PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 5 TAHUN : 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

BUPATI TANA TORAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 5 TAHUN 2007 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 6 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2007 SERI E =============================================================

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

14 LEMBARAN DAERAH Agustus KABUPATEN LAMONGAN 9/E 2006 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 13 SERI E NOMOR SERI 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 6 TAHUN : 2007

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P E R A T U R A N D A E R A H

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PENGISIAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2010 SERI D.3

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI CIAMIS

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2006 NOMOR 9 SERI E NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2006 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 81 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G

Dengan persetujuan bersama. DEWAN PERMUSYAWARATAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN dan BUPATI MUSI BANYUASIN MEMUTUSKAN :

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

P E R A T U R A N D A E R A H

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG

P E R A T U R A N D A E R A H

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2008

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2008

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI PEMERINTAH DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 4 TAHUN 2009 T E N T A N G TATA CARA PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

PERATURAN DAERAH NOMOR 19 TAHUN 2000

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

Transkripsi:

DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang, maka Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pengesahan, Pelantikan, Pemberhentian Sementara Dan Pemberhentian Kepala Desa yang diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2000 Nomor 20 perlu ditinjau kembali; b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a, maka dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang tentang Tata Cara Pemilihan, Pencalonan, Pengangkatan, Pelantikan Dan Pemberhentian Kepala Desa. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah ; 2. Undang-Undang Nomor 67 Tahun 1958 tentang perubahan Batasbatas Wilayah Kotapraja Salatiga dan Daerah Swatantra Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1958 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1652); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 304) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 1

4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4168); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan ndang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4548); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3079); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1992 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3500); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Dan Pemerintah Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3952); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan Dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4263); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4587); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SEMARANG dan BUPATI SEMARANG 2

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGESAHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Semarang. 2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Repulik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 4. Bupati Semarang yang selanjutnya disebut Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Semarang. 5. Kecamatan adalah Wilayah kerja Camat sebagai perangkat Daerah yang ada di Kabupaten Semarang. 6. Camat adalah Unsur Perangkat Daerah sebagai Kepala Kecamatan di Kabupaten Semarang. 7. Desa adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara kesatuan Republik Indonesia dan berada di Kabupaten Semarang. 8. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 9. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 10. Kepala Desa adalah Pejabat yang memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa. 11. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 12. Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. 13. Perangkat Desa Lainnya terdiri dari Sekretariat Desa, Pelaksana Teknis Lapangan, dan Unsur Kewilayahan. 14. Lembaga Kemasyarakatan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat. 15. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintah desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. 16. Bakal Calon adalah warga masyarakat desa setempat yang mendaftarkan diri sebagai calon Kepala Desa. 3

17. Calon Yang Berhak Dipilih adalah calon yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh panitia pemilihan. 18. Calon Terpilih adalah calon yang telah memperoleh suara sah terbanyak dalam pemungutan suara. 19. Penjabat Kepala Desa adalah pejabat yang menjalankan tugas, fungsi, wewenang Kepala Desa, dalam waktu tertentu dan diangkat oleh Bupati berdasarkan usul Camat dengan memperhatikan aspirasi yang berkembang di masyarakat setempat. 20. Pemilih adalah penduduk desa setempat dan telah memenuhi persyaratan untuk menggunakan hak pilihnya berdasarkan Peraturan Perundangan yang berlaku. 21. Hak Pilih adalah hak yang dimiliki oleh pemilih untuk menentukan sikap pilihannya. 22. Penjaringan adalah suatu tahapan kegiatan yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan untuk mendapatkan bakal calon. 23. Penyaringan adalah suatu tahapan kegiatan yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan untuk mendapatkan Calon Kepala Desa. 24. Kampanye adalah kegiatan dalam rangka meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi dan program. BAB II PEMILIHAN KEPALA DESA Bagian Kesatu Panitia Pasal 2 (1) Untuk pencalonan dan pemilihan Kepala Desa, BPD membentuk Panitia Pemilihan yang terdiri dari unsur Perangkat Desa, Pengurus Lembaga Kemasyarakatan dan Tokoh Masyarakat, yang jumlahnya 9 (sembilan) orang. (2) Susunan keanggotaan Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. Ketua ; b. Wakil Ketua ; c. Sekretaris ; d. Anggota. (3) Panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melakukan pemeriksaan identitas bakal calon berdasarkan persyaratan yang ditentukan, melaksanakan pemungutan suara, dan melaporkan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa kepada BPD. (4) Tugas Panitia Pemilihan selain sebagaimana dimaksud ayat (2) juga melaksanakan : a. penjaringan dan penyaringan bakal calon Kepala Desa; b. pembuatan tata tertib dan menentukan jadwal pemilihan Kepala Desa; c. penyusunan dan pengajuan rencana anggaran biaya pemilihan Kepala Desa untuk dianggarkan dalam APB Desa; d. pendaftaran pemilih; e. penetapan dan pengumuman Daftar Pemilih Sementara ; f. penetapan Daftar Pemilih Tetap ; g. penyiapan kartu suara sesuai dengan Daftar Pemilih Tetap ; h. penghitungan suara; i. pembuatan berita acara pelaksanaan pemilihan dan berita acara hasil penghitungan suara; dan j. penyampaian berita acara sebagaimana dimaksud huruf i kepada BPD. 4

