_eva_maryani_g2c308006_a.pdf)[ 11 agustus 2011] Misbakhudin, 2007, Hubungan pengetahuan dan sikap suami dengan Perilaku Keluarga Mandiri Sadar Gizi (Kadarzi) Di Kota Bandung Provinsi Jawa Bara[online],Tersedia(http://eprints.undip.ac.i d/16644/1/aswita_amir.pdf)[3 april 2011. Notoatmodjo, S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta, 250 halaman Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 208 halaman. Notoatmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta, 243 halaman. Praktiknya, 2003, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 231 halaman. Sarwono, Waspadji dkk, 2004, Pengkajian Status Gizi Studi Epidemiologi, FKUI, Jakarta. Smile, 2010, Gizi Buruk [online]. Tersedia (http://okasmile.blogspot.com /2010/02/gizi-buruk.html) [7 Mei 2010) Setiyaningsih, D., 2007, Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Keluarga Mandiri Sadar Gizi (Kadarzi) Dengan Status Kadarzi Pada Keluarga Anak Usia 5-59 Bulan Di Puskesmas Moyudan Kabupaten Sleman[online], Tersedia(http://www.setiya.co.id/files/cdk/files /cdk_status gizi balita.pdf)[10 April 2011] Sugiono, 2008, Metode Penelitian, Alfabeta, Bandung, 210 halaman. Taslim, 2010, Balita penderita Gizi Buruk [online], Tersedia (http://arsipberita.com/show/duh- jutaan-balita-menderita-giziburuk- 184617.html) [23 April 2011]. Zulka, Arvino, 2009, Kasus Gizi Buruk Di Bandarlampung Masih Tinggi [online], Tersedia (http://www.koranjakarta.com/berita-detailterkini.php?id =2218 6) [27 April 2011] Zulkarnaini, Hapsari, 2003, Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Kadarzi dengan Perilaku Sadar Gizi di Desa Jagan kecamatan Bendosari Kecamatan Sukoharjo[online], Tersedia (http://hapsari.co.id/files/um/.pdf)[5 agustus 2011] Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) 52