BAB I PENDAHULUAN. Disamping itu pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia sebagaimana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada tidaklah mudah, salah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. 1

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup.

BAB I PENDAHULUAN. depan. Jika kita sebagai bangsa, berhasil membangun dasar-dasar pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan yang ideal bagi kehidupan manusia. Tujuan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Cara efektif untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan. Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah diajarkannya cara menulis Al-Quran dan Hadits. Pembelajaran

ال ذ ي ع ل م اب ال ق ل م {٤} ع ل م ا لا نس ان م الم ي ع ل م {٥} BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena tujuan yang dicapai oleh pendidikan tersebut adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. memberikan layanan terbaik begi semua anak didik. memiliki strategi itu adalah guru harus menguasai teknik-teknik atau

BAB I PENDAHULUAN. jati diri dan membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya, dan mampu berkompetensi dalam persaingan global. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan

memberikan gairah dan motivasi kepada para siswa. Sesuai dengan Undang dengan visi misi pendidikan nasional dan reformasi pendidikan menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia. merupakan salah satu komponen kehidupan yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. terjemahnya, Perca, Jakarta, 1982, hlm Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm.

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. penting karena dapat menentukan perkembangan dan kemajuan suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan berdasarkan pada kebutuhan dan perkembangan lingkungannya,

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan peserta didik atau murid.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah kelompok social, bahasa di gunakan untuk berkomunikasi, berbagi

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan peserta didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku baik

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang. pengetahuan, kebiasaan sikap, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, maupun dengan bangsa tertentu. Adapun bahasa Arab merupakan

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. dipelajari, dikembangkan dan dioptimalkan. Berdasarkan Standar Kompetensi Dasar Tingkat MI dalam Peraturan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pendidikan masing-masing individu pembentuk bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas belajar sangat terkait dengan proses pencarian ilmu. Belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kecakapannya dalam memilih dan menggunakan model

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang RI Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 bab II pasal 3. disebutkan tujuan pendidikan nasional berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mentransferkan ilmunya ke siswa, sehingga hasil belajar atau kompetensi yang

BAB I PENDAHULUAN. Adopratama, 2011, hal Depdiknas, Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No. 20

BAB I PENDAHULUAN. 31 ayat 1 dan 3 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, berketerampilan, dan berakhlak mulia. hubungan ini tepat sekali ajaran agama Islam yang menjunjung tinggi ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk


BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. dan Negara. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat adalah orang-orang dewasa, orang-orang yang. dan para pemimpin formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. sehingga mendorong berbagai usaha pembaharuan.

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. menusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi, yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar sekolah di Indonesia menjadikan bahasa Inggris sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam ajaran agama Islam, umat Islam diperintahkan untuk semangat

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

ق ال ل ه م وس ى ه ل أ ت ب ع ك ع ل ى أ ن ت ع ل م ن مم ا ع ل م ت ر ش د ا

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan. atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Rasululah, hingga masa sekarang. memahami dan dapat mengamalkan isi dari Al Quran. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

- د ر ج ات و ا ل ل ه ب م ا ت ع م ل ىن خ ب يز -١١ BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mendasar dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan proses

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup secara tepat dimasa akan datang atau dapat juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, baik di dalam maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. mampu bekerja sama. Kemampuan tersebut diberikan agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan. Terlihat juga dalam AL-Qur an surat Al-Anfaal ayat 22.

STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN SISWA KELAS VIII ANTARA YANG BERASAL DARI MI DAN YANG BERASAL DARI SD DI MTs YAKTI TEGALREJO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan. dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara 1

BAB I PENDAHULUAN. (jasmani). Untuk melakukan itu semua diperlukan suatu proses yang. yang diakibatkan oleh belajar tersebut. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung suatu bangsa dituntut untuk mempunyai sumber

BAB I PENDAHULUAN. warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab 1

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 1992), hlm Sriyono, Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, (Jakarta: Rineka

