BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I. PENDAHULUAAN. pada masa ini terjadi peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Batubara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian. Dari segi kuantitas atau jumlah penduduk, hasil Sensus

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah penduduk yang berusia tahun yang mengalami

2016 HUBUNGAN ATTACHMENT ANAK TERHADAP ORANGTUA DAN PEER PRESSURE DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMAN 1 SUKATANI PURWAKARTA

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah suatu periode dalam hidup manusia. dimana terjadi transisi secara fisik dan psikologis yang

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya mengenai misteri seks. Mereka bertanya-tanya, apakah

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN UNINTENDED PREGNANCY PADA REMAJA DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan dalam dua bentuk yang berbeda, baik. secara fisik maupun psikis, yang kemudian diberi sebutan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia subur adalah mereka yang berumur dalam kisaran tahun baik telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). Tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual terutama bagi remaja yang berdampak secara fisik dan sosial cukup serius yang mengakibatkan depresi, perasaan bersalah, kehamilan tidak diinginkan dan mengugurkan kandungan. Persoalan perilaku seksual remaja yang banyak disoroti adalah tentang kesehatan reproduksi sebab secara fisiologis remaja sudah mengalami dorongan seksual, menurut Santrock (2003) remaja pada umumnya memiliki ketertarikan dan ingin mempunyai hubungan seksual dengan lawan jenis. Namun budaya di Indonesia menyebutkan bahwa hubungan seksual diperbolehkan apabila sudah menikah. Kondisi remaja yang memiliki dorongan seksual dan larangan untuk tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, memicu terjadinya perilaku seksual pranikah remaja di Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tahun 1971 mendefinisikan masa remaja sebagai masa transisi yang terjadi pada usia 10-24 tahun. Demikian juga yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia (2011) bahwa usia remaja pada usia antara 10-24 tahun. Santrock (2003) dan hasil BPS dan ORC Marco (2013) menyebutkan bahwa usia remaja sangat rentan terhadap perilaku berisiko atau kenakalan remaja, seperti berkelahi, tawuran, narkoba, dan seks bebas. 1

Data sensus penduduk 2010 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk terbesar pada usia muda 10-24 tahun yaitu 27,6% dari jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa (BPS, 2010). Besarnya jumlah penduduk remaja akan mempengaruhi pertumbuhan penduduk pada masa akan datang. Kelompok umur remaja (10-24 tahun) memasuki usia reproduksi, akan mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi di tahun mendatang. Proyeksi penduduk di Indonesia pada tahun 2035 menunjukkan bahwa kelompok umur 10-24 tahun merupakan kelompok umur paling banyak di antara kelompok umur yang lain, yaitu pada kelompok umur 10-14 tahun 22,5 juta jiwa, kelompok umur 15-19 tahun 23,2 juta jiwa dan kelompok umur 20-24 tahun 23,7 juta jiwa. Data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia Tahun 2007 (BPS, 2008) menunjukkan bahwa remaja (15-24 tahun) pernah melakukan hubungan seks pranikah, perempuan sekitar 2,7% dan laki-laki sekitar 14,2%. Terjadi penurunan di tahun 2012 pada remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah hanya 1 % untuk remaja laki-laki dan sekitar 4,3 % untuk remaja perempuan. Didukung dengan penelitian Bogale dan Seme (2014) menyebutkan bahwa rata-rata remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah pada umur 16 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Purwatiningsih dan Fury (2010) menyebutkan bahwa selama melakukan hubungan seksual sebagian remaja sudah mengenal alat kontrasepsi. Fakta tersebut didukung oleh penelitian Prasetyo (2012) menyebutkan bahwa remaja perempuan yang mempunyai pengetahuan tentang kontrasepsi lebih cenderung melakukan hubungan seks pranikah. 2

Kontrasepsi adalah alat, obat, efek, atau tindakan yang dimaksud untuk mencegah kehamilan atau pencegahan konsepsi. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya hubungan seksual pranikah adalah persepsi dari sikap negatif tentang nilai keperawanan, dalam data SKRRI 2012 menyebutkan bahwa remaja dapat menerima wanita yang sudah tidak perawan lagi. Menurut Santrinawati (2006) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa remaja yang melakukan hubungan seksual (intercourse) pranikah umumnya adalah remaja yang mempunyai sikap negatif terhadap nilai-nilai keperawanan. Remaja ingin sekali mencari pengalaman terhadap hal-hal yang mereka anggap baru, khususnya yang berhubungan dengan kehidupan orang dewasa, termasuk hubungan seks pranikah dan pornografi (Situmorang, 2001). Hal ini yang menimbulkan dorongan seksual terhadap lawan jenis, mulai dari ketertarikan perubahan bentuk tubuh hingga menyukai dan mencintai lawan jenis. Perilaku remaja dalam membuktikan bentuk cinta terhadap lawan jenis melalui seks pranikah, mengakibatkan kehamilan pada remaja baik yang melalui pernikahan atau tanpa adanya pernikahan. Menurut Hurlock (1973) terdapat aktifitas lain yang umumnya dilakukan para remaja untuk menyalurkan dorongan seksual agar mendapatkan kepuasan jasmaniah adalah dengan melihat majalah atau film porno atau berfantasi seksual. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa, secara fisik dan psikologi remaja berbeda dengan anak-anak dan dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya. Pada masa remaja, seorang individu mulai 3