(5) Panitia pemilihan dapat mengangkat pembantu panitia teknis yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan. (6) Dalam hal terdapat anggota panitia pemilihan yang telah ditetapkan ada yang mencalonkan atau tidak dapat menjalankan tugas sebagaimana mestinya, maka keanggotaan pada panitia pemilihan digantikan oleh yang lain yang belum terdaftar sebagai panitia pemilihan atas usul Panitia Pemilihan dengan persetujuan BPD. (7) Panitia pemilihan, Pemerintah Desa dan BPD dalam proses pemilihan kepala desa, harus bersikap jujur, adil dan netral. (8) Mekanisme pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 3 (1) Panitia pemilihan paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari sebelum hari pemungutan suara yang telah ditetapkan, wajib mengumumkan kepada penduduk desa tentang hari, tanggal, tempat, dan jam pemungutan suara dilaksanakan. (2) Dalam waktu 3 (tiga) hari sebelum hari pemungutan suara panitia pemilihan wajib menyampaikan surat undangan kepada pemilih. (3) Surat Undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibawa oleh pemilih untuk ditukar dengan kartu suara. Pasal 4 Panitia pemilihan harus mempersiapkan segala sesuatu dengan baik terutama keamanan, agar pelaksanaan pemungutan suara dapat berjalan dengan lancar dan selesai pada waktu yang telah ditentukan. Pasal 5 Panitia pemilihan, Pemerintah Desa dan BPD apabila dalam melaksanakan tugas bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), maka yang bersangkutan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 6 (1) Dalam rangka proses pemilihan kepala desa dibentuk Panitia Pengawas tingkat desa. (2) Panitia Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh Pemerintah Desa bersama BPD. (3) Panitia pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berjumlah 5 (lima) orang yang dapat berasal dari unsur tokoh masyarakat, akademisi, Lembaga kemasyarakatan, dan anggota BPD. Pasal 7 Dalam rangka memonitor pelaksanaan pemilihan Kepala Desa, Bupati dapat membentuk tim monitoring tingkat Kabupaten dan Camat dapat membentuk tim monitoring tingkat Kecamatan. 5

Bagian Kedua Proses Pemilihan Kepala Desa Pasal 8 (1) Proses Pemilihan Kepala Desa paling lama 4 (empat) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Kepala Desa. (2) Penetapan waktu dan tahapan proses pemilihan Kepala Desa ditetapkan oleh Panitia Pemilihan. Pasal 9 (1) Calon Kepala Desa adalah Penduduk desa Warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi persyaratan : a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah; c. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan /atau sederajat; d. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun; e. bersedia dicalonkan menjadi kepala desa; f. penduduk desa setempat; g. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 (lima) tahun; h. tidak dicabut hak pilihnya sesuai dengan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; i. belum pernah menjabat sebagai kepala desa paling lama 10 (sepuluh) tahun atau 2 (dua) kali masa jabatan; j. mengenal desanya dan dikenal masyarakat, serta bertempat tinggal paling singkat 2 (dua) tahun terakhir tidak terputus-putus kecuali putra desa setempat ; k. bersedia bertempat tinggal di desa yang bersangkutan yang dibuktikan dengan surat pernyataan ; l. sehat jasmani dan rohani ; dan m. berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat keterangan dari Kepolisian. (2) Kepala Desa yang mencalonkan kembali diwajibkan cuti 30 hari sebelum tanggal pemungutan suara. (3) PNS, TNI, POLRI, Pegawai Swasta yang berbadan hukum atau perangkat desa yang mencalonkan diri sebagai kepala desa selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga harus memiliki surat keterangan persetujuan dari atasannya yang berwenang untuk memberikan ijin. (4) PNS yang dapat mencalonkan diri sebagai kepala desa paling rendah berpangkat Pengatur dengan Golongan Ruang II/c, dan bagi TNI paling rendah berpangkat Sersan dengan Golongan Ruang II/c serta POLRI paling rendah berpangkat Brigadir dengan Golongan Ruang II/c. Pasal 10 (1) Bakal calon dan calon kepala desa dilarang memberikan dan /atau menjanjikan sesuatu, baik langsung maupun tidak langsung dengan nama atau dalih apapun dalam usaha untuk memenangkan dirinya dalam pemilihan. 6