BAB I PENDAHULUAN. diyakini oleh setiap orang mukmin. Beriman kepada kitab Allah adalah salah satu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen yang paling penting bagi perkembangan kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan manusia sangat membutuhkan pendidikan untuk menunjang kualitas dan kuantitas SDM yang ada. Disamping itu pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia sebagaimana kebutuhan terhadap makan, minum, pakaian, kesehatan, dan tempat tinggal. Proses berlangsungnya pendidikan yaitu seumur hidup manusia sepanjang ia mampu mengembangkan diri sendiri sesuai dengan potensi-potensi dan minatnya. 1 Artinya Pendidikan telah ada sepanjang peradapan umat manusia 2. Menurut konsep pendidikan sepanjang hayat (life long education), pendidikan tidak terbatas oleh ruang dan waktu. 3 Pendidikan akan selalu berlangsung dalam totalitas kehidupan, dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan dalam lingkungan masyarakat, melalui agama, organisasi masyarakat, membaca buku, memperhatikan televise, dan sebagainya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. 4 1 Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik: Dasar-dasar Ilmu Mendidik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 216. 2 Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1988), hlm. 2. 3 Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik: Dasar-dasar Ilmu Mendidik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 217. 4 Syaiful Bahri Djamarah, Guru&Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), hlm. 22. 1

2 Menurut Prof. Langeveld seorang ahli pedagogik dari Negara Belanda mengemukakan batasan pendidikan, bahwa pendidikan ialah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu kedewasaan. 5 Sedangkan menurut Brubacher dalam bukunya Modern Philosophies of Education Pendidikan merupakan perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dari semua potensi manusia, moral, intelektual dan jasmani (pancaindera) oleh dan untuk kepribadian individunya dan kegunaan masyarakat, yang diarahkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya. 6 Dalam UU RI No. 20 Th. 2003 SISDIKNAS Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 1, berbunyi: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembankan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 7 Dengan demikian terlihat betapa pentingnya pendidikan dalam proses pembentukan kepribadian manusia. Terdapat ayat Al Qur an yang berkaitan dengan pendidikan yaitu tertera pada surat Al Alaq ayat 1-5 sebagai berikut. 5 Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik [Dasar-dasar Ilmu Mendidik], (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 3-4. 6 Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1988), hlm. 6-7. 7 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, UU SISDIKNAS 2003, (Bandung: Fokusmedia, 2006), hlm. 2.

3 }٢{ }١{ اق ز أ ع ل ق ه ن اإل نس ان خ ل ق خ ل ق ا ل ذ ي ر ب ك ب اس ن اق ز أ } ٥ { }٤{ ا أل ك ز م و ر ب ك }٣{ ي ع ل ن ه ا ل ن ا إل نس ان ع ل ن اب ا ل ق ل ن ع ل ن ا ل ذ ي Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui. (QS. Al Alaq ayat 1-5). 8 Ayat tersebut menjelaskan bahwa salah satu kemurahan Allah SWT adalah Allah SWT telah mengajarkan kepada manusia melalui perantara apa yang tidak diketahuinya. Artinya Allah SWT telah memuliakan dan menghormati manusia dengan ilmu yang dimilikinya dan Allah SWT akan memberikan atau menambahkan ilmu pengetahuan yang tidak diketahui apabila manusia mengamalkan ilmu yang telah dikuasainya. Manusia dapat mengamalkan ilmu pengetahuan dengan memberikan pembelajaran di sekolah. Salah satu pembelajaran yang terdapat di sekolah adalah pembelajaran matematika. Matematika merupakan ilmu yang sangat penting dan ilmu dasar yang harus dikuasai oleh setiap individu. Ruseffendi menyatakan bahwa matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya 8 Depatemen Agama RI Al-Qur an dan Terjemahan, Syaamil Quran Edisi Khas Madinah, (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2009), hlm. 597.

4 ke dalil. 9 Matematika memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, hal ini terbukti dengan manusia membutuhkan matematika untuk menjawab permasalahan sehari-hari, contohnya dapat kita temui pada interaksi jual beli antara penjual dan pembeli baik itu terjadi di pasar ataupun ditoko, supermarket, dan lain sebagainya. Dalam dunia pendidikan matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, yaitu dari SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA/SMK dan matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dijadikan tolak ukur kelulusan siswa pada setiap jenjang pendidikan melalui ujian nasional. 10 Hal tersebut membuktikan pentingya mempelajari matematika bagi setiap individu. Proses pembelajaran matematika di sekolah melibatkan interaksi antara seorang pengajar atau guru dan peserta didik atau siswa. Guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif, yaitu suasana belajar menyenangkan, menarik, member rasa aman, memberikan ruang pada siswa untuk berpikir aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengeksplorasi dan mengelaborasi kemampuannya. 11 Hal ini membuktikan bahwa seorang pengajar atau guru memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran di sekolah. Seorang guru harus memiliki kemampuan untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif agar siswa mampu memperoleh hasil belajar yang optimal. 9 Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 1 10 Rosidinisty.blogspot.com/2014/03/15. (Diakses Jum at, 09 Desember 2016 Pukul 11.15). 11 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, - (Jakarta: Rajagrafindo Persad, 2014), hlm. 19.