memasuki masa pubertas, yang pada masa ini seseorang mulai merasakan meningkatnya dorongan seksual. Permasalahan yang kemudian timbul akibat meningkatnya dorongan seksual ini adalah secara normatif mereka yang belum menikah tidak diperbolehkan untuk melakukan hubungan seksual. Pada sisi lain dengan adanya peningkatan status gizi, usia kematangan seksual semakin cepat, sedangkan remaja menunda usia pernikahan karena alasan menuntut pendidikan serta ingin berkarir. Keadaan di mana remaja menghadapi kebutuhan seksual yang belum dapat terpenuhi ini mendorong remaja melakukan hubungan seksual pranikah. 1.2. Perumusan Masalah Remaja dalam studi kesehatan reproduksi merupakan kelompok yang menarik karena pertama, secara fisik telah mencapai kematangan organ seksual dan memiliki dorongan seksual serta terdapat larangan untuk tidak melakukan perilaku seksual sebelum menikah. Kedua, hidup dalam globalisasi termasuk informasi dan komunikasi sehingga banyak informasi yang terkait dengan kesehatan reproduksi dapat diakses dengan mudah, sementara itu lembaga yang secara khusus menangani persoalan keluarga berencana kehilangan eksistensinya. Kondisi remaja yang mengalami perubahan fisik dan dengan adanya globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan sikap perilaku remaja yang mengakibatkan peningkatan masalah-masalah seksual seperti peningkatan perilaku seksual remaja sebelum menikah yang diiringi dengan penyebaran penyakit kelamin, kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi. Hal ini yang 4

menjadi masalah sosial bagi masyarakat dan pemerintah, dalam mengatasi remaja yang mengalami akibat-akibat dari tingkah laku seksual yang tidak semestinya. Beberapa penelitian yang terkait dengan remaja di Indonesia umumnya meneliti kehidupan remaja berhubungan dengan sikap terhadap hubungan seksual pranikah, HIV/AIDS dan NAPZA, kehamilan, dan aborsi. Namun dalam penelitian ini lebih mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah remaja di Indonesia dalam ilmu kependudukan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti membuat pertanyaan yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kondisi latar belakang remaja berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan KB, dan paparan media massa di Indonesia? 2. Bagaimana hubungan kondisi latar belakang remaja terhadap perilaku seksual pranikah remaja di Indonesia melalui variabel antara? 3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi hubungan seksual pranikah remaja di Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui latar belakang remaja berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan KB, dan paparan media massa di Indonesia. 2. Mengetahui hubungan kondisi latar belakang remaja terhadap perilaku seksual pranikah remaja di Indonesia melalui variabel antara. 3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi hubungan seksual pranikah remaja di Indonesia. 5

1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dari sisi teoritis dan praktis empiris. Manfaat teoritis penelitian ini berguna dalam pengembangan ilmu kependudukan dari sisi remaja sebagai ilmu pengetahuan remaja tentang perilaku seks remaja di Indonesia. Mampu menjelaskan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi pada remaja menurut karakteristik latar belakang. Manfaat praktis empiris hasil penelitian ini dapat sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan revitalisasi program BKKBN yang terkait dengan perilaku seksual pranikah remaja di Indonesia dalam mensosialisasikan kesehatan reproduksi remaja dan dampak dari perilaku seks pranikah remaja. Penelitian ini juga dapat digunakan dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan data SKRRI 2012. 1.5. Keaslian Penelitian Keaslian penelitian digunakan sebagai acuan dan pembanding dengan penelitian sebelumnya yang sejenis serta untuk menghindari plagiatisme dalam penulisan penelitian ini. Penelitian yang sejenis yang terkait dengan perilaku seksual remaja terdapat empat penelitian yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini yaitu : Hasil penelitian dari Purwatiningsih dan Furi (2010) menunjukkan bahwa sebagian besar remaja memilih pacar atau pasangannya untuk melakukan hubungan seksual. Sebagian kecil yang memilih dengan pelacur/pekerja seks komersial (PSK) yang rentan terhadap penyakit menular seksual (PMS) maupun 6

