6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian dengan judul Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan dalam Percakapan Pembawa Acara Musik Inbox Edisi Desember 2015 di Stasiun Televisi SCTV oleh Endang Sayekti. Penelitian Endang Sayekti ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data penelitian ini adalah percakapan pembawa acara musik Inbox. Data percakapan pembawa acara musik Inbox tersebut diambil dari lima episode yang berbeda: 5 Desember dengan jumlah tuturan 1.213, 6 Desember dengan jumlah tuturan 1.149, 8 Desember dengan jumlah tuturan 1.153, 9 Desember dengan jumlah tuturan 779, dan 10 Desember dengan jumlah tuturan 930. Sumber data penelitian ini adalah pembawa acara musik inbox. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Adapun tahap-tahap penelitian yaitu pertama penyediaan data, ke dua penganalisisan data, dan ketiga penyajian analisis data. Teknik penyediaan datanya menggunakan metode simak dengan teknik dasar teknik sadap. Teknik selanjutnya adalah teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC), teknik rekam, dan teknik catat. Hasil analisis pelanggaran prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan yang ditemukan yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, maksim pelaksanaan, maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim permufakatan, dan maksim kesimpatian. Persamaan penelitian ini terletak pada data yang berupa tuturan. Sumber data yang digunakan juga berbeda jika penelitian sebelumnya adalah pembawa acara 6
7 musik inbox pada penelitian ini merupakan acara Talkshow Rumpi No Secret bukan hanya pembawa acaranya saja melainkan juga bintang tamunya. Perbedaan lain juga dilihat dari teori penelitian sebelumnya menggunakan prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan dalam percakapan. Penelitian ini memfokuskan pada penyimpangan prinsip kesopanan dan menghasilkan deskripsi mengenai penyimpangan keenam maksim tersebut. 2. Penelitian dengan judul Penyimpangan Prinsip Percakapan pada Ragam Bahasa Humor Pas Mantab di Trans7 Periode April oleh Setyaning Rahayu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian berjudul Penyimpangan Prinsip Percakapan pada Ragam Bahasa Humor Pas Mantab di Trans7 periode April 2013 bertujuan mendeskripsikan bentuk penyimpangan prinsip percakapan ragam bahasa humor di Pas Mantab di Trans7 periode April 2013. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif melalui deskriptif analitis. Penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik. Data penelitian ini adalah tuturan para personil dan bintang tamu Pas Mantab di Trans7 periode April 2013. Sumber data penelitian ini adalah para anggota dan bintang tamu Pas Mantab di Trans7 periode April 2013. Acara tersebut mempunyai jadwal tayang setiap sabtu minggu pukul 21.00 WIB. Metode penyediaan data menggunakan metode simak dengan teknik dasar sadap. Sebagai teknik lanjutan yaitu teknik simak bebas libat cakap (SBLC), teknik rekam, teknik catat, kemudian data tuturan diklasifikasikan. Pada tahap analisis data digunakan metode agih dan metode padan. Metode agih yang digunakan adalah teknik teknik ganti. Metode padan yang digunakan adalah padan referen
8 dengan teknik pilah unsur penentu dan teknik hubung banding menyamakan. Dalam menganalisis, data dihubungkan dengan komponen tuturan (SPEAKING) bentuk penyimpangan prinsip percakapan pada ragam bahasa humor Pas Mantab di Trans7 periode April 2013. Tahap penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal. Data tuturan pada penelitian ini berjumlah 186 tuturan. Dari hasil analisis maka diperoleh hasil bentuk penyimpangan prinsip kerja sama yang berjumlah 111 tuturan yang terdiri dari : maksim kualitas 41 tuturan, maksim kuantitas 12 tuturan, maksim relevansi 56 tuturan, maksim pelaksanaan 6 tuturan, prinsip kesopanan berjumlah 75 tuturan yang terdiri dari: maksim kebijaksanaan 7 tuturan, maksim