5 Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. 12 Salah satu tujuan belajar adalah siswa memperoleh hasil belajar yang optimal di akhir kegiatan pembelajaran. Hasil belajar di akhir kegiatan pembelajaran menjadi tolak ukur siswa tersebut dalam menguasai materi yang telah disampaikan oleh seorang guru. Salah satu tugas seorang guru adalah sebagai evaluator, penilaian dilakukan dengan tujuan yang telah dirumuskan tercapai atau tidak, materi yang diajarkan sudah dikuasai atau belum, dan apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum. 13 Dalam penilaian hasil belajar, guru dapat menetapkan apakah seorang siswa termasuk siswa pandai, sedang, kurang, atau cukup baik dikelas. Sesuai dengan kenyataan di lapangan siswa yang memperoleh hasil belajar optimal dianggap sebagai siswa yang pandai dan berprestasi di lingkungan kelas bahkan lingkungan sekolah tersebut. Seorang guru harus memiliki kemampuan menciptakan pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa dan siswa menjadi bagian terpenting, pembelajaran ini disebut dengan pembelajaran aktif. 14 Dengan melibatkan keaktifan siswa akan membuat siswa tertarik dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. 12 Agus Suprijono, Cooperative Learnig Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 12. 13 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, - (Jakarta: Rajagrafindo Persad, 2014), hlm. 64-65, 14 Hamzah B. uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 106.

6 Pada kenyataan di lapangan, masih ditemui siswa cenderung tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran, hal ini disebabkan oleh model pembelajaran yang diterapkan kurang menunjang siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat mengakibatkan peserta didik cepat jenuh dalam suasana pembelajaran matematika dan pada akhirnya mengakibatkan materi yang disampaikan oleh pengajar kurang dipahami oleh peserta didik. Seorang guru harus memiliki model pembelajaran yang dapat membuat siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah model Pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Model pembelajaran kooperatif adalah sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. 15 Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe diantaranya adalah Two Stay-Two Stray dan Inside-Outside Circle. Two Stay-Two Stray merupakan strategi pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk membantu siswa dalam menguasai materi pelajaran. Two Stay-Two Stray adalah dua orang siswa tinggal di kelompok dan dua orang siswa bertamu ke kelompok lain. 16 Dua orang yang tinggal bertugas memberikan informasi kepada tamu tentang hasil diskusi kelompok, Sedangkan yang bertamu bertugas mencatat hasil diskusi kelompok yang dikunjungi. Sedangkan pembelajaran dengan tipe Inside-Outside Circle diawali dengan pembentukan kelompok, jika kelas terdiri dari 40 peserta didik maka buatlah dua 15 Syaiful Bahri Djamarah, Guru&Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), hal. 356 16 Ibid. hlm. 222.

7 kelompok besar. Tiap kelompok besar terdiri dari dua kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar. 17 Peneliti memilih tempat penelitian di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Ngantru Tulungagung, karena dalam pembelajaran matematika siswa belum terlibat aktif, selain itu model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dan Inside-Outside Circle belum pernah diterapkan disekolah tersebut. Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Aritmetika Sosial, karena aplikasi pada materi ini sering dijumpai oleh siswa dalam kehidupa seharihari, Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak mungkin terlepas dari kegiatan yang terkait dengan aritmetika sosial. Dalam aritmetika sosial ini akan dibahas tentang kegiatan yang terkait dengan dunia perekonomian, misalnya: penjualan, pembelian, keuntungan, kerugian, bunga, pajak, bruto, neto, tara. Selain itu materi ini dapat dibuat untuk diskusi kelompok. Berdasarkan beberapa hal yang disampakan diatas peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana perbedaan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan dua tipe dari model pembelajaran kooperatif yang berbeda yaitu Two Stay-Two Stray dan Inside-Outside Circle. Maka peneliti tertarik mengambil sebuah penelitian dengan judul Perbedaan Hasil Belajar Matematika Antara Yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dan Inside-Outside Circle Pada Siswa Kelas VII Materi Aritmetika Sosial MTsN Ngantru Tahun Pelajaran 2016/ 2017. 17 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 97.