(2) Bakal calon dan calon Kepala Desa yang terbukti memalsukan keterangan mengenai dirinya dan atau melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan gugur oleh Panitia Pemilihan. (3) Penetapan gugur oleh Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan. Pasal 11 (1) Panitia Pemilihan selanjutnya menetapkan bakal calon yang telah memenuhi persyaratan menjadi calon Kepala Desa yang berhak dipilih. (2) Calon Kepala Desa yang berhak dipilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan kepada penduduk desa 3 (tiga) hari sebelum tanggal pemungutan suara. Bagian Ketiga Penjaringan Dan Penyaringan Pasal 12 (1) Penetapan bakal calon dan calon kepala desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dilaksanakan setelah melalui proses penjaringan dan penyaringan yang dilakukan oleh panitia pemilihan. (2) Penjaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah seluruh proses kegiatan untuk mendapatkan bakal calon kepala desa yang meliputi : a. sosialisasi kepada masyarakat tentang lowongan jabatan kepala desa; b. mengumumkan tentang persyaratan pendaftaran bakal calon kepala desa; dan c. menerima pendaftaran bakal calon kepala desa. (3) Penyaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah proses untuk mendapatkan calon kepala desa yang meliputi : a. meneliti berkas dan persyaratan bakal calon kepala desa; b. mengumumkan bakal calon kepala desa yang memenuhi persyaratan; c. menetapkan bakal calon kepala desa menjadi calon kepala desa; Bagian Keempat Pemilih Pasal 13 (1) Untuk dapat menggunakan hak pilihnya, warga desa harus terdaftar sebagai pemilih. (2) Penduduk desa yang mempunyai hak pilih dalam pemilihan Kepala Desa adalah penduduk desa, yang : a. pada saat tanggal pelaksanaan pemungutan suara telah mencapai umur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah / pernah kawin; b. terdaftar sebagai penduduk desa secara sah dan bertempat tinggal di desa setempat paling singkat 6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus; c. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; d. tidak sedang menjalani pidana kurungan atau penjara; dan e. nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa / ingatannya; 7

Pasal 14 Seorang warga desa yang telah terdaftar dalam daftar pemilih ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, tidak dapat menggunakan hak pilihnya. Pasal 15 (1) Penduduk desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2), untuk dapat didaftar oleh Panitia Pemilihan sebagai pemilih, wajib mendaftarkan diri secara aktif kepada Panitia Pemilihan sejak tanggal pembukaan pendaftaran pemilih oleh Panitia Pemilihan. (2) Hasil pendaftaran pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dalam Daftar Pemilih Sementara oleh Panitia Pemilihan dan diumumkan kepada penduduk desa selama 15 (lima belas) hari sejak tanggal ditetapkan. Pasal 16 (1) Daftar Pemilih Sementara yang telah diumumkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) setelah mengalami perbaikan dan atau tambahan berdasarkan hasil masukan penduduk desa, ditetapkan menjadi Daftar Pemilih Tetap oleh Panitia Pemilihan. (2) Daftar Pemilih Tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan kepada penduduk desa paling lambat 5 (lima) hari sebelum tanggal pemungutan suara. Pasal 17 Pemilih yang tertangkap tangan dan / atau terbukti menggunakan hak pilih orang lain dan / atau menggunakan hak pilih lebih dari 1 (satu) kali, maka kepada yang bersangkutan dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Kelima Kampanye Pasal 18 (1) Pelaksanaan kampanye Calon Kepala Desa dilaksanakan 2 (dua) hari sebelum tanggal pemungutan suara, dengan alokasi waktu dan materi kampanye sebagai berikut : a. Hari Pertama, dilakukan pengundian nomor dan tanda gambar yang dilanjutkan penyampaian visi dan misi pembangunan desa di depan BPD, Perangkat Desa, Pemuka Masyarakat dan Lembaga Kemasyarakatan yang ada di desa dan terbuka untuk umum; b. Hari Kedua, Calon Kepala Desa dapat melaksanakan kampanye di depan calon pemilih. c. Waktu pelaksanaan kampanye ditentukan mulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB. (2) Dalam hal pelaksanaan kampanye, Calon Kepala Desa harus mengutamakan keamanan, ketertiban, ketentraman dan keutuhan masyarakat desa. 8