penerimaan 13 tuturan, maksim kemurahan hati 42 tuturan, maksim kerendahan hati 8 tuturan, maksim kecocokan 3 tuturan, dan maksim kesimpatian 2 tuturan. Persamaan penelitian ini terletak pada data yang berupa tuturan. Sumber data yang digunakan juga berbeda penelitian sebelumnya adalah ragam bahasa humor Pas Mantab pada penelitian ini merupakan acara Talkshow Rumpi No Secret. Perbedaan lain dilihat dari teori penelitian dan metode analisis data sebelumnya menggunakan penyimpangan prinsip percakapan pada ragam bahasa humor. Prinsip percakapan dibagi menjadi dua yaitu prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan. Penelitian ini hanya memfokuskan pada penyimpangan prinsip kesopanan. B. Pengertian Pragmatik Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi (Wijana, 1996:1). Tarigan (2009: 30) menyatakan bahwa pragmatik
9 adalah telaah mengenai hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatisasikan atau disandikan dalam struktur suatu bahasa. Selanjutnya, menurut Yule (2006: 3) mendefinisikan pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca. Levinson menyatakan pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta penyerasian kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat (dalam Tarigan, 2009:31) Cummings (2007: 1-2) menyatakan ada dua ciri pragmatik. Pertama, pragmatik banyak dibicarakan oleh sejumlah didiplin akademik. Sebagian dari disiplin-disiplin ini misal filsafat telah memberikan banyak dasar konseptual pragmatik. Disiplin ilmu lain, khususnya disiplin ilmu kognitif yang baru memiliki beberapa wawasan penting untuk diberikan pada kajian pragmatik dan sangat penting bagi perkembangan konseptual masa depan bidang ini. Kedua, kapasitas pragmatik dapat mempengaruhi perkembangan konseptual disiplin ilmu lain. Cruse (dalam Cummings, 2007: 2) menyatakan bahwa pragmatik dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi yang disampaikan melalui bahasa yang tidak dikodekan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam bentuk-bentuk linguistik yang digunakan, namun yang juga muncul secara alamiah tergantung pada makna-makna yang dikodekan secara konvensional dengan konteks tempat penggunaan bentuk tersebut. Dari beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu yang mengkaji tentang makna atau ilmu untuk mengkaji penggunaan bahasa. Pragmatik juga banyak dibicarakan oleh sejumlah disiplin akademis khususnya
10 disiplin ilmu kognitif yang baru memiliki beberapa wawasan penting untuk diberikan pada kajian pragmatik. Objek penelitian pragmatik adalah tuturan pengguna bahasa. Pragmatik menelaah hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatisasikan atau disandikan dalam struktur suatu bahasa. C. Aspek-aspek Situasi Tutur Sperber dan Wilson mengemukakan bahwa sebuah tuturan tidak senantiasa merupakan representasi langsung elemen makna unsur-unsurnya (dalam Wijana, 1996:10). Tarigan (2009: 33) mengemukakan bahwa disamping unsur waktu dan tempat yang mutlak dituntun oleh suatu ujaran, ada aspek-aspek lain yang perlu diperhatikan agar kita dapat memahami suatu situasi ujaran. Aspek-aspek itu adalah: 1. Penutur dan Lawan Tutur Konsep penutur dan lawan tutur ini juga mencakup penulis dan pembaca bila tuturan bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, dan tingkat keakraban (Wijana, 1996:10-11). Situasi ujaran harus ada pihak pembicara dan pihak penyimak (Tarigan, 2009:32). Sesuai dengan Searle dan yang lainnya serta untuk mudahnya orang yang menyapa dengan N (penutur) dan orang yang disapa dengan T (petutur) simbil-simbol ini merupakan singkatan untuk penutur atau penulis, dan petutur atau pembaca (Leech, 1993:19). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan penutur atau lawan tutur merupakan orang yang terlibat dalam proses pertuturan. Situasi ujaran harus memenuhi syarat adanya pihak pembicara dan pihak penyimak. Aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban.
