BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu infeksi oleh salah satu dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit yang menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dan penyakit lainnya sebagai akibat dari gangguan kekebalan tubuh (Mahdiana, 2010, p. 199). Kasus HIV/AIDS bagaikan gunung es, yang nampak hanyalah permukaan belaka, namun kasus yang sesungguhnya jauh lebih besar dari pada kasus yang nampak. HIV/AIDS merupakan penyakit yang mematikan karena hingga saat ini belum ditemukan obat penyembuhannya (Ba ali, 2006, p. 17). Jumlah keseluruhan penderita AIDS di dunia pada tahun 2007 adalah 33,2 juta orang. Sebanyak 2,5 juta orang merupakan penderita baru. Golongan yang paling banyak terinfeksi adalah usia 15-49 tahun (One World Guides, 2008). Penyakit HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Setiap tahun jumlah kasus baru HIV/AIDS menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Bahkan pada satu tahun terakhir memperlihatkan peningkatan yang cukup tajam. Rencana aksi International Conference on Population Development Goals (ICPDGs), serta strategi nasional penanggulangan HIV/AIDS 2007-2010 telah mengisyaratkan bahwa pemerintah dan masyarakat harus mengerahkan upaya untuk mencegah dan mengurangi penularan HIV/AIDS, meningkatkan kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS, serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV/AIDS pada 1
individu, keluarga dan masyarakat, termasuk remaja. Pemerintah bersama-sama masyarakat perlu memutus mata rantai penyebaran HIV/AIDS agar penularan penyakit yang berbahaya tersebut tidak semakin meningkat secara nasional membahayakan masa depan bangsa. Indonesia adalah salah satu negara dengan peningkatan kasus HIV yang sangat cepat. Menurut data dari Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), hingga Maret 2008, jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia tercatat sebanyak 17.998 orang. Padahal UNAIDS memperkirakan, tahun 2008 ini Indonesia ada 270.000 kasus HIV/AIDS, jadi lebih dari 10 kali lipatnya kasus yang tercatat dan terlaporkan. Provinsi Jawa Tengah menduduki peringkat ke-8 dengan jumlah kasus sebanyak 418 orang dan yang meninggal sebanyak 176 orang. Kota Semarang menduduki peringkat paling atas sebagai kota dengan kasus HIV/AIDS terbanyak se- Jawa Tengah yaitu 175 kasus (Depkes RI, 2008). Penyebaran penyakit HIV/AIDS sebagian besar disebabkan oleh pengguna narkoba jarum suntik, pekerja seks komersial (PSK), hubungan sejenis (homo seksual), anak yang lahir dari ibu dengan HIV/AIDS, dan kalangan berisiko seperti tenaga kesehatan (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, 2008). Tenaga kesehatan merupakan komponen penting dalam pendekatan berbagai pelayanan kesehatan kepada pasien dengan HIV/AIDS dan tenaga kesehatan adalah salah satu komponen yang berpotensi tertularnya HIV/AIDS. Tenaga kesehatan harus memiliki kemampuan dalam menganalisis suatu persoalan dan merumuskan formulasi tindakan perencanaan yang efektif. Terlebih lagi dalam pelayanan terhadap orang terinfeksi HIV 2
sehingga bisa melakukan langkah penanganan yang tepat dan tidak jatuh ke stadium lanjut (Djoerban, 2009). Mahasiswa Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang adalah calon tenaga kesehatan yang memiliki potensi untuk tertular HIV/AIDS. Jumlah populasi di Program Studi D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang berjumlah 320 mahasiswa, yang terdiri dari mahasiswa tingkat I berjumlah 110 mahasiswa, tingkat II berjumlah 120 mahasiswa, dan tingkat III berjumlah 90 mahasiswa. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah tingkat II dengan jumlah 120 mahasiswa. Berdasarkan studi pendahuluan dengan kuesioner terhadap 10 mahasiswa menyatakan yang berpengetahuan baik tentang HIV/AIDS tidak ada, berpengetahuan cukup ada 6 mahasiswa, berpengetahuan kurang ada 4 mahasiswa, sedangkan praktik tindakan pencegahan terhadap HIV/AIDS baik ada 4 mahasiswa, praktik tindakan pencegahan cukup ada 3 mahasiswa, praktik tindakan pencegahan kurang ada 3 mahasiswa. Dengan semakin bertambahnya kasus HIV/AIDS khususnya di Kota Semarang maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan praktik pencegahan HIV/AIDS di Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. 3
B. Perumusan Masalah Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan praktik pencegahan HIV/AIDS di Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan praktik pencegahan HIV/AIDS di Prodi D-III Keperawatan FIKKES UNIMUS tahun 2010? 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di Prodi D-III Keperawatan FIKKES UNIMUS tahun 2010 b. Mengetahui praktik pencegahan HIV/AIDS di Prodi D-III Keperawatan FIKKES UNIMUS tahun 2010 c. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan praktik pencegahan HIV/AIDS di Prodi D-III Keperawatan FIKKES UNIMUS tahun 2010 D. Manfaat Penelitian 1. Teoretis Untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan praktik pencegahan HIV/AIDS. 4
2. Aplikatif a. Bagi Institusi Pendidikan Dapat menambah pengetahuan tentang HIV/AIDS serta upaya pencegahannya. b. Bagi Peneliti Sebagai proses belajar dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat dan meningkatkan pengetahuan peneliti. 5