(3) Tata tertib pelaksanaan kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, ditentukan lebih lanjut oleh Panitia Pemilihan. Bagian Keenam Pemilihan Pasal 19 Asas Pemilihan Kepala Desa adalah Jujur, Adil, Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia. Pasal 20 (1) Pada saat pelaksanaan pemungutan suara, tempat pemungutan suara sampai dengan radius 100 (seratus) meter harus bersih dari alat peraga kampanye. (2) Pembersihan alat peraga kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Panitia Pemilihan dan Panitia Teknis dengan melibatkan BPD dan Perangkat Desa. Pasal 21 Setiap Calon Kepala Desa agar menugaskan 2 (dua) orang saksi untuk menyaksikan jalannya pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara, pada tempat yang disediakan Panitia Pemilihan. Pasal 22 (1) Pelaksanaan pemungutan suara dimulai dari pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB, dan yang telah mendaftarkan diri sebelum pukul 14.00 WIB tetapi belum menggunakan hak pilihnya, maka yang bersangkutan tetap dilayani untuk menggunakan hak pilihnya. (2) Sebelum melaksanakan pemungutan suara Panitia Pemilihan membuka rapat pemilihan dan memberikan penjelasan tata tertib pemungutan suara serta memperlihatkan kepada saksi, pemilih yang telah hadir dan Calon Kepala Desa bahwa kotak suara dalam keadaan kosong dan menutup kembali dengan disegel. (3) Penggunaan hak pilih tidak dapat diwakilkan dengan alasan apapun. (4) Dalam hal terdapat pemilih yang kondisi fisiknya tidak memungkinkan untuk memberikan hak suaranya sendiri di tempat pemungutan yang di sediakan dapat didampingi oleh Panitia Pemilihan dan para saksi. Pasal 23 Sesudah pemungutan suara dinyatakan selesai, dilanjutkan dengan penghitungan suara. Pasal 24 (1) Pada saat pemungutan suara sampai dengan penghitungan suara selesai semua anggota Panitia Pemilihan, dan Calon Kepala Desa serta Saksi harus tetap berada di Tempat Pemungutan Suara hingga penandatanganan Berita Acara Hasil Penghitungan Suara selesai. (2) Penandatanganan Berita Acara pemungutan suara dilakukan oleh semua Panitia Pemilihan, Calon Kepala Desa dan para saksi. 9

(3) Dalam hal terdapat Calon Kepala Desa yang meninggalkan tempat pemungutan suara sebelum penandatangan Berita Acara Hasil Penghitungan Suara maka Calon Kepala Desa yang bersangkutan dinyatakan gugur oleh Panitia Pemilihan. (4) Dalam hal terdapat salah satu atau lebih dari Anggota Panitia Pemilihan, Calon Kepala Desa dan Saksi tidak bersedia menandatangani Berita Acara hasil pemungutan suara tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka Berita Acara pemungutan suara tersebut tetap dinyatakan sah. Pasal 25 (1) Pemilihan Kepala Desa dinyatakan sah apabila jumlah yang hadir mendaftarkan diri dan menggunakan hak pilihnya paling sedikit ⅔ (dua pertiga) dari jumlah pemilih yang telah ditetapkan dalam Daftar Pemilih Tetap. (2) Dalam hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum terpenuhi sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan, maka diadakan perpanjangan waktu sampai terpenuhinya qourum paling lama 2 (dua) jam. (3) Apabila hal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum terpenuhi, maka pemungutan suara dinyatakan batal dan dilaksanakan proses pemungutan suara ulang. Pasal 26 (1) Calon Kepala Desa Terpilih adalah Calon yang mendapatkan dukungan suara terbanyak. (2) Dalam hal hanya terdapat 1 (satu) orang Calon Kepala Desa maka Calon Kepala Desa dinyatakan Terpilih apabila Calon Kepala Desa tersebut memperoleh suara paling sedikit ½ (setengah) ditambah 1 (satu) dari jumlah suara yang sah. Bagian Ketujuh Pemilihan Ulang Pasal 27 Pemilihan Kepala Desa diulang oleh Panitia Pemilihan, apabila : a. jumlah pemilih yang hadir untuk menggunakan hak pilihnya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 25; b. terdapat lebih dari 1 (satu) Calon Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak dengan jumlah yang sama; c. terdapat Calon Kepala Desa Tunggal dan dalam Pemungutan suara tidak memperoleh suara sebagaimana Pasal 26 ayat (2). Pasal 28 (1) Pemungutan Suara Ulang dinyatakan sah apabila jumlah yang hadir untuk menggunakan hak pilihnya paling sedikit ½ (setengah) dari jumlah Pemilih yang telah ditetapkan dalam Daftar Pemilih Tetap. (2) Teknis pelaksanaan Pemungutan Suara Ulang diatur dan ditetapkan oleh Panitia Pemilihan. 10