11 2. Konteks Tuturan Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks yang bersifat fisik lazim disebut koteks (cotex), sedangkan konteks seting sosial disebut konteks. Di dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan (back ground knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur (Wijana, 1996:11). Konteks ujaran dapat diartikan sebagai latar belakang pengetahuan yang diperkirakan dimiliki dan disetujui bersama oleh pembicara dan penyimak (Tarigan, 2009:33). Konteks diartikan sebagai aspek-aspek yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan (Leech, 1993:20). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa konteks tuturan adalah sesuatu yang melatar belakangi pengetahuan yang dimiliki oleh penutur dan lawan tutur. Situasi atau kondisi, siapa yang berbicara, dimana berbicara, kepada siapa, dan apa yang dibicarakan. 3. Tujuan Tuturan Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur di latarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Dalam hubungan-hubungan ini bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama (Wijana, 1996:11). Situasi ujaran atau ucapan tentu mengandung maksud dan tujuan tertentu kedua belah pihak yaitu pembicara dan penyimak terlibat dalam suatu kegiatan yang berorientasi pada tujuan tertentu (Tarigan, 2009:33). Pemakaian istilah tujuan atau fungsi daripada makna yang dimaksud atau maksud mengucapkan sesuatu (Leech, 1993:20). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan tujuan tuturan
12 merupakan suatu hal yang melatarbelakangi seseorang dalam menyatakan tuturan. Setiap tuturan lawan tutur dan penutur memiliki tujuan yang berbeda. Dalam pandangan yang bersifat formal setiap bentuk tuturan yang berbeda maka memiliki makna yang berbeda. 4. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas Bila gramatika mengenai unsur-unsur kebahasaan sebagai wujud yang abstrak, seperti kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam studi semantik. Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal yang terjadi dalam situasi tertentu. Dalam hubungan ini pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya yang lebih kongkret jelas penutur dan lawan tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya (Wijana, 1996:12). Pragmatik menganggap bahasa dalam tingkatan yang lebih konkret daripada tata bahasa, ucapan sebagai suatu bentuk kegiatan atau suatu tindak ujar (Tarigan, 2009:33). Pragmatik menangani bahasa pada tingkatan yang lebih konkret daripada tata bahasa (Leech, 1993:20). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas merupakan tuturan karena dipandang sebagai entitas yang kongkret jelas penutur dan lawan tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya. Pragmatik membicarakan hal yang konkret jelas keberadaannya sehingga lebih mudah untuk merealisasikan dengan kehidupan masyarakat. Bahasa juga dipandang sebagai tingkatan yang lebih konkret daripada tata bahasa, ucapan sebagai suatu bentuk kegiatan atau suatu tindak ujar. 5. Tuturan sebagai produk tindak verbal Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatik, seperti yang dikemukakan dalam kriteria keempat merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh
13 karenanya tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal (Wijana, 1996:12). Pragmatik mengacu pada produk suatu tindak verbal, bukan hanya pada tindak verbal itu sendiri dan suatu ucapan merupakan suatu contoh kalimat atau suatu bukti kalimat, tetapi jelas tidak merupakan suatu kalimat (Tarigan, 2009:33). Kata tuturan dalam pragmatik dapat digunakan dalam arti yang lain yaitu sebagai produk suatu tindak verbal (Leech, 1993:20). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tuturan sebagai wujud tindak verbal. Tuturan yang dihasilkan dalam proses pertuturan dikatakan bentuk dari tindak verbal karena suatu pemikiran dituangkan dalam bentuk bahasa sehingga dipahami oleh peserta tutur. pragmatik yang mengacu pada produk suatu tindak verbal, bukan hanya pada tindak verbal itu sendiri dan suatu ucapan merupakan suatu contoh kalimat atau suatu bukti kalimat, tetapi jelas tidak merupakan suatu kalimat. D. Penyimpangan Prinsip Kesopanan 1. Penyimpangan Maksim Kebijaksanaan Maksim ini menggariskan setiap peserta pertuturan untuk meminimalkan kerugian orang lain, atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain (Wijana, 1996:56). Menurut Leech (dalam Rahardi, 2008: 60) menjelaskan bahwa maksim kebijaksanaan adalah bahwa para peserta tuturan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur. tersebut, Berikut contoh tuturan (12) dan tuturan (13) untuk memperjelas pernyataan (12) A : Bolehkah saya pinjam leptopmu sebentar untuk memindah data? B : Boleh saja, yang penting permenit Rp. 20.000.
14 Pada percakapan (12B) menyimpang maksim kebijaksanaan karena syarat yang diajukan oleh B tidak wajar karena secara terus terang berusaha memaksimalkan kerugian lawan bicaranya. Untuk memperjelas pelaksanaan maksim kebijaksanaan ini dalam komunikasi yang sesungguhnya dapat dilihat pada contoh percakapan (13) berikut, (13) A : Silahkan kamu makan saja bakso itu! Saya belum lapar kok B : Bakso beli di Pak Darjo ya? Sangat enak kelihatannya. Percakapan (13) di atas pemaksimalan keuntungan bagi pihak mitra tutur tampak sekali pada tuturan A yakni silahkan kamu makan saja bakso itu! saya belum lapar kok. Tuturan disampaikan kepada temannya yaitu si B merasa bebas dan senang hati menikmati makanan tersebut, tanpa ada perasaan tidak enak sedikitpun. 2. Penyimpangan Maksim Penerimaan Maksim ini mewajibkan setiap peserta tindak tutur untuk memaksimalkan kerugian bagi dirinya sendiri, dan meminimalkan keuntungan diri sendiri (Wijana, 1996:57). Leech (dalam Rahardi, 2008: 62) mengatakan bahwa maksim penghargaan yaitu bahwa orang akan dapat dianggap santun apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada orang lain. Dengan maksim ini diharapkan agar para peserta tutur tidak saling mengejek, tidak saling mencaci, atau tidak saling merendahkan pihak lain. tersebut, Percakapan (14) dan (15) pada contoh berikut akan memperjelas pernyataan (14) A: Bu, saya mendapat nilai paling bagus pada ujian kemarin B: Oya pintar sekali.