HIV/AIDS. Temuan yang lain bahwa remaja sudah cukup permisif dengan pengetahuan tentang upaya pencegahan kehamilan melalui kontrasepsi berupa kondom yang banyak dipilih. Perilaku seksual remaja laki-laki cenderung lebih permisif daripada remaja perempuan. Peran sosial yang paling berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja yaitu remaja lebih nyaman membicarakan kesehatan reproduksi dengan teman atau sahabat setelah itu dengan guru di sekolah dan ibu di keluarga. Perbedaan dari penelitian Purwatiningsih dan Fury (2010) adalah data yang digunakan dan metode analisis statistik. Data penelitian menggunakan SKRRI 2007 sedangkan dalam penelitian yang dilakukan menggunakan data SKRRI 2012. Analisis statistik menggunakan tabel silang atau chi-square sedangkan dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik biner. Penelitian kedua dari Prasetyo (2012) yang melakukan penelitian di D.I. Yogyakarta tentang perilaku berisiko kesehatan terhadap kecenderungan melakukan hubungan seksual pranikah menemukan bahwa remaja pria lebih tinggi melakukan hubungan seksual pranikah daripada remaja perempuan. Perilaku berisiko kesehatan lebih dominan terhadap perilaku remaja pria yang merokok, pernah minum-minuman beralkohol dan pernah mengkonsumsi obatobat terlarang lebih cenderung melakukan hubungan seksual pranikah daripada remaja pria yang tidak. Semakin tinggi jenjang pendidikan remaja pria dan wanita akan semakin tinggi kecenderungan untuk melakukan hubungan seks pranikah. Di samping itu, kecenderungan remaja wanita melakukan hubungan seks pranikah 7

juga didukung oleh pengetahuan mengenai sistem reproduksi dan kontrasepsi untuk mencegah terjadinya kehamilan. Perbedaan penelitian terletak pada lokasi penelitian dan data yang digunakan. Lokasi penelitian berada di DI. Yogyakarta, sedangkan penelitian yang dilakukan secara nasional seluruh Indonesia terdapat 33 provinsi. Data penelitian menggunakan data SDKI 2007 sedangkan dalam penelitian yang dilakukan menggunakan data SKRRI 2012. Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Satiti (2013) dengan judul Pengetahuan dan Sikap tentang HIV/AIDS dan Perilaku Seks Pranikah Remaja Provinsi DIY menunjukkan bahwa televisi sebagai media massa yang mampu menyebarkan informasi mengenai HIV/AIDS, sehingga remaja yang memperoleh informasi dari televisi mampu mencegah penularan HIV/AIDS. Hasil penelitian yang kedua yaitu menggunakan uji statistik menunjukkan bahwa remaja laki-laki yang tinggal di daerah perkotaan pernah melakukan hubungan seksual. Uji signifikan yang kedua yaitu pengalaman pacaran remaja merupakan proses eksperimen hubungan seks seperti suami istri. Uji ketiga karena pengaruh teman sebaya yang sama-sama pernah melakukan hubungan seks pranikah. 8

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian No Nama Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode Penelitian Hasil 1 2 Sri Purwantiningsih dan Sofia Nur Yulida Furi (Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, 2010) Hery Eko Prasetyo (Tesis, 2012) Permisitivitas Remaja dan Peran Sosial dalam Perilaku Seksual di Indonesia Hubungan Perilaku Berisiko Kesehatan terhadap Kecenderungan Melakukan Hubungan Seksual Pranikah di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Analisis Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia Remaja 2007 ) 1. Mengetahui perilaku seksual remaja 2. Mengetahui peran keluarga, sekolah dan media massa terhadap perilaku remaja 1. Mengetahui hubungan perilaku berisiko kesehatan terhadap kecenderungan melakukan hubungan seksual pranikah 2. Mengetahui latar belakang remaja terhadap kecenderungan melakukan hubungan seksual pranikah Data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) Tahun 2007. Analisis deskriptif kuantitatif Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat 1. Perilaku seksual remaja dengan pacar didorong rasa penasaran atau ingin tahu. 2. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual terbanyak antara 15 sampai 19 tahun. 3. Penggunaan alat kontrasepsi berupa kondom cukup tinggi sebagai pencegah kehamilan. 4. Remaja laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas seksual selama pacaran dibanding remaja perempuan. 5. Remaja lebih banyak mengakses informasi di media massa dibanding dari sekolah atau keluarga. 1. Remaja pria yang mempunyai merokok, pernah minum-minum beralkohol dan pernah mengkonsumsi obat-obat terlarang kecenderungan lebih tinggi melakukan hubungan seksual pranikah. 2. Semakin tinggi jenjang pendidikan remaja pria maka akan semakin tinggi kecenderungan melakukan hubungan seksual pranikah, dan pernah minumminum beralkohol. 3. Semakin tinggi pengetahuan remaja wanita mengetahui kontrasepsi maka akan semakin tinggi kecenderungan melakukan hubungan seksual pranikah. 9