Pasal 29 (1) Apabila setelah dilaksanakan pemungutan suara ulang 1 (satu) kali belum menghasilkan Calon Kepala Desa Terpilih, maka diangkat penjabat Kepala Desa sampai dengan terpilihnya Kepala Desa definitif. (2) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) segera menyelenggarakan Pemilihan Kepala Desa lagi dengan tahapan kegiatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini. Pasal 30 Apabila terjadi peristiwa bencana alam dan / atau peristiwa lain yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pemungutan suara pada hari yang telah ditetapkan, maka pemungutan suara ditunda dan / atau diundur sampai dengan adanya keputusan lebih lanjut dari Panitia Pemilihan. Bagian Kedelapan Pembiayaan Pasal 31 (1) Biaya Pemilihan Kepala Desa bersumber dari : a. APB Desa ; b. Bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah ; c. Sumbangan Bakal Calon Kepala Desa; d. Swadaya masyarakat; dan e. Sumbangan-sumbangan lain yang sah. (2) Sumber biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, huruf d dan huruf e bersifat tidak mengikat. (3) Biaya pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan untuk : a. pengadaan sarana dan prasarana Pemilihan Kepala Desa; b. biaya rapat; c. honor Panitia Pemilihan; d. biaya keamanan; dan e. biaya lainnya yang menunjang kelancaran kegiatan atau proses Pemilihan Kepala Desa. (4) Pertanggungjawaban penggunaan biaya pemilihan kepala desa disampaikan oleh Panitia Pemilihan kepada BPD dalam waktu paling lama 15 (lima belas) hari setelah tanggal pelantikan Kepala Desa Terpilih. BAB III PENGADUAN DAN PENYELESAIAN MASALAH Pasal 32 (1) Panitia pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 bertugas mengawasi jalannya proses pemilihan kepala desa. (2) Selain bertugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Panitia Pengawas menampung pengaduan dari berbagai pihak di desa mengenai pelanggaran pelaksanaan pemilihan kepala desa dan meneliti kebenaran pengaduan, yang selanjutnya disampaikan kepada panitia pemilihan untuk diselesaikan pada saat itu juga. 11

(3) Pengaduan pelanggaran dan permasalahan yang muncul setelah dilaksanakan pemungutan suara, tidak dapat membatalkan salah satu atau seluruh rangkaian pelaksanaan pemilihan kepala desa. (4) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) selanjutnya diproses sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 33 Barang siapa yang dengan sengaja atau tidak sengaja, langsung atau tidak langsung menghambat jalannya Rapat Pemilihan Kepala Desa dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB IV PENGESAHAN Pasal 34 (1) Calon Kepala Desa Terpilih ditetapkan dengan Keputusan BPD berdasarkan Laporan dan Berita Acara Pemungutan Suara dari Panitia Pemilihan. (2) Calon Kepala Desa Terpilih diusulkan oleh BPD kepada Bupati melalui Camat untuk disahkan menjadi Kepala Desa terpilih. (3) Bupati menerbitkan Keputusan Bupati tentang Pengangkatan Kepala Desa, paling lama 15 (lima belas) hari terhitung tanggal diterimanya penyampaian usulan pengesahan Kepala Desa Terpilih oleh BPD. BAB V PELANTIKAN Pasal 35 (1) Sebelum memangku jabatannya, Kepala Desa dilantik dan mengucapkan Sumpah / Janji yang dipandu oleh Bupati atau Pejabat lain yang ditunjuk. (2) Pelantikan kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan di desa yang bersangkutan dihadapan masyarakat. (3) Pelantikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lama 15 (lima belas) hari terhitung tanggal penerbitan Keputusan Bupati tentang Pengangkatan Kepala Desa. (4) Susunan kata-kata Sumpah / Janji Kepala Desa dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut : Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku Kepala Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara; dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi desa, daerah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 12