15 Tuturan A ditanggapi sangat baik oleh B bahkan disertai oleh pujian atau penghargaan oleh B. Dapat dikatakan bahwa di dalam tuturan itu B berperilaku santun terhadap A. Hal itu berbeda dengan cuplikan percakapan pada tuturan (15) pada contoh berikut. (15) A: Mobil baru yang ku beli beberapa minggu yang lalu sudah siap dibawa berlibur B: Oya, terus kapan gerobak mu dibawa berlibur? Tuturan B dinilai menyimpang maksim penerimaan atau penghargaan terhadap barang yang dimiliki oleh penutur A. Gerobak diartikan sebagai barang yang sudah jelek dan dikatakan gerobak sehingga layak untuk segera dijual karena sudah memiliki mobil yang baru. Penutur B tidak berusaha memaksimalkan keuntungan bagi si penutur A. 3. Penyimpangan Maksim Kemurahan Maksim kemurahan menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain, dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain (Wijana, 1996:57). Leech (dalam Rahardi, 2008: 61) memaparkan bahwa maksim kedermawanan atau kemurahan adalah aturan agar para peserta tutur diharapkan dapat menghormati orang lain. Penghormatan terhadap orang lain akan terjadi apabila orang dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain. Untuk memperjelas pernyataan di atas perhatikan contoh tuturan (16) dan (17) berikut ini, (16) A: Kak, jadi memberi aku oleh-oleh? B: Tentu saja, kamu mau oleh-oleh apa? Jaket, boneka, jilbab? A: Semuanya mau kak. B: Jangan semuanya, salah satu saja.
16 Pada percakapan (16) tersebut menyimpang maksim kedermawanan karena kontribusi tuturan A memaksimalkan keuntungan dirinya. Berikut contoh percakapan (17) akan memperjelas pernyataan ini. (17) A: Mari saya bawakan buku Ibu, kebetulan saya mau ke ruang dosen. B: Tidak usah, terima kasih. Saya bisa sendiri. Dari percakapan A dapat dilihat dengan jelas bahwa ia berusaha memaksimalkan keuntungan pihak lain dengan cara membebankan dirinnya sendiri. Hal itu dilakukan dengan cara menawarkan memberi bantuan membawakan buku pada B. 4. Penyimpangan Maksim Kerendahan Hati Maksim kerendahan hati diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif. Maksim kerendahan hati berpusat pada diri sendiri, menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri (Wijana, 1996:58). Leech (dalam Rahardi, 2008: 64) menyatakan bahwa maksim kesederhanaan yaitu peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. Orang akan dikatakan sombong dan congkak hati apabila dalam kegiatan bertutur selalu memuji dan mengunggulkan dirinya sendiri. Dalam masyarakat bahasa dan budaya Indonesia, kesederhanaan dan kerendahan hati banyak digunakan sebagai parameter penilaian kesantunan seseorang. (19) berikut, Untuk memperjelas penyataan tersebut perhatikan contoh tuturan (18) dan (18) A: Untuk lomba cerdas cermat besok, kamu saja yang mewakili. B: Baik bu, tapi saya tidak percaya diri. (19) A: Hebat berkat presentasi kamu kita menang tender. B: Terimaksih Pak, tapi ini berkat kerja sama kita semua
17 Jawaban B pada tuturan 18 dan 19 mengandung maksim kerendahan hati atau maksim kesederhanaan karena kalimat jawaban tersebut memaksimalkan kerendahan hati terhadap dirinya sendiri dan sudah meminimalkan kesombongan terhadap dirinya sendiri. Berbeda dengan contoh (20) berikut, (20) A: Koleksi novelku baru ada sekitar 10, punyamu berapa? B: Kalau aku jelas banyak lah, ada sekitar 40 buku dan itu harganya mahal-mahal di Indonesia tidak ada Tuturan (20) dinilai menyimpang dari maksim kerendahan hati. Penutur B menyampaikan tuturannya dengan memaksimalkan keuntungan dirinya sendiri dan meminimalkan keuntungan penutur A. 5. Penyimpangan Maksim Kecocokan Maksim kecocokan menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kecocokan di antara mereka, dan meminimalkan ketidakcocokan di antara mereka (Wijana, 1996:59). Leech (dalam Rahardi, 2008: 64) berpendapat mengenai maksim kecocokan atau maksim pemufakatan yaitu aturan pertuturan agar peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Apabila terdapat kemufakatan atau kecocokan antar diri penutur dan mitra tutur dalam kegiatan bertutur, masing-masing dari mereka akan dapat dikatakan bersikap santun. Percakapan (21) berikut untuk memperjelas pernyataan tersebut, (21) A: Besok joging yuk? B: Oke, ketemu di gor ya. Dari percakapan tersebut, kontribusi jawaban terasa sopan karena sudah memaksimalkan kesetujuan terhadap orang lain dan meminimalkan ketidak setujuan