Lanjutan Tabel 1.1. Keaslian Penelitian 3 4. Sonyaruri Satiti (Tesis, 2013) Alemayehu Bogale dan Assefa Seme (Reproductive Health, 2014) Pengetahuan dan Sikap tentang HIV/AIDS dan Perilaku Seks Pranikah Remaja Provinsi DIY (Analisis Data SKRRI 2007 dan Survei Indikator Kinerja RPJMN Program Kependudukan dan KB Nasional Indonesia Tahun 2011) Premarital Sexual Practices and Its Predictors Among In- School Youths of Shendi Town, West Gojjam Zone, North Western Ethiopia 1. Mengetahui pengetahuan HIV/AIDS dan sikap terhadap ODHA pada remaja di Provinsi DIY menurut karakteristik latar belakang 2. Mengetahui sumber informasi HIV/AIDS yang paling banyak diakses oleh remaja di Provinsi DIY 3. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku seks pranikah remaja di Provinsi DIY Menilai praktek seks pranikah dan prediktor di kalangan sekolah remaja di Utara Bagian Barat Ethiopia Data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) Tahun 2007 dan data publikasi Survei Indikator Kinerja RPJMN Program Kependudukan dan KB Nasional Tahun 2011. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Data cross-sectional dengan jumlah sample 826 remaja yang masih bersekolah dari bulan Desember 2011 hingga Janurai 2012 di Kota Shendi. Analisis data menggunakan regresi biner. 1. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin, umur dan pendidikan sebagai faktor internal yang mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dan sikap terhadap ODHA 2. Televisi menjadi media yang paling banyak diakses oleh remaja untuk mendapatkan informasi tentang HIV/AIDS dibandingkan radio maupun surat kabar atau majalah 3. Hasil analisis regresi logistik biner menunjukkan bahwa daerah tempat tinggal, jenis kelamin, pengalaman pacaran, dan teman sebaya berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku seks pranikah remaja 1. Sejumlah 19% remaja pernah melakukan hubungan seks pranikah. 2. Usia pertama kali melakukan hubungan seks pranikah bagi remaja pria (16 tahun) dan perempuan (15 tahun). 3. Praktek seks secara signifikan dipengaruhi oleh remaja yang tinggal bersama teman/kerabat, hidup sendiri tanpa kontrol orangtua dan menonton film pornografi. 10

Perbedaan penelitian berada pada lokasi penelitian, data yang digunakan dan fokus penelitian. Lokasi penelitian berada di DI. Yogyakarta sedangkan penelitian yang dilakukan berada di seluruh Indonesia mencakup 33 provinsi. Data penelitian menggunakan data SKRRI 2007 dan RPJMN Program Kependudukan dan KB nasional Tahun 2011, sedangkan penelitian ini menggunakan data SKRRI 2012. Fokus penelitian yang dilakukan mengkaitkan dengan pengetahuan dan perolehan informasi HIV/AIDS di DI. Yogyakarta, sedangkan dalam penelitian ini lebih mengkaitkan dengan perilaku seks pranikah remaja di Indonesia. Penelitian ke empat adalah penelitian Bogale dan Seme (2014) yang menggunakan data primer dengan sampel 826 remaja sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia pertama kali melakukan hubungan seksual lebih cepat perempuan daripada laki-laki yaitu remaja perempuan pada usia 15 tahun dan remaja laki-laki pada usia 16 tahun. Perbedaan dengan berada pada lokasi penelitian dan metode yang digunakan. Lokasi penelitian berada di Kota Shendi, Gojjam Barat, Utara bagian Barat Ethiopia, sedangkan penelitian yang dilakukan berada di Indonesia. Metode yang menggunakan data primer dengan penggambilan sampling dan dilakukan Focus Group Discussion (FGD), sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan data sekunder dari SKRRI 2012. Perbedaan penelitian ini dengan keempat penelitian diatas adalah terletak pada sumber data yang digunakan. Penelitian ini menggunakan data SKRRI tahun 2012. Jenis dan rancangan variabel yang digunakan juga berbeda, karena 11

penelitian ini dilakukan dengan mengadopsi teori dari Ajzen (2005) yang mengkaji determinan perilaku seksual pranikah remaja. 12