Pasal 36 Serah Terima Jabatan Kepala Desa dilaksanakan setelah acara pelantikan Kepala Desa. Pasal 37 (1) Sebelum dilantik, Kepala Desa yang berasal dari PNS, TNI, POLRI dan Swasta berbadan hukum harus sudah mendapat ijin tertulis dari Instansi Organiknya untuk tidak aktif selama menjabat Kepala Desa. (2) Ijin tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku. BAB VI MASA JABATAN Pasal 38 Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya. (1) Kepala Desa berhenti karena : a. meninggal dunia; b. permintaan sendiri; dan c. diberhentikan. BAB VII PEMBERHENTIAN KEPALA DESA Pasal 39 (2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c, karena: a. berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru; b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan; c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala desa; d. dinyatakan melanggar sumpah / janji jabatan; e. tidak melaksanakan kewajiban kepala desa; dan / atau f. melanggar larangan bagi kepala desa. (3) Usul pemberhentian kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan ayat (2) huruf a dan huruf b diusulkan oleh pimpinan BPD kepada Bupati melalui Camat berdasarkan keputusan musyawarah BPD. (4) Usul pemberhentian kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, huruf d, huruf e dan huruf f disampaikan oleh BPD kepada Bupati melalui Camat berdasarkan keputusan musyawarah BPD yang dihadiri oleh sedikitnya ⅔ (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD. (5) Pengesahan pemberhentian kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak usul diterima. (6) Setelah dilakukan pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Bupati mengangkat Penjabat Kepala Desa. 13

Pasal 40 (1) Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui usulan BPD apabila dinyatakan melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan putusan pengadilan yang belum memperoleh kekuatan hukum tetap. (2) Kepala desa diberhentikan oleh Bupati tanpa melalui usulan BPD apabila terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pasal 41 Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui usulan BPD karena berstatus sebagai tersangka melakukan tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme, makar, dan / atau tindak pidana terhadap keamanan negara. Pasal 42 (1) Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) dan Pasal 41, setelah melalui proses peradilan ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak ditetapkan putusan pengadilan, Bupati harus merehabilitasi dan / atau mengaktifkan kembali kepala desa yang bersangkutan sampai dengan akhir masa jabatan. (2) Apabila kepala desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah berakhir masa jabatannya Bupati hanya merehabilitasi kepala desa yang bersangkutan. Pasal 43 Apabila kepala desa diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) dan Pasal 41, sekretaris desa melaksanakan tugas dan kewajiban kepala desa sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pasal 44 Apabila kepala desa diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan Pasal 40 ayat (2) Bupati mengangkat penjabat Kepala Desa dengan tugas pokok menyelenggarakan pemilihan kepala desa paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. BAB VIII PENJABAT KEPALA DESA Pasal 45 (1) Penjabat Kepala Desa dapat diangkat dari Perangkat Desa, Tokoh Masyarakat, Anggota atau Pengurus Lembaga Kemasyarakatan dan/ atau Pegawai Negeri Sipil di wilayah Kabupaten. 14

(2) Masa jabatan Penjabat Kepala Desa paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal pengangkatan, dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. (3) Tugas pokok Penjabat Kepala Desa adalah menyelenggarakan Pemilihan Kepala Desa. (4) Penghasilan Penjabat Kepala Desa yang berupa garapan tanah bengkok diatur lebih lanjut dengan Peraturan Desa. Pasal 46 (1) Penjabat Kepala Desa diangkat oleh Bupati atas usul Camat. (2) Pengusulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Camat harus memperhatikan aspirasi yang berkembang di masyarakat, baik melalui mekanisme formal maupun non formal. BAB IX TINDAKAN PENYIDIKAN Pasal 47 (1) Tindakan Penyidikan terhadap Kepala Desa, dilaksanakan setelah adanya persetujuan tertulis dari Bupati. (2) Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diberikan paling lambat 30 ( tiga puluh ) hari, apabila dalam jangka waktu tersebut persetujuan tidak diberikan, maka proses penyidikan dapat dilaksanakan. (3) Hal-hal yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan ; b. diduga telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati. (4) Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberitahukan secara tertulis oleh atasan penyidik kepada Bupati paling lama 3 (tiga) hari. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 48 Kepala Desa yang ada pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, tetap menjalankan tugas sampai akhir masa jabatannya. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 49 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan ditetapkan oleh Bupati. 15