18 orang lain. Dari percakapan tersebut B tergolong orang yang sopan karena tidak melawan atau menyanggah pernyataan A. Berbeda dengan contoh tuturan berikut, (22) A: Hari sabtu pergi ke rumah nenek ku yuk? B: Maaf ya, aku ngga bisa Kontribusi jawaban menyimpang dari maksim kecocokan karena tidak memaksimalkan jawaban persetujuan terhadap penutur A. Dari percakapan tersebut B tergolong orang yang tidak sopan karena melawan ajakan penutur A. 6. Penyimpangan Maksim Kesimpatian Maksim kesimpatian mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa simpati, dan meminimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya (Wijana, 1996:60). Leech (dalam Rahardi, 2008: 65) menjelaskan bahwa maksim kesimpatian yaitu diharapkan peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak lainnya. Sikap antipati terhadap salah seorang peserta tutur akan dianggap sebagai tindakan tidak santun. (24) berikut, Untuk memperjelas pernyataan tersebut, perhatikan contoh tuturan (23) dan (23) A: Selamat atas prestasi luar biasa anak Anda, dan saya dengar hari ini salah satu anak Anda ada yang masuk penjara Tuturan (23) tersebut menyimpang maksim kesimpatian karena dalam suasana duka semacam itu selayaknya A mengucapkan rasa prihatin sebagai tanda simpati bukannya mengucapkan selamat. Contoh tuturan (24) untuk memperjelas pernyataan tersebut. (24) A: Tetanggaku jatuh dari pohon kelapa kemarin sore B: Innalilahi, terus sekarang keadaanya bagaimana? Saya ikut prihatin.
19 Kontribusi antara penutur dan mitra tutur pada tuturan (24) sesuai dengan maksim kesimpatian, karena sudah memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak yang lain dengan memberikan ucapan turut perihatin atas peristiwa jatuhnya tetangga mitra tutur. E. Talkshow Rumpi No Secret Talkshow adalah ungkapan bahasa Inggris yang berasal dari dua kata talk dan show. Show berarti tontonan, pertunjukan atau pameran, sedangkan talk artinya omong-omong, obrol-obrol. Dengan begitu talkshow berarti pertunjukan orang-orang yang sedang ngobrol. Morissan (2008) berpendapat bahwa Talkshow atau perbincangan adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara (dalam Handayani dkk, 2014:23). Menurut Soepriatmadji, dkk (2015: 68) The function of talk show is to share experiences to other people, to inform and educate people on particular issues, to strengthen the relationship with other people, and the true purpose is entertainment and making money for the network. Fungsi talkshow adalah berbagi pengalaman dengan orang lain, untuk menginformasikan dan mendidik orang tentang isu-isu tertentu memperkuat hubungan dengan sesame orang dan tujuan sebenarnya adalah hiburan den menghasilkan uang. Pewawancara televisi seperti berada di dalam tayangan seseorang pembawa acara talkshow (Santana, 2005: 126). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa acara talkshow merupakan program televisi yang dipandu oleh seorang moderator atau biasa disebut pembawa acara dengan menghadirkan beberapa bintang tamu untuk membicarakan suatu topik tertentu.
20 Rumpi No Secret merupakan acara talkshow yang membahas topik-topik yang sedang hangat diperbincangkan dalam kancah selebriti. Pembawa acara yaitu Feni Rose membahas permasalahan artis dengan cara yang berbeda. Para artis yang bersangkutan akan di undang ke studio untuk membicarakan secara terbuka tanpa ada yang ditutup-tutupi (No Secret). Tidak hanya di studio pembawa acara juga mengajak bintang tamu jalan-jalan pada segmen vocation. Menghadirkan pula orangorang terdekat dari artis tersebut dengan maksud untuk melakukan pembuktian atau klarifikasi agar simpang siur kabar yang beredar menjadi jelas adanya. Kemenarikan acara terletak pada segmen tantangan seperti menodong dengan pertanyaan kepada artis yang biasa disebut dengan fitnah atau fakta dan naik wahana yang menakutkan pada segmen vocation untuk mengakui beberapa hal yang menyangkut bintang tamu. Tayangan tersebut hadir setiap Senin-Jum at pukul 16.00 WIB di TransTV.