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan oleh penulis diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dan Inside-Outside Circle pada siswa kelas VII materi Aritmetika Sosial MTsN Ngantru Tahun Pelajaran 2016/2017? 2. Manakah yang lebih baik proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray atau inside-outside circle pada siswa kelas VII materi Aritmetika Sosial MTsN Ngantru Tahun Pelajaran 2016/2017? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar matematika antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dan Inside-Outside Circle pada siswa kelas VII materi Aritmetika Sosial MTsN Ngantru Tahun Pelajaran 2016/2017. 2. Untuk mengetahui Manakah yang lebih baik proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray atau inside-outside circle pada siswa kelas VII materi Aritmetika Sosial MTsN Ngantru Tahun Pelajaran 2016/2017.

9 D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmiah tentang perbedaan hasil belajar matematika yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS) dan Inside-Outside Circle (IOC). 2. Secara Praktis a. Bagi Sekolah Sebagai masukan dalam usaha meningkatkan hasil belajar peserta didik. b. Bagi Guru Sebagai alternatif model pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, kreativitas, dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. c. Bagi Peserta Didik Diharapkan dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga minat dan hasil belajarnya meningkat. d. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan tentang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dan Inside-Outside Circle untuk mengembangkan diri dan menjadi bekal sebaga pendidik. E. Penegasan Istilah Untuk memperoleh pengertian yang benar dan untuk menghindari kesalahan pemahaman judul penelitaian ini, maka dirumuskan secara singkat beberapa istilah-istilah sebagai berikut:

10 1. Secara Konseptual a. Model Pembelajaran Two Stay-Two Stray Model pembelajaran ini diawali dengan pembagian kelompok. Selanjutnya guru memberikan tugas berupa permasalahan, setelah diskusi, dua siswa dari masing-masing kelompok untuk bertamu dengan anggota kelompok lan. Pihak yang tidak bertugas bertamu menyajikan hasil kerja kelompok. 18 b. Model Pembelajaran Inside-Outside Circle Teknik pembelajaran Inside-Outside Circle, kelas dibagi menjadi dua kelompok besar. Satu kelompok besar terdiri atas dua kelompok lingkaran dalam dengan jumlah anggota sekitar 10 orang, begitupula lingkaran luar terdiri atas 10 orang. 19 c. Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. 20 2. Secara Operasional Perbedaan hasil belajar matematika antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dan Inside-Outside Circle pada siswa kelas VII MTsN Ngantru adalah perbedaan yang dihasilkan dari pelaksanaan model Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dan Inside- Outside Circle yang ditimbulkan dari adanya proses pembelajaran Sehingga 18 Jamal Ma mur Asmani, Tips Efektif Cooperive Learning, (Yogyakarta: DIVA PRESS, 2016), hlm. 129. 19 Ibid, hlm. 131. 20 Agus Suprijono, Cooperative Learnig Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 12.

11 diharapkan hasil belajar matematika siswa Kelas VII di MTsN Ngantru dapat meningkat. F. Sistematika Penulisan Skripsi Penulisan penelitian ini terdiri dari 5 bab, yaitu: BAB I :Pendahuluan, terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II :Landasan teori, terdiri dari: hasil belajar matematika, model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dan Inside- Outside Circle, materi aritmetika sosial, kajian penelitian terdahulu, dan kerangka berfikir penelitian. BAB III :Metode penelitian, terdiri dari: rancangan penelitian, populasi, sampel dan sampling, sumber data, variabel penelitian dan skala pengukuran, teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian, analisis data. BAB IV :Hasil penelitian, dalam bab ini peneliti akan menyajikan data hasil penelitian dan analisis data. BAB V :Pembahasan, terdiri dari pembahasan tentang hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah yang ada. Dalam bab ini peneliti menjawab permasalahan pada rumusan masalah dalam penelitian.

12 BAB VI :Penutup, terdiri dari kesimpulan dari uraian hasil penelitian, dan saran saran dari peneliti berdasarkan dari hasil penelitian di lapangan.