Pasal 50 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pengesahan, Pelantikan, Pemberhentian Sementara Dan Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2000 Nomor 20), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 51 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Semarang. Diundangkan di Ungaran pada tanggal 01-06-2006 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SEMARANG CAP TTD SOETRISNO Ditetapkan di Ungaran pada tanggal 01-06-2006 BUPATI SEMARANG, CAP TTD H. BAMBANG GURITNO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 9 SERI D NOMOR 2 Diperbanyak Sesuai Dengan Aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM CAP TTD BUDI KRISTIONO 16

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGESAHAN, PELANTIKAN, PEMBERHENTIAN SEMENTARA DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA I. UMUM Bahwa dengan berlakunyaundang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang, maka Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pengesahan, Pelantikan, Pemberhentian Sementara Dan Pemberhentian Kepala Desa yang diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2000 Nomor 20 perlu ditinjau kembali; II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (1) Yang dimaksud dengan tokoh masyarakat adalah tokoh adat, tokoh agama, tokoh wanita,tokoh pemuda dan pemuka-pemuka masyarakat lainnya. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Bahwa anggota yang menggantikan dari unsur yang digantikan misalnya anggota yang dimaksud berasal dari unsur tokoh masyarakat maka yang menggantikan juga harus dari unsur tokoh masyarakat. 17

Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Ayat (6) Ayat (1) Ayat ( 2 ) Ayat (3) Bagi pemilih yang sudah terdaftar tetapi undangannya hilang maka hak pilihnya tetap diakui yang dibuktikan dengan KTP. Ayat (1) Ayat (2) Ayat (1) Yang dimaksud dengan memproses Pemilihan Kepala Desa adalah membentuk panitia pemilihan, menetapkan Calon Kepala Desa yang berhak dipilih, menetapkan Calon Kepala Desa Terpilih dan mengusulkan Calon Kepala Desa Terpilih kepada Bupati untuk disahkan menjadi Kepala Desa Terpilih. Huruf a Yang dimaksud dengan bertakwa dalam ketentuan ini adalah taat menjalankan kewajiban agamanya. 18

Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Huruf i Huruf j Yang dimaksud dengan setia adalah tidak pernah terlibat gerakan sparatis, tidak pernah melakukan gerakan secara inkonstitusional atau dengan kekerasan untuk mengubah Dasar Negara serta tidak pernah melanggar Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Yang dimaksud dengan setia kepada Pemerintah adalah yang mengakui pemerintahan yang sah menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dibuktikan dengan ijasah formal Yang dimaksud dengan penduduk desa setempat adalah penduduk yang memiliki Kartu Tanda Penduduk Desa bersangkutan atau memiliki tanda bukti yang sah sebagai penduduk desa bersangkutan. Yang dimaksud dengan masa jabatan paling lama 10 (sepuluh) tahun adalah masa jabatan yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Yang dimaksud dengan 2 (dua) kali masa jabatan adalah seseorang yang menjabat sebagai Kepala Desa selama dua kali masa jabatan baik secara berturut-turut maupun tidak. Yang dimaksud dengan mengenal desanya adalah mengerti situasi dan kondisi desanya serta segala sesuatu yang ada di desanya termasuk batas-batas desanya. Yang dimaksud dengan masyarakat adalah masyarakat desa yang bersangkutan. 19

Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Huruf k Huruf l Huruf m Yang dimaksud dengan bertempat tinggal terakhir paling singkat 2 (dua) tahun tidak terputus-putus adalah 2 (dua) tahun sebelum pelaksanaan pemilihan Kepala Desa, yang bersangkutan telah bertempat tinggal di desanya dan selama 2 (dua) tahun tersebut yang bersangkutan tidak pernah bertempat tinggal diluar desanya. Yang dimaksud dengan putra desa setempat adalah asli kelahiran desa setempat dan pernah tercatat sebagai penduduk desa setempat dan harus memiliki Kartu Tanda Penduduk Desa setempat. Yang dimaksud dengan sehat jasmani dan rohani adalah disamping Panca Indra semuanya berfungsi baik juga tidak menderita suatu penyakit yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya, yang kesemuanya itu dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter yang berwenang. Dibuktikan dengan Surat Keterangan Catatan Kepolisian yang diterbitkan POLRI. Ayat (1) 20

Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Ayat (2) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Ayat (1) Huruf a Huruf b Pada saat tanggal pelaksanaan Pemungutan Suara yang dibuktikan dengan KTP telah mencapai umur 17 (tujuh belas) tahun atau belum berumur 17 (tujuh belas) tahun tetapi sudah / pernah menikah yang dibuktikan dengan akte perkawinan. Dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Mengenai ketentuan tanda gambar lebih lanjut diatur oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa. 21

Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Ayat (2) Ayat (3) Huruf c Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Pada hari kedua di atas pukul 22.00 WIB sudah merupakan masa tenang. Yang dimaksud dengan tetap dilayani adalah apabila yang bersangkutan telah mendaftar kepada Panitia Pemilihan dan hadir secara fisik. Ayat (1) Ayat (2) 22

Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Ayat (3) Ayat (4) Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (1) Ayat (2) Huruf a Huruf b Yang dimaksud dengan meninggalkan tempat adalah calon kepala desa meninggalkan tempat tanpa ijin. Yang dimaksud dengan salah atau atau lebih dari Anggota Panitia Pemilihan adalah apabila ada salah satu anggota Panitia belum / tidak menandatangani Berita Acara Hasil Pemungutan Suara, maka Berita Acara Pemungutan Suara tersebut tetap dinyatakan sah. Yang dimaksud dengan Pemilihan Kepala Desa terdiri dari : a. pemungutan suara ; b. penghitungan suara ; dan c. penandatanganan Berita Acara. Suara untuk Pemilihan Kepala Desa dinyatakan sah apabila: a. surat suara ditandatangani oleh Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa ; b. tanda coblos hanya terdapat pada 1 (satu) kotak segi empat yang memuat satu calon ; c. tanda coblos terdapat dalam salah satu kotak segi empat yang memuat nomor, foto dan nama calon yang telah ditentukan ; d. tanda coblos lebih dari satu, tetapi masih di dalam salah satu kotak segi empat yang memuat nomor, foto dan nama calon ; dan e. tanda coblos terdapat pada salah satu garis kotak segi empat yang memuat nomor, foto dan nama calon. Hanya diikuti calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dengan jumlah suara yang sama. 23

Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Huruf c Huruf d Yang dimaksud dengan Peristiwa lain adalah apabila di sebagian atau seluruh wilayah desa terjadi kerusuhan dan gangguan keamanan. Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 24

Pasal 39 Ayat (1) Ayat (2) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Cukup Jelas Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan dan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan, tidak termasuk dalam rangka melaksanakan tugas dalam rangka kegiatan yang berkaitan dengan pemerintahan. Pernyataan melanggar sumpah / janji jabatan ditetapkan dengan Keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Kepala Desa mempunyai kewajiban : a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat; c. memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat; d. melaksanakan kehidupan demokrasi; e. melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme; f. menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa; g. mentaati dan menegakkan seluruh peraturan perundangundangan; h. menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik; i. melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa; j. melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa; k. mendamaikan perselisihan masyarakat di desa; l. mengembangkan pendapatan masayarakat di desa; m. membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat; n. memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa; dan o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup. 25

Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Pasal 40 Huruf f Pasal 41 Pasal 42 Pasal 43 Pasal 44 Kepala Desa dilarang : a. menjadi pengurus partai politik; b. merangkap jabatan sebagai Ketua dan / atau Anggota BPD, dan lembaga kemasyarakatan di desa bersangkutan; c. merangkap jabatan sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ; d. terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden, dan pemilihan kepada daerah; e. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; f. melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima uang, barang dan / atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; g. menyalahgunakan wewenang; dan h. melanggar sumpah / janji jabatan. 26

Pasal 45 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Pasal 46 Pasal 47 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Pasal 48 Pasal 49 Pasal 50 Apabila penjabat Kepala Desa tersebut setelah diperpanjang 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya tetap belum bisa menyelenggarakan Pemilihan Kepala Desa maka penjabat kepala desa tersebut diganti. Yang dimaksud dengan terhitung paling lambat 30 (tiga puluh) hari adalah sejak tanggal diterimanya pemberitahuan secara tertulis dari Atasan Penyidik. Pemberitahuan secara tertulis dapat didahului secara lisan melalui alat komunikasi. 27

Pasal 51 BUPATI SEMARANG, CAP TTD H. BAMBANG GURITNO TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 28